Вы находитесь на странице: 1из 25

MAKALAH METODE RELAKSASI

Oleh :
Kelompok 3
Clausewitz W Masala
Titania S Lasapu
Meilan Mait
Indasari Tumuwo
Jesika Bandong
Deltris Banggala
Sasney Sipada
Fransin Palit
Jelia Makatilik
Olland Rantung
Indah Harahap
Ennie Salikode
Veronika Maarebia

PROGRAN STUDI ILMU KEEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIKA DE LA SALLE MANADO
2018/2019

1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyak cara melepaskan stress, namun inti dari semua metode tersebut adalah
proses relaksasi. Dalam keadaan rileks segala kegiatan fisiologis tubuh akan
menurun. Penggunaan oksigen akan berkurang, proses pembakaran dalam tubuh
akan berkurang, dan keteganga otot akan hilang. Hal ini bukan hanya
memungkinkan tubuh untuk membangun serta memperbaiki bagian-bagiannya
yang rusak, tetapi juga merupakan obat mujarab bagi otak sadar.
Relaksasi adalah bagian dari latihan yang penting dilakukan bagi setiap atlit
dalam usaha pencapaian “Peak Performance”atau kondisi puncak sekaligus
mempertahankan kondisi tersebut.

B. Identifikasi masalah
Dari latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan,
yaitu :
1. Adanya latihan relaksasi agar seseorang dapat mencapai “Peak
Performance”atau kondisi puncak sekaligus mempertahankannya.
2. Latihan relaksasi secara rutin mampu mendukung kemampuan
berkonsentrasi.
C. Rumusan Masalah
Dari bahasan makalah ini guna menjawab pertanyaan tentang :
1. Apakah relaksasi itu?
2. Apa tujuan dari latihan relaksasi?
3. Apa manfaat latihan relaksasi?

D. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
keperawatan jiwa dan menambah pengetahuan tentang tehnik relaksasi.

2
E. Manfaat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang latihan relaksasi.
2. Hasil makalah ini dapat dijadikan referensi dan motivasi untuk melakukan
latihan relaksasi secara rutin.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asumsi Dasar
Asumsi dasar yang melatarbelakangi teknik relaksasi adalah bahwa individu
memiliki kecemasan-kecemasan yang timbul dari keadaan fisik maupun psikisnya,
sehingga diperlukan usaha untuk menyalurkan kelebihan energi dalam dirinya
melalui suatu kegiatan yang menyenangkan dan menenangkan.
B. Pengertian Relaksasi
Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan
mental sehingga menjadi rileks (Suryani,2000).
Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, pertama-tama
ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan
jiwa (Wiramihardja,2006).
Menurut Thantawy (1997: 67) “relaksasi adalah teknik mengatasi
kekhawatiran/kecemasan atau stress melalui pengendoran otot-otot dan syaraf, itu
terjadi atau bersumber pada obyek-obyek tertentu”. Relaksasi merupakan suatu
kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek spirit tetap
aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis
atau seimbang, dalam keadaan tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot
dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman.
Menurut pendapat Cormier dan Cormier, 1985 (Abimanyu dan Manrihu,
1996:320)Relaksasi dapat diartikan sebagai usaha untuk mengajari seseorang untuk
relaks, dengan menjadikan orang itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang dan
perasaan-perasaan relaks kelompok-kelompok otot utama seperti tangan, muka, dan
leher, dada, bahu, punggung, perut, dan kaki.
Relaksasi merupakan upaya sejenak untuk melupakan kecemasan dan
mengistirahatkan pikiran dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau
ketegangan (psikis) melalui sesuatu kegiatan yang menyenagkan.
Relaksasi dapat memutuskan pikiran-pikiran negatife yang menyertai
kecemasan (Greenberg,2000).

