Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Farah Darista
2. Lelita Marizi
3. Ni Luh Ayu A. P. R.
4. Opy Safitri
5. Ratih Pebri Ramadhani
PRODI D. IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan materi perkuliahan yang sedang kami tempuh. Makalah ini
diharapkan mampu memperdalam wawasan pembaca.
Selain itu, makalah ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi
pembaca khususnya mahasiswa dalam mengerjakan artikel, makalah maupun
tugas-tugas lainnya. Isi yang disajikanpun cukup menjabarkan secara detail
mengenai supervisi dalam pembelajaran praktik klinik
Saran dan kritik sangat kami harapkan sebagai bahan pertimbangan dalam
memperbaiki makalah yang jauh dari kata sempurna ini. Semoga hal-hal yang
dijabarkan di sini dapat bermanfaat, Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian supervisi
2. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan supervisi
3. Untuk mengetahui frekuensi pelaksanaan supervisi
4. Untuk mengetahui prinsip-Prinsip pokok dalam supervisi
5. Untuk mengetahui pelaksana supervisi klinis
6. Untuk mengetahui teknik Supervisi
7. Untuk mengetahui sasaran supervisi
8. Untuk mengetahui model – model supervisi
9. Untuk mengetahui supervisi Keperawatan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan
sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah
tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin
pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat,
dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan
organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
4
kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan
untuk mengatasinya.
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif
dan suportif, bukan otoriter.
3. Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang hanya
dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.
4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerja
sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses
penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan.
5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan
kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi
6. dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan
7. supervisi yang baik.
8. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan.
5
5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu
berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan
yang disupervisi.
6
c. Pendekatan pengamatan.
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan
negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu
kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan langsung
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan
negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan
tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan
kekuasaan atau otoritas.
2. Kerja sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul,
pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam
penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat
diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif penyelesaian
masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian
masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-sama pula.
7
1.Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan
masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi
dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan
tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit
terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah
dilakukan
2. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan
sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu
supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut
yaitu, dilakukan secaraberkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, insrument
dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat
diberikan umpan balik dan bimbingan.
3. Model Klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana
dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya
dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara
sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.
4. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat
pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling
percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan terbuka dam
mempermudah proses supervisi.
8
2.9 Supervisi Keperawatan
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang
diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan
mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik
secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode
penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut. Sebagai contoh
ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala ruangan dapat
melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing
(Suarli dan Bahtiar , 2009).
9
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana
fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi
jalannya pelayanan keperawatan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Tinjauan Pustaka suvervisi. Diakses tanggal 11 Mei 2011, dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20582/Chapter%20
II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
12