Вы находитесь на странице: 1из 9

Nama: yuliatry meganingrum

Nim: 171910501054

Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin,
agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta
ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk


mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi
penduduk. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan
keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan
pembangunan berkelanjutan.

Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi
derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian,
kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan
sebagai manusia yang bertaqwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.

MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke 4 setelah Amerika
Serikat. Selain jumlah penduduknya yang besar, luasnya negara kepulauan dan tidak meratanya
penduduk membuat Indonesia semakin banyak mengalami permasalahan terkait dengan hal
kependudukan. Tidak hanya itu, faktor geografi, tingkat migrasi, struktur kependudukan di
Indonesia dll membuat masalah kependudukan semakin kompleks dan juga menjadi hal yang
perlu mendapatkan perhatian khusus guna kepentingan pembangunan manusia Indonesia.

Adapun masalah-masalah kependudukan yang dialami oleh Indonesia antara lain:

A. Demografis

1. Besarnya Jumlah Penduduk (Over Population)

Telah disebutkan sebelumnya di awal bahwa jumlah penduduk Indonesia berada di urutan ke
empat terbesar di dunia setelah berturut-turut China, India, Amerika Serikat dan keempat adalah
Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka 237.641.326
(www.bps.go.id). Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah. Dari
sensus tahun 1971-2010, jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah.

2. Tingginya Tingkat Pertumbuhan Penduduk

Terkait dengan jumlah penduduk yang tinggi tentunya terdapat faktor yang mempengaruhinya.
Salah satunya adalat tingkat atau laju pertumbuhan penduduk. Besarnya laju pertumbuhan
penduduk membuat pertambahan jumlah penduduk semakin meningkat.

Semakin besar persentase kenaikannya maka semakin besar jumlah penduduknya. Kenaikan ini
tentunya membawa dampak bagi kependudukan Indonesia. Dalam penentuan kebijakan semakin
banyak yang perlu dipertimbangkan baik dalam hal penyediaan berbagai sarana dan prasaranan,
fasilitas-fasilitas umum dan yang terpenting adalah kebijakan dalam rangka mengurangi laju
pertumbuhan yang ada di Indonesia. Dari situlah muncul program KB dan kini ditangani olah
BKKBN.

3. Persebaran Penduduk Tidak Merata

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu wilayah dibandingkan dengan luas
wilayahnya yang dihitung jiwa per km kuadrat. Berdasarkan sensus penduduk dan survey
penduduk, persebaran penduduk Indonesia antar provinsi yang satu dengan provinsi yang lain
tidak merata.

Di Indonesia sendiri terjadi konsentrasi kepadatan penduduk yang berpusat di Pulau Jawa.
Hampir lebih dari 50% jumlah penduduk Indonesia mendiami Jawa. Hal ini menjadi masalah
apabila pusat pemerintahan, informasi, trasportasi, ekonomi, dan berbagai fasilitas hanya berada
di satu wilayah. Penduduk akan berusaha untuk melakukan migrasi dan akhirnya akan
berdampak pada permasalahan pemerataan pembangunan.

Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya persebaran penduduk:

Kesuburan tanah, daerah atau wilayah yang ditempati banyak penduduk, karena dapat dijadikan
sebagai lahan bercocok tanam dan sebaliknya.
Iklim, wilayah yang beriklim terlalu panas, terlalu dingin, dan terlalu basah biasanya tidak
disenangi sebagai tempat tinggal
Topografi atau bentuk permukaan tanah pada umumnya masyarakat banyak bertempat tinggal di
daerah datar
Sumber air
Perhubangan atau transportasi
Fasilitas dan juga pusat-pusat ekonomi, pemerintahan, dll.

B. Non Demografis Bersifat Kualitatif

1. Tingkat Kesehatan Penduduk yang Rendah

Usaha untuk terus meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia terus digalakkan. Namun,
kembali lagi permasala itu tetap muncul dan menjadi PR bagi penentu kebijakan guna
meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

Dalam hal kesehatan yang akan mejadi sorotan bagaimana gambaran tingkat kesehatan adalah
angka kematian bayi. Besarnya kematian yeng terjadi menujukkan bagaimana kondisi
lingkungan dan juga kesehatan pada masyarakat.

2. Pendidikan Yang Rendah

Kesadaran masyarakat akan pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Dari UU yang
dikeluarkan pun terlihat bahwa wajib belajar penduduk Indonesia masih terbatas 9 tahun
sementara negara lain bahkan menetapkan angka lebih dari 12 tahun dalam pendidikannya.
Namun bagi Indonesia sendiri, angka 9 tahun pun belum semuanya terlaksana dan tuntas
mengingat banyaknya pulau di Indonesia yang masih belum terjangkau oleh berbagai fasilitas
pendidikan. Dari HDI (Human Development Indeks) tahun 2011 pun rata-rata pendidikan bangsa
Indonesia masih pada angka 5.8 tahun. Dari sini pun sudah terlihat bagaimana tingkat pendidikan
di Indonesia.