4
Chaplin (1975) memberi pengertian relaksasi sebagai kembalinya otot ke
keadaan istirahat setelah kontraksi. Atau relaksasi merupakan suatu keadaan tegang
yang rendah dengan tanpa adanya emosi yang kuat.
Sedangkan menurut Hakim (2004: 41) relaksasi merupakan suatu proses
pembebasan diri dari segala macam bentuk ketegangan otot maupun pikiran
senetral mungkin atau tidak memikirkan apapun.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi
adalah salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang
dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan
pikiran dan anggota tubuh seperti otot-otot dan mengembalikan kondisi dari
keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan
sampai kepada gerakan kaki.
C. Karakteristik Relaksasi
1 Merupakan metode untuk mengembalikan tubuh dalam kondisi homeostatis
sehingga konseli dapat kembali tenang.
2. Relaksasi tidak menganggap penting usaha pemecahan masalah penyebab
terjadinya ketegangan melainkan menciptakan kondisi individu yang lebih
nyaman dan menyenangkan
D. Tujuan Relaksasi
1. Melegakan stress untuk penyakit darah tinggi, penyakit jantung, susah
hendak tidur, sakit kepala disebabkan tekanan dan asma.
2. Membantu orang menjadi rileks, dan dengan demikian dapat memperbaiki
berbagai aspek kesehatan fisik.
3. Membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan
perhatian sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam
situasi yang menegangkan.

E. Prinsip Relaksasi
1. Teknik relaksasi adalah seni keterampilan dan pengetahuan, sehingga ketika
seseorang berusaha meraih kesehatan lahir batinnya melalui metode

5
relaksasi, dianjurkan untuk memahami benar, apa yang akan diupayakan
dan apa yang diharapkan dari hasilnya.
2. relaksasi dapat menjadi suatu kegiatan harian yang rutin, semakin sering
dan teratur teknik relaksasi ini diterapkan maka diri konseli akan semakin
rileks.
F. Jenis-jenis Relaksasi
Lichstein (1988), mengemukakan jenis-jenis teknik relaksai antara lain:
1. Autogenic Training
Autogenic Training yaitu suatu prosedur relaksasi dengan membayangkan
(imagery) sensasi-sensasi yang meyenagkan pada bagian-bagian tubuh seperti
kepala, dada, lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pantan, pergelangan
tangan. Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu sepert rasa hangat, lemas atau rileks
pada bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena nafas yang dalam dan pelan.
Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan imajinasi yang meyenangkan misalnya
tentang pemandangan yang indah, danau, yang tenang dan sebagainya.
2. Progressive Training
Progressive Training adalah prosedur teknik relaksasi dengan melatih otot-otot
yang tegang agar lebih rileks, terasa lebih lemas dan tidak kaku. Efek yang
diharapkan adalah proses neurologis akan berjalan dengan lebih baik. Karena ada
beberapa pendapat yang melihat hubungan tegangan otot dengan kecemasan, maka
dengan mengendurkan otot-otot yang tegang diharapkan tegangan emosi menurun
dan demikian sebaliknya.
3. Meditation
Meditation adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau
perhatian pada stimulus yang monoton dan berulang (memusatkan pikiran pada
kata/frase tertentu sebagai focus perhatiannya ), biasanya dilakukan dengan
menutup mata sambil duduk, mengambil posisi yang pasif dan berkonsentrasi
dengan pernafasan yang teratur dan dalam. Ketenangan diri dan perasaan dalam
kesunyian yang tercipta pada waktu meditasi harus menyisakan suatu kesadaran
diri ynag tetap terjaga, meskipun nampaknya orang yang melakukan meditasi
sedang berdiam diri/terlihat pasif dan tidak bereaksi terhadap

