Вы находитесь на странице: 1из 15

EPIDEMIOLOGI

MAKALAH RIWAYAT PENYAKIT RUBELLA


Dosen Pembimbing: Tuti Sukini, S.SiT. M.Kes

Disusun Oleh:
Dina Wahyu Setyani (P1337424515002)
Ayundari Widya Astuti (P1337424515004)
Hafshoh Arifah Edhar (P1337424515019)
Milatul Khoiriyah (P1337424515021)
Rizeka Quratul A’yun (P1337424515022)
Dessi Dwi Martini (P1337424515028)
Ratu Safitri Ramadhania (P1337424515043)

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan taufik, hidayah dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami masih dapat menghirup nafas ke-Islaman sampai sekarang ini.
Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW yang
telah berjuang dengan semangatnya yang begitu mulia yang telah membawa saya dari jaman
Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.
Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“Riwayat Alamiah Peyakit Rubella” kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
Pembimbing yang telah membimbing kami dalam setiap mata kuliah Epidemiologi, tidak lupa
teman-teman yang senantiasa kami banggakan yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah
serta dapat berjuang dijalan Allah SWT.

Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami mohon
saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih
dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat
dipahami agar menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Magelang, Agustus 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman awal................................................................................................. 1
Kata Pengantar ............................................................................................... 2
Daftar Isi ........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4

I. LATAR BELAKANG ....................................................................... 4


II. RUMUSAN MASALAH ................................................................... 5
III. TUJUAN PENULISAN ..................................................................... 5
IV. MANFAAT………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 6


BAB III PENUTUP ....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rubella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan menimbulkan demam
ringan dengan ruam pungtata dan ruam makulopapuler yang menyebar dan kadang-
kadang mirip dengan campak atau demam scarlet. Anak-anak biasanya memberikan
gejala konstitusional yang minimal, tetapi orang dewasa akan mengalami gejala
prodromal selama 1-5 hari berupa demam ringan, sakit kepala, malaise, coryza ringan
dan konjungtivitis. Limfadenopati post aurikuler, oksipital dan servikal posterior
muncul dan merupakan ciri khas dari infeksi virus ini yang biasanya muncul 5-10 hari
sebelum timbulnya ruam. Hampir separuh dari infeksi ini tanpa ruam. Lekopeni umum
terjadi dan trombositopeni juga bisa terjadi, tetapi manifestasi perdarahan jarang.
Arthalgia dan, yang lebih jarang terjadi, arthritis sebagai komplikasi infeksi ini terutama
pada wanita dewasa. Ensefalitis dan trombositopeni jarang terjadi pada anak-anak;
ensefalitis terjadi lebih sering pada orang dewasa. Rubella menjadi penting karena
penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella congenital
(Congenital Rubella Syndrome, CRS) terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh
wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan; risiko kecacatan
congenital ini menurun hingga kira-kira 10-20% pada minggu ke-16 dan lebih jarang
terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu. Infeksi janin pada usia
lebih muda mempunyai risiko kematian di dalam rahim, abortus spontan dan kecacatan
congenital dari sistem organ tubuh utama. Cacat yang terjadi bisa satu atau kombinasi
dari jenis kecacatan berikut seperti tuli, katarak, mikroftalmia, glaucoma congenital,
mikrosefali, meningoensefalitis, keterbelakangan mental, patent ductus arteriosus,
defek septum atrium atau ventrikel jantung, purpura, hepatosplenomegali, icterus dan
penyakit tulang radiolusen.
Penyakit CRS yang sedang dan berat biasanya sudah dapat diketahui ketika
bayi baru lahir; sedangkan kasus ringan yang mengganggu organ jantung atau tuli
sebagian, bisa saja tidak terdeteksi beberapa bulan bahkan hingga beberapa tahun
setelah bayi baru lahir. Diabetes mellitus dengan ketergantungan insulin diketahui
sebagai manifestasi lambat dari CRS. Malformasi congenital dan bahkan kematian
janin bisa terjadi pada ibu yang menderita rubella tanpa gejala. Membedakan rubella
dengan campak, demam scarlet (lihat infeksi Streptokokus) dan penyakit ruam lainnya
(misalnya infeksi eritema dan eksantema subitum) perlu dilakukan karena gejalanya
sangat mirip. Ruam makuler dan makulopapuler juga terjadi pada sekitar 1-5%
penderita dengan infeksi mononucleosis (terutama jika diberikan ampisilin), juga pada
infeksi dengan enterovirus tertentu dan sesudah mendapat obat tertentu. Diangosa klinis
rubella kadang tidak akurat.
Konfirmasi laboratorium hanya bisa dipercaya untuk infeksi akut. Infeksi
rubella dapat dipastikan dengan adanya peningkatan signifikan titer antibodi fase akut
dan konvalesens dengan tes ELISA, HAI, pasif HA atau tes LA, atau dengan adanya
IgM spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi rubella sedang terjadi. Sera
sebaiknya dikumpulkan secepat mungkin (dalam kurun waktu 7-10 hari) sesudah onset

