Вы находитесь на странице: 1из 10

KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

PADA SYSTEM MANUFACTUR DENGAN MODEL PERFORMANCE OF ACTIVITY


DAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE
Sidarto
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak No. 28 Balapan Yogyakarta 55222

ABSTRACT
By global business appearance, industrial practitioners start conciousness that to provide cheap product,
with quality, and on schedule require role all sides, i.e. supplier, company/factory, company of transportation, and
final consumer. Awareneness of the mentioned will create supply chain management concept.
In general, activity which is related to supply chain managemen at company of manufacture convers
product development, procurement, planning & control, production, and distribution. Supply chain management
does not easy to be managed because many uncertainties alongside supply chain and also the excelsion of market
competition.
Supply chain management can be measure by using preverence of activity (POA) model and supply chain
operations reference (SCOR) model. POA model will measure cost, time, capasity, productivity, utibility, and out
come. While SCOR model will measure reliability, responsivenees, flecibility, cost and asset. Besides, in SCOR
model divides supply chain into five processes of core,i.e. plant, source, make, deliver, and return.
Key words : supply chain management, supply chain operations reference

INTISARI
Dalam rangka mengikuti bisnis global, para praktisi industri dituntut untuk dapat memproduksi produk yang
murah, berkualitas, dan tepat waktu sesuai dengan keinginan pelanggan, kalau mau memenangkan persaingan
pasar. Untuk melaksanakan produk yang murah, berkualitas, dan tepat waktu kiranya membutuhkan peran serta
semua pihak mulai dari suplier selaku pemasok bahan baku, perusahaan atau pabrik yang mengolah bahan baku
menjadi produk jadi, perusahaan transportasi yang menyampaikan bahan baku dari suplier ke perusahaan dan
barang jadi ke konsumen, serta konsumen selaku pengguna dari produk akhir. Kesadaran akan pentingnya peran
semua pihak tersebut kemudian tercipta apa yang disebut dengan konsep supply chain management.
Secara umum kegiatan atau aktivitas yang terkait dalam supply chain management adalah : kegiatan
merancang produk baru, kegiatan mendapatkan bahan baku, kegiatan perencanaan dan pengendalian, kegiatan
memproduksi, dan kegiatan pendistribusian.
Aktivitas-aktivitas disepanjang supply chain management dapat diukur dengan model performance of
activity (POA) dan model supply chain operations reference (SCOR). Dalam model POA yang diukur adalah cost,
time, capasity, productivity, utility, dan out-come. Sedangkan dalam model SCOR akan mengukur reliability,
responsiveness, flexibility, costs dan asset.
Hasil pengukuran akan menghasilkan posisi perusahaan atau aktivitas terhadap rata-rata perusahaan
sejenis dan apabila perusahaan yang diukur hasilnya lebih besar dari perusahaan rata-rata, maka perusahaan
tersebut termasuk perusahaan best in class.
Kata kunci : supply chain management, supply chain operations reference

LATAR BELAKANG Pelanggan mulai bisa membedakan produk


Seiring dengan munculnya perusahaan- berdasarkan kualitasnya, dimana kualitas ini sangat
perusahaan baru dalam dunia bisnis global, tergantung pada proses, manusia, dan sistem secara
persaingan di dunia industri semakin meningkat. keseluruhan.
Suatu sistem produksi yang efektif dan efisien Praktisi industri mulai sadar bahwa untuk
merupakan keharusan yang dimiliki oleh para pelaku menyediakan produk yang murah, berkualitas, dan
bisnis, kompetisi tersebut menuntut perusahaan cepat, harus membutuhkan peran serta semua pihak
untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang mulai dari supplier yang mengelola bahan baku,
baik, meningkatkan efisiensi ongkos, pengadaan perusahaan/pabrik yang mengubah bahan baku
bahan baku yang tepat, penggunaan sumber daya menjadi komponen dan barang jadi, perusahaan
yang ada secara optimal dan pengiriman tepat waktu. transportasi yang mengirimkan bahan baku dari

