Вы находитесь на странице: 1из 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gigitan ular atau snake bite dapat disebabkan ular berbisa dan
ular tidak berbisa. Gigitan ular yang berbisa mempunyai akibat yang
beragam mulai dari luka yang sederhana sampai dengan
ancamannyawa dan menyebabkan kematian (BC&TLS, 2008).
WHO (World Health Organitation) menyebutkan sebanyak 5 juta
orang setiap tahun digigit ular berbisa sehingga mengakibatkan sampai
2,5 juta orang keracunan, sedikitnya 100.000 orang meninggal, dan
sebanyak tiga kali lipat amputasi serta cacat permanen lain (Bataviase,
2010).
Gigitan ular lebih umum terjadi di wilayah tropis dan di daerah
dimana pekerjaan utamanya adalah petani. Orang-orang yang digigit
ular karena memegang atau bahkan menyerang ular merupakan
penyebab yang signifikan di Amerika Serikat. Diperkirakan ada 45.000
gigitan ular per tahun di Amerika Serikat, terbanyak pada musim panas,
sekitar 8000 orang digigit ular berbisa. Di Amerika Serikat, 76% korban
adalah laki-laki kulit putih.
Studi nasional di negara tersebut melaporkan angka
perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 9:1, dengan 50%
korban berada pada rentang usia 18-28 tahun. 96% gigitan berlokasi
pada ekstremitas, dengan 56% pada lengan (Andimarlinasyam,2009).
Data tentang kejadian gigitan ular berbisa di Indonesia belum
diketahui secara pasti, tetapi pernah dilaporkan dari pulau Komodo di
Nusa Tenggara terdapat angka kematian 20 orang per tahun yang
disebabkan gigitan ular berbisa (Gunawan, 2009).

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


1
Bisa dari ular berbisa mengandung hialuronidase, yang
menyebabkan bisa dapat menyebar dengan cepat melalui jaringan
limfatik superfisisal. Toksin lain yang terkandung dalam bisa ular, antara
lain neurotoksin, toksin hemoragik dan trombogenik, toksin hemolitik,
sitotoksin, dan antikoagulan.
Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah,
meringankan sakit, menenangkan pasien dan berusaha agar bisa ular
tidak terlalu cepat menyebar ke seluruh tubuh sebelum dibawa ke
rumah sakit. Pada beberapa tahun yang lalu penggunaan torniket
dianjurkan. Seiring berkembangannya ilmu pengetahuan kini
dikembangkan metode penanganan yang lebih baik yakni metode
pembalut dengan penyangga. Idealnya digunakan pembalut dari kain
tebal, akan tetapi jika tidak ada dapat juga digunakan sobekan pakaian
atau baju yang disobek menyerupai pembalut. Metode ini
dikembangkan setelah dipahami bahwa bisa menyebar melalui
pembuluh limfa dari korban. Diharapkan dengan membalut bagian yang
tergigit maka produksi getah bening dapat berkurang sehingga
menghambat penyebaran bisa sebelum korban mendapat ditangani
secara lebih baik di rumah sakit.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari racun ular?
2. Bagaimana anatomi fisiologi pada kasus gigitan ular?
3. Apa etiologi keracunan bisa ular?
4. Apa saja manifestasi klinik gigitan ular?
5. Bagaimana patofisiologi dan gambaran pathway kasus gigitan ular?
6. Apa komplikasi gigitan ular?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang / diagnostik ?
8. Bagaimana penatalaksanaan medik pada gigitan ular?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus gigitan ular?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pembahasan lengkap tentang masalah gigitan
ular
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i mampu:
a. Melakukan pengkajian kepada pasien dengan masalah gigitan
ular
b. Menentukan diagnosa keperawatan dengan masalah gigitan
ular
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah gigitan ular
d. Melaksanakan rencana tindakan yang sesuai dengan masalah
gigitan ular
e. Mengevaluasi hasil dari pelaksanaan yang telah dilakukan
masalah gigitan ular.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan
ular berbisa. Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada
ular berbisa. Racun binatang adalah merupakan campuran dari
berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan
beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil
racun bersifat spesifik terhadap suatu organ, beberapa mempunyai
efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat
membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan
keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung
dari bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut
bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya, sering
kali mengandung faktor letal. Racun ekor bersifat defensive dan
bertujuan mengusir predator, racun bersifat kurang toksik dan
merusak lebih sedikit jaringan
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk
melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem
pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi,
yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan
bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak
di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak
hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan
campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas
enzimatik.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


4
2. Anatomi dan Fisiologi

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar


tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh
kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar
2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 -1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur,
dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis,
labium minus, dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu,
dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang
berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan
epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal
dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat. (Ganong, 2008).

