Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Komunikasi politik adalah proses penyampaian pesan, proses dimana informasi politik
yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik pada bagian lainnya, dan diantara sistem-
sistem sosial dengan sistem-sistem politik. Proses ini berlangsung disemua tingkat masyarakat
disetiap tempat yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi diantara individu-individu
dengan berbagai kelompok juga. Sebab dalam kehidupan bernegara setiap individu memerlukan
informasi terutama mengenai kegiatan masing-masing pihak.
Tetapi sering juga timbul keluhan-keluhan yang berupa kurangnya memahami dan
mendefinisikan komunikasi politik, terutama dipengaruhi oleh keragaman sudut pandang atau
paradigma terhadap kompleksitas realitas sehari-hari, padahal perlu diketahui bahwa
pengetahuan terhadap komunikasi dan politik merupakan suatu peranan yang sangat penting
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan perlu diketahui bahwa politik menyangkut
prilaku penguasa dan berupa lahirnya partai politik-partai politik baru yang kita hanya
menganggap persaingan-persaingan kegiatan berupa pemilu merupakan sebuah pesta politik
untuk kalangan elit tetapi pemilu merupakan kegiatan yang amat penting dalam menegakkan
kedaulatan rakyat dan karena melalui pemilu seleksi kepemimpinan dan perwakilan dapat
dilakukan secara lebih fear.
Kebesaran suatu bangsa bergantung pada kemampuan rakyat, masyarakat umum, dan
massa untuk menemukan simbol dalam orang pilihan, karena orang pilihanlah yang mampu
membimbing massa. Setiap pemimpin dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi,
membentuk komunikasi, membentuk sikap dan prilaku khalayak, masyarakat yang mendukung
terhadap aktivitas kepemimpinannya. Oleh karena itu kita mengangkat tema komunikasi politik
untuk dibahas lebih lanjut karena komunikasi politik memainkan peranan penting sekali didalam
sistem politik.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Gambaran ini memberikan bahwa objek studi ilmu komunikasi ini adalah komunikasi yang
terjadi di masyarakat. Berhubung objek tersebut mencakup masyarakat yang luas, maka titik
berat perhatian ilmu komunikasi mencakup komunikasi antarpribadi atau komunikasi
langsung/tatap muka, yang mencakup komunikasi melalui media massa.
Sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi, ilmu komunikasi saat kini lebih
banyak tertuju pada media massa, baik cetak seperti koran dan majalah, maupun elektronik
seperti radio, dan televisi. Khususnya media elektronik, perkembangannya sangat pesat, sangat
mempengaruhi model dan paradigma komunikasi, yaitu komunikasi massa.
Istilah komunikasi politik masih relatif baru dalam ilmu politik. Istilah tersebut mulai
banyak disebut-sebut semenjak terbitnya tulisan Gabriel Almond(1960:3-64) dalam bukunya
yang berjudul The Politics of the Development Areas, dia membahas komunikasi politik secara
lebih rinci. Menurut Almond (1960:12-17), definisikomunikasi politikadalah salah satu fungsi
yang selalu ada dalam setiap sistem politik sehingga terbuka kemungkinan bagi para ilmuwan
politik untuk memperbandingkan berbagai sistem politik dengan latar belakang budaya yang
berbeda. Arti penting dari sumbangan pemikiran Almond terletak pada pandangannya bahwa
semua sistem politik yang pernah ada di dunia ini, yang ada sekarang, dan yang akan nanti
mempunyai persamaan-persammaan yang mendasar, yaitu adanya kesamaan fungsi yang
dijalankan oleh semua sistem politik. (Ardial :4)
Komunikasi politik merupakan salah satu dari tujuh fungsi yang dijalankanoleh setiap
sistem politik. Seperti dikemukakan oleh almond (1960:45)
Tulisan Almond tersebut menunjukkan bahwa ada kaitan antara fungsi politik dengan
komunikasi politik. Fungsi komunikasi politik bukanlah fungsi yang berdiri sendiri. Komunikasi
politik merupakan proses penyampaian pesan yang terjadi pada saat tujuh fungsi lainnya
dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam
setiap fungsi sistem politik.
