Вы находитесь на странице: 1из 12

Ricci Rahmatillah.

Jr
Jumat, 01 Januari 2016
Studi Kasus Anak Hiperaktif

STUDI KASUS ANAK HIPERAKTIF


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Syahrial, M.Si

OLEH

RICCI RAHMATILLAH. JR
NIM. 1486207021

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI RIAU
BANGKINANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis sampaikan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunianya kepada kita semua, sehingga Penulis dapat menyusun
makalah studi kasus ini tepat pada waktunya. Shalawat dan Salam tidak lupa kita sampaikan
kepada junjungan alam yakni nabi besar kita Muhammad SAW.
Makalah studi kasus ini membahas tentang “Anak Hiperaktif”, dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Bimbingan Konseling.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Bangkinang, Desember 2015

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................ 2

1.4 Manfaat ...................................................................................... 2

BAB II DASAR TEORI ................................................................................ 3

2.1 Pengertian Hiperaktif .................................................................... 3

2.2 Karakteristik Hiperaktif ................................................................. 3

2.3 Faktor Penyebab Hiperaktif ............................................................ 5

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 7

3.1 Analisis ....................................................................................... 7

3.2 Sintesis ........................................................................................ 9

3.3 Diagnosis ..................................................................................... 10

3.4 Prognosis ..................................................................................... 10

3.5 Treatment ..................................................................................... 11

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 14

4.1 Kesimpulan .................................................................................. 14

4.2 Saran ........................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa anak usia dini merupakan masa emas, banyaknya pengalaman yang diperoleh anak
melalui panca indera akan membuat otaknya menjadi subur dan berkembang. Kualitas
otak anak dipengaruhi oleh faktor kesehatan, gizi, dan stimulasi/ rangsangan yang diterima
anak setiap hari melalui panca inderanya. Rangsangan yang diterima oleh program PAUD
membuat anak siap mengikuti pendidikan selanjutnya.
Perilaku siswa-siswi usia sekolah saat ini sangat beragam, Salah satu perilakunya adalah
anak-anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam dan seolah-olah tidak memperhatikan
pelajaran di kelas. Anak-anak tersebut biasanya mengalami gangguan dalam perkembangannya
yaitu gangguan hiperkinetik yang secara luas di masyarakat disebut sebagai anak hiperaktif.
Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrom. Terhadap kondisi siswa
yang demikian,biasanya para guru pada susah mengatur dan mendidiknya. Disamping karena
keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif suka mengganggu
orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam
memahami sesuatu yang di ajarkan guru kepadanya.
Jadi yang dimaksud dengan anak hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang
yang menunjukan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif
(bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan
asyiknya permainan yang disukai oleh anak – anak lain se usia mereka, dikarenakan perhatian
mereka suka beralih dari satu focus ke focus yang lain. Mereka seakan – akan tanpa henti
mencari sesuatu yang menarik dan mengaksyikan namun tak kunjung datang.

2.2 Rumusan Masalah


Pada makalah ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Hiperaktif?
2. Bagaimana Karakteristik Hiperaktif
3. Apa Faktor Penyebab Hiperaktif
4. Bagaimana Analisi Anak?
5. Bagaimana Sintesis Berdasarkan Analisis?
6. Apa Diagnosis Anak Hiperaktif?
7. Bagaimana Prognosis Anak Hiperaktif?
8. Bagaimana Treatment Anak Hiperaktif?

2.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah:
1. Untuk mengetahui ciri-ciri anak yang mengalami masalah hiperaktif.
2. Mencari penyebab anak mengalami masalah hiperaktif.
3. Untuk meningkatkan pencegahan anak mengalami masalah hiperaktif.
4. Dengan upaya yang dilakukan oleh pendidik (guru/orangtua) diharapkan anak dapat
memperbaiki perilakunya atau tidak memperlihatkan lagi sikap anak yang mengalami masalah
hiperaktif.

