Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. DESI RANI AN
2. RINA ISAN
3. EVA TUASAMU
4. GERDA TAIHUTTU
5. RAPIE.M. MARAYATE
6. LAHMI KELIWAWA
7. VONNY TORIMTUBUN
8. SARWETIN AITONAM
9. VIKKY FAUZI THIO
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat-Nya
jualah terutama nikmat kelancaran, sehingga makalah berjudul “Konsep Seksualitas” untuk
memenuhi tugas mata kuliah psikososial dan budaya dalam keperawatan ini terselesaikan
dengan baik.
Mungkin makalah ini bisa dikatakan masih jauh dari kesempurnaan itulah sebabnya
saran maupun kritikan sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah tersebut.
Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya
meskipun belum sempurna. Demikian makalah ini kami buat, mendahuluinya kami ucapkan
terima kasih.
Ambon, 16 Desember
2017
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2.Rumusan masalah..........................................................................................................3
1.3.Tujuan peulisan..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian seksualitas...................................................................................................4
2.2. Tinjauan seksual dari beberapa aspek...........................................................................4
2.3. Perkembangan seksualitas............................................................................................5
2.4. Perilaku seksual seseorang dalam konsep seksualitas..................................................6
2.5. Faktor yang mempengaruhi seksualitas........................................................................7
2.6. Penyimpangan seksual dalam konsep seksualitas.........................................................7
2.7. Asuhan keperawatan pada masalah seksual..................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................11
3.2. Saran.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Seksualitas di
defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati
paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia
sebagai mahluk seksual. Karena itu pengertian dari seksualitas merupakan sesuatu yang
lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik hubungan
seksual. Seksualitas merupakan aspek yang sering di bicarakan dari bagian personalitas
total manusia, dan berkembang terus dari mulai lahir sampai kematian. Banyak elemen-
elemen yang terkait dengan keseimbangan seks dan seksualitas. Elemen-elemen tersebut
termasuk elemen biologis; yang terkait dengan identitas dan peran gender berdasarkan
ciri seks sekundernya dipandang dari aspek biologis. Elemen sosiokultural, yang terkait
dengan pandangan masyarakat akibat pengaruh kultur terhadap peran dan kegiatan
seksualitas yang dilakukan individu. Sedangkan elemen yang terakhir adalah elemen
perkembangan psikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan berdasarkan
beberapa pendapat ahli tentang kaitannya antara identitas dan peran gender dari aspek
psikososial. Termasuk tahapan perkembangan psikososial yang harus dilalui oleh oleh
individu berdasarkan gendernya
1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian seksualitas?
2. Bagaimana tinjauan seksual dari beberapa aspek?
3. Bagaimana perkembangan seksualitas?
4. Seperti apa Perilaku seksual seseorang dalam konsep seksualitas?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi seksualitas?
6. Apa saja penyimpangan seksual dalam konsep seksualitas?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan pada masalah seksual?
1.3.TUJUAN PENULISAN
Bertujuan untuk menjelaskan masing-masing rumusan masalah diatas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Perkembangan seksualitas diawali dari masa pranatal dan bayi, kanak-kanak, masa
pubertas, masa dewasa muda dan pertengahan umur, serta dewasa.
Masa Pranatal dan Bayi
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang.
Berkembangnya organ seksual mampu merespon rangsangan, seperti adanya ereksi
penis pada laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku ini terjadi
ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang. Menurut Sigmund Freud,
tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah:
1. Tahap oral : Terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasaan, kesenangan, atau
kenikmatan dapat dicapai dengan cara menghisap, menggigit,
mengunyah, atau uk mendapat bersuara. Anak memiliki
ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk
mendapat rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah
masalah menyapih dan makan.
2. Tahap anal : Terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini terjadi pada
saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukkan keakuannya,
sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak
juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah
dapat dilatih dalam hal kebersihan.
Masa Kanak-Kanak
Masa ini dibagi dalam usia toddler, prasekolah, dan sekolah. Perkembangan seksual
pada masa ini diawali secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangan
psikoseksual pada masa ini adalah :
1.Tahap oedipal/phalik :Terjadi pada umur 3-5 tahun. Kepuasan anak terletak pada
rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan
kenikmatan dari beberapa daerah erogennya. Anak juga
mulai menyukai lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka
pada ibunya daripada ayahnya, sebaliknya anak perempuan
lebih suka pada ayahnya. Anak mulai dapat
mengidentifikasikan jenis kelamin dirinya, apakah laki-laki
atau perempuan, belajar malalui interaksi dengan figur orang
tua, serta mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis
kelamin.
2.Tahap laten :Terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai
terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas dan
berhadapan langsung pada tuntutan sosial, seperti suka
hubungan dengan kelompoknya atau teman sebaya,
dorongan libido mulai mereda. Pada masa sekolah ini, anak
sudah banyak bertanya tentang hal seksual melalui intetraksi
dengan orang dewasa, membaca, atau berfantasi.
Masa Pubertas
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan akan terjadi
kematangan secara psikososial. Terjadinya perubahan secara psikologis ini ditandai
dengan adanya perubahan citra tubuh (body image), perhatian yang cukup besar
5
terhadap perubahan fungsi tubuh, pemelajaran tentang perilaku, kondisi sosial, dan
perubahan lain, seperti perubahan berat badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu
di pubis, buah dada, atau menstruasi bagi wanita. Tahap yang disebut Freud sebagai
tahap genital ini terjadi pada umur lebih dari 12 tahun. Kepuasaan anak pada tahap ini
akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan
jenis.
FaktorEksternal
1. Keluarga
Menurut Wahyudi (2000) kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua
dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang.