3. Etiologi
Secara garis besar ular berbisa dapat dikelompokkan dalam 3
kelompok:
a. Colubridae (Mangroce cat snake, Boiga dendrophilia, dan lain-lain)
b. Elapidae (King cobra, Blue coral snake, Sumatran spitting cobra,
dll)
c. Viperidae (Borneo green pit viper, Sumatran pit viper , dan lain-
lain).

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


5
Bisa ular dapat menyebabkan perubahan local, seperti edema
dan pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan local,
tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan
beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam
waktu 8 jam . Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada 2
macam :
1) Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa
ular yang menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel
darah merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine
(dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur
dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-
pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada
selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-
lain.
2) Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-
jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan
jaringan- jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda
kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam
(nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya
mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan
melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan
dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah
melalui pembuluh limphe.

4. Pathofisiologi
Bisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang kelenjar di
bawah mata.Bisa ular dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


6
yang terdapat di rahang atas. Gigi taring ular dapat tumbuh hingga
20 mm pada rattlesnake (ular derik) yang besar. Dosis bisa setiap
gigitan tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan terakhir,
derajat ancaman yang dirasakan ular, dan ukuran mangsa. Lubang
hidung ular merespon panas yang dikeluarkan mangsa, yang
memungkinkan ular untuk mengubah-ubah jumlah bisa yang akan
dikeluarkan.
Bisa ular terdiri dari campuran beberapa polipeptida, enzim dan
protein. Jumlah bisa, efek letal dan komposisinya bervariasi
tergantung dari spesies dan usia ular. Bisa ular bersifat stabil dan
resisten terhadap perubahan temperatur. Secara mikroskop elektron
dapat terlihat bahwa bisa ular merupakan protein yang dapat
menimbulkan kerusakan pada sel-sel endotel dinding pembuluh
darah, sehingga menyebabkan kerusakan membran plasma.
Komponen peptida bisa ular dapat berikatan dengan reseptor-
reseptor yang ada pada tubuh korban. Bradikinin, serotonin dan
histamin adalah sebagian hasil reaksi yang terjadi akibat bisa ular.
Enzim yang terdapat pada bisa ular misalnya L-arginine esterase
menyebabkan pelepasan bradikinin sehingga menimbulkan rasa
nyeri, hipotensi, mual dan muntah serta seringkali menimbulkan
keluarnya keringat yang banyak setelah terjadi gigitan. Enzim
protease akan menimbulkan berbagai variasi nekrosis jaringan.
Phospholipase A menyebabkan terjadi hidrolisis dari membran sel
darah merah. Hyaluronidase dapat menyebabkan kerusakan dari
jaringan ikat. Amino acid esterase menyebabkan terjadi KID. Pada
kasus yang berat bisa ular dapat menyebabkan kerusakan
permanen, gangguan fungsi bahkan dapat terjadi amputasi pada
ekstremitas. Bisa ular dari famili Crotalidae/Viperidae bersifat sitolitik
yang menyebabkan nekrosis jaringan, kebocoran vaskular dan

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


7
terjadi koagulopati. Komponen dari bisa ular jenis ini mempunyai
dampak hampir pada semua sistem organ. Bisa ular dari famili
Elapidae dan Hydrophidae terutama bersifat sangat neurotoksik,
dan mempunyai dampak seperti kurare yang memblok
neurotransmiter pada neuromuscular junction. Aliran dari bisa ular
di dalam tubuh, tergantung dari dalamnya taring ular tersebut masuk
ke dalam jaringan tubuh.

