Вы находитесь на странице: 1из 13

MAKALAH

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM


KEPERAWATAN
“KONSEP SEKSUALITAS”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. DESI RANI AN
2. RINA ISAN
3. EVA TUASAMU
4. GERDA TAIHUTTU
5. RAPIE.M. MARAYATE
6. LAHMI KELIWAWA
7. VONNY TORIMTUBUN
8. SARWETIN AITONAM
9. VIKKY FAUZI THIO

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


YAYASAN BANGUN PERSADA
STIKES PASAPUA AMBON
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat-Nya
jualah terutama nikmat kelancaran, sehingga makalah berjudul “Konsep Seksualitas” untuk
memenuhi tugas mata kuliah psikososial dan budaya dalam keperawatan ini terselesaikan
dengan baik.
Mungkin makalah ini bisa dikatakan masih jauh dari kesempurnaan itulah sebabnya
saran maupun kritikan sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah tersebut.
Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya
meskipun belum sempurna. Demikian makalah ini kami buat, mendahuluinya kami ucapkan
terima kasih.

Ambon, 16 Desember
2017

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2.Rumusan masalah..........................................................................................................3
1.3.Tujuan peulisan..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian seksualitas...................................................................................................4
2.2. Tinjauan seksual dari beberapa aspek...........................................................................4
2.3. Perkembangan seksualitas............................................................................................5
2.4. Perilaku seksual seseorang dalam konsep seksualitas..................................................6
2.5. Faktor yang mempengaruhi seksualitas........................................................................7
2.6. Penyimpangan seksual dalam konsep seksualitas.........................................................7
2.7. Asuhan keperawatan pada masalah seksual..................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................11
3.2. Saran.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Seksualitas di
defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati
paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia
sebagai mahluk seksual. Karena itu pengertian dari seksualitas merupakan sesuatu yang
lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik hubungan
seksual. Seksualitas merupakan aspek yang sering di bicarakan dari bagian personalitas
total manusia, dan berkembang terus dari mulai lahir sampai kematian. Banyak elemen-
elemen yang terkait dengan keseimbangan seks dan seksualitas. Elemen-elemen tersebut
termasuk elemen biologis; yang terkait dengan identitas dan peran gender berdasarkan
ciri seks sekundernya dipandang dari aspek biologis. Elemen sosiokultural, yang terkait
dengan pandangan masyarakat akibat pengaruh kultur terhadap peran dan kegiatan
seksualitas yang dilakukan individu. Sedangkan elemen yang terakhir adalah elemen
perkembangan psikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan berdasarkan
beberapa pendapat ahli tentang kaitannya antara identitas dan peran gender dari aspek
psikososial. Termasuk tahapan perkembangan psikososial yang harus dilalui oleh oleh
individu berdasarkan gendernya

1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian seksualitas?
2. Bagaimana tinjauan seksual dari beberapa aspek?
3. Bagaimana perkembangan seksualitas?
4. Seperti apa Perilaku seksual seseorang dalam konsep seksualitas?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi seksualitas?
6. Apa saja penyimpangan seksual dalam konsep seksualitas?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan pada masalah seksual?

1.3.TUJUAN PENULISAN
Bertujuan untuk menjelaskan masing-masing rumusan masalah diatas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN SEKSUALITAS


Seks merupakan kegiatan fisik, sedangkan seksualitas bersifat total, multi-
determined dan multi-dimensi. Oleh karena itu, seksualitas bersifat holistik yang
melibatkan aspek biopsikososial kultural dan spiritual.
Seksualitas lebih dari sekadar aktivitas fisik, melainkan perasaan kewanitaan dan
kelakian baik secara biologis,sosiologis,psikologis,spiritual dan dimensi budaya dari
setiap individu. Selain itu, nilai-nilai sikap, perilaku, hubungan dengan orang lain,dan
kebutuhan untuk membangun kedekatan emosional dengan orang lain akan
mempengaruhi seksualitas. Menurut world Health Organization kesehatan seksual adalah
suatu keadaan kesejahteraan fisik,emosional,mental,dan sosial yang berhubungan dengan
seksualitas tidak hanya sekadar bebas dari penyakit,disfungsi,atau kelemahan. Individu
yang sehat secara seksual memiliki cara pendekatan yang positif dan penuh rasa hormat
terhadap seksualitas dan hubungan seksual. Mereka juga berpotensi untuk merasakan
kesenangan dan pengalaman seksual yang aman dan bebas dari paksaan,diskriminasi,dan
kekerasan.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya seksualitas tidak terbatas
hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja, tetapi merupakan ekspresi kepribadian,
perasaan fisik dan simbolik tentang kemesraan, menghargai dan saling memperhatikan
secara timbal balik. Perilaku seksual seseorang sangat ditentukan oleh berbagai
kebutuhan, antara lain kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, rasa aman psikologis,
serta harga diri sebagai wanita atau pria. Pada kondisi dimana kesehatannya mengalami
gangguan, seseorang kemungkinan besar akan mengalami gangguan pemenuhan
kemenuhan kebutuhan seksualitasnya, yang dapat ditampilkan melalui berbagai perilaku
seksual.

