Вы находитесь на странице: 1из 22

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

BAB IV
PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

4.1 Kurva Hubungan Debit dan Muka Air


Untuk perencanaan bendung didasarkan pada debit banjir dengan
probabilitas 50 tahunan (Q50 th), yaitu sebesar 288,094 m3/dt. Besarnya debit
dihitung dengan persamaan Manning:

1 2/3 1/2
v= .R .S
n

Q = A .v

dimana:
Q = debit saluran, m3/dt
V = kecepatan aliran, m/dt
A = luas penampang aliran, m3
R = jari-jari hidrolis, m
P = perimeter basah, m
S = kemiringan energi (kemiringan dasar saluran)
n = koefisien kekasaran manning, dt/m1/3

Data Sungai Sebelum Pembendungan :


Lebar sungai (B) = 60 m
Kemiringan talud sungai (m) =1:1
n = 0,04
Kemiringan dasar sungai (Isungai) = 0,009
Elevasi dasar sungai bagian hulu (UGL) = +21,23 m
Elevasi dasar sungai bagian hilir (DGL) = +19,87 m

Dari tabel perhitungan setelah di interpolasi didapat tinggi muka air sebelum
pembendungan adalah sebesar h = 1.529 m

Risma Mauliana (1504101010007) | 36


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Tabel 4.1 Perhitungan Kedalaman Air Sebelum Pembendungan

A P R V Q
H Elevasi m S n B
= (B+mH)H = B+2H(1+m^2)^0,5 = A/P = 1/n(R^(2/3))(S^0,5) = A * V

0.0 21.230 1 0.0090 0.04 60 0.000 60.000 0.000 0.000 0.000


0.2 21.430 1 0.0090 0.04 60 12.040 60.566 0.199 0.808 9.726
0.4 21.630 1 0.0090 0.04 60 24.160 61.131 0.395 1.277 30.859
0.6 21.830 1 0.0090 0.04 60 36.360 61.697 0.589 1.667 60.617
0.8 22.030 1 0.0090 0.04 60 48.640 62.263 0.781 2.012 97.851
1.0 22.230 1 0.0090 0.04 60 61.000 62.828 0.971 2.325 141.854
1.2 22.430 1 0.0090 0.04 60 73.440 63.394 1.158 2.616 192.125
1.4 22.630 1 0.0090 0.04 60 85.960 63.960 1.344 2.888 248.285
1.529 22.759 1 0.0090 0.04 60 94.070 64.324 1.462 3.056 288.074
1.6 22.830 1 0.0090 0.04 60 98.560 64.525 1.527 3.146 310.033
1.8 23.030 1 0.0090 0.04 60 111.240 65.091 1.709 3.390 377.122
2.0 23.230 1 0.0090 0.04 60 124.000 65.657 1.889 3.624 449.342
2.2 23.430 1 0.0090 0.04 60 136.840 66.223 2.066 3.848 526.517
2.4 23.630 1 0.0090 0.04 60 149.760 66.788 2.242 4.063 608.491
2.6 23.830 1 0.0090 0.04 60 162.760 67.354 2.416 4.271 695.129
2.8 24.030 1 0.0090 0.04 60 175.840 67.920 2.589 4.472 786.310
3.0 24.230 1 0.0090 0.04 60 189.000 68.485 2.760 4.666 881.927

Rating Curve
3.5

3.0

2.5

2.0
H (m)

1.5

1.0

0.5

0.0
0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 800.0 900.0
Debit (m3/dt)

Gambar 4.1 Kurva Hubungan Debit dan Muka Air Sebelum Pembendungan

Risma Mauliana (1504101010007) | 37


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Data Sesuai dengan Pembendungan :


n = 0,025
Kemiringan dasar sungai (Isungai) = 0,009
Elevasi dasar bendung bagian hulu (UGL) = +20,0 m
Elevasi dasar bendung bagian hilir (DGL) = +18,0 m
Elevasi mercu bendung (HL) = +23,0 m
Tinggi mercu bendung (P) = HL – UGL =3m