2.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, sebagai pendidik (guru/orangtua) dalam
mengatasi anak hiperaktif dapat :
1. Mengetahui bagaimana karakteristik/ciri-ciri anak yang mengalami masalah hiperaktif.
2. Mengetahui faktor penyebab apa yang memungkinkan anak mengalami masalah hiperaktif.
3. Mengetahui bagaimana cara untuk mencegah anak mengalami masalah hiperaktif.
4. Mengetahui upaya-upaya apa yang harus dilakukan guna mengatasi anak hiperaktif.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Hiperaktif
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperaktif. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain
dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian ,biasanya para guru sangat
susah mengatur dan mendidiknya.
Hiperaktif adalah anak yang mempunyai keaktifan yang lebih atau kelainan perilaku yang
tak jelas asal-usulnya. Beberapa pendapat lain mengemukakan bahwa, hiperaktif berhubungan
erat dengan tingkat kecerdasan (IQ) tinggi, dan beberapa pendapat lain mengatakan bahwa
seorang anak yang dikatakan hiperaktif biasanya memiliki IQ tinggi. Hiperaktif seringkali
mengarah ke autisme anak yang mengalami gangguan interaksi sosial, komunikasi, serta
imajinasi).

2.2 Karakteristik Hiperaktif


Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami masalah tidak dapat memilah dan
memusatkan pikiran pada satu hal pada satu saja. Mereka cenderung terus-menerus bergerak
baik secara mental maupun fisik. Karena anak hiperaktif tidak dapat duduk diam, tidak dapat
mendengarkan, atau bahkan tidak dapat mengerjakan suatu pekerjaan dalam jangka waktu yang
lama, maka mereka mengalihkan perhatian dari satu hal ke hal yang lain dan seringkali
mengganggu anak-anak lain pada saat yang sama. Menurut Sani Budiantini Hermawan, Psi.
“Secara psikologi hiperaktif merupakan gangguan tingkah laku yang tidak normal, yang
disebabkan oleh neurologist dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian”,
Sedangkan menurut Susan B. Campbell dan John S. Werry bahwa hiperaktif adalah
gangguan yang mempunyai ciri-ciri aktifan yang berlebih-lebihan, biasanya mengalami
kesukaran dalam memusatkan latihan dan fikirannya, tidak mampu mengontrol diri untuk
bersikap tenang.” Perhatian terhadap anak-anak hiperaktif melonjak sekitar tahun enam
puluhan, seiring dengan meningkatnya kasus-kasus hiperaktif. Bagi orang awam sukar untuk
membayangkan kesulitan yang ditimbulkan oleh anak-anak hiperaktif. Hanya mereka yang
langsung terlibat, yakni keluarga, guru dan dokter tahu benar betapa hebat perjuangan yang
dilakukan dalam menghadapi anak hiperaktif. Lebih dari lima juta anak di Amerika mengalami
kesulitan belajar karena hiperaktif, mereka sehat dan cerdas tetapi mengalami gangguan psikis.
Mereka tidak bisa duduk diam dan berkonsentrasi, sehingga menganggu kelas karena tiba-tiba
meledakkan kemarahan yang hebat, menimbulkan kekacauan. Panca indera pada anak-anak
yang hiperaktif umumnya lebih peka. Akibatnya mereka mudah terangsang. Dengan sekali
pandang mereka dapat melihat dan merasakan segalanya. Dalam waktu sekejap mereka mampu
menangkap situasi. Mereka itu memang sulit, sebab kelelahan justru merupakan rangsangan
bagi mereka untuk bertambah aktif.
Anak hiperaktif memiliki karakteristik / ciri-ciri sebagai berikut :
1. Aktivitas motorik dengan intensitas frekuensi yang tinggi
Dimana dalam hal ini anak memperlihatkan aktivitas-aktivitas motorik yang berlebihan,
misalnya tangannya tidak bisa diam, bergerak kesana-kemari,melompat, berlari-lari,
memanjat, berguling, naik turun meja belajar dalam ruangna kelas.
Dengan memiliki aktivitas motorik yang berlebihan tersebut anak hiperaktif seringkali
tidak menunjukkan sikap lelah, terlihat kesnanya tidak pernah letih karena selalu bergerak
terus.
2. Destruktif
Anak hiperaktif cenderung destruktif yaitu cenderung menunjukkan perilaku merusak,
karena anak hiperaktif memiliki sikap suka lekas bosan dengan sesuatu, misalnya ketika anak
diberi tugas menyusun suatu benda, anak normal seusianya dapat menyelesaikan tugas dengan
baik tetapi sebaliknya anak yang hiperaktif cendrung merusa benda-benda tersebut.
3. Mudah terangsang oleh stimulus/kejadian sekitarnya sehingga selalu berpindah- pindah.
Anak yang hiperaktif cenderung tidak bisa berkonsentrasi lebih lama, perhatiannya mudah
beralih terhadap stimulus / kejadian yang ada disekitarnya sehingga anak hiperaktif selalu
berpindah-pindah. Misalnya ketika anak sedang bermain puzzle kemudian melihat ada anak
lain sedang bermain bola, maka perhatiannya akan beralih terhadap bola tersebut dan
melupakan puzzle yang sedang dikerjakannya. Jadi anak hiperaktif jelas mudha sekali beralih
perhatiannya karena terangsang oleh stimulus/ kejadian disekitarnya sehingga anak tersebut
suka berpindah-pindah.
4. Suka mengabaikan perintah
Anak hiperaktif juga cenderung suka mengabaikan perintah, misalnya ketika anak dilarang
untuk tidak mengganggu temannyayang sedang belajar akan tetapi anak tersebut malah
mengabaikan perintah larangan itu, penolakan terhadap perintah itu ditunjukkan dengan sikap
acuh tak acuh.
5. Menentang
Anak yang mengalami gangguan hiperaktif umumnya memiliki sifat penentang /
pembangkang, sikap menentangnya itu ditunjukkan dengan tidak mau mendengarkan nasihat
orang lain baik itu guru di sekolah maupunorang tua di rumah, misalnya anak tersebut akan
marah bila dilarang melakukan sesuatu yang menganggu oranglain.
6. Tindakannya tidak bertujuan
Aktivitas yang dilakukan anak hiperaktif cenderung tidak mempunyai tujuan yang jelas,
misalnya naik turun kursi/ meja tanpa tujuan yang jelas, anak berjalan mengelilingi kelas tanpa
tujuan sehingga dapat menganggu keadaan pembelajaran.
7. Tidak Mampu Mengontrol diri untuk bersikap tenang
Anak hiperaktif tampak gelisah dan tidak dapat bersikap tenang. Perhatiannya terfokus
pada stimulus yang ada disekitarnya, anak tidak mampu bersikap tenang misalnya tidak mampu
duduk dalam waktu yang agak lama.

