Вы находитесь на странице: 1из 13

KEWASPADAAN STANDAR

A. HAND HYGIENE/KEBERSIHAN TANGAN

Kebersihan tangan telah diakui sebagai salah satu tindakan terpenting untuk
mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi di puskesmas/fasilitas
kesehatan lain. Diawali hasil penelitian Semmelweis (1861), berlanjut hasil-hasil penelitian
lain sesudahnya menunjukkan bahwa kebersihan tangan petugas merupakan faktor penting
pada penularan infeksi antar pasien. Berbagai penelitian mengindikasikan bahwa penularan
infeksi Puskesmas sebagian besar terjadi melalui transmisi kontak, khususnya melalui
kontak tangan petugas disamping kontak melalui peralatan/tindakan invasif.

Dari sisi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), praktik kebersihan tangan
ditujukan untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan dengan menghilangkan
semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit,
baik yang diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan maupun juga sejumlah
mikroorganisme permanen yang tinggal di lapisan terdalam kulit. Daerah di bawah kuku
(ruang subungual) pada jam tangan mengandung jumlah mikroorganisme tertinggi dan
kuku yang panjang dapat berperan sebagai reservoar untuk bakteri (Gram negatif seperti
P.aeruginosa), jamur dan patogen lain.

Kuku harus dijaga tetap pendek, tidak lebih dan 3 mm melebihi ujung jari, dan
tidak memakai cat kuku. Penggunaan perhiasan di tangan tidak diperkenankan
selama bertugas.

Berdasarkan pedoman WHO (2009), direkomendasikan 5 saat penting wajib


menjalankan kebePuskesmasihan tangan di ruang perawatan, diperkenaikan sebagai “Five
moments for hand hygiene”.

Lima saat penting wajib menjalankan


higiene tangan (WHO) :
1. sebelum kontak pasien
2. sebelum melakukan prosedur
tindakan/aseptik
3. seteiah kontak cairan tubuh
4. setelah kontak pasien
5. setelah menyentuh lingkungan sekitar
pasien
Prosedur mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir :

40 – 60 Detik
Sumber : Pedoman WHO, 2009
Prosedur kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol

Sumber : Pedoman WHO, 2009

B. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Pelindung barier yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri (APD) telah
digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada
pada petugas kesehatan. Namun dengan munculnya AIDS dan hepatitis C, serta
meningkatnya kembali tuberkulosis di banyak negara, pemakaian APD menjadi sangat
penting untuk melindungi petugas. Dengan munculnya infeksi baru seperti avian influenza
(flu burung), sars dan penyakit infeksi lainnya (emerging infectious diseases), pemakaian
APD yang tepat dan benar menjadi semakin penting baik untuk perlindungan pasien
maupun petugas.
Langkah-Langkah Mengenakan Alat Pelindung Diri

1. Kenakan baju operasi sebagai


pertama pakaian pelindung

5. Kenakan celemek plastik

2. Kenakan sepatu bot karet

6. Kenaikan sepasang sarung


tangan kedua

7. Kenakan masker

3. Kenakan sepasang sarung


tangan pertama

8. Kenakan penutup kepala

4. Kenakan gaun luar

9. Kenakan alat pelindung mata


Langkah-Langkah Melepaskan Alat Pelindung Diri

1. Disinfeksi sepasang sarung


tangan bagian luar

7. Lepaskan pelindung mata

2. Disinfeksi celemek dan sepatu


bot

5. Lepaskan penutup kepala

3. Lepaskan sepasang sarung


tangan bagian luar

9. Lepaskan masker

4. Lepaskan celemek

10. Lepaskan sepatu bot

5. Lepaskan gaun bagian luar

11. Lepaskan sepasang sarung


tangan bagian dalam

6. Disinfeksi tangan yang


mengenakan sarung tangan

12. Cuci tangan dengan sabun dan


air bePuskesmasih

Sumber : Pedoman PPI Kemenkes RI, 2011


Pemilihan Alat Pelindung Sesuai Jenis Pajanan

Jenis pajanan Contoh Pilihan alat pelindung


Risiko rendah - Injeksi - Sarung tangan tidak
1. Kontak dengan kulit - Perawatan luka esensial
ringan
2. Tidak terpajan darah
langsung
Risiko sedang - Pemeriksaan pelvis - Sarung tangan
1. Kemungkinan - InsePuskesmasi IUD - Mungkin perlu apron
terpajan darah namun - Melepas IUD atau gaun pelindung
tidak ada cipratan - Pemasangan kateter
intra vena
- Penanganan spesimen
laboratorium
- Perawatan luka berat
- Ceceran darah
Risiko tinggi - Pertolongan - Sarung tangan ganda
1. Kemungkinan Persalinan per - Apron
vaginam - Baju Pelindung
terpajan darah dan
kemungkinan - Kaca mata pelindung
terciprat - Masker
2. Perdarahan masif - Sepatu boot
Manfaat Masing-masing Alat Pelindung Diri