Dari tabel perhitungan setelah di interpolasi didapat tinggi muka air sesudah
pembendungan adalah sebesar h = 1,1679 m

Tabel 4.2 Perhitungan Kedalaman Air Setelah Pembendungan

A P R V Q
H Elevasi S n B
= B*H = B+2H = A/P = 1/n(R^(2/3))(S^0,5) =A*V
0.0 20.000 0.0090 0.025 60 0.000 60.000 0.000 0.000 0.000
0.2 20.200 0.0090 0.025 60 12.000 60.400 0.199 1.292 15.505
0.4 20.400 0.0090 0.025 60 24.000 60.800 0.395 2.042 49.008
0.6 20.600 0.0090 0.025 60 36.000 61.200 0.588 2.664 95.907
0.8 20.800 0.0090 0.025 60 48.000 61.600 0.779 3.213 154.240
1.0 21.000 0.0090 0.025 60 60.000 62.000 0.968 3.713 222.761
1.1679 21.168 0.0090 0.025 60 70.073 62.336 1.124 4.103 288.074
1.2 21.200 0.0090 0.025 60 72.000 62.400 1.154 4.175 300.570
1.4 21.400 0.0090 0.025 60 84.000 62.800 1.338 4.607 386.967
1.6 21.600 0.0090 0.025 60 96.000 63.200 1.519 5.014 481.381
1.8 21.800 0.0090 0.025 60 108.000 63.600 1.698 5.401 583.332
2.0 22.000 0.0090 0.025 60 120.000 64.000 1.875 5.770 692.410

Rating Curve
2.5

2.0

1.5
H (m)

1.0

0.5

0.0
0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0
Debit (m3/dt)

Gambar 4.2 Kurva Hubungan Debit dan Muka Air Setelah Pembendungan

Risma Mauliana (1504101010007) | 38


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

4.2 Dimensi Tubuh Bendung


Data yang digunakan untuk menghitung tinggi air di atas bendung :
Lebar sungai rata-rata (B) = 60 m
Kp = 0,01 (berujung bulat)
Ka = 0,1
Jumlah pilar rencana (n) =3
Lebar pilar utama = 1,5 m
Lebar pilar pemisah =1m
P =3m

Lebar bendung tidak termasuk pilar (B’)


B' = 60 – lebar pilar utama – 2 (lebar pilar pemisah pintu)
B' = 60 – 1,5 – 2(1)
B' = 56,5 m

Beff = B' - 2(n.Kp+ka) He


Beff = 56,5 – 2 (3. 0,01 + 0,1) He
Beff = 56,5 – 0,26 He
Untuk mendapatkan nilai Beff dilakukan trial and error sampai nilai Q hit ≈
Q dengan menggunakan rumus :

Q = 2/3 Cd 2 / 3g . Be He3/2

Koefesien debit Cd adalah hasil kali dari:


1. Co yang merupakan fungsi H1/r, dengan r adalah jari-jari.
2. C1 yang merupakan fungsi P/H1, dengan P adalah tinggi mercu.
3. C2 yang merupakan fungsi P/H1 dan kemiringan muka hulu mercu.

Perhitungan dilakukan dengan cara interasi dengan menetapkan nilai Cd


sampai nilai Cd ≈ Cdhit.

Risma Mauliana (1504101010007) | 39


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Tabel 4.3 Perhitungan Tinggi Energi


Cd.a He P/He C0 C1 C2 Cd.h Be Q.h Q
1.286 1.765 1.700 1.3 0.9980 0.996 1.292 56.041 288.074 288.074
1.292 1.759 1.705 1.3 0.9960 0.996 1.290 56.043 288.074 288.074
1.290 1.762 1.703 1.3 0.9960 0.996 1.290 56.042 288.074 288.074
1.290 1.762 1.703 1.3 0.9960 0.996 1.290 56.042 288.074 288.074
Dari perhitungan di atas diperoleh :
Cd = 1,290
He = 1,762 m
Beff = 56,5 – 0,26 He
= 56,5 – 0,26 (1,762)
Beff = 56,042 m