2.3 Faktor Penyebab Hiperaktif


Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:
1. Pemanjaan
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-
bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih
caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya. Ia akan memperdaya orangtuanya untuk
memperoleh apa yang diinginkannya. Serta kurangnya disiplin yang diberikan oleh orangtua
kepada anak tersebut. Cara seperti itulah yang akan membuat anak untuk berbuat sekehendak
hatinya.
Anak yang dimanja biasanya pengarahan yang diberikan kepadanya berkurang. Dan kalau
disekolahkan ia akan memilih berjalan-jalan dan berdiri dari pada mendengarkan pelajaran
yang diberikan oleh guru. Memanjakan membujuk makan, membiarkan tindakannya sendiri,
memnuhi semua keinginannya dan kebutuhannya itu harus dihindari.
2. Kurang disiplin dan pengawasan
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan ini akan berbuat sesuka hatinya, sebab
perilakunya kurang dibatasi. Dan apa yang dilakukan oleh anak tersebut dibiarkan begitu saja
tanpa ada perhatian dari orang tua. Jika anak dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian untuk
berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat
lain baik itu di sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain
baik di sekolah.
3. Orientasi kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki
ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau
mendengarkan dan menyesuaikan diri. Anak yang mempunyai orientasi kesenangan ingin
memuaskan kebutuhan atau keinginan sendiri. Ia lebih memperhatikan kesenangan yang
berasal dari perilakunya dari pada menggubris hukumannya. Misalnya anak itu mungkin tahu
bahwa ia melanggar dan menerima hukuman, namun jika itu menyenangkannya, ia akan
melakukan juga walaupun ia mencemaskan hukumannya nanti. Ia akan melakukan apa yang
menjadi kesenangannya dan tidak perduli dengan aturan yang sudah ada ditentukan oleh orang
lain.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis
Program layanan bimbingan siswa ini dilakukan untuk membantu penulis dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam pembahasan masalah ini, penulis akan
menguraikan langkah-langkah dalam mengatasi anak tidak bisa diam (Hiperaktif) yang
diimplementasikan pada pengalaman mengajar di TK Mutiara kecamatan Bangkinang, mulai
dari mengidentifikasi sampai penanganan masalah.