68 Jurnal Teknologi, Vol. 1, No. 1, 2008: 68-77


supplier ke pabrik serta menyampaikan produk jadi Zabidi.Y.(2001) dalam tulisan utamanya mengenai
ke konsumen. Kesadaran akan pentingnya peran Supply Chain Management, teknik terbaru dalam
semua pihak dalam menciptakan produk yang mengelola aliran material/produk dan informasi
murah, berkualitas, dan cepat inilah yang kemudian dalam memenangkan persaingan mengemukakan
terncipta konsep supply chain management. bahwa perusahaan haruslah bertanggung jawab
Secara umum kegiatan-kegiatan yang terkait terhadap seluruh rangkaian proses mulai dari
dalam supply chain management pada perusahaan perencanaan produk, peramalan kebutuhan,
manufactur adalah : pengadaan material, produksi, pengendalian
a. Kegiatan merancang produk baru (product persediaan, penyimpanan, distribusi ke distributor
development) center, wholesaler, pedagang kecil, retailer,
b. Kegiatan mendapatkan bahan baku pelayanan pada pelanggan, proses pembayaran,
(procurement) dan sampai pada konsumen akhir. Untuk mengatur
c. Kegiatan merencanakan produksi dan aliran material/produk, informasi dari seluruh aktifitas
persediaan (planning & control) perusahaan diperlukan suatu konsep yang disebut
d. Kegiatan melakukan produksi (production) dengan supply chain management.
e. Kegiatan melakukan pengiriman/distribusi Watanabe.R.(2001) dalam tulisannya mengenai
(distribution) Supply Chain Management konsep dan teknologi,
Kelima klasifikasi tersebut biasanya tercermin dalam mengemukakan bahwa Supply Chain Managemen
bentuk pembagian atau devisi pada perusahaan adalah konsep atau mekanisme untuk meningkatkan
manufaktur yang sering disebut fungtional division. produktivitas total perusahaan dalam rantai supply
Selain daripada itu dalam perusahaan manufaktur melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas
pada umumnya memiliki bagian pengembangan bahan. Djohar.S.,dkk (2003) melakukan penelitian
produk, bagian pembelian atau bagian pengadaan, dengan judul Building a Competitive Advantage on
bagian produksi, bagian perencanaan produksi yang CPO Through Supply Chain Management : A Case
sering disebut dengan bagian production planning Study in PT. Eka Dura Indonesia, Astra Agro Lestari,
and inventory control (PPIC), dan bagian pengiriman Riau. Penelitian ini bertujuan untuk memetakkan
atau distribusi barang jadi. permasalahan supply chain CPO yang selama ini
Mengelola supply chain didaklah mudah karena dilalui PT. EDI khususnya berkaitan dengan
akan melibatkan banyak pihak di dalam maupun keunggulan nilai dan produktivitas. Penelitian ini juga
diluar perusahaan ditambah lagi dengan berbagai bertujuan untuk membangun model simulasi SCM
ketidakpastian yang ada di sepanjang supply chain sebagai strategic tool dalam mengembangkan
serta semakin tingginya persaingan di pasar. Ketidak strategi mencapai keunggulan kompetitif. Studi ini
pastian yang pertama adalah ketidakpastian membatasi ruang lingkupnya dengan berfokus pada
permintaan atau pesanan, ketidakpastian yang kedua SCM mulai dari kebun, kontraktor angkutan, pabrik,
adalah ketidakpastian dari supplier yang berupa lead tangki timbun CPO, dan konsumen industri. Wardani.
time pengiriman, harga bahan baku atau komponen, (2004), melakukan penelitian yang berjudul
ketidakpastian kualitas, dan yang ketiga adalah Economic Manufacturing Quantity gabungan antara
ketidakpastian internal yang bisa diakibatkan oleh pemasok dengan produsen untuk produk yang dijual
kerusakan mesin, kinerja mesin yang kurang dengan garansi, penelitian ini mengemukakan bahwa
sempurna, ketidakhadiran tenaga kerja, waktu dengan manajemen rantai pasok (supply chain
maupun kualitas produk. management) kerja-sama antara pemasok dan
Persediaan di sepanjang supply chain memiliki produsen dirancang agar menguntungkan kedua
implikasi yang besar terhadap kinerja finansial suatu belah pihak sehingga ukuran produksi dari pemasok
perusahaan, karena jumlah uang yang tertanam dan ukuran pemesan dari produsen harus
dalam bentuk persediaan biasanya sangat besar memperhatikan kepentingan bersama atau
sehingga persediaan merupakan asset terpenting meminimalkan total ongkos gabungan secara utuh.
yang dimiliki supply chain. Persediaan muncul di Gunasekaran, dkk.(2001) melakukan studi untuk
beberapa tempat dengan berbagai bentuk dan fungsi mengukur dan membuat matrik kinerja supply chain
di sepanjang supply chain. Tugas dari supply chain melalui survei literatur. Hasil penelitian ini menyajikan
adalah membentuk aliran material yang tepat dalam daftar matrik kunci kinerja dan kerangka kerja pada
arti tidak terlalu dini atau tidak terlambat tingkat strategis taktis dan operasional.
kedatangannya, dan jumlahnya sesuai dengan
kebutuhan. Pengertian dasar Supply Chain Management
Penelitian-penelitian dan tulisan-tulisan tentang Seperti yang kita ketahui bahwa untuk
supply chain management akhir-akhir ini sangat meningkatkan produktivitas total, pelaku bisnis harus
banyak dilakukan karena secara nyata supply chain dapat menyediakan produk yang murah, berkualitas,
management merupakan pertimbangan strategis dan cepat. Untuk melaksanakan ketiga konsep
untuk mencapai keunggulan kompetitif. tersebut kegiatan internal perusahaan harus dibenahi