6
lingkungannya.Selain ketiga jenis di atas relaksasi juga dapat menggunakan media
aroma, suara, cita rasa makanan, minuman, keindahan panorama alam dan air.
Semua itu merupakan teknik relaksasi fisik/tubuh.
Bernstein dan Borkovec,1973; Goldfried dan Davidson,1976; Walker dkk,1981
juga merumuskan relaksasi otot menjadi tiga macam tipe yaitu :
1. Relaxation via tension- Relaxation,
Relaxation via tension- Relaxation yaitu relaksasi otot bertujuan untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melemaskan otot-otot badan
disini konseli diberitahu bahwa pada fase menegangkan akan membantu dirinya
untuk lebih menyadari sensasi yang berhubungan dengan kecemasan dan sensasi-
sensasi tersebut bertindak sebagai isyarat utau tanda untuk melemaskan
ketegangan. Konseli dilatih untuk melemaskan otot yang tegang dengan cepat
seolah-olah mengeluarkan ketegangan dari badan sehingga konseli akan merasa
rileks. Pada mulanya prosedur pelemasan otot-otot dengan cepat ini dikenalkan
oleh Lazarus dan Paul (dikutip oleh Goldfried dan Davidson,1976). Otot yang
dilatih adalah otot lengan, tangan, bisep, bahu, leher, wajah, perut, dan kaki.
2. Relaxation via Letting Go.
Relaxation via Letting Go. Metode ini bertujuan memperdalam relaksasi
konseli dilatih untuk menyadari dan merasakan rileksasi. Konseli dilatih untuk
menyadari ketegangannya dan berusaha sedekat mungkin untuk mengurangi serta
menghilangkan ketegangan tersebut dengan demikian, konseli akan lebih peka
terhadap ketegangan dan lebih ahli dalam mengurangi ketegangan.
3. Differential Relaxation.
Differential Relaxation. Merupakan salah satu penerapan keterampilan
relaksasi progesif. Latihan relaksasi ini dapat dilakukan dengan cara merangsang
konseli untuk relaksasi yang dalam pada otot-otot yang tidak diperlukan untuk
melakukan aktivitas tertentu, kemudian mengurangi ketegangan yang berlebihan
pada otot-otot yang diperlukan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.
Latihan relakssai ini dapat dilakukan apabila subyek telah mencapai keadaan yang
rileks. Latihan relaksasi deferensial yang teratur akan menghasilkan penurunan
tingkat ketegangan secara umum. Hal ini akan menghasilkan berkurangnya

7
ketegangan dan meningkatkan rasa nyaman sewaktu individu melakukan aktivitas
sehari-hari. Program yang dilakukan untuk relaksasi diferensial, meliputi suatu seri
latihan yang dimulai dari situasi yang hanya sendiri di ruang sunyi sampai pada
situasi dengan orang lain di tempat yang ramai, dari posisi duduk sampai posisi
berdiri, dari aktivitas yang sederhana sampai aktivitas yang kompleks. Dalam
teknik ini konseli diberi sutu seri pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara lisan,
tetapi dirasakan sesuai dengan apa yang dapat atau tidak dapat dialami oleh konseli
pada waktu instruksi dilakukan.
Selain itu juga ada macam relaksasi kesadaran indra yang dikembangkan oleh
Goldfried yang dipelajari dari Weitzman. Dalam teknik ini konseli diberi sutu seri
pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara lisan, tetapi dirasakan sesuai dengan
apa yang dapat atau tidak dapat dialami oleh konseli pada waktu instruksi
dilakukan. Seperti pada relaksasi otot, instruksi relaksasi kesadaran indra juga dapat
diberikan melalui tape recorder sehingga dapat digunakan untuk latihan di rumah.
G. Manfaat Relaksasi
Ada beberapa manfaat dari penggunaan teknik relaksasi. Burn (dikutip oleh
Beech dkk, 1982) melaporkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan
relaksasi, antara lain:
1. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang
berlebihan karena adanya stress.
2. Masalah-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi, sakit
kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi.
3. Mengurangi tingkat kecemasan.
4. Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stress dan
mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan
kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara atau sebagainya.
5. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering terjadi
selama periode stress, misalnya naiknya jumlah rokok yang dihisap, konsumsi
alkohol, pemakaian obat-obatan, dan makanan yang berlebih-lebihan.
6. Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan penampilan fisik.

8
7. Kelelahan, aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat diatasi
dengan menggunakan ketrampilan relaksasi.
8. Kesadaran diri tentang keadaan fisiologis seseorang dapat meningkat sebagai
hasil dari relaksasi, sehingga memungkinkan individu untuk menggunakan
ketrampilan relaksasi untuk timbulnya rangsangan fisiologis.
9. Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dalam
operasi, seperti pada persalinan yang alami, relaksasi tidak hanya mengurangi
kecemasan tetapi juga memudahkan pergerakan bayi melalui cervix.
10. Konsekuensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah bahwa tingkat harga
diri dan keyakinan diri individu meningkat sebagai hasil kontrol yang
meningkat terhadap reaksi stress.
11. Meningkatkan hubungan antar personal.
Menurut Welker, dkk, dalam Karyono,1994; penggunaan teknik relaksasi
memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan ketenangan batin bagi individu.
2. Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah.
3. Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa.
4. Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur menjadi
nyenyak.
5. Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit.
6. Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih baik.
7. Meningkatkan daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau keyakinan.
8. Meningkatkan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
9. bermanfaat untuk penderita neurosis ringan, insomnia, perasaan lelah dan
tidak enak badan.
10. Mengurangi hiperaktif pada anak-anak, dapat mengontrol gagap, mengurangi
merokok, mengurangi phobia, dan mengurangi rasa sakit sewaktu gangguan
pada saat menstruasi serta dapat menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi ringan.
Terapi relaksasi dilakukan untuk mencegah dan mengurangi ketegangan pikiran
dan otot - otot akibat stres karena ketegangan dapat mempengaruhi keseimbangan