Identitas Anak
Nama Lengkap : Galang Hidayat Al-Bastian
Nama Panggilan : Galang
Tempat/Tanggal Lahir : Bangkinang, 16 Januari 2010
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara
Agama : Islam
Sekolah : TK Mutiara
Alamat : Kampung Godang
Keadaan Kesehatan
Penglihatan : Normal
Pendengaran : Normal
Pembicaraan : Kurang
Fasilitas Belajar dan Pendukung
1. Kelengkapan belajar
a. Buku paket : Lengkap
b. Buku catatan : Lengkap
c. Ruang belajar : Tidak punya
2. Bimbingan
a. Dari ayah : Pernah
b. Dari ibu : Selalu
c. Dari saudara : Selalu
Waktu belajar
1. Waktu belajar siswa kurang teratur.
2. Siswa belajar jika disuruh orang tua.
Kelakuan dan prestasi Klien
1. Sikap pada teman : Cukup baik, tidak membeda-bedakan teman.
2. Sikap pada guru : Baik, tapi masih merasa segan untuk bertanya.
3. Prestasi : Kurang baik/lambat, prestasi rendah.
Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Basri
Tempat/Tanggal Lahir : Bangkinang, 5 Agustus 1982
Agama : Islam
Pendidikan : SMA (Sederajat)
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kampung Godang
Nama Ibu : Titien Septria
Tempat/Tanggal Lahir : Bangkinang, 3 September 1980
Agama : Islam
Pendidikan : S1 PG-SD
Pekerjaan : Guru SD
Alamat : Kampung Godang

3.2 Sintesis
Sintesis adalah kesimpulan sementara berdasarkan dari hasil analisis.
Kesimpulan sementara berdasarkan analisis yang saya perhatikan dari anak tersebut yaitu,
anak ini termasuk golongan anak yang Hiperaktif yang suka bergerak disekitarnya, dan
gerakan itu tanpa tujuan dan tidak pernah duduk diam sewaktu dikelas sekalipun duduk tangan
dan kaki nya tidak pernah diam bahkan disaat sekalipun duduk dia melompat-lompat,
bejingkak-jingkak dan tiduran sehingga membuat teman-temannya terganggu dan bahkan ikut
bermain pula bersama Galang.
Kesehariannya di sekolah, dari awal masuk sampai pembelajaran selesai pun ia tidak
pernah bisa diam, bahkan tersenyum sendiri seakan ada yang menggelitikkannya, aktifitasnya
sangat berlebihan, selalu bergerak seakan-akan tubuhnya itu digerakkan oleh mesin bahkan Ia
pun tidak merasa kelelahan dan membuat guru di sekolahpun kewalahan menghadapi perilaku
Galang.
Galang merupakan siswa yang sulit dalam pemusatan perhatiannya, dia tidak pernah
capek, selalu bergerak, dan sangat sulit untuk diminta untuk melakukan aktivitas yang
menuntut ketenangan. Galang terlihat selalu semangat dan berpindah-pindah dari satu aktivitas
ke aktivitas yang lain, sehingga tampaknya seperti mudah bosan terhadap suatu kegiatan dan
memerlukan stimulasi lebih kuat lagi. Anak ini dalam usia 5 tahun kemampuan berbicara nya
tidak berkembang, dan ucapan bicaranya sebagian belum jelas, dan sampai usia sekarang pun
anak ini agak susah bicara, contohnya saat disuruh membaca bismillah dia belum terlalu tepat,
guru disana mencoba membantu Galang supaya bisa membaca Bismillah, saat Galang
membaca Bismillah dia menahan suaranya dan tidak mau membuka mulutnya besar-besar dan
mengapit giginya sehingga saat disuruh baca bismillah dia susah. Walaupun Galang sulit dalam
pemusatan perhatiannya dia sangat mudah bergaul dengan teman-temannya, sehingga Galang
mudah sekali dalam mencari teman.