Untuk mendapatkan tinggi air di atas mercu Hd dilakukan trial and error
sampai nilai He hit ≈ He dengan menggunakan rumus :
V2
He  Hd 
2g
1  Q 
He  Hd   
2 g  Be P  H d  

Tabel 4.4 Perhitungan Tinggi Air di Atas Mercu


Hd 1/(2.g) Be P Q He hit He
1 0.051 56.042 3 288.074 1.065
1.5 0.051 56.042 3 288.074 1.558
1.706 0.051 56.042 3 288.074 1.762
1.762
2 0.051 56.042 3 288.074 2.052
2.5 0.051 56.042 3 288.074 2.548
3 0.051 56.042 3 288.074 3.044
Dari perhitungan tabel di atas diperoleh :
Hd = 1,706 m
Mercu direncanakan Ogee 1 KP 02 Bangunan Utama hal 57 :
a = 0,119 Hd  a = 0,203 m
R = 0,45 Hd  r = 0,768 m
Dari hasil perhitungan diatas dapat digambar bentuk Mercu Ogee tipe I :

Risma Mauliana (1504101010007) | 40


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Mencari koordinat titik singgung pada mercu dengan data:

Tabel Kemiringan Hilir

Kemiringan Hilir K N
Vertikal 2,0 1,85

Hd = 1,706 m
xn = 2,0 Hd(n-1) . y
x 1,85 = 3,149 . y
y = x 1,85 / 3,149
dy/dx =1
3,149
x0,85 = 1,85

x 0,85 = 1,702
x = 1,870 m
1,8701,85
y = 3,149

y = 1,011 m jadi, x = 1,870 m dan y = 1,011 m

Tabel 4.5 Perhitungan Permukaan Mercu Ogee I


X 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2
Y 0.00 0.02 0.09 0.19 0.32 0.48 0.67 0.89 1.14

Mercu Ogee I
0 0.5 1 1.5 2 2.5
0.00

0.20

0.40

0.60
Y (m)

0.80

1.00

1.20

1.40
X (m)

Gambar 4.3 Profil Mercu Ogee Tipe I

Risma Mauliana (1504101010007) | 41


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

4.3 Bangunan Peredam Energi (Kolam Olak)


Perencanaan bangunan peredam energi menggunakan data sebagui berikut:
- Debit banjir rancangan Q50 tahunan : 288,094 m3/detik
- Lebar bendung efektif (Be) : 55,845
- Tinggi air diatas mercu (Hd) : 1,706 m
- Tinggi air banjir diatas mercu (He) : 1,762 m
- Tinggi mercu bendung (P) :3m

Untuk merencanakan kolam olak diperlukan data-data seperti UWL, DGL,


dan DWL. Dari data elevasi mercu (HL) dan tinggi air di atas mercu (Hd) dapat
dihitung elevasi muka air bagian Hulu sungai sesudah pembendungan (upstream
water level).
UWL = HL + Hd
= + 23 + 1,706
= + 24,706 m

Dari data elevasi dasar sungai bagian Hilir (DGL) dan tinggi air sebelum
pembendungan (H) dapat dihitung elevasi muka air sungai bagian Hilir bendung
(downstream water level).
DWL = DGL + H
= + 18 + 1,529
= + 19,529 m

Beda tinggi muka air antara Hulu dengan Hilir :


H = UWL - DWL
= 24,706 – 19,529
= 5,177 m

H1 = He = 1,762
∆H 5,177
= = 2,939
H1 1,762

Risma Mauliana (1504101010007) | 42


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Perhitungan debit persatuan lebar bendung


Qmax
qeff =
Beff

288,074
qeff = = 5,140 m3/dt/m
56,042

Kedalaman kritis (yc) :


2
q eff
yc = 3
g

5,140 2
= 3
9,81

yc = 1,391 m

Tinggi jatuh (Z)


Z = elevasi hulu + tinggi bendung – elevasi hilir
= 20 + 3 – 18
=5m

q = V1 x Y1
V1 = √2 x g(0,5He + z)

= √2 x 9,81 x (0,5 x 1,762 + 5)


= 10,742 m/dt

q
V1 =
y1

5,140
10,742 =
y1

y1 = 0,479 m
V1 10,742
Fr1 = = = 4,958
√ g x y1 √9,81 x 0,479

Risma Mauliana (1504101010007) | 43


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Berdasarkan nilai q = 5,140 m3/dt/m < 45 m3/dt/m, V1 = 10,742 m/dt < 18


m/dt dan Fr = 4,958 > 4,5 (karakteristik hidraulis), yang cocok digunakan adalah
peredam energy tipe kolam olakan datar tipe III (USBR type III).