9
tubuh. Bila ketegangan terjadi maka tubuh akan menjadi lemah dan akibatnya tubuh
tidak dapat melakukan fungsinya secara optimal. Relaksasi penting apabila anda
mempunyai gejala seperti berikut:
1. Berdebar-debar.
2. Sakit kepala.
3. Berpeluh.
4. Susah untuk bernafas.
5. Paras glukos darah yang tidak terkawal.
6. Keadaan badan yang tidak selesa seperti ketidakcernaan,sembelit dan
kegelisahan.
7. Kepenatan atau susah hendak tidur.
8. Ketegangan otot terutama otot ditengkuk dan otot bahu.
9. Susah untuk memberi tumpuan dan mudah risau.
10. Kurang sabar, mudah tersinggung dan cepat marah.
11. Hilang selera makan atau makan berlebihan.
12. Hilang minat terhadap seks.
H. Kelebihan dan Kekurangan Relaksasi
1. Kelebihan
a. Konseli menjadi tidak merasa tegang dan tertekan dengan penggunaan
teknik ini.
b. Tidak memerlukan model atau media.
2. Kekurangan
a. Pelaksanaan teknik relaksasi memerlukan waktu yang relative lama (karena
dilakukan berulang-ulang atau tidak hanya sekali).
b. Pelaksanaanya membutuhkan tempat yang kondusif (nyaman dan tenang).
c. Konseli yang kurang bisa memfokuskan pikiran atau konsentrasinya dapat
menghambat pelaksaan teknik relaksasi.
d. Membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup banyak.
Selain itu, menurut Nadjamuddin keterbatasan dalam pelaksanaan relaksasi
antara lain disebabkan karena adanya faktor:
a. Faktor teknis

10
Faktor teknis ini meliputi kurang terampilnya instruktur dalam memberikan
instruksi, sehingga kesannya kaku; media yang digunakan dalam relaksasi kurang
begitu diperhatikan; kondisi ruangan kurang diperhatikan.
b. Faktor dari Dalam Diri.
Faktor dari Dalam Diri. Konseli kurang bisa mengontrol diri; konseli salah kostum;
konseli mengutamakan nilai pribadinya.
c. Faktor dari Masalah Konseli itu Sendiri.
Faktor dari Masalah Konseli itu Sendiri. Beratnya masalah yang dihadapi konseli
itu membuatnya dikuasai masalah tersebut padahal seharusnya dia harus mampu
menguasai masalah tersebut. Meskipun dia sudah beberapa kali diterapi kurang
menunjukkan perubahan yang lebih baik.
I. Tahap-tahap atau Langkah-langkah Relaksasi
Dalam menerapkan teknik relaksasi kita perlu mempertimbangkan beberapa
persiapan yang harus diperhatikan seperti setting lingkungan yang tenang atau tidak
mengganggu, pakaian yang longgar atau tidak mengikat, perut yang tidak sedang
kelaparan atau kekenyangan, serta tempat yang nyaman dan tepat untuk mengambil
posisi tubuh. Bisa pula ditambahkan aromatherapy dan alunan musik klasik dalam
pelaksanaan teknik relaksasi.
Untuk dapat melakukan teknik relaksasi secara efektif, konseli harus terlebih
dahulu mengenal secara baik bagian-bagian dari tubuhnya. Tubuh adalah satu
kesatuan system unik yang terdiri dari beberapa sub-sistem seperti system
pencernaan, system pernafasan, system saraf, system rangka, dan sebagainya.
Posisi atau postur untuk relaksasi bebas, dapat dengan duduk di lantai atau kursi,
berdiri auatupun berbaring yang penting dapat membawa konseli ke keadaan rileks
atau istirahat serta berguna untuk memperbaiki postur tubuh yang salah.
Secara umum pelaksanaan relaksasi atau penenangan dilakukan dengan cara
mengendurkan urat-urat seluruh bagian badan secara berangsur-angsur sehingga
tidak ada lagi bagian tubuh yang kejang atau kaku.
1. Persiapan lingkungan Fisik