4
penyakit dan pengambilan berikutnya setidaknya 7-14 hari (lebih baik 2-3 minggu)
kemudian. Virus bisa diisolasi dari faring 1 minggu sebelum dan hingga 2 minggu
sesudah timbul ruam. Virus bisa ditemukan dari contoh darah, urin dan tinja. Namun
isolasi virus adalah prosedur panjang yang membutuhkan waktu sekitar 10-14 hari.
Diagnosa dari CRS pada bayi baru lahir dipastikan dengan ditemukan adanya antibodi
IgM spesifik pada spesimen tunggal, dengan titer antibodi spesifik terhadap rubella
diluar waktu yang diperkirakan titer antibodi maternal IgG masih ada, atau melalui
isolasi virus yang mungkin berkembang biak pada tenggorokan dan urin paling tidak
selama 1 tahun. Virus juga bisa dideteksi dari katarak kongenital hingga bayi berumur
3 tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah tujuan mempelajari riwayat alamiah penyakit rubella?
2. Apakah tahapan riwayat perjalanan penyakit rubella?
3. Apa saja tingkat pencegahan penyakit rubella?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui tujuan mempelajari riwayat alamiah penyakit rubella
2. Untuk mengetahui tahapan riwayat perjalanan penyakit rubella
3. Untuk mengetahui tingkat pencegahan penyakit rubella

D. Manfaat Makalah
1. Digunakan sebagai bahan bacaan yang bisa digunakan untuk menghindari
meningkatnya angka kejadian penyakit Rubella khususnya bagi ibu yang beresiko
terhadap penyakit tersebut.
2. Digunakan untuk dijadikan bahan rujukan pendidikan kesehatan, pemberian
informasi dan edukasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyakit Rubella.
3. Digunakan sebagai bahan pembelajaran mengenai penyakit Rubella bagi mahasiswa,
khususnya mahasiswa kesehatan dalam perkuliahan epidemiologi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Mempelajari Riwayat Alamiah Penyakit


1. Tujuan mempelajari riwayat penyakit Rubella
Rubella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan menimbulkan demam
ringan dengan ruam pungtata dan ruam makulopapuler yang menyebar dan kadang-
kadang mirip dengan campak atau demam scarlet.
Riwayat alamiah penyakit adalah deskripsi perkembangan penyakit pada individu
yang terjadi secara alami.
Tujuan mempelajari riwayat alamiah penyakit Rubella adalah :

1) Untuk diagnostik, yaitu untuk mengetahui masa inkubasi penyakit Rubella. Periode
inkubasi Rubella adalah 14 – 23 hari, dengan rata – rata inkubasi adalah 16 – 18 hari.
Hal ini berguna untuk mengetahui diagnosa penyakit atau masalah kesehatan dalam
KLB(Kejadian Luar Biasa)
2) Untuk pencegahan rantai penyakit Rubella tersebut supaya dapat memotong rantai
bahkan pemberantasan/ pencegahan penyakit.