Alat pelindung Terhadap pasien Terhadap petugas kesehatan


Sarung tangan Mencegah kontak Mencegah kontak tangan
mikroorganisme yang petugas dengan darah/ cairan
terdapat pada tangan tubuh penderita, selaput lendir,
petugas kesehatan kepada kulit tidak utuh atau alat
pasien kesehatan/permukaan
terkontaminasi
Masker Mencegah kontak droplet Mencegah membran mukosa
dan mulut/hidung petugas petugas kesehatan (hidung dan
kesehatan yg mulut) kontak dengan percikan
mengandung darah atau cairan tubuh
mikroorganisme dan penderita
terpercik saat bernafas,
bicara atau batuk kepada
pasien
Kacamata Mencegah membran mukosa
Pelindung petugas kesehatan kontak
dengan percikan darah atau
cairan tubuh penderita
Tutup Kepala Mencegah jatuhnya
mikroorganisme dan
rambut dan kulit kepala
petugas ke daerah steril
Jas dan celemek Mencegah kontak Mencegah kulit petugas
plastic mikroorganisme dan kesehatan kontak dengan
tangan, tubuh dan percikan darah atau cairan tubuh
pakaian petugas penderita
kesehatan kepada pasien
Sepatu Pelindung Sepatu yang Mencegah perlukaan kaki oleh
bePuskesmasih benda tajam yang
mengurangi terkontaminasi atau terjepit
kemungkinan terbawanya benda berat (contoh, mencegah
mikroorganisme dan luka karena menginjak benda
ruangan lain atau luar tajam/kejatuhan alkes) ;
ruangan mencegah kontak dengan darah /
cairan tubuh lainnya
Panduan Pemilihan APD Berdasarkan Aktivitas Perawatan Pasien

Kacamata
Gaun/
Jenis tindakan Sarung tangan Masker / penutup Topi
Celemek
wajah
Memandikan pasien Tidak, kecuali Tidak Tidak Tidak Tidak
kulit tidak utuh
Vulva / penis hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Menolong BAB Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Menolong BAK Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Oral Hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Mengambil darah arteri Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Mengambil darah vena Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Perawatan luka mayor Ya (steril) Ya Tidak Tidak Tidak
Perawatan luka minor Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Perawatan luka infeksius Ya (steril) Ya Tidak Tidak Tidak
Mengukur TTV Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Melakukan penyuntikan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Memasang infus Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Memasang dawer catheter Ya (steril) Tidak Tidak Tidak Tidak
Membersihkan ruang Ya (sarung Tidak Tidak Tidak Tidak
perawatan tangan RT)
Membersihkan peralatan Ya (sarung Ya Ya Ya Tidak
habis pakai tangan RT)
Transportasi pasien Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Melakukan EKG Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Mengganti infus Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Memberikan diit per oral Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Mengantar spesimen ke Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
laboratorium
Mengganti linen tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
terkontaminasi
Mengganti linen Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
terkontaminasi
Memasang NGT Ya ya Tidak Tidak Tidak
Memberi tetes mata Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Irigasi mata Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

C. PENGELOLAAN PERALATAN KESEHATAN/INSTRUMEN PASCA PAKAI

Pengelolaan alat kesehatan/instrumen pasca pakai secara benar, tepat, efektif dan
efisien merupakan hal yang sangat penting dan harus dimengerti /dipahami oleh seluruh staf
kesehatan pada setiap tingkat, mulai dan petugas pelayanan kesehatan sampai ke petugas
pembePuskesmasihan dan pemeliharaan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi di Puskesmas. Proses pencegahan terjadinya infeksi silang (cross contamination)
dari alat/instrumen, setelah digunakan dengan melakukan dekontaminasi. Berdasarkan
kemungkinan terjadinya infeksi, Dr. E.H.Spaulding mengelompokkan alat/instrumen
pasca pakai menjadi 3 kelompok yaitu :