11
a. Kondisi Ruangan. Ruang yang digunakan untuk latihan relaksasi harus
tenang, segar, nyaman, dan cukup penerangan sehingga memudahkan
konseli untuk berkonsentrasi.
b. Kursi. Dalam relaksasi perlu digunakan kursi yang dapat memudahkan
individu untuk menggerakkan otot dengan konsentrasi penuh; seperti
menggunakan kursi malas, sofa, kursi yang ada sandarannya atau mungkin
dapat dilakukan dengan berbaring di tempat tidur.
c. Pakaian. Saat latihan relaksasi sebaiknya digunakan pakaian yang longgar
dan hal-hal yang mengganggu jalannya relaksasi (kacamata, jam tangan,
gelang, sepatu, ikat pingga) dilepas dulu.
2. Lingkungan yang ada dalam Diri Konseli. Individu harus mengetahui bahwa:
a. Latihan relaksasi merupakan suatu ketrampilan yang perlu dipelajari dalam
waktu yang relatif lama dan individu harus disiplin serta teratur dalam
melaksanakannya.
b. Selama frase permulaan latihan relaksasi dapat dilakukan paling sedikit 30
menit setiap hari, selama frase tengah dan lanjut dapat dilakukan selama 15-
20 menit, dua atau tiga kali dalam seminggu. Jumlah sesion tergabtung pada
keadaan individu dan stress yang dialaminya.
c. Ketika latihan relaksasi kita harus mengamati bahwa bermacam-macam
kelompok otot secara sistematis tegang dan rileks.
d. Dalam melakukan latihan relaksasi individu harus dapat membedakan
perasaan tegang dan rileks pada otot-ototnya.
e. Setelah suatu kelompok otot rileks penuh, bila individu mengalami
ketidakenakan ketidakenakan, sebaiknya kelompok otot tersebut tidak
digerakkan meskipun individu mungkin merasa bebas bergerak posisinya.
f. Saat relaksasi mungkin individu mengalami perasaan yang tidak umum,
misalnya gatal pada jari-jari, sensasi yang mengambang di udara, perasaan
berat pada bagian-bagian badan, kontraksi otot yang tiba-tiba dan
sebagainya, maka tidak perlu takut; karena sensasi ini merupakan petunjuk
adanya relaksasi. Akan tetapi jika perasaan tersebut masih mengganggu
proses relaksasi maka dapat diatasi dengan membuka mata, bernafas sedikit

12
dalam dan pelan-pelan, mengkontraksikan seluruh badan kecuali relaksasi
dapat diulangi lagi.
g. Waktu relaksasi individu tidak perlu takut kehilangan kontrol karena ia tetap
berada dalam kontrol yang dasar.
h. Kemampuan untuk rileks dapat bervariasi dari hari ke hari.
i. Relaksasi akan lebih efektif apabila dilakukan sebagai metode kontrol diri.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penerapan teknik relaksasi
adalah:
a. Rasional.
b. Instruksi tentang pakaian.
c. Menciptakan lingkungan yang aman.
d. Konselor memberi contoh latihan relaksasi itu.
e. Intruksi-instruksi untuk relaksasi.
f. Penilaian setelah latihan.
g. Pekerjaan rumah dan tindak lanjut.

J. Relevansi Relaksasi
Relevansi dalam teknik relaksasi adalah kesesuaian atau kecocokan (kaitan
antara penggunaan teknik itu) dengan perilaku atau masalah individu, misalnya
seseorang yang mengalami ketegangan dan kecemasan yang berat kemudian
diberikan relaksasi maka ketegangan dan kecemasan yang dialami tersebut akan
berkurang, sehingga individu tersebut akan merasa lebih rileks, tenang, dan mampu
berfikir secara jernih.
K. Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003)
Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan
diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang
mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara
masuk selama inspirasi.
Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut :
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang

13
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
12) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan
cepat.

L. Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi napas dalam terhadap


penurunan nyeri
Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri
melalui mekanisme yaitu :
1. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang
disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami spasme dan iskemic.
2. Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin (Smeltzer &
Bare, 2002)
3. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat. Relaksasi melibatkan sistem
otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah
dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.
Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak
pada fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem

14
syaraf perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan internal
individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin,
prostaglandin dan substansi, akan merangsang syaraf simpatis sehingga
menyebabkan vasokostriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang
menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan
pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan
metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla
spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.

15
BAB III

Naskah Role Play

Kepala Ruangan : Veronika Maarebia

Perawat A : Jesica Bandong ( TIM I)

Perawat B : Sasney Sipada (TIM II)

Perawat C : Indahsari Tumuwo

Perawat D : Deltris Banggala

Perawat E : Ennie Salikode

Perawat F : Titania Lasapu (Mahasiswa Praktik)

Perawat G : Olland Rantung (Mahasiswa Praktik)

Pasien A : Meilan Mait

Pasien B : Jelian Makatilik

Keluarga Pasien A : Indah Harahap

Keluarga Pasien B : Fransin Palit

Narator : Clausewitz Masala

Di sebuah Rumah Sakit A di ruang penyakit dalam para perawat di pagi hari
melakukan operan shift pada pukul 07.00 WIB di ruang perawat.

Kepala Ruangan : Syalom.... Selamat pagi, puji syukur kita masih diberi
kesehatan. Sehingga bisa bertemu lagi seperti hari biasanya,
baik langsung saja laporan dari masing-masing TIM.

16
Perawat A : Dari TIM I jumlah pasien ada 7, Tn. A mengeluh sesak
dan sudah diberikan oksigen, N y. B tambahan infus 500cc
karena mengalami diare, Ny. C hari ini sudah boleh pulang.

Perawat B : Dari TIM II jumlah pasien 5, Ny. A tadi sudah dilakukan


transfusi, Ny. B pasien baru masuk dengan keluhan sesak,
batuk lebih dari 2 minggu, dan Ny. A tadi mengeluh nyeri
dan sulit untuk tidur dan Ny. B mengeluh nyeri di bagian
abdomen dan tidak bisa tidur.

Kepala Ruangan : Baik terima kasih atas laporannya, sekarang mari kita
berdoa sesuai kepercayaan masing-masing.

Setelah selesai operan para perawat melakukan verbed dan TTV lalu perawat
beserta kepala ruangan mengecek pasien satu per satu hingga sampailah pada
Ny. A dan Ny. B

Kepala Ruangan : Selamat pagi Ibu ... bagaimana tidurnya tadi malam?
Nyenyak atau tidak?

Pasien A dan B : Tidak ses

Kepala Ruangan : Kenapa???

Pasien A : Ini ses, kaki saya rasannya sakit, nyeri jadi saya tidak bisa
tidur.

Pasien B : Saya juga ses, rasanya sakit sekali pada perut saya, jadi
tidak bisa tidur.

Kepala Ruangan : ya sudah sekarang istirahat dulu nanti ada perawat yang
akan mengajari ibu-ibu teknik relaksasi agar ibu-ibu tidak
merasa nyeri lagi.

Pasien A dan B : Baik ses,

17
Setelah mengecek satu per satu pasien perawat dan kepala ruangan kembali
ke ruangan untuk melakukan tindakan lebih lanjut kepada pasien.

Kepala Ruangan : sus, nanti pasien Ny. A dan B tolong di ajarkan relaksasi
ya? Supaya nyeri yang dia rasakan bisa berkurang.

Perawat D : baik ses. Saya akan lakukan.

Setelah itu perawat D, F dan G menuju ruang Ny.A dan Ny. B untuk
melakukan relaksasi.

Perawat D : selamat pagi bu?

Pasien A dan B : Pagi sus.

Perawat D : Bu, Kami hari ini akan mengajarkan ibu teknik relaksasi
supaya nyeri yang ibu rasakan sedikit berkurang, jadi ibu
bisa tidur nyenyak. Ibu bersedia kan?

Pasien A : Iya saya mau.

Pasien B : Iya ses saya juga mau.