Konsep Pengukuran Kinerja Supply Chain Management pada System Manufactur


dengan Model Performance Of Activity dan Supply Chain Operations Reference (Sidarto) 69
ditambah dengan peran serta semua pihak mulai dari management mengaplikasikan bagaimana suatu
supplier yang mengolah bahan baku, pabrik yang jaringan kegiatan produksi dan distribusi dari satu
mengubah bahan baku menjadi produk jadi, bagian/devisi sehingga menghasilkan produk sesuai
perusahaan transportasi yang mengantar bahan dengan tuntutan konsumen. Prinsip supply chain
baku ke pabrik dan produk jadi ke konsumen akhir. management dalam perusahaan pada hakekatnya
Kesadaran akan pentingnya peran semua pihak, adalah sinkronisasi dan koordinasi dari aktivitas-
lahirlah konsep yang dinamakan Supply Chain aktivitas yang berkaitan dengan aliran produk atau
Management (SCM). Dengan lahirnya konsep supply material melalui beberapa bagian diantaranya bagian
chain management pengelola perusahaan harus perencanaan produk, pemasaran, akuntansi, dan
melakukan perubahan kalau tidak mau kehilangan sebagainya. Pada aplikasi supply chain
bisnisnya (Watanabe.R.,(2001). Perubahan ini management, semua bagian harus bekerja sama
disebabkan oleh : untuk koordinasi dan kolaborasi, semangat dalam
1. Persaingan makin sengit, kebanyakan kolaborasi dan koordinasi antar devisi pada supply
perusahaan khususnya yang berasal dari chain tidak boleh mengorbankan kepentingan tiap
Asia bergabung dalam persaingan global. individu baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Mulanya persaingan tersebut didominasi oleh Area Cakupan Supply Chain Management dalam
perusahaan Eropa dan Amerika, akibatnya suatu perusahaan secara umum meliputi semua
persaingan menjadi semakin sengit. kegiatan yang terkait dengan pengembangan produk
2. Tuntutan konsumen, konsumen menjadi (product development), kegiatan pengadaan bahan
semakin rumit dan terlalu banyak tuntutan. baku (procurement), kegiatan perencanaan &
Mereka menuntut harga murah, mutu tinggi pengendalian (planning & control), kegiatan produksi
untuk setiap produk yang ditawarkan, (production), kegiatan pengiriman/distribusi
penyerahan tepat waktu dan sesuai dengan (distribution). Kelima kegiatan tersebut tercermin
selera mereka. dalam bentuk pembagian departemen atau devisi
3. Daur hidup produk, Daur hidup produk pada perusahaan manufaktur yang sering disebut
sangat pendek seiring dengan perubahan- dengan functional division karena bagian-bagian ini
perubahan yang terjadi dalam lingkungan dikelompokkan berdasarkan fungsinya.
pasar.
4. Perekonomian dunia, Trend perekonomian Jaringan Supply Chain Management.
dunia mengalami perubahan dari inflasi pada Jaringan supply chain management merupakan
kurun waktu 1970-an menjadi kurun waktu satu kegiatan penting yang harus dilakukan pada
1990-an supply chain management. Implementasi strategi
5. Tuntutan Stockholders, pihak stockholders supply chain hanya berlangsung secara efektif
menuntut pengembalian yang tinggi dalam apabila supply chain memiliki jaringan dengan
investasi dan perusahaan yang ROI-nya konfigurasi yang sesuai (Punjawan.I.N.,2005) karena
tidak cukup tinggi tidak dapat memperoleh konfigurasi jaringan bisa menentukan apakah suatu
modal yang cukup untuk investasi dimasa supply chain akan bisa menjadi responsif atau
depan. efisien. Pada dasarnya jaringan supply chain
6. Teknologi informasi, kemajuan-kemajuan merupakan hasil dari beberapa keputusan srategis.
dalam bidang teknologi informasi terjadi Pertama keputusan tentang lokasi fasilitas produksi,
begitu cepat. fasilitas gudang dan keputusan tentang pembelian.
Munculnya SCM dilatar belakangi oleh praktek Kedua adalah keputusan mengenai outsourcing,
tradisional dalam bisnis serta perubahan lingkungan yakni akan mengerjakan sendiri suatu kegiatan
bisnis (Zabidi.Y, 2001). Pada dasarnya produk dan tertentu atau di subkontrakkan kepada pihak lain.
jasa yang kita gunakan adalah hasil dari serangkaian Ketiga adalah keputusan akan aliran barang pada
proses panjang yang melewati beberapa tahapan fasilitas-fasilitas fisik tersebut. Masing masing
fisik maupun non fisik. Sebuah produk akan sampai keputusan mestinya didasari oleh banyak
ke tangan pemakai akhir setelah setidaknya pertimbangan seperti kondisi ekonomi, sosial,
mengalami beberapa proses dari pencarian bahan keamanan, politik, budaya, dan lingkungan.
baku, proses produksi, dan proses didtribusi atau
transportasi, proses-proses ini akan melibatkan Pengelolaan Persediaan pada Supply Chain
berbagai pihak yang berhubungan antara satu Persediaan disepanjang supply chain memiliki
dengan yang lain yang biasanya disebut dengan implikasi yang besar terhadap kinerja finansial
supply chain (Sheikh.H.,2002). perusahaan. Selain dari pada itu persediaan
Keunggulan kompetitif dari supply chain merupakan salah satu factor produksi yang sangat
management adalah bagaimana ia mampu me- penting bagi perusahaan manufaktur, dan
manage aliran barang atau produk dalam suatu persediaan muncul di berbagai tempat dengan
rantai pasok, dengan kata lain model supply chain berbagai bentuk dan fungsi disepanjang supply