Gambar 4.4 Kolam Olak Tipe III (USBR 1973)

yu (18  Fr ) 0,479(18  4,958)


n = = = 0,610 m
18 18
yu (4  Fr ) 0,469(4  4,958)
n3 = = = 0,473 m
6 6
1
( 1  8 Fr -1 ) x yu
2
y2 =
2
1
= ( 1  8(4,958) 2 -1) x 0,469
2
= 3,124 m
 Tinggi Endsill yang Diperlukan
Tinggi endsill = n
= 0,610 m
 Panjang Kolam (Lj)
Lj = 2,7 x y2
= 8,436 m

Risma Mauliana (1504101010007) | 44


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

 Jarak kolam ke bagian tengah


X = 0,82 x y2
= 2,562 m

 Elevasi Dasar Kolam Olak


Elevasi Kolam = + 18 – endsill
= + 18 – 0,610
= + 17,280 m

Gambar 4.5 Perencanaan Bendung dan Kolam Olak

4.4 Bangunan Pengambilan dan Penguras Bendung


Perencanaan Bangunan Pengambilan dan penguras bendung berdasarkan
KP-02 Bangunan Utama Hal 83 atau Bangunan Air oleh Dirwan hal 97 Bendung
direncanakan untuk mengairi areal sawah seluas 3520 Ha, kebutuhan air disawah
sebesar 1,18 l/dt/ha , DR = 1,94 l/dt/ha.
Qrencana intake = DR x A
= 1,94 x 3252
= 6295,19 l/dt
= 6,295 m3/dt

Dengan adanya kantong lumpur, debit rencana pengambilan ditambah 20%


sehingga debit rencana pengambilan menjadi (Bangunan Air Oleh Dirwan hal
100) :
Qn = 1,2 Qk
= 1,2 x 6,295
Qn = 7,554 m3/dt

Risma Mauliana (1504101010007) | 45


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Dimensi bangunan pengambilan dapat dihitung dengan menggunakan rumus


sebagai berikut;

Q = .b.a 2 g.z

4.4.1 Bangunan Pengambilan


Kecepatan pengambilan rencana (v) diambil 1,5 m/dt.

Dengan kecepatan pengambilan rencana 1,5 m/dt, kehilangan tinggi


energi menjadi :
𝑉2
z =
𝜇2 . 2 . 𝑔

1,52
z =
0,82 . 2 . 9,81
z = 0,18 m

Karena yang diangkut sungai adalah sedimen halus, maka elevasi


ambang pengambilan harus sekurang-kurangnya 0,5 m di atas dasar
sungai bagian hulu (UGL).

 Elevasi dasar sungai bagian hulu (UGL) = + 20 m


 Elevasi dasar sungai bagian hilir (DGL) = + 18 m
 Elevasi Mercu bendung (HL) = + 23 m
 Tinggi mercu bendung (P) = HL-UGL =3m

Risma Mauliana (1504101010007) | 46


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

 Elevasi dasar bangunan pembilas = + 20 + 0,18


= + 20,18
 Elevasi minimum bangunan pengambilan = + 20,18 + 1,5
= + 21,68
 Elevasi dasar bangunan pengambilan menjadi = + 21,70

 Tinggi bersih bukaan bangunan pengambilan dan lebar pintu


bangunan pengambilan mengacu pada perhitungan dalam “Bangunan
Air oleh Dirwan” :
P =3m
p = 1,5 m
z = 0,18
a =P–p–z
= 3 – 1,5 – 0,18
= 1,32
 Lebar bersih pintu bangunan pengambilan :
Qrencana
b =
vxa
7,554m 3 / dt
b =
(1,5m / dt ) x1,32m