Perawat D : Iya, baiklah ibu berhubung anak ibu A dan Ibu Ny. B ada
disini juga, jadi dapat melihat teknik relaksasi yang saya
ajarkan, supaya mereka nantinya bisa mengingatkan cara
relaksasinya nanti kalau ibu-ibu merasakan nyeri.

Keluarga Pasien B : iya sus,.. nanti saya ingatkan caranya kalau ibu saya
merasakan nyeri.

Keluarga Pasien A : baik sus,

Perawat D : Ibu bisa melihat ses G mempraktekannya terlebih dahulu


setelah itu ibu sendiri sambil saya ajari.

18
Pasien A dan B : (mengangguk) Iya sus.

Perawat G : Pertama ibu tarik napas melalui hidung, tahan 3 detik lalu
hembuskan pelan-pelan lewat mulut (sambil
mempraktikkan). Ini diulang beberapa kali sampai nyeri
berkurang. Ibu sekarang sudah mengerti? Sekarang coba
ganti ibu yang mempraktikkan?

Pasien A : (Melakukan relaksasi) seperti ini ya sus?

Perawat G : Iya , bu A.

Pasien B : (Mengikuti dengan teliti)

Perawat G : Bagus. Sekali lagi bu A dan B. Nanti kalau ibu sudah


capek, ibu bisa istirahat dulu.

Pasien A dan B : Iya sus.

Perawat D : Mbak bisa dipahami teknik relaksasi tadi.

Keluarga pasien A : bisa diulang lagi sus..

Perawat G : Pertama, tarik napas melalui hidung, tahan 3 detik lalu


hembuskan pelan-pelan lewat mulut (sambil
mempraktikkan). sekarang sudah mengerti? Coba mbak
praktikkan?

Keluarga pasien B : (Mempraktikkan teknik relaksasi), jadi kalau saya nyeri


juga bisa saya lakukan cara ini suster supaya nyeri saya
berkurang suster.

Perawat F : Iya, bisa mbak, jadi cara ini di ulang beberapa kali sampai
nyerinya berkurang.

Keluarga Pasien A,B : iya sus, terima kasih..

19
Perawat F : Ya sudah bu. Sekarang saya sudah selesai, ibu silahkan
istirahat dulu saya mau kembali ke ruangan dulu. Kalau ibu
perlu bantuan ibu bisa panggil saya.

Pasien A dan B : Baik sus.

Setelah selesai melakukan teknik relaksasi perawat melapor pada Kepala


Ruangan.

Perawat D : tok ,,, tok,,, permisi Ses

Kepala ruangan : oh ... iya silahkan masuk, silahkan duduk

Perawat D : maaf pak, saya mau melapor bahwa saya sudah


mengajarkan teknik relaksasi kepada Ny.A dan Ny. B

Kepala ruangan : Baik sus. Bagaimana respon dari pasien? Apakah pasien
bisa melakukan sendiri dan apakah nyerinya berkurang
sekarang?

Perawat D : Pasien sudah bisa melakukannya sendiri dan nyeri yang


pasien rasakan juga telah berkurang.

Kepala Ruangan : Baik sus, terima kasih. Nanti saya akan mengeceknya.
Silahkan melanjutkan pekerjaan.

Perawat D : Baik ses.

Setelah Kepala Ruangan menyelesaikan pekerjaannya, Kepala Ruangan


mengunjungi Ny.A dan Ny. B

Kepala Ruangan : Selamat pagi bu?

Pasien A : Pagi Ses.

20
Kepala Ruangan : Bagaimana bu keadaannya? Tadi kan sudah diajarkan
teknik relaksasi, apakah nyerinya sudah berkurang?

Pasien A : Sudah lumayan ses,

Pasien B : Anu Ses. Nyerinya sudah berkurang tapi sedikit. Saya


masih merasa nyeri walau saya sudah lakukan teknik
relaksasi. Ini bagaimana ses?

Kepala Ruangan : Baik bu B. Saya akan berusaha membantu ibu untuk


mengatasi masalah ibu. Saya mencari cara untuk
mengurangi rasa nyeri yang ibu rasakan.

Pasien B : Iya ses. Terima kasih.

Pasien A : Makasih ses,

Setelah itu Kepala Ruangan dan semua perawat berdiskusi.

Perawat C : Permisi Ses?

Kepala Ruangan : Ya silahkan.