Dari perspektif yang berbeda, Nimmo (1999 :10), juga memberi rumusan komunikasi
politik. Dengan memandang inti komunikasi, sebagai proses interaksi sosial dan inti politik
sebagai konflik sosial, Nimmo (1999:10) merumuskan komunikasi politik sebagai kegiatan yang
bersifat politis atas dasar konsekuensi aktual dan potensial, yang menata prilaku dalam kondisi
konflik.
2
Sedangkan bila ditinjau dari sisi komuikasi oleh para pakar ilmuwan komunikasi agak
berbeda. Ilmuwan komunikasi lebih banyak membahas peranan media massa dalam komunikasi
politik. Para ilmuwan politik mengartikan komunikasi politik sebagai proses komunikasi yang
melibatkan pesan komunikasi dan aktor politik dalam kegiatan kemasyarakatannya. Ilmuwan
komunikasi menilai saluran komunikasi melalui media massa merupakan saluran komunikasi
politik yang sangat urgen. Sebaliknya ilmuwan politik menilai saluran media massa dan saluran
tatap muka memainkan peranan yang sama pentingnya.
Berdasarkan uraian di atas dan pendapat dari pada ilmuwan di atas dapat disimpulkan
bahwa komunikasi politik mempunyai lingkup pembahasan yang sangat luas, tidak hanya
membahas bagaimana komunikasi dapat dipergunakan dalam mencapai kekuasaan dan tujuan
politik secara internal tetapi juga bagaimana sistem yang berlangsung dipertahankan.
3
sistem politik yang menghubungkan antara suprastruktur dan infrastruktur politik.
Artinya negara memiliki pengaruh yang lebih besar dalam mengendalikan media
komunikasi politik kepada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat tidak memiliki kekuatan
untuk mengendalikan sistem politik dan bahkan hanya bisa menerima pesan politik yang
disampaikan negara.
Dilihat dari ketiga konsep komunikasi politik diatas, semuanya dapat diterapkan
dibeberapa negara. Namun, dalam perkembangan teknologi yang semakin maju seperti saat ini,
akan sulit sekali mengontrol setiap komunikasi yang berupa pesan politik yang disampaikan oleh
sebagian masyarakat umum.
Dalam pengaplikasiannya, komunikasi politik dapat mencakup tentang konsep, strategi, dan
teknik kampanye, propaganda, dan opini publik. Yang paling umum diterapkan dan biasanya
dijadikan alat yakni dalam teknik kampanye.
Komunikasi politik tradisional, bahwa komunikasi yang diterapkan oleh para elit politik
hanyalah untuk kepentingan golongan mereka saja. Media massa difungsikan sebagai alat
kontrol sosial untuk memelihara ketertiban dan pemerintahan golongan elit. Disini terlihat
jelas bahwa yang memegang kendali adalah para elit politik, sehingga terjadi ketidak
seimbangan antara opini masyarakat dan kebijakan yang dijalankan pemerintah.
Komunikasi masa transisi, bahwa media massa harus berjalan secara terang-terangan, tidak
terkekang, untuk menciptakan titik pandang yang memberikan pengujian yang independen
terhadap pemerintah dan memiliki peluang untuk menelaah semua opini secara bebas dan
terbuka.
Komunikasi timbal balik, bahwa tejadinya komunikasi dua arah antara media massa dengan
masyarakat serta politisi. Pemerintah menerima prinsip pers yang bebas, tetapi pers juga
4
harus melaksanakan pelayanan masyarakat melalui kritik sosial yang didampaikan oleh
bebagai komponen masyarakat yang bertanggung jawab, dengan jaminan atas pers bebas.