2. Pergaulan
6
Menurut Hurlock perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan
pergaulannya, terutama pada masa pubertas/remaja dimana pengaruh teman
sebaya lebih besar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lain.
3. Media massa
Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukan bahwa frekuensi
menonton film kekerasan yang disertai adegan-adegan merangsang berkolerasi
positif dengan indikator agresi seperti konflik dengan orang tua, berkelahi , dan
perilaku lain sebagai manifestasi dari dorongan seksual yang dirasakannya.
7
2.6. PENYIMPANGAN SEKSUAL
Transeksualisme : Bentuk penyimpangan seks ditandai perasaan tdk
suka dgn alat kelaminnya, ada keinginan berganti
kelamin
Pedofilia : Kepuasan seks dgn objek anak-anak di bawah usia
pubertas (ditandai dgn fantasi) Dapat disebabkan
skizophrenia, sadisme organik, gangguan kepribadian
organik
Eksibisionisme : Kepuasan seksual dicapai dgn mempertontonkan alat
kelamin di muka umum. Dilakukan mendadak di
depan orang yg tidak dikenal namun tidak ada upaya
untuk melakukan hubungan seks
Fetisisme : Kepuasan seksual dicapai dgn menggunakan benda
seks seperti sepatu tinggi, pakaian dalam, stoking.
Transvestisme : Kepuasan seksual dicapai dgn memakai pakaian
lawan jenis dan melakukan peran seks yg
berlawanan, misalnya pria senang menggunakan
pakaian dalam wanita
Voyerisme/skopofolia : Kepuasan seksual dicapai dgn melihat alat kelamin
org lain atau aktivitas seks yag dilakukan orang lain
Masokism : Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan atau
disakiti terlebih dahulu secara fisik maupun
psikologis.
Sadisme : Kebalikan masokisme, kepuasan seks didapat dgn
menyakiti objeknya baik fisik maupun psikologis.
Dpt disebabkan karena perkosaan dan pendidikan yg
salah.
Homoseksual atau lesbianisme : Penyimpangan seksual ditandai dengan ketertarikan
secara fisik maupun emosi kepada sesama jenis.
Kepuasan seks didapat dengan berhubungan dgn
orang dgn jenis kelamin sama
Zoofilia : Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek
binatang
Sodomi : Kepuasan seks dicapai dgn hubungan melalui anus
Nekrofilia : Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek
mayat
Koprofilia : Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek feses
Urolagnia : Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek urine
yg diminum
8
Oral seks/kunilingus : Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan mulut pada
alat kelamin wanita
Felaksio : Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan mulut pd
kelamin laki-laki
Froterisme/friksionisme : Kepuasan seks dicapai dgn menggosokkan penis pd
pantat wanita atau badan yg berpakaian ditempat yg
penuh sesak manusia
Goronto : Kepuasan seks dicapai melalui dgn lansi
Frottage : Kepuasan seks dicapai dgn cara meraba org yg
disenangi tanpa diketahui lawan jenis
Pornografi : Gambar/tulisan yg dibuat scr khusus utk memberi
rangsangan seksual
9
- Gangguan citra tubuh
- Gangguan harga diri
- Perencanaan Keperawatan.
- Mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kesehatan seksual
- Meningkatkan pengetahuan seksualitas dan kesehatan seksual
- Mencegah terjadinya/menyebarnya PMS
- Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
- Meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
- Memperbaiki konsep seksual diri
3. Implementasi
- Promosi kesehatan seksual — penyuluhan / pendidikan kesehatan.
- Perawat : keterampilan komunikasi yg baik, lingkungan&waktu yg mendukung
privasi dan kenyamanan klien.
- Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik&faktor yang berhubungan
— pendidikan tentang perkembangan normal pada anak usia todler, kontrasepsi
pd klien usia subur, serta pendidikan ttg PMS pada klien yang memiliki
pasangan seks lebih dari satu.
- Rujukan mungkin diperlukan.
4. Evaluasi Keperawatan
- Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai,
perawat seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak tercapai
— Pengungkapan klien atau pasangan, klien dapat diminta mengungkapkan
kekuatiran, dan menunjukkan faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak mata,
atau postur yang menandakan kenyamanan atau kekuatiran.
- Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan
jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
- Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Pada dasarnya
seksualitas tidak terbatas hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja, tetapi merupakan
ekspresi kepribadian, perasaan fisik dan simbolik tentang kemesraan, menghargai dan
saling memperhatikan secara timbal balik. Pada kondisi dimana kesehatannya mengalami
gangguan, seseorang kemungkinan besar akan mengalami gangguan pemenuhan
kemenuhan kebutuhan seksualitasnya, yang dapat ditampilkan melalui berbagai perilaku
seksual.
Kebutuhan akan seks bagi manusia sudah ada sejak lahir. Seks tergolong dalam
kebutuhan primer – yang sama dengan kebutuhan: makan, minum, mandi, berpakaian,
tidur, bangun, bekerja, buang air besar, atau buang air kecil. Kegiatan pemenuhan
kebutuhan seksualitas ini dapat dilakukan dengan berbagai perilaku dan kegiatan
seksualitas dan apabila tidah terpenuhi maka akan timbul penyimpangan seksual
3.2. SARAN
Diharapkan pemahaman mengenai kebutuhan seksualitas di informasikan sejak dini,
agar kita maupun masyarakat dapat menjaga kesehatan seksual dan reproduksi, sehingga
tidak terjadi gangguan pada kebutuhan seksualitas dan reproduksinya. Selain itu, kita
sebagai calon perawat harus lebih memahami tentang kebutuhan dasar seksualitas agar
dapat memberikan intervensi yang tepat kepada klien gangguan seksualitas dan
reproduksi sehingga klien dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
11
DAFTAR PUSTAKA
12