2.2. TINJAUAN SEKSUAL DARI BEBERAPA ASPEK


Makna seksual dapat ditinjau dari beberapa aspek,diantaranya:
1. Aspek Biologis : Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan
anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi(seksual), kemampuan organ seks,adanya
hormonal serta sistem saraf yang brfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan
seksual
2. Aspek psikologis : Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis
kelamin, sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta
memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
3. Aspek Sosial Budaya : Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang
berlaku dimasyarakat.
2.3. PERKEMBANGAN SEKSUALITAS

4
Perkembangan seksualitas diawali dari masa pranatal dan bayi, kanak-kanak, masa
pubertas, masa dewasa muda dan pertengahan umur, serta dewasa.
 Masa Pranatal dan Bayi
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang.
Berkembangnya organ seksual mampu merespon rangsangan, seperti adanya ereksi
penis pada laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku ini terjadi
ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang. Menurut Sigmund Freud,
tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah:
1. Tahap oral : Terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasaan, kesenangan, atau
kenikmatan dapat dicapai dengan cara menghisap, menggigit,
mengunyah, atau uk mendapat bersuara. Anak memiliki
ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk
mendapat rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah
masalah menyapih dan makan.
2. Tahap anal : Terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini terjadi pada
saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukkan keakuannya,
sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak
juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah
dapat dilatih dalam hal kebersihan.

 Masa Kanak-Kanak
Masa ini dibagi dalam usia toddler, prasekolah, dan sekolah. Perkembangan seksual
pada masa ini diawali secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangan
psikoseksual pada masa ini adalah :
1.Tahap oedipal/phalik :Terjadi pada umur 3-5 tahun. Kepuasan anak terletak pada
rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan
kenikmatan dari beberapa daerah erogennya. Anak juga
mulai menyukai lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka
pada ibunya daripada ayahnya, sebaliknya anak perempuan
lebih suka pada ayahnya. Anak mulai dapat
mengidentifikasikan jenis kelamin dirinya, apakah laki-laki
atau perempuan, belajar malalui interaksi dengan figur orang
tua, serta mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis
kelamin.
2.Tahap laten :Terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai
terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas dan
berhadapan langsung pada tuntutan sosial, seperti suka
hubungan dengan kelompoknya atau teman sebaya,
dorongan libido mulai mereda. Pada masa sekolah ini, anak
sudah banyak bertanya tentang hal seksual melalui intetraksi
dengan orang dewasa, membaca, atau berfantasi.

 Masa Pubertas
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan akan terjadi
kematangan secara psikososial. Terjadinya perubahan secara psikologis ini ditandai
dengan adanya perubahan citra tubuh (body image), perhatian yang cukup besar

5
terhadap perubahan fungsi tubuh, pemelajaran tentang perilaku, kondisi sosial, dan
perubahan lain, seperti perubahan berat badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu
di pubis, buah dada, atau menstruasi bagi wanita. Tahap yang disebut Freud sebagai
tahap genital ini terjadi pada umur lebih dari 12 tahun. Kepuasaan anak pada tahap ini
akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan
jenis.

 Masa Dewasa Muda Dan Pertengahan Umur


Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri seks sekunder
mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur
terjadi perubahan hormonal, pada wanita ditandai dengan penurunan esterogen,
pengecilan payudara dan jaringan vagina, penurunan cairan vagina, selanjutnya akan
terjadi penurunan reaksi, pada pria ditandai dengan penurunan ukuran penis serta
penurunan semen. Dari perkembangan psikososial, sudah mulai terjadi hubungan
intim antara lawan jenis, proses pernikahan dan memiliki anak, sehingga terjadi
perubahan peran.

 Masa Dewasa Tua


Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah atropi pada
vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan penurunan intensitas
orgasme pada wanita ; sedangkan pada pria akan mengalami penurunan jumlah
sperma, berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi, dan
pembesaran kelenjar prostat.

2.4. PERILAKU SEKSUAL


 Faktor Internal
1. Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis)
Perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda
pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.
2. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan
reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat
digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya.
3. Motivasi
Perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk
memperoleh tujuan tertentu.