Penerapan ketiga model diatas sebenarnya tidak mutlak terjadi secara utuh pada suatu
sistem pemerintahan. Tetap terjadi beberapa penyimpangan oleh sebagian kelompok-kelompok
yang memiliki kepentingan tersendiri. Hubungan antara negara dan media bukanlah seperti yang
ditafsirkan oleh kebanyakan orang yakni sebagai perantara dari informasi resmi, mengumpulkan
dari sumber-sumber yang resmi, menyampaikan pada warga negara dan mengembalikan
tanggapan warga negara kepada pemimpin politik, dalam hal ini pemerintah. Akan tetapi
hubungan yang tersusun atas ruang lingkup yang berbeda-beda dan saling bekerja sama adalah
politisi, yakni sebagai komunikasi yang memiliki konsekuensi bagi pengaturan perbuatan
manusia dan kondisi konflik.
5
Komunikator Politik pada dasarnya adalah semua orang yang berkomunikasi tentang
politik, mulai dari obrolan warung kopi hingga sidang parlemen untuk membahas konstitusi
negara. Namun, yang menjadi komunikator utama adalah para pemimpin politik atau pejabat
pemerintah karena merekalah yang aktif menciptakan pesan politik untuk kepentingan politis
mereka. Mereka adalah pols, yakni politisi yang hidupnya dari manipulasi komunikasi, dan vols,
yakni warganegara yang aktif dalam politik secara part timer ataupun sukarela.
Komunikator politik utama memainkan peran sosial yang utama, teristimewa dalam
proses opini publik. Karl Popper mengemukakan “teori pelopor mengenai opini publik”, yakni
opini publik seluruhnya dibangun di sekitar komunikator politik. Menurut JD.Halloran,
kominikator massa berlaku juga bagi komunikator politik. Dan menurut James Rosenau adalah
“pembuat opini pemerintah” atas “hal ihwal nasional yang multimasalah”.
Klasifikasi tersebut adalah :
1. Pejabat Eksekutif (Presiden, kabinet, Ka. Penasihat)
2. Pejabat Legislatif (Senator atau DPD, Pimpinan Utama DPR)
3. Pejabat Yudukatif (Para Hakim MA, MK)
4. Komunikator Politik terdiri dari tiga kategori: Politisi, Profesional, dan Aktivis.
5. Politisi adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, seperti
aktivis parpol, anggota parlemen, menteri, dsb.;
1. Aktivis – (a) Jurubicara (spokesman) bagi kepentingan terorganisasi, tidak memegang atau
mencita-citakan jabatan pemerintahan, juga bukan profesional dalam komunikasi. Perannya
mirip jurnalis. (b) Pemuka pendapat (opinion leader) –orang yang sering dimintai petunjuk dan
informasi oleh masyarakat; meneruskan informasi politik dari media massa kepada masyarakat.
Misalnya tokoh informal masyarakat kharismatis, atau siapa pun yang dipercaya publik.
6
Pesan komunikasi merupakan produk penguasa atau lembaga kekuasaan setelah melalui
proses encoding (proses penyusunan ide menjadi simbol atau pesan) atau setelah diformulasikan
kedalam simbol-simbol yang sesuai dengan kapasitas sasaran.
Pesan komunikasi politik adalah pesan yang berkaitan dengan peran negara dalam
melindungi semua kepentingan masyarakat (warga negara). Bentuk pesannya dapat berupa
keputusan, kebijakan, dan peraturan yang menyangkut kepentingan dari keseluruhan masyarakat,
bangsa, dan negara. Dalam pembicaraan politik, komunikator lebih banyak menggunakan
instrumen komunikasi yang meliputi :
3. Lambang
Pembicaraan politik adalah kegiatan simbiotik. Kegiatan ini dapat berupa, (a)
pembicaraan otoritas dilambangkan oleh konstitusi, hukum. (b) pembicaraan kekuasaan
dilambangkan oleh Parade Militer. (c) Pembicaraan pengaruh dilambangkan oleh Mimbar partai,
Slogan, Pidato, editorial.
4. Bahasa
Bahasa dalam komunikasi politik merupakan suatu sarana yang sangat penting yang
memiliki fungsi sebagai “cover” bagi isi pesan (content message) yang akan disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan sehingga pesan tersebut memiliki daya tarik (interest) serta
mudah diterima oleh komunikan (masyarakat).