5. Pathway
Terlampir

6. Menifestasi Klinis
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada
semua gigitan ular. Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka
gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap
di jaringan bawah kulit).
Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus
gigitan ular berbisa, yaitu terjadi oedem (pembengkakan) pada
tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat),
paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot),
pulselesness (denyutan).
Tanda dan gejala khusus pada gigitan family ular :
a. Gigitan Elapidae
Misalnya ; ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular
anang, ular cabai, coral snakes, mambas, kraits. Cirinya :
1) Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit
yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar
mulut.
2) Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


8
3) 15 menit setelah digigit ular muncul gejala sistemik. 10 jam
muncul paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan,
sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak
mata menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan
kabur, mati rasa di sekitar mulut dan kematian dapat terjadi
dalam 24 jam.
b. Gigitan Viperidae/Crotalidae
Misalnya ; ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:
1) Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa
jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke
seluruh anggota badan.
2) Gejala lokal ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan,
ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi
perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin.
3) Gejala sistemik muncul setelah 50 menit atau setelah
beberapa jam.
4) Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas
siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan
perdarahan hebat.
5) Anemia, hipotensi, trombositopeni.
c. Gigitan Hydropiidae
Misalnya : ular laut. Cirinya:
1) Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat,
dan muntah.
2) Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul
kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot
rahang, paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan
urin warna coklat gelap (ini penting untuk diagnosis), ginjal
rusak, henti jantung.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


9
Tanda dan gejala lain gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam
beberapa kategori:
a. Efek lokal, digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra
menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka
dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh.
Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar
sisi gigitan luka.
b. Perdarahan, gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid
Australia dapat menyebabkan perdarahan organ internal, seperti
otak atau organ-organ abdomen. Korban dapat berdarah dari
luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka yang
lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok
atau bahkan kematian.
c. Efek sistem saraf, bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek
langsung pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat
beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot
pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan.
Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan
bicara dan bernafas, dan kesemutan.
d. Kematian otot, bisa dari russell’s viper (Daboia russelli), ular laut,
dan beberapa elapid Australia dapat secara langsung
menyebabkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari
sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba
menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
e. Mata, semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat
mengenai mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan,
bahkan kebutaan sementara pada mata.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


10
7. Klasifikasi gigitan ular
Klasifikasi gigitan ular dibagi menjadi 4 drajat yaitu :
a. Derajat 0
Dengan tanda-tanda tidak keracunan, hanya ada bekas
taring dan gigitan ular, nyeri minimal dan terdapat edema dan
eritema kurang dari 1 inci dalam 12 jam, pada umumnya gejala
sistemik yang lain tidak ada.
b. Derajat 1
Terjadi keracunan minimal, terdapat bekas taring dan
gigitan, terasa sangat nyeri dan edema serta eritema seluas 1-
5 inci dalam 12 jam, tidak ada gejala sistemik.
c. Derajat 2
Terjadi keracunan tingkat sedang, terdapat bekas taring dan
gigitan. Terasa sangat nyeri dan edema serta eritema yang
terjadi meluas antara 16-12 inci dalam 12 jam. Kadang-kadang
dijumpai gejala sistemik seperti mual, gejala eurotoksin, syok,
pembesaran kelenjar getah bening regional.
d. Derajat 3
Terdapat keracunan gejala yang hebat bekas taring dan
gigitan terasa sangat nyeri, edema dan eritema yang terajdi
luasnya lbih dari 12 inci dalam 12 jam. Juga terdapat gejala
sitemik seperti hipotensi, petekhiae, dan ekimosis serta syok.
e. Derajat 4
Gejala keracunan sangat hebat, terdapat bekas taring dan
gigitan yang multiple, terdapat edema dan local pada bagian
distal ekstermitas dan gejala sitemik berupa gagal ginjal, sputum
berdarah.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


11
Famili Crotalidae Famili Elapidae
Derajat Derajat Gejala dan tanda Derajat Gejala dan tanda
1 Minor Tredapat tanda 0 – none Riwayat digigit ular,
bekas, pembengkakan lokal
gigitan / taring, tidak dengan tanda guratan,
ada edem, tidak tidak ada gangguan
nyeri, , neurologis
tidak ada gejala
sistemik
tidak ada
koagulopati.