70 Jurnal Teknologi, Vol. 1, No. 1, 2008: 68-77


chain. Ada berbagai model dalam menangani juga dengan Economic Production Quantity (EPQ)
masalah persediaan, diantaranya adalah : atau disebut Economic Manufacturing Quantity
a. Model Economic Order Quantity (EOQ) (EMQ). Adapun asumsi dari model EPQ adalah :
Masalah utama persediaan bahan baku adalah 1). Laju permintaan diketahui, konstan dan kontinyu
menentukan berapa jumlah pemesanan yang 2). Laju produksi diketahui, konstan dan kontinyu
ekonomis (Economic Order Quantity/EOQ) yang 3). Seluruh ukuran lot ditambahkan ke dalam
akan menjawab persoalan berapa jumlah bahan persediaan secara bertahap
baku dan kapan bahan baku itu dipesan sehingga 4). Tidak ada stockout
dapat meminimalkan ordering cost dan holding cost. 5). Struktur ongkosnya tetap, yaitu :
Model klasik EOQ ini memakai asumsi sebagai a. ongkos set-up sama, tidak tergantung dari
berikut : ukuran lot
1). Hanya satu item produk yang diperhitungkan b. ongkos simpan merupakan fungsi linear
2). Kebutuhan setiap periode diketahui berdasarkan pada rata-rata persediaan
3). Barang yang dipesan selalu tersedia di pasar c. ongkos produksi terdiri dari ongkos tenaga
4). Lead time bersifat konstan kerja langsung, ongkos bahan baku dan
5). Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman ongkos overhead pabrik
dan langsung dapat digunakan 6). Gudang, kapasitas produksi dan modal dapat
6). Tidak ada back order karena kehabisan memenuhi seluruh permintaan
persediaan Diskripsi model persediaan EPQ ini dapat
7). Tidak ada diskon untuk pembelian dengan lot ditunjukkan dalam gambar 1. Dalam gambar ini
besar menunjukkan produksi dimulai pada saat = 0 dan
Tujuan dari model ini adalah untuk menentukan selesai pada saat tp. Selama tp hingga t1 tidak
jumlah ekonomis setiap kali pemesanan (EOQ) terjadi produksi dan persediaan dihabiskan. Pada
sehingga meminimalkan biaya total persediaan. saat t1, dimulai produk baru dan jika tidak ada
b. Model Economic Production Quantity (EPQ) permintaan selama waktu tp, maka persediaan akan
Pengembangan dari masalah bahan baku adalah meningkat dengan laju p. Mengingat adanya
persediaan bahan baku berupa komponen yang permintaan sebesar d, persediaan jadi meningkat
diproduksi sendiri dan dipakai sendiri sebagai sub- sebesar (p-d) dimana p lebih besar daripada d.
komponen produk jadi oleh suatu perusahaan Tingkat persediaan akan menjadi maksimum dan
(Nasution.AH,1999). Laju permintaan produk ini produksi dihentikan, yaitu sebesar (p-d)t dan tp =
diasumsikan lebih rendah dari jumlah produksi Q/p. Karena rentang tingkat persediaan antara
komponen, sehingga menghasilkan keputusan minimum nol dan maksimum Q(p-d)/p, maka besar
berapa jumlah lot yang harus diproduksi sehingga rata-rata persediaan sebesar Q(p-d)/2p. Total
meminimasi biaya total persediaan. Model ini dikenal Inventory Cost merupakan penjumlahan antara set-
dengan nama Economic Los Zise (ELS) atau disebut up cost dengan holding cost.

Quantity
p
d
p-d

0 tp t1
Waktu

Gambar 1. Diskripsi model persediaan EPQ

Mengelola material/produk dengan tepat merupakan salah satu tujuan utama dari supply