7
6. Media Komunikasi (Saluran)
1. Komunikasi massa
2. Komunikasi Interpersonal
3. Komunikasi Organisasi
Adalah proses penyampaian pesan (message) oleh komunikator politk kepada komunikan
(khalayak) atau komunikasi vertikal (dari atas ke bawah) dan horizontal (dari kiri ke kanan)
sejajar. Contohnya komunikasi antar sesama atasan, dan komunikasi sesama bawahan (staf),
serta komunikasi berperantara (pengedaran memorandum, sidang, konvensi, buletin, news letter,
lokakarya).
1. Kampanye massa
8
Adalah proses penyampaian pesan persuasif (pengaruh) yang berupa program asas,
platform partai politik yang dilakukan oleh komunikator politik kepada calon pemilih (calon
konstituen) melaui media massa, cetak, radio, maupun televisi, agar memilih partai politik yang
dikampanyekannya. Contohnya kesejahteraan seluruh petani, akan terwujud apabila memilih
partai politik yang saya pimpin menang pemilu.
2. Kampanye Interpersonal
Adalah proses penyampaian pesan persuasif (pengaruh) yang berupa program, asas,
platform (garis perjuangan), pembagian kekuasaan partai politik yang dilakukan oleh
kemunikator politik kepada tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh yang luas terhadap calon
pemilih (calon konstituen) agar menyerukan untuk memilih partai politik yang
dikampanyekannya. Contohnya Dialog dan Lobby Ketua Tim Sukses Capres-cawapres SBY-JK
kepada Ketua Umum Partai Politik Bintang Reformasi dan tim lain kepada partai politik lain.
3. Kampanye Organisasi
Adalah proses penyampaian pesan persuasif (pengaruh) yang berupa program, asas,
platform (garis perjuangan), pembagian kekuasaan partai politik yang dilakukan oleh
kemunikator politik kepada kader, fungsionaris, dan anggota dalam satu organisasi partai politik
dan antar sesama anggota agar memilih partai politik yang dikampanyekannya. Contohnya Ketua
Partai Politik memberi pesan persuasif kepada anggotanya (vertiakal), dan atau antar sesama
anggotanya (horizontal).
Menurut Ball Rokeah dan De Fleur, akibat (efek) potensial komunikasi dapat dikategorikan
dalam tiga macam, yaitu:
Yaitu efek yang berkaitan dengan pengetahuan komunikan terhadap pesan yang
disampaikan. Dalam kaitannya dengan kominikasi plitik, efek yang timbul adalah menciptakan
dan memecahkan ambiguitas dalam pikiran orang, menyajikan bahan mentah bagi interpretasi
9
personal, memperluas realitas sosial dan politik, menyusun agenda, media juga bermain di atas
sistem kepercayaan orang.
Yaitu efek yang berkaitan dengan pemahaman komunikan terhadap pesan yang
disampaikan.
Dalam hal ini ada 3 efek komunikasi politik yang timbul, yaitu:
a. Seseorang dapat menjernihkan atau mengkristalkan nilai politik melalui komunikasi politik
Yaitu efek yang berkaitan dengan perubahan prilaku dalam melaksanakan pesan
komunikasi olitik yang dierimanya dari komunikator politik
Perwujuadan efek komunikasi poliik yang timbul adalah dapat berupa “partisipasi
politik” nyata untuk memberikan suara dalam pemilihan umum DPR, DPD, DPRD, dan Presiden
serta Wakil Presiden dan aau bersedia melaksanakan kebijakan serta keputusan politik yang
dikomunikasikan oleh komunikator politik.
8. Komunikan (Pendengar)
Komunikan atau khlayak dalam komunikasi politik adalah semua khalayak yang
tergolong dalam infrasturktur atau suprastruktu politik. Atau dengan kata lain semua komunikan
yang secara hukum terikat oleh konstitusi, hukum, dan ruang lingkup komunikator suatu negara.
Komunikan dapat bersifat individual atau perorangan, dapat juga berupa institusi,
organisasi, masyarakat secara keseluruhan, partai politik atau negara lain.