3. Banyaknya Jumlah Penduduk Miskin

Kemiskinan juga menjadi salah satu masalah yang melanda Indonesia. Walau Indonesia bukan
termasuk negara miskin menurut PBB namun dalam kenyataannya lebih dari 30 juta rakyat
Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Yang lebih disayangkan lagi, Indonesia merupkan
negara yang kaya akan sumber daya alam yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tapi
sungguh memprihatinkan ketika meihat bagaimana kemiskinan menjadi bagian permasalahan di
negeri yang kaya ini.
Secara garis besar penurunan jumlah warga miskin memang terlihat signifikan. Hal ini juga
dibenarkan oleh beberapa pakar yang mengamati penurunan ini. namun, angka 30 juta masih
menjadi permasalahan sendiri mengingat adanya berbagai tujuan global yang akan di capai tahun
2015.

Selain kemiskinan, masalah lain adalah kesenjangan sosial menjadi terlihat jelas di Indonesia.
Kaum konglomerat menjadi penguasa namun pemerintah diam saja dengan kemiskinan yang
ada. tidak mengherankan apabila negara Indonesia memiliki jumlah rakyat miskin yang cukup
banyak.

MASALAH KEPENDUDUKAN

1. Kematian
Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen. Kematian bersifat
mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian caranya hampir
sama dengan perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor
pendukung kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas).

a.) Faktor pendukung kematian (pro mortalitas)


Faktor ini mengakibatkan jumlah kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini adalah:
– Sarana kesehatan yang kurang memadai.
– Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
– Terjadinya berbagai bencana alam
– Terjadinya peperangan
– Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri
– Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.

b.) Faktor penghambat kematian (anti mortalitas)


Faktor ini dapat mengakibatkan tingkat kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah:
– Lingkungan hidup sehat.
– Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap.
– Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain.
– Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.

Angka Kematian Khusus Menurut Umur Tertentu (Age Specific Death Rate = ASDR)
Angka kematian khusus menurut umur tertentu dapat digunakan untuk mengetahui kelompok-
kelompok usia manakah yang paling banyak terdapat kematian. Umumnya pada kelompok usia
tua atau usia lanjut angka ini tinggi, sedangkan pada kelompok usia muda jauh lebih rendah.

2. Kelahiran ( Natalitas )
Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat
kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas)
Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain:
• Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu.
• Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.
• Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.
• Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.
• Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak laki-
laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.
Faktor pro natalitas mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk menjadi besar.
Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain:
• Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak.
• Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-
laki minimal berusia 19 tahun.
• Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
• Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan
hanya sampai anak ke – 2.
• Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan.

Faktor – faktor penunjang tingginya angka natalitas dalam suatu negara antara lain :

1.Kepercayaan dan agama


Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama atau kepercayaan
tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan sedikitnya peserta KB
berarti kelahiran lebih banyak dibanding bila peserta KB banyak

2.Tingkat pendidikan
Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula penundaan
kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secararasional.
3.Kondisi perekonomian
Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah anak karena
merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka
penduduknya menjadi banyak.

4.Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah mempengaruhi apakah ada pembatasan kelahiran atau penambahan
jumlah kelahiran. Selain itu kondisi pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang akan
mengurangi angka kelahiran

5.Adat istiadat di masyarakat


Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk. Misalnya nilai anak,
ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada yang menilai anak laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau
sebaliknya.

6.Kematian dan kesehatan


Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan yang baik
memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi yang rendah akan menambah
pula jumlah kelahiran.

7.Struktur Penduduk
Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan
yang mayoritas usia non produktif (misalnya lebih banyak anak-anak dan orang-orang tua usia).
Untuk menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan angka kelahiran (Fertilitas).
Angka kelahiran yaitu angka yang menunjukkan rata-rata jumlah bayi yang lahir setiap 1000
penduduk dalam waktu satu tahun.

3. Migrasi
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat lain. Dalam
mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang
melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang merupakan
perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu negara saja.
Faktor-faktor terjadinya migrasi, yaitu :
1. Persediaan sumber daya alam
2. Lingkungan social budaya
3. Potensi ekonomi
4. Alat masa depan
Perlu diketahui bahwa usia 15 – 49 tahun adalah usia subur bagi wanita. Pada usia itulah wanita
mempunyai kemungkinan untuk dapat melahirkan anak.

Faktor lain yang mempengaruhi cepatnya pertumbuhan penduduk di indonesia adalah keyakinan
masyarakat yaitu bahwa banyak anak , banyak rezeki.

“Anak itu rejeki, itu betul. Tapi di satu sisi lain, anak itu juga amanah, tanggung jawab. Jadi
kalau kita tidak bisa mendidik dengan baik, itu suatu kesalahan besar bagi orang tua,”

Jadi jumlah yang lahir jauh lebih banyak dari yang meninggal. Akibatnya, angka pertumbuhan
penduduk meningkat dengan cepat. Peledakan penduduk ini dapat mengacaukan pembangunan
ekonomi dan mengganggu kesejahteraan keluarga. Pendapatan masih rendah, sementara banyak
anak yang harus diurus. Kualitas anak tidak terjamin sehingga sulit keluar dari perangkap
kemiskinan.