Konsep Pengukuran Kinerja Supply Chain Management pada System Manufactur


dengan Model Performance Of Activity dan Supply Chain Operations Reference (Sidarto) 71
chain, aliran yang tepat berarti tidak terlalu terlambat menciptakan keunggulan bersaing.
dan tidak terlalu dini dan jumlahnya sesuai dengan Untuk merancang sistem pengukuran kinerja
kebutuhan, terkirim ketampat yang memang berdasar proses, Chan & Li (2003) menyarankan
membutuhkan. Kekurangan maupun kelebihan tujuh langkah sebagai berikut :
jumlah pasokan produk akan sama-sama berdampak a. Indentifikasi dan hubungkan semua proses yang
negatif bagi kinerja supply chain. Kekurangan dan terlibat baik yang terjadi di dalam maupun di luar
kelebihan pasokan ini disebabkan karena organisasi.
ketidakpastian permintaan yang banyak dialami oleh b. Definisikan dan batasi proses inti, karena tidak
perusahaan-perusahaan yang beroperasi dengan semua proses yang ada dalam supply chain
sistem make to stock. membutuhkan perhatian yang sama dari
manajemen. Pada tahap ini perlu didefinisikan
c. Klasifikasi Persediaan proses- proses inti serta batasan sampai mana
Persediaan dapat diklasifikasikan dengan berbagai proses-proses tersebut akan dianalisis.
cara, yaitu : c. Tentukan misi, tanggung jawab, dan fungsi dari
1. Berdasarkan bentuk, persediaan proses inti. Langkah ini perlu dilakakukan sebagai
diklasifikasikan menjadi persediaan bahan acuhan untuk menentukan mana aktivitas atau
baku (row materials), barang setengan jadi proses yang tidak memberikan value-added
(WIP), dan produk jadi (finished produc). sehingga bisa dieliminasi.
Klasifikasi ini biasanya hanya berlaku pada d. Uraikan dan identifikasi sub-proses karena
perusahaan manufaktur. biasanya setiap proses inti biasanya merupakan
2. Berdasarkan fungsinya, persediaan agregasi dari sejumlah sub-proses.
diklasifikasikan menjadi pipeline/transit e. Tentukan tanggung jawab dan fungsi sub-proses
inventory, cycle stock, persediaan pengaman dan definisikan dengan jelas.
(safety stock), anticipation stock. f. Uraikan lebih lanjut sup-proses menjadi aktivitas.
3. Persediaan juga diklasifikasikan berdasarkan Langkah ini tidak selalu dilakukan, namun biasanya
ketergantungan antara satu item dengan bisa bermanfaat karena sub-proses bisa jadi masih
item yang lain. Item-item yang kebutuhannya terlalu umum dan sulit diukur.
tergantung pada kebutuhan item lain g. Hubungkan target antar hirarki mulai dari proses
dinamakan dependent sedangkan kalau tidak sampai ke aktivitas, karena manajemen puncak
tergantung dengan item yang lain disebut biasanya memiliki target yang umum.
dengan independent. Ilustrasi umum struktur untuk melakukan
d. Beberapa Hambatan dalam Manajemen dekomposisi dalam merancang sistem pengukuran
Persediaan kinerja supply chain berdasarkan proses, adalah
Banyak hal yang mengakibatkan sistem sebagai berikut :
persediaan pada supply chain tidak efektif Sebab-
sebab tersebut sangat bervariasi, ada yang teknis Model Supply Chain Operations Reference
ada juga yang terkait dengan perilaku individu (SCOR)
maupun organisasional, misalnya: metrik kinerja Supply Chain Operations Reference merupakan
kurang jelas, status pesanan tidak akurat, sistem salah satu model dari operasi supply chain, SCOR
informasi tidak handal, kebijaksanaan persediaan pada dasarnya merupakan model berdasarkan
terlalu sederhana, mengabaikan ketidakpastian, proses. Model ini mengintegrasikan tiga elemen
biaya-biaya persediaan tidak ditaksir dengan benar, utama dalam manajemen, yaitu business process
keputusan supply chain yang tidak terintegrasi dll. reengineering, benchmarking, dan process
measurement kedalam kerangka lintas fungsi supply
Pengukuran Kinerja Supply Chain Berdasarkan chain. Ketiga elemen tersebut mempunyai fungsi
Proses sebagai berikut :
a. Business process reengineering pada hakekatnya
Aspek fundamental dalam supply chain menerapkan proses kompleks yang terjadi saat ini
management adalah manajemen kinerja dan dan mendefinisikan proses yang diinginkan.
perbaikan secara berkelanjutan. Untuk itu perlu b.Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan
adanya sistem pengukuran yang mampu data kinerja operasional dari perusahaan sejenis.
mengevaluasi kinerja supply chain secara holistik, Target internal kemudian ditentukan berdasarkan
yang diperlukan untuk :melakukan monitoring dan kinerja best in class yang diperoleh.
pengendalian, mengkomunikasikan tujuan organisasi c. Process measurement berfungsi untuk mengukur,
ke fungsi-fungsi pada supply chain, mengetahui mengendalikan, dan memperbaiki proses-proses
dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap supply chain.
pesaing, dan menentukan arah perbaikan untuk

72 Jurnal Teknologi, Vol. 1, No. 1, 2008: 68-77


Fungsi & Proses Proses Inti Target

Tugas & Fungsi Sub-proses Sub-proses Target

Tugas & Fungsi Aktivitas Aktivitas Target

Gambar 2. Dekomposisi proses dalam pengembangan sistem pengukuran kerja supply


chain berdasarkan proses. (Sumber: Chan & Li, 2003)

Supply chain Operations Reference membagi produksi, dan pengiriman. Plant mencakup proses
proses-proses supply chain menjadi lima proses inti, menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan
yaitu plant, source, make, deliver, dan return, dapat pengendalian persediaan, perencanaan produksi,
dilihat dalam gambar 3. perencanaan material, perencanaan kapasitas, dan
Plant, merupakan proses yang menyeimbangkan melakukan penyesuaian supply chain plant dengan
permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan financial plant
terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan,
.