 FaktorEksternal
1. Keluarga
Menurut Wahyudi (2000) kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua
dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang.
2. Pergaulan

6
Menurut Hurlock perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan
pergaulannya, terutama pada masa pubertas/remaja dimana pengaruh teman
sebaya lebih besar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lain.
3. Media massa
Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukan bahwa frekuensi
menonton film kekerasan yang disertai adegan-adegan merangsang berkolerasi
positif dengan indikator agresi seperti konflik dengan orang tua, berkelahi , dan
perilaku lain sebagai manifestasi dari dorongan seksual yang dirasakannya.

2.5. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKSUALITAS


1. Pertimbangan perkembangan
Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosianal dan
biologi kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu. Sejak
lahir, gender, atau seks mempengaruhi perilaku individu sepanjang kehidupannya.
2. Kebisaan hidup sehat dan kondisi kesehatan
Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat
mencapai kepuasan seksual. Trauma atau stres dapat mempengaruhi kemampuan
individu untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya
juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit. Kebiasaan tidur,
istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif mengkontribusi pada
kehidupan seksual yang membahagiakan.
3. Peran dan hubungan
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat mempengaruhi
kualitas hubungan seksualnya. Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang
memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya
dengan seseorang yang dicintai dan dipercayainya
4. Konsep diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung
terhadap seksualitas.
5. Budaya, nilai dan keyakinan
Faktor budaya termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat
mempengaruhi individu. Tiap budaya mempuyai norma-norma tertentu tentang
identitas dan perilaku seksual. Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara
stimulasi seksual, dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual.
6. Agama
Pandangan agama tertentu diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap ekspresi
seksuallitas seseorang. Konsep tentang keperawanan, dapat diartikan sebagai kesucian
dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu.
7. Etik
Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lillis & Le Mone (1997) tergantung pada
terbebasnya individu dari rasa bersalah dan ansietas. Sebenarnya yang penting
dipertimbangkan adalah rasa nyaman terhadap pilihan ekspresi seksual yang sesuai,
yang hanya bisa dicapai apabila bebas dari rasa bersalah dan perasaan cemas.

7
2.6. PENYIMPANGAN SEKSUAL
Transeksualisme : Bentuk penyimpangan seks ditandai perasaan tdk
suka dgn alat kelaminnya, ada keinginan berganti
kelamin
Pedofilia : Kepuasan seks dgn objek anak-anak di bawah usia
pubertas (ditandai dgn fantasi) Dapat disebabkan
skizophrenia, sadisme organik, gangguan kepribadian
organik
Eksibisionisme : Kepuasan seksual dicapai dgn mempertontonkan alat
kelamin di muka umum. Dilakukan mendadak di
depan orang yg tidak dikenal namun tidak ada upaya
untuk melakukan hubungan seks
Fetisisme : Kepuasan seksual dicapai dgn menggunakan benda
seks seperti sepatu tinggi, pakaian dalam, stoking.
Transvestisme : Kepuasan seksual dicapai dgn memakai pakaian
lawan jenis dan melakukan peran seks yg
berlawanan, misalnya pria senang menggunakan
pakaian dalam wanita
Voyerisme/skopofolia : Kepuasan seksual dicapai dgn melihat alat kelamin
org lain atau aktivitas seks yag dilakukan orang lain
Masokism : Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan atau
disakiti terlebih dahulu secara fisik maupun
psikologis.
Sadisme : Kebalikan masokisme, kepuasan seks didapat dgn
menyakiti objeknya baik fisik maupun psikologis.
Dpt disebabkan karena perkosaan dan pendidikan yg
salah.
Homoseksual atau lesbianisme : Penyimpangan seksual ditandai dengan ketertarikan
secara fisik maupun emosi kepada sesama jenis.
Kepuasan seks didapat dengan berhubungan dgn
orang dgn jenis kelamin sama
Zoofilia : Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek
binatang
Sodomi : Kepuasan seks dicapai dgn hubungan melalui anus
Nekrofilia : Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek
mayat
Koprofilia : Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek feses
Urolagnia : Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek urine
yg diminum

8
Oral seks/kunilingus : Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan mulut pada
alat kelamin wanita
Felaksio : Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan mulut pd
kelamin laki-laki
Froterisme/friksionisme : Kepuasan seks dicapai dgn menggosokkan penis pd
pantat wanita atau badan yg berpakaian ditempat yg
penuh sesak manusia
Goronto : Kepuasan seks dicapai melalui dgn lansi
Frottage : Kepuasan seks dicapai dgn cara meraba org yg
disenangi tanpa diketahui lawan jenis
Pornografi : Gambar/tulisan yg dibuat scr khusus utk memberi
rangsangan seksual