Pencegahan penyakit Rubella dapat dilakukan dengan :


a. Lakukan penyuluhan kepada masyarakat umum mengenai cara penularan dan
pentingnya imunisasi Rubella
b. Berikan dosis tunggal vaksin hidup, yaitu vaksin virus Rubella yang dilemahkan
(Rubella virus vaccine, Live), dosis tunggal ini memberikan respons antibodi yang
signifikan, yaitu kira-kira 98-99% dari orang yang rentan
c. Vaksin dikemas dalam bentuk kering dan sesudah dilarutkan harus disimpan dalam
suhu 2-80 C (35,60- 46,40F) atau pada suhu yang lebih dingin dan dilindungi dari
sinar matahari agar tetap poten
d. Jika diketahui adanya infeksi alamiah pada awal kehamilan, tindakan aborsi
sebaiknya dipertimbangkan karena risiko terjadinya cacat pada janin sangat tinggi.
e. IG yang diberikan sesudah pajanan pada awal masa kehamilan mungkin tidak
melindungi terhadap terjadinya infeksi atau viremia, tetapi mungkin bisa
mengurangi gejala klinis yang timbul

2. Untuk terapi, karena semakin awal terapi diberikan maka hasil penyembuhan
penyakit Rubella baik.
Terapi yang diberika yaitu:
a. Pengobatan penderita tanpa komplikasi dengan antipiretik
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi
c. Pengobatan komplikasi di Puskesmas dengan antibiotik
d. Apabila keadaan penderita cukup berat segera rujuk ke rumah sakit.

6
Bagi Anda yang menemukan penderita dengan gejala seperti Campak, SEGERA
laporkan ke petugas kesehatan setempat atau bawa ke unit pelayanan kesehatan terdekat.

B. Tahap Riwayat Perjalanan Penyak


1. Masa Inkubasi
Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan.
Selanjutnya virus rubela memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit
belum diketahui patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul
erupsi di kulit. Di nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi
dan kadang-kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus
Rubella telah diisolasi dari kelenjar getah bening, urin, cairan serebro spinal, cairan
sinovial dan paru. Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga hari
sesudah timbulnya erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi,
kemudian menurun dengan cepat, dan berlangsunghingga menghilangnya erupsi.
Masa inkubasi berkisar 14 – 21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu
inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari. Namun Periode
inkubasi rubella adalah 14 – 23 hari, dengan rata – rata inkubasi adalah 16 – 18 hari.
Masa inkubasi campak Measles adalah 9 – 11 hari antara hari pertama tertular
penyakitnya dan munculnya gejala pertama yaitu gatal –gatal. Penyakit ini biasanya
biasanya dialami antara 10 – 14 hari dari gatal pertama sampai gatal –gatal hilang.
90% orang yang belum imunisasi campak dapat terkena penyakit ini dengan
mudahnya, karena tingkat penularannya sangat tinggi. Penyebaran virus ini dalam
bentuk cairan yang bersal dari mulut dan hidung melalui udara.

2. Masa klinis
Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir
mati atau gangguan terhadap janin. Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang
mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang
ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul
bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa
hari. Sedangkan dalam persalinan terjadi akibat adanya kuman yang masuk karena
dilakukan pemeriksaan dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibat ketuban pecah
dini sebelum proses persalinan. Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10 –12 hari,
terdiri dari tiga stadium. Stadium prodromal, berlangsung 2 – 4 hari, ditandai dengan
demam yang diikuti batuk pilek susah menelan,stomstitis konjungtivis. Stadium
erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam selama 5 –6 hari. Timbulnya ruam dimulai
dari batas rambut dibelakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan
akhirnya ke ektrimitas. Stadium konvalesens, setelah 3 hari ruam berangsur – angsur
menghilang sesuai urutan timbulnya.Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas
yang akan menghilang setelah 1 – 2 minggu.