NO. TINGKAT RISIKO PENGELOLAAN ALAT


1. Risiko Tinggi (critical) adalah alat Sterilisasi atau menggunakan
yang digunakan menembus kulit atau alat steril sekali pakai
rongga tubuh atau pembuluh darah (disposable)
2. Risiko sedang (semi critical) adalah Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
alat yang digunakan pada mukosa atau
kulit yang tidak utuh
3. Risiko rendah (non critical) adalah Disinfeksi tingkat rendah atau
alat yang digunakan pada kulit yang cuci bersih
utuh/ pada permukaan kulit
Berdasarkan daya hambat/bunuh terhadap mikroorganisme, disinfektan dikelompokkan
yaitu:

NO. KLAS KETERANGAN


1. HLD (High Level Disinfektan yang berpotensi menghancurkan /
Disinfectan) membunuh semua bakteri bentuk vegetatif;
myco-bacteria, jamur; virus ukuran kecil dan
sedang, lipid dan non lipid, kecuali sejumlah
spora bakteri.
Contoh : Glutaraldehide 2% pH 7,5-8,5; H2O2
6%; Formaldehide 8% dalam alkohol 70%;
2. ILD (Intermediate Level Disinfektan yang berpotensi menghancurkan /
Disinfectan ) membunuh semua bakteri bentuk vegetatif;
mycobacteria, jamur; virus ukuran kecil. sedang,
lipid dan non lipid, tetapi tidak sensitif terhadap
spora bakteri.
Contoh : Alkohol 76%-90% ; Chlorine;
Formaldehide 4-8% dalam air
3. LLD (Low Level Disinfektan yang berpotensi menghancurkan /
Disinfectan) membunuh semua bakteri bentuk vegetatif;
beberapa jamur; virus (lipid) seperti Hepatitis B;
C dan HIV, tetapi tidak sensitif untuk
mycobacteria atau spora bakteri.
Contoh : Formaldehide konsetrasi <4% dalam
air, disinfektan golongan amonium kwartenair.
Jenis alat kesehatan / instrumen dan program-metode stelisasi :

SPESIFIKASI METODE STERILISASI


1. Alat/Instrumen tahan panas Sterilisasi Uap (Autoclave Steam):
(termostabil)
Suhu (T) 134°C; P 3000 mBara
selama 5 menit; Total proses pre-
post = ± 60 menit (logam; linen;
kapas; kassa)

2. Alat/Instrumen tidak tahan Sterilisasi dengan cairan glutaraldehid


panas (termo- labil) 2% selama 1 jam

D. PENGELOLAAN LINEN

Pengelolaan linen yang aman adalah kegiatan yang bertujuan mencegah


kontaminasi linen kotor atau infeksius kepada petugas, pasien dan lingkungan, meliputi
proses pengumpulan, pemilahan, pengangkutan linen kotor, pencucian sampai distribusi
linen bePuskesmasih. Pengelolaan linen kotor dan bersih secara terpisah merupakan
keharusan untuk meminimalkan risiko infeksi pada pasien dan petugas.

Pengelolaan linen di Puskesmas Peusangn meliputi kegiatan, penerimaan dan


pencucian linen kotor, penyediaan linen bersih siap pakai, pemeliharaan, dan pemusnahan
linen rusak.

Proses cuci mencuci mulai dan pengumpulan, pemilahan, pencucian dan


pengangkutan diatur secara sistematis. Kegiatan di diupayakan secara maksimal untuk
menghindari kontaminasi linen kotor terhadap linen bersih siap pakai maupun petugas dan
lingkungan dengan melakukan disinfeksi terhadap kereta linen, pengepelan/disinfeksi lantai
dan implementasi praktik kebersihan tangan petugas sesuai prosedur.

Jenis linen di Puskesmas Peusangan dikualifikasikan menjadi linen bersih, linen


kotor infeksius dan linen kotor non infeksius (terdiri atas linen kotor berat dan linen kotor
ringan). linen bersih pasca pencucian di laundry. Linen kotor infeksius adalah linen yg
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan feses terutama yang berasal dari infeksi TB,
Salmonella & Shigella, HBV, HCV, HIV, dll yang dapat menularkan mikroorganisme
tersebut kepada pasien lain, petugas ataupun mencemari lingkungan;.