3.3 Diagnosis
Diagnosis adalah dugaan terhadap kesulitan yang dihadapi oleh klien. Diagnosis ini
merupakan tahap penemuan konsistensi dan pola-pola yang menuju pada pembuatan ringkasan
masalah-masalah dan penyebab-penyebabnya secara tepat, serta ciri-ciri yang paling penting.
Setelah masalah tersebut diidentifikasi, maka tahap selanjutnya adalah tahap mendiagnosa
masalah untuk mencari penyebab mengapa anak tersebut bertingkah laku demikian,
sebagaimana langkah-langkahnya adalah :
1. Menganalisis data dari proses identifikasi
a. Anak mengalami hiperaktif
2. Melokalisasi letak masalah
a. Tidak bisa diam
b. Sulit duduk dengan tenang
c. Tidak tuntas dalam menyelesaikan pekerjaan
d. Mudah terganggu perhatiannya
3. Menentukan jenis faktor yang menyebabkan hiperaktif
a. Pada waktu hamil, ibunya sering bepergian jauh dan keluar malam, padahal orang tua
dari ibu Galang dan ayahnya Galang melarang keluar malam-malam karena lagi hamil dan
tempat yang dituju ibu Galang melewati kuburan.
b. Adanya faktor lingkungan

3.4 Prognosis
Prognosis adalah langkah yang ditempuh setelah diagnosis. Prognosis merupakan suatu
usaha memprediksi atau meramal kemungkinan yang akan terjadi pada siswa apabila masalah
yang dihadapi tidak segera mendapat bantuan danmengetahui latar belakang masalah yang
dihadapi anak TK :
1. Kenakalannya akan semakin menjadi bertambah
2. Rusaknya mental dan rasa empati anak kepada orang lain.
3. Berdampak buruk untuk kehidupannya dimasa depan
4. Anak akan susah mempunyai teman