3. Masa laten dan periode infeksi

7
Rubella merupakan mikroba yang jenis sifatnya menetap didalam susunan
saraf pusat seseorang yang terinfeksi. Ketika menetap, Rubella bisa menjadi aktif (
manifes), sehingga menimbulkan gejala demam ringan, sedikit batuk atau pilek,
serta merah-merah pada kulit penderitanya selama 3 hari. Karena ringan gejala ini
sering kurang diperhatikan oleh si penderita. Setelah virus tersebut seolah-olah tidur
di dalam tubuh penderitanya. Namun, sewaktu – waktu virus tersebut bisa
berkembang dan memunculkan gejala berat. Semua ini tergantung dari kekebalan
tubuh orang yang mengidapnya. Jika dibiarkan aktif, virus ini dapat mengganggu
perkembangan saraf motorik dan sensorik koordinasi keseimbangan seseorang.
Ruam Rubella biasanya berlangsung selama 3 hari. Pembengkakan kelenjar akan
berlangsung selama satu minggu atau lebih dan sakit persendian akan berlangsung
selama dua minggu. Tanda – tanda dan gejala Rubella dimulai dengan adanya deman
ringan selama 1 atau 2 hari (99 - 1000 F atau 37,2 – 37,80 C) dan kelenjar getah
bening yang membengkak dan perih, biasanya dibagian belakang leher atau di
belakang telinga. Pada hari ke 2 atau ke 3, bintik – bintik (ruam) muncul di wajah
dan menjalar ke arah bawah. Di saat bintik ini menjalar ke bawah, wajah kembali
bersih dan bintik – bintik. Ruam Rubella dapat terlihat sebagai titik merah atau
merah muda, yang dapat berbaur menyatu menjadi sehingga terbentuk tambalan
berwarna yang merata. Bintik ini dapat terasa gatal dan terjadi hingga tiga hari.
Dengan berlalunya bintik –bintik ini kulit yang terkena kadangkala mengelupas
halus. Ketika Rubella terjadi pada wanita hamil, dapat terjadi sindrom rubella
bawaan yang potensial menimbulkan kerusakan pada janin yang sedang tumbuh.
Anak yang terkena Rubella sebelum dilahirkan beresiko tinggi mengalami
keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan mental, kesalahan bentuk jantung dan
mata, tuli, problematika hati dan sumsum tulang.

4. Pada Anak
Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya, jarang disertai
gejala dan tanda masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa
prodromal berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri
tenggorok, kemerahan pada konjungtiva, rinitis, batuk dan limfa denopati. Gejala ini
segera menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya
mendahului 1-5 hari erupsi di kulit. Pada beberapa penderita dengan gejala dan tanda
tersebut dapat menetap lebih lama dan bersifat lebih berat. Pada 20% penderita
selama masa prodromal atau hari pertama erupsi timbul suatu enantema, tanda
orschheimer, yaitu makula atau petekiia pada palatummolle. Pembesaran kelenjar
limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar
suboksipital, post aurikular dan servikal dan disertai nyeri tekan.

5. Masa eksantema
Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka dan
dengan cepat meluas secara kranio kaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula
berupa makula yang berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan
menyatu, memberikan bentuk morbiliform. Pada hari kedua eksantem di

8
mukamenghilang, diikuti hari ke 3 di tubuh dan hari ke 4 di anggota gerak. Pada
40% kasus infeksi rubella terjadi tanpa eksantema. Meskipun sangat jarang, dapat
terjadi deskuamasi posteks antematik. Imfadenopati merupakan suatu gejala klinis
yang penting pada rubela. Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening itu
berlangsung selama 5-8 hari. Pada penyakit Rubella yang tidak mengalami penyulit
sebagian besar penderita sudah dapat bekerja seperti biasa pada hari ke 3. Sebagian
kecil penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata, rasa gatal selama
7-10 hari Prognosis Rubella anak adalah baik sedang prognosis Rubella kongenital
bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis
tampak terbebas dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistic.