E. PENGENDALIAN LINGKUNGAN

Kebersihan Ruang di Lingkungan PUSKESMAS

Kebersihan Ruang di lingkungan PUSKESMAS merupakan tindakan pembersihan secara


seksama yang dilakukan teratur meliputi :

- disinfeksi tempat tidur, permukaan meja, peralatan dan benda-benda di lingkungan


sekitar pasien setiap hari, saat pasien pulang dan sebelum pasien masuk dengan
disinfektan standar PUSKESMAS;
- Pengepelan lantai meliputi seluruh permukaan dengan disinfektan standar
PUSKESMAS setiap hari mimimal 2 kali/hari
- Pembersihan sekat/gordyn pembatas antar pasien dilakukan minimal setiap 3 bulan
(bahan gordyn dipilih yang mudah dibersihkan dan tidak bergelombang)
- Pembersihan kamar mandi/WC/wastafel dilakukan setiap hari atau sewaktu-waktu
diperlukan dengan disinfektan sesuai standar.
Prinsip Pembersihan lingkungan:

a. Dilaksanakan sesuai standar zonasi ruangan di PUSKESMAS

b. Mengusap seluruh permukaan Lingkungan dengan disinfektan standar PUSKESMAS

c. Menggunakan mop khusus untuk setiap jenis ruangan, dengan cara sistematis untuk
membersihkan dan menghilangkan patogen infeksius

Kebersihan Ambulans

Ambulans dibersihkan secara rutin sesuai standar pembersihan ruang perawatan dan setiap
kali sesudah digunakan transportasi pasien.

F.MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH

LIMBAH MEDIS NON MEDIS


Limbah benda tajam Sampah basah
Limbah infeksius Sampah kering
Limbah jaringan tubuh
Limbah farmasi
Limbah kimia
Limbah plastik

Pengelolaan Benda Tajam

Benda tajam sangat berisiko menyebabkan perlukaan sehingga meningkatkan terjadinya


penularan penyakit melalui kontak darah. Penularan infeksi HIV, Hepatitis B, Hepatitis C,
sebagian besar disebabkan karena kecelakaan yang bisa dicegah yaitu tertusuk jarum suntik
dan perlukaan oleh alat tajam lainnya.

Upaya untuk mencegah perlukaan :

1. Penggunaan benda tajam termasuk jarum suntik direkomendasikan sekali pakai, tidak
direkomendasikan melakukan daur ulang atas pertimbangan penghematan;

2. Semua petugas bertanggung jawab atas setiap alat tajam yang digunakan sendiri;

3. Pada saat memindahkan alat tajam (misal pada setting operasi) digunakan teknik tanpa
sentuh dengan menggunakan nampan atau alat perantara lain;

4. Tidak dibenarkan melakukan manipulasi jarum suntik mematahkan, membengkokkan,


atau ditutup kembali jika spuit hanya akan dibuang;

5. Jika jarum terpaksa akan ditutup kembali (recapping), misal untuk pemeriksaan contoh
bahan darah ke laboratorium/PMI, digunakan metode satu tangan (single handed
recapping method);

6. Tersedia wadah limbah tajam disposable di setiap ruangan, bersifat kedap air tahan
tusukan dan tidak mudah bocor. Wadah ditutup dan dibuang jika telah terisi 2/3 bagian
atau sesuai tanda batas pengisian pada safety box dan jika telah tertutup tidak bisa
dibuka lagi.
Pecahan kaca

Pecahan kaca dikategorikan sebagai benda tajam, yang potensial menyebabkan perlukaan
yang akan memudahkan kuman masuk ke aliran darah, sehingga perlu diperlakukan
secara hati-hati dengan cara pembuangan yang aman. Rekomendasi pengelolaan pecahan
kaca :

1. Gunakan sarung tangan rumah tangga saat membersihkan;

2. Untuk meraup/mengumpulkan gunakan kertas koran atau kertas tebal dan gulung
pecahan kaca dalam kertas tadi;

3. Masukkan gulungan kertas yang berisi pecahan kaca ke dalam kardus, berikan label
“hati-hati pecahan kaca”

Pengendalian terhadap serangga dan binatang pengganggu di puskesmas

Pengendalian serangga dan binatang pengganggu adalah suatu upaya untuk mengurangi
populasi serangga dan binatang pengganggu sehingga tidak menimbulkan gangguan
kesehatan, kerusakan fisik alat dan bangunan yang meliputi pengendalian jentik, nyamuk,
kecoa, lalat, rayap, tikus dan kucing. Semua ruangan di puskesmas harus bebas lalat, kecoa,
Semua ruangan di puskesmas tidak diperkenankan ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus
terutama pada daerah bangunan tertutup (core) puskesmas. Lingkungan puskesmas harus
bebas kucing dan anjing.