2 Moderate Terdapat tanda 1 – Derajat 0 ditambah


bekas, moderat gejala neurologis atau
gigitan/taring, edem e disertai eforia, mual,
lokal, tidak ada muntah, parestesia,
gejala sistemik, ptosis, kelemahan otot,
tidak ada paralisis, sesak
koagulopati
3 Severe Terdapat tanda 2 – Gejala pada derajat 1
bekas gigitan, edem severe ditambah paralisis otot
regional (2 segmen pernapasan dalam 36
dari ekstremitas), jam pertama.
nyeri yang tidak
teratasi oleh
analgesik, tidak ada
tanda sistemik,

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


12
teradapat tanda
koagulopati.
4 Major Terdapat tanda
bekas gigitan ,
edem yang luas
terdapat tanda
sistemik (muntah,
sakit kepala,
nyeri pada perut
dan dada, syok),
trombosis sistemik

8. Komplikasi
a. Syok anafilaktik
b. Edema paru
c. Kematian
d. Gagal napas

9. Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik


Pemeriksaan laboratorium dasar, Pemeriksaaan kimia darah,
Hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang,
waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial,hitung trombosit,
urinalisis, dan penentuan kadar gula darah, BUN, dan elektrolit.
Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas
sel darah merah, waktu pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


13
10. Penatalaksanaan Medis
a. Prinsip penanganan pada pasien gigitan ular:
1) Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular
2) Menetralkan bisa.
3) Mengobati komplikasi.
Penatalaksanaan :
1. Pertama kali yang ditangani adalah kondisi gawat yang
mengancam nyawa (prinsip ABC) kesulitan
bernafas memerlukan ETT (endo tracheal tube) dan ventilator.
Gangguan sirkulasi darah memerlukan cairan intra vena dan
mungkin berbagai obat untuk menanggulangi gejala yang
timbul: nyeri, kesemutan, pembengkakan.
2. Monitor tanda – tanda kegawatan pernafasan dan
kardiovaskuler.
3. Siapkan ICU /ventilator bila sewaktu – waktu terjadi gangguan
pernafasan.
4. Pasang intra venous line dengan jarum besar, berikan SABU 2
ampul / dalam 500 cc Dextrose 5% / NaCL fisiologis, minimal
2000 cc per 24 jam. Maksimum pemberian SABU 20 ampul per
24 jam. Bila jenis ular yang mengigit diketahui dan ada SABU
yang sesuai berarti SABU monovalen diberikan, atau alternatif
bila ular penggigit tidak diketahui dapat diberikan bisa polivalen.
5. Rawat /tutup luka dengan balutan steril dan salep / kasa
antibiotic /antiseptic.
6. Waspadai terjadi kompartemen sindrom : 5P (pain, pallor,
pulselessness, paralysis, pale)
7. Berikan terapi suportif : tetanus toxoid, antibiotik

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


14
b. Pertolongan pertama :
Pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera,
cari pertolongan medis dan jangan tinggalkan korban. Lakukan
prinsip RIGT, yaitu :
 R (Reaure) : yakinkan kondisi korban, tenangkan dan
istirahtkan korban, jika pasien panic akan menaikkan TD
dan nadi sehingga racun akan lebih cepat menyebar ke
tubuh. Terkadang pasien akan pingsan atau panic karena
kaget.
 I (Immobilisation) : jangan menggerakkan korban,
perintahkan korban untuk tidak berjalan atau lari jika dalam
waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang, lakukan
teknik balut tekan (pressure immobilisation) pada daerah
sekitar gigitan (tangan atau kaki).
Cara-cara procedure pressure :
a) Balut tekan pada kaki:
(1) Isrtirahatkan korban
(2) Keringkan sekitar luka gigitan
(3) Gunakan pembalut elastis
(4) Jaga luka lebih rendah dari jantung
(5) Sesegera mungkin lakukan pembalutan dari bawah
pangkal jari kaki naik ke atas
(6) Biarkan jari kaki jangan dibalik
(7) Jangan melepas celana atau baju korban
(8) Balut denagn cara melingkar cukup kencang
namun jangan sampai menghambat lairan darah
(dapat dilihat dengan warna jari kaki yang tetap
pink)
(9) Beri papan atau pengalas keras sepanjang kaki

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


15
b) Balut tekan pada tangan:
(1) Balut dari telapak tangan naik ke atas. (jari tangan
tidak di balut)
(2) Balut siku dan lengan dengan posisi tekuk 90
derajat
(3) Lanjutkan balutan ke lengan sampai pangkal
lengan
(4) Pasang papan sebagai fiksasi
(5) Gunakan mitela untuk menggendong tangan
 G (Get) : bawa korban ke rumah sakit sesegera dan
seaman mungkin
 T (Tell the Doctor) : informasikan ke dokter tanda dan
gejala yang muncul pada korban.
c. Penatalaksanaan selanjutnya :
1) ABU (anti bisa ular) 2 flacon dalam nacl diberikan per drips
dalam waktu 30-40 menit
2) Heparin 20.000 unit per 24 jam
3) Monitor diathece hemoragic setelah 2 jam, bila tidak
membaik tambah 2 flacon ABU lagi. ABU maksimal
diberikan 300 cc (1 flacon=10 cc). Bila ada tanda-tanda
laryngospasme, bronco spasme, uricaria atau hipotensi,
berikan adrenalin 0,5 mgIM, hidrokortisone 100mg IV.
Observasi pasien minimal 2x24 jam.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