10
Apabila komunikan dijadikan sebagai objek dengan berbagai ketentuan normatif yang
mengikatnya, sehingga komunikasi tidak memiliki ruang gerak yang bebas, dapat dipastikan
bahwa proses komunikasi berada dalam sistem totaliter. Sebaliknya apabila komunikan bukan
hanya sebagai objek tapi dijadikan partner bagi komunikator, sehingga pertukaran pesan-pesan
komunikasi dalam frekuensi tinggi, maka dapat dipastikan bahwa sitem politik yang melandasi
proses komunikasi tersebut berada pada sistem demokrasi. Tolok ukur ini dapat pula digunakan
bagi perkembangan pendapat umum (public opinion) atau feedback (umpan balik). Dalam sistem
totaliter baik pendapat umum atau umpan balik hampir tidak berfungsi. Sedangkan dalam sisem
demokrasi pendapat umum atau umpan balik dijadikan alasan sebagai masukan (input) bagi
penguasa untuk menyempurnakan kebijaksanaan komunikasi pemerintah.
11
a). Partai politik
b). Interest group
c). Media komunikasi politik
d). Kelompok wartawan (sebagai within-put)
e). Kelompok mahasiswa (sebagai within-put)
f). Para tokoh politik
c. Fungsi Komunikasi Politik
Fungsi komunikasi poitk dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:
1). Aspek Totalitas
Fungsi komunikasi politik dalam aspek totalitas adalah mewujudkan suatu kondisi negara
yang stabil dengan terhindar dari faktor-faktor negatif yang mengganggu keutuhan nasional.
Artinya bahwa negara berkewajiban menyampaikan komunikasi politik kepada
masyarakat secara terbuka (transparan) serta menyeluruh (komprehensif) serta menghilangkan
hambatan (barier) komunikasi antara negara dengan masyarakat sehingga tercipta hubungan
yang harmonis diantara keduanya.
2). Aspek Hubungan Suprastruktur dan Infrastruktur Politik
Fungsi komunikasi politik dalam hubungan suprastruktur dan infrastruktur politik adalah
sebagai jembatan penghubung antara kedua suasana tersebut dalam totalitas nasional yang
bersifat independen dalam berlangsungnya suatu sistem pada ruang lingkup negara.
Artinya bahwa pemerintah berkewajiban menyampaikan (artikulasi) semua kebijakan dan
keputusan politik kepada masyarakat dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Aspek yang dimaksud adalah aspek ideologi, ekonomi, sosial politik, hukum, dan hankam serta
aspek lain yng berhubungan dengan sikap dan perilaku politik Indonesia kepada pihak
internasional (luar negeri).
2.2 SISTEM POLITIK
Politik merupakan cara, tata, rencana, skema, prosedur atau metode yang digunakan oleh
seorang individu atau suatu kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Politik berasal dari kata “
polis” (negara kota), yang kemudian berkembang menjadi berbagai kata dan pengertian dalam
barbagai bahasa seperti kebijakan yang berhubungan dengan pa yang dilakukan dan tidak
dilakukan oleh negara. Aristoteles dalam Politics mengatakan bahwa polis atau negara kota
12
merupakan kesatuan yaitu sistem yang menyerupai organisme dan merupakan suatu bentuk
asosiasi.
Sistem Politik adalah segala kegiatan yang melalui proses tertentu dalam suatu struktur dan
fungsi tertentu dalam kesatuan asosiasi (masyarakat/negara) untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut G. Almond, Sistem Politik merupakan interaksi yang terjadi dalam suatu masyarakat
yang merdeka yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi. Dapat disimpulkan bahwa sistem
politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam
hubungan satu sama lain yanh menunjukan suatu proses yang langsung memandang dimensi
waktu (melampaui masa kini dan masa yang akan datang)untuk mencapai tujuan bersama.