= 3,815 m ≈ 3,9 m

Direncanakan 3 pintu bukaan, dengan masing-masing lebar bukaan = 1,3

m dipisahkan dengan 2 pilar b = 1 m; sehingga lebar total intake

= (3 x 1,3) + (1 x 2) = 5,9 m

4.4.2 Bangunan Penguras


 Lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan
1/60-1/10 dari lebar bersih bendung (jarak antara pangkal-
pangkalnya), untuk sungai- sungai yang lebarnya kurang dari 100 m.
1/10 x 60 = 6 m

Risma Mauliana (1504101010007) | 47


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

 Lebar bangunan pembilas sebaiknya 60% dari lebar total lebar


bangunan pengambil termasuk pilar-pilarnya.
Lebar penguras = 60% x 5,9 = 3,54 m ≈ 3,6 m
Direncanakan 3 pintu penguras b = 1,2 m dan 2 pilar b = 1 m
Sehingga lebar total bangunan penguras = (3 x 1,2) + (2 x 1) = 5,6 m

Gambar Geometri Saluran Pembilas

4.4.3 Saluran Pengarah


Saluran pengarah dari intake ke kantong lumpur agar tidak terjadi
pengendapan di saluran pengarah dari bangunan intake menuju ke
kantong lumpur maka direncanakan dimensi saluran sebagai berikut:
 Kecepatan di saluran pengarah = kecepatan di intake = 1,5 m/det
 Debit pembilasan = 7,554 m3/detik
 Tinggi air di saluran pengarah (Hp) = a + n + d
= 1,32 + 0,05 + 0,15 = 1,52 m
Q pengarah (Qp) = Ap x V
7,554 = Bp x Hp x V
7,554 = Bp x 1,52 x 1,5
Bp = 3,313 m
4.5 Kantong Lumpur
Menurut Anonim 1 (1986), kantong lumpur itu merupakan pembesaran
potongan melintang saluran sampai panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan
aliran dan memberi kesempatan kepada sedimen untuk mengendap. Untuk
menampung endapan sedimen ini, dasar bagian saluran tersebut diperdalam atau

Risma Mauliana (1504101010007) | 48


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

diperlebar. Tampungan ini dibersihkan tiap jangka waktu tertentu (kurang lebih
sekali seminggu atau setengah bulan) dengan cara membilas sedimennya kembali
ke sungai dengan aliran terkosentrasi yang berkecepatan tinggi. Biasanya panjang
kantong lumpur adalah 200 sampai 500 m.
Prosedur perencanaan kantong lumpur menurut “Standar Perencanaan
Irigasi KP-02 Bangunan Utama pada hal 135 dan Bangunan Utama oleh Dirwan
pada hal 92”. Data – data yang dibutuhkan :
 Pembagian ukuran butiran sendimen, sendimen dasar maupun sedimen
layang
 Banyaknya sendimen yang masuk ke pengambilan selama periode antara
satu pembilasan dengan pembilasan berikutnya.
 Hubungan pengambilan air irigasi
 Data topografi pada lokasi kantong lumpur

 Ukuran partikel rencana


Ukuran diameter butiran partikel sendimen menurut data yang diberikan
berukuran dari 0,07 mm terangkut sebagai sedimen layang melalui jaringan
irigasi. Asumsi bahwa air yang dielakan mengandung 0,03% sedimen yang harus
diendapkan dalam kantong lumpur. menurut data yang diberikan dalam
perencanaan yaitu D dan T yaitu sebagai berikut :
D = ukuran partikel sedimen yang terangkut kejaringan irigasi = 0,07 mm
T = periode pembilasan kantong lumpur = 1 minggu = 7 harian
M = persentase sedimen yang masuk ke intake = 0,03% = 0,0003