C. Tingkatan Pencegahan Penyakit Rubella


Upaya Pencegahan Penyakit Rubella

a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit Rubella . Sasaran dari pencegahan primordial
adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar
tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Rubella. Edukasi kepada
orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial.
Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan,
konseling nutrisi dan penataan rumah yang baik.

b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk
kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena Rubella, tetapi berpotensi untuk
terkena penyakit Rubella. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap terjadinya Rubella dan upaya untuk mengeliminasi
faktor-faktor tersebut.
1. Penyuluhan
Edukasi Rubella adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan
mengenai Rubella. Di samping kepada penderita Rubella, edukasi juga
diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi
dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu
diberikan kepada pasien Rubella adalah definisi penyakit Rubella, faktor-faktor
yang berpengaruh pada timbulnya Rubella dan upaya-upaya menekan Rubella,
pengelolaan Rubella secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi
Rubella.
2. Imunisasi
Vaksinasi Rubella (Vaksin MMR) diberikan Anak-anak harus mendapatkan 2
dosis vaksin MMR, biasanya sebagai berikut:
- Dosis pertama: Usia 12 hingga 15 bulan
- Dosis kedua: Usia 4 hingga 6 tahun

9
- Dosis MMR ketiga mungkin perlu disarankan dalam situasi wabah penyakit
ini.

Vaksin ini diharapkan dapat memberikan perlindungan sementara dari infeksi


campak, tetapi tidak akan memberikan kekebalan tubuh permanen. Anak ini
harus tetap mendapatkan 2 dosis pada usia yang disarankan agar mendapatkan
perlindungan seumur hidup.

Orang dewasa dapat pula memerlukan vaksin MMR. Banyak orang dewasa
yang berusia 18 tahun atau lebih yang rentan terhadap campak, gondongan, dan
rubella tanpa menyadarinya.

Keberhasilan program imunisasi dapat diukur dari penurunan jumlah kasus


Rubella dari waktu ke waktu. Kegagalan imunisasi dapat disebabkan oleh:

- Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yang berasal dari antibodi
by. Antibodi itu akan menetralisasi vaksin yang diberikan.
- Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan, pengangkutan, atau
penggunaan di luar pedoman(Widoyono, 2008).
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya
komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk
pendeteksian dini Rubella serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama
kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang
tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan pengobatan penyakit
sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
komplikasi. Edukasi dan pengelolaan Rubella memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
1. Diagnosa Penyakit Campak
Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnese, gejala klinis dan pemeriksaan
laboratorium(Arias, 2003).
2. Pengobatan penyakit campak
Awal gejala :
• Istirahat
• Konsumsi makanan bergizi
Deteksi dini :

• Screening
• Pemeriksaan laboratorik (isolasi virus, serologik, Polymerase Chain
Reaction (PCR), Reverse Transcription- Loop-Mediated Isothermal
• Amplification (RT-LAMP).
Pengobatan lebih lanjut :
• Pengobatan sesuai gejala,

10
- Bila panas berikan acetaminophen atau ibuprofen atau
Paracetamol.
• Obat Antivrus (Asiklovir)
• Isolasi, terutama ibu hamil
• Banyak minum air putih
• Vaksinasi saat hamil (resiko kemungkinan besar tetap terjadi)
• Tindakan aborsi sebaiknya dipertimbangkan.

d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat
komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari
komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin
bagi penderita yang mengalami kecacatan.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien dengan
dokter mapupun antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya.
Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk
mengendalikan penyakit Rubella. Dalam penyuluhan ini yang perlu disuluhkan
mengenai :
- Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik
- Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
- Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan
keadaan hidup dengan komplikasi kronik.
- Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga
sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli
sesama disiplin ilmu.

No Tahap Riwayat Alamiah Penyakit Tingkatan Upaya Pencegahan


1 Pre Patogenesis  Promotif  Penyuluhan
(sehat)

 Preventif  Vaksinasi Rubella (Vaksin


MMR)
- diberikan pd usia 15 bl
- ulangan pd umur 4-6 th
- Jika belum ulangan (4-6
th), maka diberikan pada
umur 11-12 th bahkan
remaja.
 Pada ibu yang belum
hamil, periksa kekebalan
tubuh terhadap Rubella.
 Mengkonsumsi Vitamin

11
 Jaga jarak dengan orang
yang terinfeksi rubella
terutama untuk ibu hamil
 Menjaga kebersihan diri
dan kebersihan lingkungan

2 Patogenesis (sakit)
 Inkubasi  Kenali Gejala  Istirahat
 Konsumsi makanan bergizi

 Dini  Deteksi dini  Screening


 Pemeriksaan laboratorik
(isolasi virus, serologik,
Polymerase Chain
Reaction (PCR), Reverse
Transcription- Loop-
Mediated Isothermal
Amplification (RT-
LAMP). 3
 Pengobatan sesuai gejala,
- Bila panas berikan
acetaminophen atau
ibuprofen atau
Paracetamol.