Penanganan Tumpahan Darah (lihat juga lampiran)

LIHAT VIDEO DI GROUP WA PUSKESMAS

PENEMPATAN PASIEN

Untuk mencegah transmisi silang agen patogen penyebab infeksi, direkomendasikan


penempatan pasien secara kohorting (penempatan pasien berkelompok besama pasien lain
dengan infeksi sejenis), penempatan dalam ruang tunggal atau penempatan dalam ruang
isolasi.

Ruang dengan ventilasi natural yang baik digunakan untuk penempatan dan perawatan
pasien infeksi, khususnya infeksi airborne, yang terpisah dan pasien non infeksi dan
khususnya terpisah dan pasien dengan kondisi immunocompromise. Penataan ventilasi
dapat dilakukan secara alamiah atau campuran (dibantu sistem fan dan exhaust). Ruangan
untuk perawatan pasien infeksi airborne dipesyaratkan penataan ventilasi dengan
pertukaran udara minimal 12 ACH.

Mobilisasi/transportasi, pasien infeksi dan 1 unit ke unit lain harus dibatasi seminimal
mungkin. Bila dalam keadaan tententu pasien terpaksa harus dibawa ke unit lain, maka
petugas harus memperhatikan prinsip kewaspadaan isolasi.

G. HYGIENE RESPIRASI/ETIKA BATUK

Hygiene pernafasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk mengendalikan
penyebaran infeksi di sumbernya. Semua pasien, pengunjung dan petugas kesehatan hanus
direkomendasikan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernafasan untuk
mencegah ekskresi sekret pernafasan (droplet nuclei).
Kunci PPI adalah mengendalikan penyebaran patogen dari pasien yang terinfeksi kepada
kontak yang tidak terlindungi. Untuk penyakit yang ditransmisikan melaiui droplet besar
atau droplet nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada semua individu dengan gejala
gangguan pada saluran napas.

Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi saluran nafas harus :

1. Menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin;

2. Gunakan tisu/saputangan untuk menutup batuk, buang tisu pasca pakai ke tempat
limbah infeksius;

3. Atau gunakan lengan baju bagian dalam untuk menutup batuk,

4. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih mengalir dan sabun atau lakukan alternatif
cuci tangan menggunakan larutan handrub berbasis alkohol;

5. Gunakan masker kain/masker medikal bila sedang batuk/flu.

Penyuluhan Kesehatan dilakukan untuk memperkenalkan hygiene respirasi/etika batuk:

- Edukasi kepada semua petugas, pasien dan pengunjung Puskesmas dengan infeksi
saluran napas;
- Edukasi petugas, pasien, keluarga dan pengunjung akan pentingnya pengendalian
transmisi kandungan aerosol dan sekresi saluran nafas dalam mencegah penularan
infeksi saluran napas;
- Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (alkohol handrub, wastafel, sabun
biasa/antiseptik, tissue towel), terutama pada area tunggu perlu diprioritaskan.
-
H. PRAKTEK MENYUNTIK YANG AMAN

- Tidak memakai ulang jarum suntik;


- Upayakan tidak memakai obat- obat/cairan multidose;
- Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik pada pemberian injeksi;
- Segera buang jarum suntik habis pakai pada kontainer benda tajam;
- Tidak melakukan recapping jarum suntik habis pakai.

I. KESEHATAN PERLINDUNGAN PETUGAS KESEHATAN

Upaya kesehatan dan perlindungan karyawan/petugas kesehatan ditujukan kepada seluruh


karyawan baik yang berhubungan langsung dengan pasien maupun tidak. Pelaksanaan
upaya kesehatan kerja meliputi :

a. Pemeriksaan berkala
b. Pemberian imunisasi yang pelaksanaannya tergantung pada :
- Resiko ekspos petugas
- Kontak petugas dengan pasien
- Karakteristik pasien Puskesmas
- Dana Puskesmas
c. Pelaporan pajanan dan insiden kecelakaan kerja (tertusuk jarum)
d. Pengobatan dan atau konseling.

Вам также может понравиться