16
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status,
suku/bangsa, diagnose, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, no.medical record, dan alamat.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan dan
hubungan dengan klien.
b. Pengkajian primer
1) Airway
(a) Jalan nafas bersih
(b) Tidak terdengar adanya bunyi nafas ronchi
2) Breathing
(a) Peningkatan frekuensi
(b) Nafas dangkal
(c) Distress pernafasan
(d) Kelemahan otot pernafasan
(e) Kesulitan bernafas
3) Circulation
(a) Penurunan curah jantung: gelisah, letargi, takikardia
4) Disability
(a) Dapat terjadi penurunan kesadaran tergantung
keadaan dan kondisi pasien.
(b) Pingsan
5) Exporsure
(a) Tidak ada jejas badan daerah dada

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


17
c. Pengkajian sekunder
Pengkajian Head to toe :
1) Kepala : kepala simetris, rambut hitam/berwarna ,
lurus/gelombang, tidak mudah dicabut/rontok.
2) Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik,
reflex cahaya positif dan pupil isokor.
3) Hidung : tidak adanya sekmen dan tidak terjadinya
pendarahan.
4) Telingga: telingga simetrisss kiri dan kanan, tidak
adanya serum pada telinga, tidak terdapat pendarahan.
5) Mulut : tidak terjadi sianosi.
6) Leher : tidak teraba pembesaran getah bening
7) Dada : Nafas dangkal, Distress pernafasan ,
Kelemahan otot pernafasan, Kesulitan bernafas
8) Tangan : tidak terjadi pendarahan pada tangan yang
bukan gigitan ular. Jika pada tangan yang terkena
gigitan ular biasanya terdapat pendarahan dan
kemerhan serta bengkak pada tanggan.
9) Genetalia : tidak dikaji tergantung kondisi
10) Kaki : tidak terjadi pendarahan pada tangan yang bukan
gigitan ular. Jika pada tangan yang terkena gigitan ular
biasanya terdapat pendarahan dan kemerhan serta
bengkak pada tanggan.
11) Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan darah tepi , kadar hemoglobin ,
hematoksit, leukosit, trombosit 2, PT, APTT,
pemeriksaan/penentuan gadar gula darah, ureum dan
kratinin.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


18
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas.
b. Ketidakefektifan pola napas b/d gangguan neurologis
c. Nyeri b/d agens cedera fisik.
d. Resiko infeksi dengan faktor resiko gangguan integritas
kulit.
e. Hipertermia b/d trauma
f. Ansietas b/d stressor.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


19
3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Penurunan curah NOC: setelah melakukan Syok: Jantung :


jantung b/d perubahan tindakan 3x24 jam a. Monitor tanda dan gejala penurunan
kontraktilitas diharapkan status sirkulasi curah jantung
pada pasien berkurang b. Auskultasi suara nafas terhadap
dengan kriteria hasil : bunyi creackls atau suara tambahan
Status sirkulasi lainnya
1. TTV dalam batas c. Pertahankan prilot optimal dengan
normal pemberian cairan IV
2. Saturasi O2 terpenuhi d. Berikan O2 sesuai kebutuhan
3. Tidak ada suara nafas e. Tingkatkan prelot optimal sementara
tambahan menurunkan afterlot (misalnya:
4. Tidak terjadi distensi berikan nitrat sementara
vena leher mempertahankan tekaanan oklusi
5. Tidak terjadi adanya arteri pulmonal dalam rentan yang
prastesia dianjurkan) sesuai kebutuhan
f. Tingkatkan perfusi jaringan adekuat
(dengan resisitasi cairan dan atau
faso presor untuk mempertahankan