Dengan adanya kantong lumpur, debit rencana pengambilan ditambah 20%


sehingga debit rencana pengambilan menjadi (Bangunan Air Oleh Dirwan hal
100) :
 Qn = 1,2 Qk =1,2 x 6,295 = 7,554 m3/dt
 Direncanakan kantong lumpur dibagi menjadi 3 pias, sehingga debit
rencana masing-masing pias menjadi :
7,554
Qn = = 2,518 m3/dt
3

Risma Mauliana (1504101010007) | 49


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

 Menentukan volume (V) kantong lumpur yang akan diendapkan


Dikarenakan pembilasan dilakukan seminggu sekali, maka :
Tbilas = 7 x 24 x 3600
= 604800 dt
V = 0,0003 x Q x T
= 0,0003 x 2,518 x 604800
= 456,880 m3
 Menentukan lebar penampang saluran kantong lumpur
Menentukan perkiraan awal luas rata-rata permukaan kantong lumpur
dengan grafik 7.4 dalam KP-02 Bangunan Utama hal 143. Di indonesia
dipakai suhu air 20⁰C dan D = 0,07 mm didapat w = 4 mm/dt = 0,004
m/dt, perkiraan luas permukaan :

Q 2,518
L.B = = = 630 m2
w 0,004

Persyaratan: L/B > 8


Direncanakan L = 10B
10B2 = 630 m2
B < 7,93 m dan L > 79,3 m
Perhitungan dilanjutkan dengan menggunakan B = 7,93 m

 Menentukan kemiringan saluran normal In (eksploitasi normal,


kantong sedimen hampir penuh)
Biasanya Vn diambil 0,40 m/dt untuk mencegah tumbuhnya vegetasi dan
agar partikel partikel yang besar tidak langsung mengendap dihilir
pengambilan. Harga Ks dapat diambil 45. Untuk menentukan Rn, luas
harus diperkirakan dulu.
2,518
An =
Qn 
Vn 0,4
= 6,295 m2

Risma Mauliana (1504101010007) | 50


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

An
hn =
B

6,295
=
7,93
= 0,793 m (hn merupakan kedalaman rata-rata)

An
Rn =
Pn

6,295
=
( B  2hn)
6,295
=
(7,93  2(0,793))
= 0,661 m
2⁄ 1⁄
Vn = Ks x R n 3 × In 2

0,4 = 45 x 0,6612/3 x In1/2

In = 0,00014

 Menentukan kemiringan kantong lumpur Is (pembilasan, kantong,


lumpur kosong)
Sedimen di dalam kantong berupa pasir kasar. Untuk asumsi awal dalam
menentukan Is, kecepatan aliran untuk pembilasan diambil 1,5 m/dt.
Debit untuk pembilasan diambil 2,548 m3/dt
 Luas penampang basah kantong lumpur As
Qs
As =
Vs
2,518
=
1,5
= 1,679 m2

As = b x h s
As
hs =
B

Risma Mauliana (1504101010007) | 51


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

1,679
=
7,93
= 0,212
As
Rs =
Ps
1,679
=
(7,93  2(0,212))
= 0,201 m
Untuk pembilasan, Harga Ks (koefisien kekasaran) dapat diambil 45
m½ / dt. Maka kemiringan saluran normal (In) dapat dihitung sebagai
berikut:
2⁄ 1⁄
Vs = Ks x 𝑅𝑠 3 × 𝐼𝑠 2

1,5 = 45 x 0,2012/3 x Is1/2


Is = 0,00945

 Kontrol keadaan aliran


Agar pembilasan dapat dilakukan denga baik, kecepatan aliran harus
dijaga agar tetap subkritis atau Fr < 1

Fr = V1 / g.hn .

= 1,5 / (9.81)0,793 .
= 0,538 < 1 . . . . . . . . . . (OK)

 Mengecek ukuran partikel yang terbilas


Dari diagram Shields (Gambar 7-6 dalam “Bangunan Utama oleh
Dirwan”) diperoleh diameter partikel :
𝜏 = 𝜌𝑔ℎ𝑠𝐼
= 1000 x 9,81 x 0,212x 0,00945
= 19,579 N/m3
Partikel partikel yang lebih kecil dari 80 mm akan dibilas.