Plan

Source Make Deliver

Return Return
Manufaktur

Gambar 3. Lima proses inti supply chain pada model SCOP

Source, yaitu proses pengadaan barang maupun kegiatan produksi dan melakukan pengetesan
jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang kualitas, mengelola barang setengah jadi,
tercakup meliputi penjadwalan pengiriman dari memelihara fasilitas produksi, dll.
supplier, menerima, mengecek, dan memberikan Deliver, yang merupakan proses untuk memenuhi
otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim permintaan terhadap barang maupun jasa. Biasanya
supplier, memilih suplier, mengevaluasi kinerja meliputi order management, transportasi, dan
supplier,dll. Jadi proses bisa berbeda tergantung distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah
pada apakah barang yang dibeli termasuk stoked, menangani pesanan dari pelanggan, memilih
make-to-order, atau engineer-to-order products. perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan
Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan pergudangan produk jadi, dan mengirim tagihan ke
baku/komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan.
pelanggan.Kegiatan make atau produksi dapat Return, yaitu proses pengembalian atau menerima
dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target pengembalian produk karena berbagai alasan
stok (make-to-stock), atas dasar pesanan (make-to- Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi
order), atau engineer-to-order. Proses yang terlibat produk, meminta otorisasi engembalian cacat,
disini adalah penjadwalan produksi, melakukan penjadwalan pengembalian, dan melakukan

Konsep Pengukuran Kinerja Supply Chain Management pada System Manufactur


dengan Model Performance Of Activity dan Supply Chain Operations Reference (Sidarto) 73
pengembalian. Post-delivery-customer support juga 3). Kapasitas yang merupakan ukuran seberapa
merupakan bagian dari proses return. banyak volume pekerjaan yang bisa dilakukan
SCOR memiliki tiga hirarki proses, hirarki ini oleh suatu sistem atau bagian dari supply chain
menunjukkan bahwa SCOR melakukan dekomposisi pada suatu periode tertentu. Besar kecilnya
proses dari yang umum ke yang detail Chan & Li kapasitas perlu diketahui sebagai dasar untuk
(2003), tiga level tersebut adalah : perencanaan produksi atau pengiriman dan
1. Level satu, adalah level tertinggi yang sebagai dasar memberikan janji pengiriman ke
memberikan difinisi umum dari lima proses pelanggan. Besarnya kapasitas yang terpasang
diatas. relatif terhadap rata-rata permintaan
2. Level kedua, dikatakan sebagai memberikan informasi fleksibilitas pada supply
konfiguration level dimana supply chain chain. Pada era dimana jaringan supply chain
perusahaan bisa dikonfigurasi berdasarkan sangat dinamis, dimana kegiatan outsourcing
sekitar 30 proses inti, perusahaan bisa dan subcontracting sangat lumrah dilakukan,
membentuk konfigurasi saat ini (as in) kapasitas suatu supply chain bisa jadi juga
maupun yang diinginkan (to be). dinamis dan tidak ditentukan hanya oleh sumber
3. Level ketiga, dinamakan proses elemen daya yang dimiliki oleh suatu organisasi.
level, mengandung definisi elemen proses, 4). Kapabilitas. Kapabilitas mengacu pada
input, metrik masing-masing elemen proses kemampuan agregat suatu supply chain untuk
serta referensi. melakukan suatu suatu aktivitas. Ada beberapa
Dengan melakukan analisis dan dekomposisi sub-dimensi yang membentuk kapabilitas supply
proses, SCOR bisa mengukur kinerja supply chain chain. Beberapa sub-dimensi kapabilitas yang
secara obyektif berdasarkan data yang ada serta sering digunakan dalam mengukur kinerja
bisa mengidentifikasikan dimana perbaikan perlu supply chain adalah : kehandalan, ketersediaan
dilakukan untuk menciptakan keunggulan bersaing. dan fleksibilitas.
Implementasi SCOR tentu saja membutuhkan usaha 5). Produktivitas yang mengukur sejauh mana
yang tidak sedikit untuk menggambarkan proses sumber daya pada supply chain digunakan
bisnis saat ini maupun mendefinisikan proses yang secara efektif dalam mengubah input menjadi
diinginkan. uotput. Secara mekanis produktivitas
merupakan ratio antara keluaran yang efektif
Metrik Untuk Mengukur Kinerja Supply Chain terhadap keseluruhan input yang terdiri dari
a. Model POA (Performance of Activity) modal, tenaga kerja, bahan baku, dan energi.
Pada prinsipnya POA adalah model yang 6). Utilisasi yang mengukur tingkat pemakaian
digunakan untuk mengukur kinerja aktivitas yang sumber daya dalam kegiatan supply chain.
menjadi bagian dari proses dalam supply chain. Misalnya, utilitas mesin, gudang, pabrik dan
Kinerja aktivitas diukur dalam berbagai dimensi sebagainya. Mesin yang hanya beroperasi rata-
(Chan & Li, 2003), yaitu : rata selama 6 jam sehari dari jam kerja harian 8
1). Ongkos yang terlibat dalam eksekusi suatu jam dikatakan memiliki utilitas sebesar 75 %.
aktivitas. Ongkos muncul karena dalam Pada supply chain yang siklus hidup produknya
pelaksanaan suatu aktivitas ada sumber daya relatif panjang dan tidak berkompetisi atas dasar
yang digunakan. Ongkos ini bisa berasosiasi inovasi, utilitas menjadi salah satu ukuran yang
dengan tenaga kerja, material, peralatan, dan penting untuk dimonitor.
sebagainya. Ongkos bisa diukur dalam bentuk 7). Outcome yang merupakan hasil dari suatu
absolut maupun dalam bentuk relatif terhadap proses atau aktivitas. Pada proses produksi
suatu nilai acuhan. outcome bisa berupa nilai tambah yang
2). Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu diberikan pada produk-produk yang dihasilkan.
aktivitas. Ukuran ini sangat penting dalam Outcome tidak selalu mudah diukur karena
konteks supply chain management terutama sering kali tidak berwujud.
untuk supply chain yang berkompetisi atas b. Model SCOR (Supply Chain Operations
dasar kecepatan respon. Kecepatan respon Reference)
secara umum ditentukan oleh waktu yang Berbagai dimensi untuk pengukuran kinerja
dibutuhkan oleh masing-masing aktivitas berdasarkan SCOR, secara umum adalah :
maupun proses dalam supply chain. Waktu Reliability, Responsiveness, Flexibility, Costs, dan
pengembangan produk baru, waktu pemrosesan Asset. Dari metrik level 1 yang ada pada model
pesanan pelanggan, waktu untuk mendapatkan SCOR dibagi lagi menjadi 13 metrik, misalnya
bahan baku dari suplier, dan waktu set-up untuk customer-facing, yang artinya penting bagi
kegiatan produksi adalah sebagian dari pelanggan, dan ada juga internal-facing, yang artinya
kontributor penting dalam menciptakan penting untuk monitoring internal, tetapi tidak
kecepatan respon pada supply chain. langsung menjadi perhatian pelanggan, seperti