13
Upaya mewujudkan pola hubungan baru yang menampung seluruh kepentingan melalui
proses sintesis aspirasi banyak orang itulah yang dinamakan artikulasi kepentingan. Dengan
demikian artikulasi dapat juga dikatakan sebagai suatu proses yang mengolah aspirasi
masyarakat yang beragam. Yang akan disaring dan dirumuskan secara teratur yang selanjutnya
dilanjutkan dalam kebijakan.
b. Fungsi Agregasi Kepentingan
Pendapat dan aspirasi seseorang atau sekelompok orang akan hilang ditelan oleh hiruk
pikuk kehidupan modern apabila tidak dilakukan penggabungan antara beberapa pendapat dan
aspirasi yang sama. Fungsi menggabungkan berbagai kepentingan yang hampir sama untuk
disatukan dalam suatu rumusan kebijakan lebih lanjut inilah yang dinamakan agregasi
kepentingan. Jadi dengan adanya agregasi kepentingan ini bukan lagi kepentingan
perorangan/individu yang muncul, akan tetapi kepentingan masyarakat.
c. Fungsi Pembuatan Kebijakan
Fungsi ini merupakan fungsi yang dijalankan oleh legislatif. Untuk menjalankan fungsi itu
legislatif bekerjasama dengan lembaga eksekutif. Untuk melaksanakan badan perwakilan rakyat
yang memiliki sejumlah hak, seperti hak prakara (inisiatif), yaitu hak untuk mengajukan
rancangan undang-undang; hak amandemen, hak untuk mengubah rancangan undang-undang;
hak budget, yaitu hak untuk ikut menetapkan anggaran belanja negara. Di samping itu, badan
perwakilan rakyat memiliki interplasi yaitu hak untuk meminta keterangan kepada pemerintahan
dan hak angket yaitu hak untuk melakukan penyelidikan serta hak untuk mengajukan pertanyaan
kepada pemerintahan.
d. Fungsi Penerapan Kebijakan
Fungsi penerapan kebijakan atau peraturan yang dijalankan oleh lembaga eksekutif beserta
jajaran birokrasinya. Fungsi penerapan tidak hanya pembuatan rincian dan pedoman pelaksanaan
peraturan. Malahan dalam banyak hal harus membeberkan penafsiran atas peraturan tersebut
sehingga mudah dipahami dan ditaati oleh warga negara.
e. Fungsi Penghakiman Kebijakan
Fungsi ini untuk menyelesaikan pertikaian atau persengketaan yang menyangkut persoalan
peraturan, pelanggaran peraturan, dan penegakan fakta-fakta yang perlu mendapatkan keadilan.
Dengan kata lain fungsi tersebut untuk membuat keputusan yang mencerminkan rasa keadilan
14
apabila terjadi penentangan terhadap peraturan perundangan. Penghakiman peraturan pada
dasarnya bertujuan menjamin kepastian hukum tercapainya suasana tertib dalam masyarakat.
Dengan demikian fungsi komunikasi politik secara totalitas, yaitu mewujudkan kondisi
negara yang stabil dengan terhindar dari faktor-faktor negatif yang mengganggu keutuhan
nasional. Fungsi komunikasi politik dalam hubungn antara suara dan infrastruktur politik,
berfungsi sebagai jembatan penghubung antara kedua suasana tersebut dalam totalitas nasional
yang bersifat interdepedensi dalam berlangsungnya suatu sistem pada ruang lingkup negara.
3. Tujuan Komunikasi Politik dalam sistem politik
Tujuan komunikasi politik sangat terkait dengan pesan politik yang disampaikan
komunikator politik. Sesuai dengan tujuan komunikasi, maka tujuan komunikasi politik itu
adakalanya sekedar penyampaian informasi politik, pembentukan citra politik, pembentukan
publik opinion (pendapat umum). Selanjutnya komunikasi politik bertujuan menarik simpatik
khalayak dalam rangka meningkatkan partisipasi politik saat menjelang pemilihan umum atau
pemilihan kepala daerah.