 Lanjut  Pengobatan lanjut  Obat Antivrus (Asiklovir)


 Isolasi, terutama ibu hamil
 Banyak minum air putih
 Vaksinasi saat hamil
(resiko kemungkinan besar
tetap terjadi)
 Tindakan aborsi sebaiknya
dipertimbangkan.

12
3 Pasca Patogenesis

 Sehat  Tidak berbahaya (sehat) o Bayinya Lahir

 Cacat  Rehabilitasi  Rehabilitasi fisik


 Estetika

 Carrier  Rehabilitasi  Rehabilitasi psikis


(retardasi mental)

 Kronis  Rehabilitasi  Abortus sertamerta


(spontan)

 Mati  Mati  Mati

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Rubella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan menimbulkan demam
ringan dengan ruam pungtata dan ruam makulopapuler yang menyebar dan kadang-
kadang mirip dengan campak atau demam scarlet. Tujuan mempelajari riwayat alamiah
penyakit Rubella adalah : Untuk diagnostik, yaitu untuk mengetahui masa inkubasi
penyakit Rubella dan Untuk pencegahan rantai penyakit Rubella tersebut supaya dapat
memotong rantai bahkan pemberantasan/ pencegahan penyakit.
Terapi yang diberika yaitu: Pengobatan penderita tanpa komplikasi dengan
antipiretik, pemberian vitamin A dosis tinggi, Pengobatan komplikasi di Puskesmas
dengan antibiotik dan apabila keadaan penderita cukup berat segera rujuk ke rumah
sakit.
Upaya Pencegahan Penyakit Rubella yaitu : Pencegahan Primordial,
Pencegahan Primer, Penyuluhan, Imunisasi, Pencegahan Sekunder ( tes penyaringan
yang ditujukan untuk pendeteksian dini Rubella serta penanganan segera dan efektif)
Pencegahan Tersier (Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari
komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi
penderita yang mengalami kecacatan)

B. Saran
1. Menjaga sanitasi atau kebersihan lingkungan sekitarnya
2. Menyarankan agar mengonsumsi makan makanan yang bergizi dan
bernutrisi.
3. Menyarankan untuk banyak istirahat yang cukup.
4. Penderita tidak diperbolehkan menonton TV mata mereka sensitive terhadap
cahaya.
5. Menganjurkan untuk pola hidup sehat dengan olahraga yang bertujuan untuk
tetap dapat menjaga antibody.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anindya, Yudhit. 2012. Riwayat Alamiah Penyakit Campak. Di akses pada 21 Agustus 2018
retrivied from
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/116207201?extension=docx&ft=1
534861121&lt=1534864731&user_id=197035167&uahk=hBTQMntTVCUq4uZy7ule
WQyaUuw

Suradi, dkk. 2016. Makalah Riwayat Proses Alamiah Penyakit Rubella(Campak Jerman). Di
akses pada 21 Agustus 2108 retrivied from
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/328685250?extension=docx&ft=1
534859365&lt=1534862975&user_id=197035167&uahk=outYWxalKh1xmzH1Fk5hL
F_AP4U

U.S. Department of Health and Human Services. 2018. Vaksin MMR(MEASLES, MUMPS,
RUBELLA). Di akses pada 21 Agustus 2018 retrivied from
http://www.immunize.org/vis/indonesian_mmr.pdf

http://www.academia.edu/12196552/Riwayat_Alamiah_Penyakit_Rubella

http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/180--abcg-dpt-polio-campak-dan-hepatitis-
baimunisasi-wajib-bagi-semua-bayi.html

15

Вам также может понравиться