Perawat E : Ada keperluan apa bapak memanggil kita semua?

Kepala Ruangan : Begini, tadi kan saya sudah mengecek keadaan pasien
Ny.B yang mengeluh nyeri. Dia tadi sudah mendapatkan
teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri tapi setelah
saya kaji Ny.B masih merasa nyeri. Dia berkata bahwa
nyerinya hanya berkurang sedikit. Saya merasa bahwa
pelayanan kita di manajemen nyeri masih kurang sehingga
perlu tingkatkan.

Perawat C : Iya saya rasa juga begitu. Karena Tn.H juga mengeluh
masih merasa nyeri juga.

21
Perawat E : Iya. Bagaimana kalau kita juga melakukan distraksi dalam
manajemen nyeri.

Perawat B : Iya ya. Betul tuch.

Kepala Ruangan : Saya rasa itu ide yang baik. Apakah kalian semua setuju?
Atau ada yang mempunya ide lain?

Perawat B : Begini pak, saya juga setuju jika kita juga melakukan
distraksi. Tapi saya mau menambahkan bagaimana kalau
beberapa dari kita mengikuti pelatihan manajemen nyeri
agar kita bisa mempunyai banyak referensi dari manajemen
nyeri dan kita juga bisa meningkatkan pelayanan dibidang
manajemen nyeri. Bagaimana pak?

Kepala Ruangan : Wah idemu bagus sekali. Bagaimana pendapat yang lain?
Kalian semua setuju?

Perawat C : Iya pak. Itu ide yang bagus, saya setuju.

Perawat A & B : Iya pak setuju. (sambil mengangguk-angguk)

Kepala Ruangan : Baik kalau begitu saya akan mengirim beberapa dari
kalian untuk mengikuti pelatihan manajemen nyeri. Saya
akan memberitahukannya secepatnya. Sekarang diskusi ini
saya akhiri, terima kasih atas partisipasinya. Semoga nanti
hasilnya memuaskan. Amin. Sekarang kalian bisa kembali
melaksanakan pekerjaan yang tadi tertunda.

Semua Perawat : Iya pak. Permisi.

Setelah 2 hari beberapa perawat mengikuti pelatihan manajemen nyeri


kemudian perawat menerapkan ilmu yang mereka dapat pada pelatihan

22
tersebut. Setelah beberapa hari cara ini diterapkan ada peningkatan dalam
pelayanan di ruangan tersebut, dan pasien merasa puas dengan pelayanan di
ruangan itu.

23
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pernyataan makalah diatas dapat kami disimpulkan bahwa
relaksasi adalah salahsatu tehnik dalam terapi perilaku untuk mengurangi
ketengangan dan kecemasan. Di dalam relaksasi terdapat tehnik di gunakan
untuk pasien tanpa bantuan terapis dan mereka dapat menggunakannya
untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-
hari.Menurut pandangan ilmiah relaksasi merupakan kontraksi terhadap
perpindahan serabut otot.Adapun tujuan latihan relaksasi, termasuk pula
latihan manajemen stres, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu
ketengangan otot maupun ketegangan psikologis.
Ada banyak manfaat nyata yang kami simpulkan dari latihan relaksasi.
Beberapa keuntungan yang dapat di peroleh dari latihan relaksasi,antara
lain:
Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi
yang berlebihan karena adanya stres. Masalah-masalah yang berhubungan
dengan stres seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau
diobati dengan relaksasi dan menunjukkan bahwa relaksasi dapat
menurunkan tekanan darah systolic dan diastolic pada penderita hipertensi.
Selanjutnya bahwa membuktikan keberhasilan relaksasi pada penderita
insomnia berusia 11 tahun selanjutnya dapat mengurangi tingkat
kecemasan.Beberapa bukti telah menunjukkan bahwa individu dengan
tingkat kecemasan yang tinggi dapat menunjukkan efek fisiologis positif
melalui latihan relaksasi setelah itu dapat mengurangi kemungkinan
gangguan yang berhubungan dengan stress, dan mengontrol anticipatory
anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan dan lain-lain.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Jones, Richard Nelson. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan


Terapi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2. Komalasari, G. et al. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks
3. Fauzan, Lutfi. 2009. Konseptual Tentang Desensitisasi Sistematisi. Online

25

Вам также может понравиться