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa

20
tekanan rata rata arteri (MAP) kurang
dari 60 mmhg (sesuai kebutuhan).
2. Ketidakefektifan pola NOC: setelah melakukan Monitor Pernafasan :
napas b/d gangguan tindakan 3x24 jam a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman
neurologis diharapkan pola napas pada dan kesulitan bernafas.
pasien dapat berkurang b. Catat pergerakan dada, catat
dengan kriteria hasil: keridakseimbnagan, penggunaan
Status Pernapasan : otot-otot bantu nafas, dan retraksi
1. Frekuensi pernafasan pada otot supraclavicular dan
normal interkosta.
2. Irama pernafasan normal c. Monitor pola nafas (misalnya:
3. Tidak menggunakan otot bradipnu, takipneu, hiperventilasi,
bantu napas pernafasan kusmaul).
4. Tidak adanya retraksi d. Monitor kelelahan otot-otot diafragma
dinding dada dengan pergerakan parasolsikal.
e. Monitor keluhan sesak nafas pasien,
termaksud kegiatan yang
meningkatkan atau memperburuk
sesak nafas tersebut.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa

21
3. Nyeri b/d agens cedera NOC: setelah melakukan Manajemen nyeri :
fisik tindakan 3x24 jam a. Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan nyeri akut pada komprehensif yang meliputi lokasi,
pasien berkurang dengan karakteristik, onset/dyrasi, frekuensi,
kriteria hasil : kualitas, intensitas atau beratnya
Kontrol nyeri : nyeri dan faktor pencetus
1. Pasien mampu b. Gunakan strategi komunikasi
mengenal kapan nyeri terapeutik untuk mengetahui
terjadi pengalaman nyeri dan sampaikan
2. Pasien mampu penerimaan pasien terhadap nyeri
menggunakan tindakan c. Berikan onformasi mengenai nyeri
pencegahan seperti penyebab nyeri, berapa lama
3. Pasien dapat nyeri akan dirasakan, dan antisipasi
melaporkan nyeri yang dari ketidaknyamanan akibat
terkontrol prosedur
Tingkat nyeri : d. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor
1. Pasien melaporkan yang dapat mencetus atau dapat
nyeri berkurang meningkatkan nyeri (misalnya:
ketakutan, kelelahan, keadaan

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa

22
2. Ekspresi wajah pasien monoton dan kurangnya
rileks pengetahuan)
3. Pasien mampu e. Ajarkan prinsip prinsip manajemen
beristirahat secara tepat nyeri
4. Tanda tanda vital f. Dorong pasien untuk memonitor
kembali dalam batas nyeri dan menangani nyerinya
normal dengan tepat
g. Ajarkan metode farmakologi untuk
menurunkan nyeri
h. Libatkan keluarga dalam modalitas
penurunan nyeri, jika memungkinkan

Pemberian analgesic :
a. Pilih analgesic atau kombinasi
analgesic yang sesuai ketika lebih
dan satu diberikan
b. Monitor tanda tanda vital sebelum
dan setelah diberikan analgesic
narkotik pada pemberian dosis

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa

23
pertama kali atau jika ditemukan
tanda tanda yang tidak biasanya
c. Kolaborasi dengan dokter apakah
obat, dosis rute, atau perubahan
interval yang dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus berdasarkan
prinsip analgesic
4. Resiko infeksi dengan NOC : setelah melakukan Penanganan infeksi :
faktor resiko gangguan tindakan 3x24 jam a. Monitor adanya tanda dan gejala
integritas kulit diharapkan keparahan infeksi sistemik dan local
infeksi pada pasien b. Monitor kerentanan terhadap infeksi
berkurang dengan kriteria c. Monitor hitung mutlak granulosit,
hasil : WBC, dan hasil-hasil diferensial
Keparahan infeksi : d. Batasi jumlah pengunjung yang
1. Tidak ada kemerahan sesuai
2. Tidak ada cairan (luka) e. Berikan perawatan kulit yang tepat
yang berbau busuk yang mengalami cedera
3. Tidak terdapat drainase f. Ajarkan pasien dan keluarga yang
purulent mengenai tanda dan gejala infeksi

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa

24
4. Tidak terjadinya dan kapan harus melaporkannya
peningkatan suhu tubuh kepada pemebri layanan kesehatan
g. Ajarkan pasien dan anggota keluarga
bagimana menghindari infeksi
h. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik yang diresepkan