a. Pembentukan Citra Politik
Citra politik dapat dipahami sebagai gambaran seseorang yang terkait dengan politik
(kekuasaan, kewenangan, otoritas, konflik, dan konsesus). Citra politik berkaitan dengan
pembentukan pendapat umum karena pada dasarnya pendapat umum politik terwujud sebagai
konsekuensi dari kognisi komunikasi politik. Roberts(1977) menyatakan bahwa komunikasi
tidak secara langsung menimbulkan pendapat atau perilaku tertentu, tetapi cenderung
mempengaruhi cara khalayak mengorganisasikan citranya tentang lingkungan dan citra itulah
yang mempengaruhi pendapat atau perilaku khalayak.(Ardial : 45)
Sosialisai politik dapat mendorong terbentuknya citra politik pada individu. Selanjutnya
citra politik mendorong seseorang mengambil peran atau bagian (partai, diskusi, demonstrasi,
kampanye, dan pemilihan umum) dalam politik. Hal ini disebut dengan nama partisipasi politik .
b. Pembentukan Opini Publik
Clyde L.King dalam judul “Public Opinion: a Manifestation of Social Mind,
mengungkapkan opini publik ini yang dilihat dari proses terbentuknya publik opini tersebut.
Mengenai sesuatu persoalan (issue) yang dianggap orang aktual sudah biasa
mempercakapkannya tanpa acara, waktu, dan tempat. Percakapan yang berupa pertukaran
pikiran dan kadang-kadang terlibat dalam perdebatan. Masing-masing pihak yang bersangkutan
15
mengajukan pendapatnya berlandaskan fakta, perasaan (sentimen), prasangka (prejudice),
harapan, ketakutan, kepercayaan pengalaman, prinsip pendirian, ramalan-ramalan terhadap
berbagai macam kemungkinan, aspirasi, tradisi serta adat kebiasaan dan keyakinannya. Persoalan
yang dipertentangkan dalam prosesnya semakin lama semakin jelas, sehingga terwujud bentuk-
bentuk pebdapat tertentu. Individu-individu telah memilih ‘pihak’ kemudian menggabungkan
dengan pihak yang dianggap sesuai dengan pendapatnya. Dengan demikian, bentuk penilaian
mengenai sesuatu persoalan aktual yang dipertentangkan yang didukung oleh sebagian orang-
orang telah tercapai. Inilah ‘social judgment’ (penilaian sosial). Dan penilaian sosial mengenai
sesuatu persoalan adalah ‘opini publik’.
Istilah Komunikasi Politik mulai banyak disebut sejak tahun 1960an ketika Gabriel
Almond menerbitkan bukunya “The Politics of Development Area”, dimana dia menyebutkan
bahwa komunikasi politik merupakan salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem
politik. Menurut Almond, fungsi yang dijalankan oleh sistem politik adalah:
1. Fungsi Input:
Sosialisasi Politik dan Rekruitmen
Sosialisasi politik merupakan proses internalisasi nilai-nilai politik yang ada dalam
masyarakat, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan rekrutmen merupakan
seleksi individu-individu yang berkualitas untuk duduk dalam jabatan politik maupun
jabatan publik.
Artikulasi Kepentingan
Merupakan proses penyampaian kepentingan atau kebutuhan masyarakat, baik oleh
individu, kelompok, atau lembaga, kepada lembaga-lembaga politik atau pemerintah yang
berwenang untuk membuat kebijakan.
Agregasi Kepentingan
Merupakan proses untuk mengubah atau mengkonversikan berbagai kepentingan atau
kebutuhan masyarakat yang telah diartikulasikan menjadi alternative-alternatif kebijakan.
Komunikasi Politik
Merupakan proses penyampaian pesan-pesan politik dari komunikator kepada komunikan
dengan menggunakan berbagai media dan menghasilkan efek tertentu.
2. Fungsi Output:
16
Pembuatan Peraturan
Merupakan proses pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh lembaga pembuat kebijakan
(lembaga eksekutif dan lembaga legislatif).
Penerapan Peraturan
Merupakan proses implementasi atau penerapan kebijakan yang telah dibuat sebelumnya
oleh lembaga pembuat kebijakan, penerapan peraturan dilaksanakan oleh lembaga
eksekutif (pemerintah).