2.7. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH SEKSUAL


1. Pengkajian
 Riwayat Kesehatan seksual
- Pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien
mempunyai masalah atau kekhawatiran seksual.
- Merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan
seksual secara langsung – pertanyaan isyarat
 Pengkajian fisik
- Inspeksi dan palpasi
Beberapa riwayat kes. yang memerlukan pengkajian fisik misalnya riwayat
PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tdk normal dari genital,
perubahan warna pada genital, ggn fungsi urinaria, dll.
 Identifikasi klien yang berisiko
Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya : Adanya ggn
struktur/fungsi tubuh akibat trauma, kehamilan, setelah melahirkan, abnormalitas
anatomi genital
 Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
 Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir, skar
(masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh
 Terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan masalah seksual; kurangnya
pengetahuan/salah informasi tentang fungsi dan ekspresi seksual
 Gangguan aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan pasangan
 Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi
2. Diagnosa Keperawata
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan seksual, antara
lain:
- Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d )
- Disfungsi seksua

9
- Gangguan citra tubuh
- Gangguan harga diri
- Perencanaan Keperawatan.
- Mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kesehatan seksual
- Meningkatkan pengetahuan seksualitas dan kesehatan seksual
- Mencegah terjadinya/menyebarnya PMS
- Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
- Meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
- Memperbaiki konsep seksual diri

3. Implementasi
- Promosi kesehatan seksual — penyuluhan / pendidikan kesehatan.
- Perawat : keterampilan komunikasi yg baik, lingkungan&waktu yg mendukung
privasi dan kenyamanan klien.
- Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik&faktor yang berhubungan
— pendidikan tentang perkembangan normal pada anak usia todler, kontrasepsi
pd klien usia subur, serta pendidikan ttg PMS pada klien yang memiliki
pasangan seks lebih dari satu.
- Rujukan mungkin diperlukan.

4. Evaluasi Keperawatan
- Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai,
perawat seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak tercapai
— Pengungkapan klien atau pasangan, klien dapat diminta mengungkapkan
kekuatiran, dan menunjukkan faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak mata,
atau postur yang menandakan kenyamanan atau kekuatiran.
- Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan
jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
- Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Pada dasarnya
seksualitas tidak terbatas hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja, tetapi merupakan
ekspresi kepribadian, perasaan fisik dan simbolik tentang kemesraan, menghargai dan
saling memperhatikan secara timbal balik. Pada kondisi dimana kesehatannya mengalami
gangguan, seseorang kemungkinan besar akan mengalami gangguan pemenuhan
kemenuhan kebutuhan seksualitasnya, yang dapat ditampilkan melalui berbagai perilaku
seksual.
Kebutuhan akan seks bagi manusia sudah ada sejak lahir. Seks tergolong dalam
kebutuhan primer – yang sama dengan kebutuhan: makan, minum, mandi, berpakaian,
tidur, bangun, bekerja, buang air besar, atau buang air kecil. Kegiatan pemenuhan
kebutuhan seksualitas ini dapat dilakukan dengan berbagai perilaku dan kegiatan
seksualitas dan apabila tidah terpenuhi maka akan timbul penyimpangan seksual

3.2. SARAN
Diharapkan pemahaman mengenai kebutuhan seksualitas di informasikan sejak dini,
agar kita maupun masyarakat dapat menjaga kesehatan seksual dan reproduksi, sehingga
tidak terjadi gangguan pada kebutuhan seksualitas dan reproduksinya. Selain itu, kita
sebagai calon perawat harus lebih memahami tentang kebutuhan dasar seksualitas agar
dapat memberikan intervensi yang tepat kepada klien gangguan seksualitas dan
reproduksi sehingga klien dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mi Ja Kim,Gertrude K.MeFarland dan Audrey M.Mclane.1993.Diagnosa


Keperawatan.EGC:Jakarta.
Carpenito,lynda juall.1998.Diagnosis Keperawatan Buku Saku Edisi 6.Penerbit
Kedokteran:Jakarta.
otter and Perry Volume 2.2006.Fundamental Keperawatan.EGC:Jakarta.
Hidayat,A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia;Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan;Buku1.Salemba Medika:Jakarta.
Alimul H, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Herri Zan Pieter dan Namora Lumonggo Lubis.2010.Pengantar Psikologi dalam
Keperawatan.Prenada Media:Jakarta.
Anonim, 2010. Pengertian seksualita. http://blog.re.or.id/seksualitas.htm Di akses pada 16
mei 2010.
Anonim, 2010. Aspek Seksualitas dalam Keperawatan untuk orang dewasa.
http://blog.re.or.id/aspek seksualitas.htm Di akses pada 16 mei 2010.

12

Вам также может понравиться