Faktor lain berikutnya adalah :

Karena gagalnya pemerintah dalam menkampanyekan KB (keluarga berencana)

Kendala program KB adalah otonomi daerah yang mengakibatkan keterputusan koordinasi dan
implementasi program secara luas. Tidak semua daerah mempunyai struktur yang khusus
mengurusi KB. Di tengah perubahan itu fungsi petugas penyuluh lapangan KB (PLKB) juga
tergerus karena kurang dukungan. Padahal PLKB penting untuk mengedukasi dan memberikan
konseling sehingga masyarakat dapat merencanakan keluarga dengan baik dan rasional.

masalah sosial akibat kepadatan penduduk :

 terjadinya kerawanan sosial.


 lunturnya nilai-nilai sosial.
 kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.
 timbulnya masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan, kesehatan, dan
keamanan.

masalah lingkungan fisik akibat kepadatan penduduk :

 kerusakan hutan.
 terjadinya pencemaran lingkungan.
 kekeringan pada musim kemarau.
 semakin sempitnya lahan pertanian,
 timbulnya banjir pada musim penghujan.
Demografi (demography), merupakan istilah yang berasal dari dua kata Yunani, yaitu
demos yang berarti rakyat atau penduduk dan graphein yang berarti menggambar atau menulis.
Oleh karena itu, demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang penduduk ,
terutama tentang kelahiran, perkawinan, kematian dan migrasi. Demografi meliputi studi ilmiah
tentang jumlah, persebaran geografis, komposisi penduduk, serta bagaimana faktor faktor ini
berubah dari waktu kewaktu. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Archille Guillard pada
tahun 1855 dalam karyanya yang berjudul “elements de statistique humaine, ou demographie
comparree” atau elements of human statistics or comparative demography (dalam
Iskandar,1994).

Kriteria Kependudukan
Tidak ada satupun pemerintah suatu negara dengan wilayah yang luas dapat menentukan
kebijaksanaannya ataupun melaksanakan kebijaksanaan dan program-programnya secara efektif
dan efisien melalui sistem sentralisasi (Bowman & Hampton, 1983). Pandangan ini menjadi
dasar bagi kebutuhan akan pelimpahan atau penyerahan sebagian kewenangan pemerintah pusat
kepada organisasi atau unit di luar pemerintah pusat itu sendiri, baik dalam konotasi politis
maupun dalam konotasi administratif. Penyerahan atau pelimpahan kekuasaan atau
kewenangan tersebut dapat mengambil bentuk devolusi, dekonsentrasi, delegasi atau privatisasi.
Di berbagai negara keempat bentuk tersebut diterapkan, meski salah satu bentuk bisa mendapat
prioritas dibandingkan dengan bentuk lainnya (Chema & Rondinelli, 1983).
Area dan penduduk merupakan faktor utama yang menentukan ukuran pemerintahan
daerah. Keadaan geografis suatu wilayah akan menentukan karakteristik masyarakat, mata
pencaharian maupun budayanya. Pertumbuhan penduduk akan menyebabkan perluasan
pemukiman yang berimplikasi kepada aspek ekonomi, politik, administrasi, maupun cakupan
wilayah kerja pemerintahan daerah. Perubahan area akan terjadi secara cepat seiring dengan
pertumbuhan penduduk, kondisi sosial, ekonomi, transportasi, teknologi dan sebagainya. Batas
wilayah kemudian dapat menjadi kabur, dan ketergantungan antar daerah kemudian menjadi
sangat dominan. Dengan demikian keadaan geografis dan demografis merupakan paramater yang
cukup dominan dalam menentukan pola administasi pemerintahan suatu daerah. Dalam kaitan ini
pola dan karakter pemerintahan daerah hams sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pemerintah daerah untuk mampu menjalankan fungsi-fungsinya secara optimal baik dalam
penyediaan pelayanan masyarakat (public service function), pemberian perlindungan kepada
masyarakat (protective function), pelaksanaan pembangunan (development function), dan mampu
mengadaptasikan diri terhadap perubahan, dinamika dan perkembangan dalam masyarakat
maupun lingkungan strategisnya.
Keberadaan suatu daerah otonom pada prinsipnya harus mampu untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian
pertimbangan efisiensi dan efektivitas dalam pemberian layanan merupakan faktor penting yang
perlu dipertimbangkan dalam pembentukan daerah otonom. Dalam hal ini pembentukan suatu
daerah otonom seharusnya mempertimbangkan keseimbangan antara luas daerah dengan jumlah
penduduknya. Terlalu banyaknya jumlah penduduk dalam wilayah yang sempit dapat
mengakibatkan munculnya berbagai masalah sosial sebagai akibat kurangnya daya dukung
lingkungan. Demikian pula, terlalu banyaknya penduduk dapat berakibat pada ketidakmampuan
pemda dalam memberikan pelayanan secara optimal kepada penduduknya. Sedang terlalu
sedikitnya jumlah penduduk dibandingkan dengan luas daerah akan mengakibatkan pemberian
layanan akan membutuhkan biaya yang tinggi sehingga tidak efisien (high cost)

Вам также может понравиться