5. Hipertermia b/d trauma NOC : setelah melakukan Perawatan demam :


tindakan 3x24 jam a. Pantau suhu tubuh dan tanda tanda
diharapkan termoregulasi vital lainnya
pada pasien membaik b. Monitor warna kulit dan suhu
dengan kriteria hasil : c. Tutup pasien dengan selimut atau
Termoregulasi : pakaian ringan tergantung pada fase
1. Pasien tidak merasa demam (yaitu: memberikan selimut
merinding saat dingin hangat untuk fase dingin,
2. Suhu kembali dalam menyediakan pakaian atau linen
batas normal tempat tidur ringan untuk demam fase
3. Tidak terjadi perubahan bergejolk /flush).
warna kulit d. Dorong konsumsi cairan.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa

25
4. Pasien dapat e. Fasilitasi istirahat, terapkan
melaporkan pembatasan aktivitas, jika diperlukan.
kenyamanan suhu f. Berikan obat atau cairan intravena
(misalnya: antipiretik, agen bakteri,
dan agen anti menggigil).
g. Pantau komplikasi yang
berhubungan dengan demam serta
tanda dan gejala kondisi penyebab
demam (misalnya: kejang, penuruan
tingkat kesadaran, status elektrolit
abnormal, ketisakseimbangan asam
basa, aritmia jantung, dan perubahan
abnormalitas sel).

6. Ansietas b/d stressor NOC: setelah melakukan Pengurangan Kecemasan :


tindakan 3x24 jam a. Gunakan pendekatan yang tenang
diharapkan ansietas pada dan meyakinkan
pasien dapat teratasi b. Berikan informasi factual terkait
dengan kriteria hasil : diagnosis, perawatan dan prognosis

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa

26
Tingkat kecemasan : c. Dorong keluarga untuk mendampingi
1. Pasien dapat klien dengan cara yang tepat
beristirahat d. Dengarkan klien
2. Distress berkurang e. Kaji untuk tanda verbal dan non
3. Pasien dan keluarga verbal kecemasan.
dapat menyampaikan
rasa takut secara lisan
4. Pasien dan keluarga
dapat menyampaikan
rasa cemas secara lisan

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular
berbisa. Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah,
meringankan sakit, menenangkan pasien dan berusaha agar bisa ular
tidak terlalu cepat menyebar ke seluruh tubuh sebelum dibawa ke rumah
sakit. Pada beberapa tahun yang lalu penggunaan torniket
dianjurkan. Seiring berkembangannya ilmu pengetahuan kini
dikembangkan metode penanganan yang lebih baik yakni metode
pembalut dengan penyangga. Idealnya digunakan pembalut dari kain
tebal, akan tetapi jika tidak ada dapat juga digunakan sobekan pakaian
atau baju yang disobek menyerupai pembalut. Metode ini dikembangkan
setelah dipahami bahwa bisa menyebar melalui pembuluh limfa dari
korban. Diharapkan dengan membalut bagian yang tergigit maka
produksi getah bening dapat berkurang sehingga menghambat
penyebaran bisa sebelum korban mendapat ditangani secara lebih baik
di rumah sakit

B. Saran
Kepada kita sebagai tenaga kesehatan jika kita mendapatkan kasus
seperti materi makalah ini yaitu gigitan ular berbisa, sebaiknya kita sudah
mengetahui cara pertolongan yang tepat pertama kali diberikan, dan
segera bawa ke rumah sakit atau puskesmas terdekat. Informasikan
kepada dokter mengenai penyakit yang diderita pasien seperti asma dan
alergi pada obat – obatan tertentu, atau pemberian antivenom
sebelumnya. Ini penting agar dokter dapat memperkirakan kemungkinan
adanya reaksi dari pemberian antivenom selanjutnya.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


28
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M., Butcher, H. K., dkk. (2013). Nursing Intervention classification (NIC).
Jakarta:EGC
Merriam, & Webster’S. (2015). Diagnosis keperawatan (10 ed). (T.H.Herdman, & S.
Kamitsutu, Eds.) Jakarta: EGC
Moorhead, S., Jhonson, M., dkk. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC).
Jakarta: EGC
http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/Int/article/view/39 diakses pada
Sabtu, 19 Mei 2018 pukul 14.00 WIB
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/5-3-1.pdf diakses pada Sabtu, 19 Mei 2018
pukul 14.15 WIB

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat *Gigitan Ular Berbisa


29

Вам также может понравиться