Ajudikasi Peraturan
Merupakan proses pencegahan terjadinya pelanggaran hukum dalam penerapan peraturan
ataupun pengawasan terhadap penerapan peraturan yang dinyatakan dengan keputusan
hukum. Ajudikasi peraturan dilaksanakan oleh lembaga yudikatif.
Semua fungsi yang dijalankan oleh sistem politik tersebut pada dasarnya dilaksanakan
melalui sarana komunikasi. Proses komunikasi terjadi pada saat fungsi-fungsi yang lain
dijalankan. Komunikasi politik menyambungkan antar semua bagian dari sistem politik,
sehingga sistem politik itu bisa berjalan dengan baik.
Menurut Almond, pemisahan fungsi komunikasi politik adalah untuk menjelaskan fungsi
komunikasi politik sebagai sebuah fungsi tersendiri dalam sebuah sistem politik, sekalipun
memang arus komunikasi politik melintasi semua fungsi yang terdapat dalam sistem politik.
Disamping itu, bila komunikasi politik tidak disendirikan dalam bahasan mengenai fungsi yang
dijalankan oleh suatu sistem politik, maka kita akan kehilangan satu alat yang esensial dalam
membandingkan antar sistem politik dan untuk mencirikan penampilan dari sistem-sistem
tersebut.
17
atau bobot politik misalnya presiden, mentri, anggota DPR, MPR, KPU, gubernur,
bupati/walikota, politisi, funsionaris partai politik, fungsionaris Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), dan kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang bias mempengaruhi jalanya
pemerintahan.
2. Pesan Politik
Ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara
verbal maupun non verbal. Tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun
tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik. Misalnya pidato pilitik, undang-undang
kepartaian, undang-undang pemilu, penyataan politik, artikel atau isi buku/brosur dan berita surat
kabar, radio, televisi dan internet yang berisi ulasan politik dan pemerintahan, spanduk atau
baliho, iklan politik, propaganda, makna logo, warna baju atau bendera dan semacamnya.
3. Saluran atau Media Politik
Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para komunikator
dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya media cetak, yaitu surat kabar, tabloid,
majalah. Media elektronik, misalnya film, radio, televisi, komputer, internet. Media format kecil,
misalnya leaflet, brosur, selebaran, stiker, bulletin. Media luar ruang (out door media), misalnya
baliho, spanduk, reklame, bendera, jumbai, pin, logo, topi, rompi, kaos oblong, kalender, blok
note dan segala sesuatunya yang biasa digunakan untuk membangun citra (image building).
4. Sasaran atau Target Politik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi dukungan dalam
bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat dalam pemilihan umum. Mereka adalah
pengusaha, pegawai negeri, buruh, perempuan, ibu rumah tangga, pedagang kaki lima,
mahasiswa, petani, yang berhak memilih maupun pelajar dan siswa yang akan memilih setelah
cukup usia.
5. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman terhadap system
pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara
dalam pemilihan umum. Pemberian suara sangat menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat
untuk posisi mulai tingkat presiden dan wakil presiden, angota DPR, MPR, gubernur dan wakil
gubernur, bupati dan wail bupati, walikota dan wakil walikota sampai pada tingkat
DPRD.(Cangara,2009: 37-39)
18
BAB III
SIMPULAN
Dengan demikian secara umum sistem politik dapat diartikan sebagai sistem interaksi yang
terjadi dalam masyarakat melalui mana dialokasikan nilai-nilai, dengan menggunakan paksaan
yang bersifat sah (otoritatif). Sistem interaksi berarti adanya interaksi antar aktor politik, baik
individu dengan individu, individu dengan institusi, atau institusi dengan institusi. Alokasi nilai
berarti adanya transfer nilai yang dianggap berharga dalam suatu masyarakat yang bisa jadi
berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Sedangkan kekuasaan otoritatif
berarti pengalokasian nilai dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kewenangan atau otoritas
yang diakui dalam masyarakat tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
20