74 Jurnal Teknologi, Vol. 1, No. 1, 2008: 68-77


dalam tabel 1. Sebagai contoh, pelanggan sangat Perusahaan-perusahaan yang besar atau yang
berkepentingan terhadap kinerja pengiriman, tergolong dalam best in class memiliki kinerja supply
keterlambatan dan kerusakan saat proses chain yang secara signifikan lebih bagus
pengiriman menjadi perhatian sangat penting bagi dibandingkan dengan perusahaan rata-rata. Metrik
pelanggan sehingga delivery performance adalah kinerja supply chain pada suatu perusahaan yang
metrik yang customer-facing. Sebaliknya pelanggan akan diukur beserta penjelasannya dapat dilihat
tidak perlu repot memonitor jumlah persediaan yang dalam tabel 2. Langkah selanjutnya kemampuan dari
dimiliki pelanggan, tetapi secara internal perusahaan perusahaan yang akan diukur dibandingkan dengan
sangat berkepentingan untuk memiliki jumlah perusahaan rata-rata, dan apabila perusahaan yang
persediaan yang cukup dan tidak berlebihan, diukur hasilnya lebih besar dari perusahaan rata-
sehingga inventory days of supply yang merupakan rata, maka perusahaan tersebut termasuk
ukuran tingkat persediaan, merupakan metrik yang perusanaan best in class.
internal-facing.

Tabel 1. Performance metriks Level 1


Performance Attribute Customen-Facing Internal-Facing
Reliabilit Responsiven Flexibility Cost Assets
y ees
Delivery performance x
Fill rate x
Perfect order fulfillment x
Order fulfillment lead time x
S-Chain response time x
Production flexibility x
S-chain management cost x
Cost of goods sold x
Value-added productivity x
Waranty cost or return x
processing cost
Cash-to-cash cycle time x
Inventory days cycle time x
Asset turns x
Sumber : Supply chain council
Perusahaan-perusahaan yang besar atau yang Untuk memberikan gambaran lebih jelas, berikut
tergolong dalam best in class memiliki kinerja supply akan didefinisikan beberapa metrik yang akan diukur
chain yang secara signifikan lebih bagus diantaranya :
dibandingkan dengan perusahaan rata-rata. Metrik a. Inventory days of supply
kinerja supply chain pada suatu perusahaan yang Metrik ini mengukur kecukupan persediaan dengan
akan diukur beserta penjelasannya dapat dilihat satuan waktu (hari). Jadi inventory days of supply
dalam tabel 2. Langkah selanjutnya kemampuan dari adalah lamanya rata-rata (dalam hari) suatu
perusahaan yang akan diukur dibandingkan dengan perusahaan bisa bertahan dengan jumlah
perusahaan rata-rata, dan apabila perusahaan yang persediaan yang dimiliki (apabila tidak ada pasokan
diukur hasilnya lebih besar dari perusahaan rata-rata, lebih lanjut). Metrik ini berada pada klasifikasi asset.
maka perusahaan tersebut termasuk perusanaan Kinerja supply chain dikatakan bagus apabila mampu
best in class. memutar asset dengan cepat (dengan kata lain
memiliki asset turnover yang tinggi). Dengan
Beberapa Contoh Perhitungan Metrik Kinerja demikian semakin pendek inventory days of supply
Suppy Chain akan semakin bagus kinerja asset suatu perusahaan.