3.5 Treatment
Upaya penangan anak hiperaktif memang harus dilakukan dengan hati-hati dan terencana.
Anak hiperaktif memiliki perasaan yang lebih peka dan meledak-meledak, maka memberikan
pengertian dengan lebih halus haruslah di utamakan.
Anak yang susah diatur (bandel) dan tidak bisa diam (hiperaktif) kebanyakan sangat lemah
dalam bekonsentrasi. Namun, dalam hal demikian kita tahu bahwa setiap manusia mempunyai
atau memiliki daya konsentrasi yang berbeda. Betapapun kerasnya anak dalam berkonsentrasi
dan diam, beberapa informasi tetap akan terlewati dan diselesaikan. Oleh karena itu, diperlukan
cara penanganan sebagaik berikut :
1. Dengan pelatihan-pelatihan
a. Mengiring / menarik perhatian anak secara terarah, kita dapat mengajak anak untuk selalu
melakukan kegiatan bermain bersama yang disesuaikan dengan keinginan anak.
b. Melatih respon, terarah atau memberi tanggapan.
Anak perlu dilatih, bagaimana dirinya harus memberi respon atau tanggapan terhadap
rangsangan yang diberikan kepadanya.
c. Anak dilatih untuk belajar mengamati sesuatu.
Ciptakan kondisi yang merangsang anak untuk mau belajar mengamati dengan cara ikut aktif
terlibat dalam kegiatan atau permainan anak.
d. Melatih kecerdasan kinestik jasmani anak.
Kecerdasan kinestik jasmani anak adalah gabungan kemampuan berfikir dan ketangkasan
dalam melakukan suatu gerakan seluruh anggota tubuh. Untuk mengembangkannya, kita dapat
memotivasi anak sesuai dengan minatnya. Seperti bermain seni peran, dan permainan lain yang
melibatkan kegiatan fisik.
2. Dengan permainan
Karena anak yang hiperaktif tidak bisa diam, maka sebaiknya menangani masalahnya
dengan permainan. Contoh dengan permainan “kucing tikus”. Permainan seperti ini sangat
bermanfaat bagi anak untuk lebih mampu mengendalikan emosinya, mengarahkan, dan
memfokuskan perhatian serta meningkatkan daya konsentrasi dalam melakukan berbagai
kegiatan.
3. Saran dan Nasihat
a. Jika anak berpendapat bahwa kegiatannya sangat membosankan dan tidak menarik, maka kita
harus mencari kegiatan yang menarik minat dan perhatiannya, namun tidak keluar dari tema
yang sedang dipelajarinya.
b. Sebaiknya anak yang hiperaktif ditempatkan didekat guru, supaya mudah terkontrol dan tidak
mengganggu teman-temannya yang lain.
c. Bila anak melakukan kesalahan, maka tegurlah dia. Seandainya jika dia melakukan hal yang
baik atau benar, maka berilah dia pujian.
4. Pengkondisian
Dalam hal ini seorang guru dituntut keterampilannya untuk mengarahkan dan
membimbing anak pada permainan anak secara berkelompok. Selain itu pengelolaan kelas
harus disesuaikan dan ditata dengan baik. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu
konsentrasi belajar anak.
5. Konseling
Bila masalah anak yang hiperaktif ini masih ringan guru masih bisa mengatasinya. Akan
tetapi jika masalahnya kompleks, penyelesaiannya memerlukan pendekatan khusus. Konseling
merupakan salah satu caranya. Karena dalam konseling ini dilakukan oleh seorang yang telah
mengikuti pendidikan khusus dan tertatih secara baik di bidang konseling.
Berikut ini adalah beberapa tips yang perlu diketahui bagi semua orang tua atau guru yaitu
:
1. Ajarkan disiplin pada anak hiperaktif
Disiplin akan membuat anak bisa mengatur dirinya dengan baik.melatih anak untuk
disiplin bukanlah disiplin yang terlalu keras dan terlalu mengatur tapi disini anak dilatih untuk
mengatur lingkungan anak yaitu dengan memberikan kebiasaan- kebiasaan rutin melalui
latihan di tanamkan orang tua secara rutin dirumah.
2. Jangan menghukum anak hiperaktif berlebihan
Perilaku menghukum anak bukanlah kebiasaan baik untuk orang tua dalam mendidik anak,
karena dengan sikap yang cenderung untuk menghukum anak secara berlebihan, baik itu secara
verbal maupun non-verbal akan mempengaruhi factor psikologi anak.
3. Jangan menganggap anak hiperaktif sebagai anak nakal, malas, atau bodoh
Pemberian label kepada anak sebagai anak nakal, malas atau bodoh juga bukanlah sikap
yang baik dalam mendidik anak. Bila hal tersebut berlarut-larut dilakukan maka permasalahan
yang dihadapi oleh anak akan sangat kompleks. Karena akhirnya anak akan bersikap seperti
yang dilabelkan kepadanya.
4. Memberikan kasih sayang yang cukup
Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua yang mengalami permasalahan anak
hiperaktif yaitu orang tua harus lebih memperhatikan dan memberikan kasih sayang tapi bukan
berarti memanjakannya. Orang tua harus memahami dan mengetahui semua kebutuhan anak.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperaktif. Terhadap kondisi siswa yang demikian ,biasanya
para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya.
Dalam proses belajar di dalam kelas, ia merasa sulit untuk duduk dengan diam di kursinya
dan memusatkan perhatiannya itu singkat sekali, sehingga ia menjadi nakal dan mengganggu
teman-temannya di kelas waktu guru sedang mengajar. Rentang perhatian anak hiperaktif ini
sangat sempit sehingga untuk konsentrasi dalam memusatkan perhatiannya cepat hilang.
Akibatnya kalau anak ini ditanyai oleh guru di dalam kelas tidak cepat menjawab. Guru
kelasnya akan menganggap anak itu bingung.

4.2 Saran
a. Kepada guru
Guru harus mampu memberikan perhatian khususnya anak usi dini untuk sedini mungkin
melakukan upaya deteksi dini terhadap gangguang – gangguan perkembangan yang mungkin
muncul dalam diri anak sehingga sedini pula gangguan tersebut dapat ditangani secara khusus.
Guru seharusnya menjadi mitra untuk memberikan bantuan pengarahan berkaitan dengan
perkembangan dan pertumbuhan peserta didiknya.
b. Kepada orang tua

Orang tua hendaknya terus memperhatikan perkembangan dan perkemabangan anak


karena peran orang tua sangat besar bagi perkembangan anak dirumah. Selain itu juga orang
tua hendaknya menjalin kerja sama dengan pihak sekolah sehingga mengetahui perkembangan
anak disekolah.
Diposkan oleh Ricci Rahma Tillah di 06.51
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2016 (1)
o ▼ Januari (1)
 Studi Kasus Anak Hiperaktif

 ► 2015 (2)

Mengenai Saya

Ricci Rahma Tillah


Lihat profil lengkapku

Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Вам также может понравиться