Konsep Pengukuran Kinerja Supply Chain Management pada System Manufactur


dengan Model Performance Of Activity dan Supply Chain Operations Reference (Sidarto) 75
Perhitungan inventory days of upply ini bisa agregat, rata-rata persediaan maupun rata-rata
dilakukan per jenis barang atau secara agregat untuk kebutuhan sama-sama diwujudkan dalam satuan
sekelompok atau keseluruhan persediaan yang uang (nilai persediaan dalam rupiah).
dimiliki. Apabila perhitungan dilakukan secara

Tabel 2. Beberapa penjelasan metrik supply chain serta benchmark kinerja


Metrik Penjelasan Best in Rata-rata
class
Delivery Persentase order terkirim sesuai jadwal 93 % 69 %
performance
Inventory days of Lamanya persediaan cukup untuk 55 hari 84 hari
supply memenuhi kebutuhan kalau tidak ada
pasokan lebih lanjut
Cash-to-cash cicle Waktu antara perusahaan membayar 35,6 hari 99,4 hari
time material ke supplier dan
menerimapembayaran dari pelanggan
untuk produk yang dibuat dari material
tersebut
Perfect order Persentase order yang terkirim komplit 92,4 % 65,7 %
fulfillment dan tepat waktu
Sumber : Supply chain council

b. Cash-to-cash cycle time melakukan salah satu atau kombinasi dari tiga cara
Metrik ini mengukur kecepatan supply chain berikut: menurunkan tingkat persediaan, melakukan
mengubah persediaan menjadi uang. Semakin negoisasi term pembayaran ke supplier, dan
pendek waktu yang dibutuhkan,sebakin bagus bagi melakukan negoisasi dengan pelanggan supaya
supply chain. Perusahaan yang bagus biasanya mereka lebih cepat membayar. Menurut Vollmann
memiliki siklus cash-to-cash pendek. Ada tiga et.al.(2005), cash-tocash cycle time
komponen dalam perhitungan cash-to-cash cycle mengintegrasikan siklus yang terjadi di tiga fungsi,
time, yaitu : yaitu pengadaan (purcha sing), produksi (manufac
Satu, rata-rata account recivable (dalam hari) turing), dan penjualan /distribusi (sales and
yang merupakan ukuran seberapa cepat pelanggan distribution) seperti dalam gambar berikut :
membayar barang yang sudah diterima.
Dua, rata-rata account payable (dalam hari)
yang mengatur kecepatan perusahaan membayar ke
pemasok untuk material/komponen yang sudah
diterima.
Tiga, rata-rata persediaan (dalam hari, yaitu
inventory days of supply) Dengan ketiga komponen
tersebut, cash-to-cash cycle time dihitung sebagai
berikut :

Cash-to-cash cycle time = inventory days of supply +


average days of account recivable – average days of
account payable.

Metrik ini biasanya digunakan untuk mengukur


kesehatan finansial suatu supply chain. Untuk
memperpendek cash-to-cash cycle time, perusahaan bisa

76 Jurnal Teknologi, Vol. 1, No. 1, 2008: 68-77


Account
Payable

Purchasing Inventory

Manufac Cost of Sales Cash-to-cash cycle


turing time

Sales & Sales


Distribution

Account
Receivable

Gambar 4 Sumber data untuk perhitungan cash-to-cash cycle time

KESIMPULAN 2003.
Konsep SCM merupakan mekanisme untuk Hanam.R,1996, Computer Integrated Manufacturing:
meningkatkan produktivitas total perusa haan dalam from Concepts to Realization, Addison-Wesley,
rantai suplai melalui optimalisasi waktu, lokasi, dan England.
aliran bahan. SCM akan menjadi keharusan bagi Nasution.A.H.,1999, Perencanaan dan Pengendalian
setiap perusahaan yang ingin bertahan dan Produksi, Candimas Metropole, Jakarta.
memenangkan persaingan pasar. Sheikh. K.,2002, Manufacturng Resource Planning
Seiring dengan menyebarnya konsep-konsep (MRP II), with introduction to ERP, SCM, and
SCM di dunia industri, baik jasa maupun manufaktur, CRM, McGraw-Hill.
konsep-konsep yang lebih canggih yang merupakan Punjawan.IN.,2005, Supply Chain
pengembangan dari SCM akan bermunculan. Management, Guna Widya, Surabaya
Untuk mengetahui apakah kinerja SCM dalam Watanabe.R.,2001, Supply Chain Management
suatu perusahaan dapat dilakukan sesuai dengan Konsep dan Teknologi, Jurnal Usahawan No. 02
yang diharapkan, banyak model pengukuran kinerja Th XXX Pebruari, Bandung.
dari pada SCM yang dapat dilakukan, diantaranya Zabidi.Y.,2001, Supply Chain Management :
adalah model preverence of activity (POA), yang Teknik Terbaru dalam Mengelola Aliran
mengukur ; cost, time, capasity, capability, Material/produk dan Informasi dalam
productivity, utibility, outcome, dan model supply memenangkan Persaingan, Jurnal Usahawan
chain operations reference (SCOR), yang mengukur ; No.02 Th XXX Februari 2001, Bandung.
reliability, responsivenees, flecibility, cost and asset,
dan membagi supply chain menjadi lima proses inti,
yaitu ; plant, source, make, deliver, and return.

DAFTAR PUSTAKA
Djohar. S., Tanjung.H., Cahyadi. ER., 2003, Building
a Competitive Advantage on CPO Through
Supply Chain Managemen, A Case Stady in
PT. Eka Dura Indonesia, Astra Agro Lestari,
Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol.1 April

Konsep Pengukuran Kinerja Supply Chain Management pada System Manufactur


dengan Model Performance Of Activity dan Supply Chain Operations Reference (Sidarto) 77

Вам также может понравиться