Risma Mauliana (1504101010007) | 52


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

 Menghitung panjang kantong lumpur


Panjang kantong lumpur dihitung dengan memperhatikan beberapa
tinjauan. Dari tinjauan-tinjauan tersebut kemudian diambil nilai panjang
kantong lumpur yang terbesar.
 Tinjauan pertama
𝐿
> 8
𝐵
L > 8B
L > 8 (7,93)
L > 63,474 m

 Tinjauan kedua
Dengan diameter partikel = 0,07 mm,  = 0,04 m/dt, H = hn = 0,793 m,
maka:
H =Txω
0,793 m = T x 0,004 m/dt
T = 198,356 dt
sehingga diperoleh:
L = vxT
= 0,4 m/dt x 198,356 dt
= 79,342 m

 Tinjauan ketiga (dengan memperhatikan volume kantong


lumpur)
Diasumsikan air yang dielakkan mengandung 0,3o/oo sedimen yang
harus diendapkan dalam kantong lumpur. Direncanakan pembilasan
dilakukan 1 minggu sekali.
Volume kantong lumpur :
Q = V/t
V = 0,3o/oo Qn t
V = 0,0003 2,518 m3/dt  (7 hari  24 jam  3600 dt)
V = 456,8798 m3

Risma Mauliana (1504101010007) | 53


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Dari volume kantong lumpur yang diperoleh, dapat dihitung panjang


kantong lumpur
V = 0,50 b L + 0,5 (Is – In) L2 b
462,309 = 0,50 (7,93) L + 0,5 (0,00945 – 0,00014) L2 (7,93)
= 3,967 L + 0,037 L2
0,037 L2 + 3,967 L – 456,88 =0
L = 69,808 m = 70,00 m
Diambil L = 70 m

Jadi, dari ketiga tinjauan di atas, agar volume kantong lumpurnya nanti
lebih besar daripada volume sedimen yang terjadi, maka diambil nilai L
yang terbesar sebagai panjang kantong lumpur, yaitu L = 70 m.

Grafik 4.6 Potongan Memanjang Kantong Lumpur

 Pengecekan efisiensi
Dari diagram Camp (Dalam buku Bangunan Utama oleh Dirwan hal 86),
efisiensi kantong lumpur untuk berbagai diameter sedimen dapat
ditentukan. Telah diperoleh dari perhitungan di atas nilai L = 70 m, hn =
0,793 m, vo = vn = 0,4 m/dt, dan  = 0,004 m/dt.

Kecepatan endap rencana (o) :


hn L

o vo

Risma Mauliana (1504101010007) | 54


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

0,,793 m 70 m

o 0,4 m dt

o = 0,0045 m/dt

 0,004 m dt
  0,88
,
o 0,0045 m dt

 0,004 m dt
  0,01
vo 0,4 m dt

Dari Grafik Camp diperoleh efisiensinya 0,82.

4.6 Bangunan Pembilas Kantong Lumpur


Bangunan pembilas tidak boleh menjadi gangguan selama pembilasan
dilakukan. Oleh karna itu aliran pada pintu pembilas harus tidak tenggelam.
Kecepatan tidak boleh ditambah untuk mencegak terjadinya efek pengempangan.
Luas basah pada pintu harus ditambah dengan cara menambah kedalaman air
dengan cara perhitungan mengacu pada “Bangunan Utama oleh Dirwan hal 92”
dengan menggunakan data :
Lebar dasar kantung lumpur (b) = 7,93 m
Kedalaman air pembilas (hs) = 0,212 m
Lebar bersih bukaan pembilas (bnf)
Kedalaman air pada bukaan pembilas (hf)
Untuk menghitung lebar bersih bukaan pembilas (bnf) terlebih dahulu
direncanakan bukaan dan pilar:
Diasumsikan ada 3 bukaan dengan lebar masing-masing 1,2 m, dan 2 pilar dengan
lebar masing-masing 0,7 m.
 b nf= 3 x 1,2 = 3,6 m
 AT = b x hs = 7,93 x 0,212 = 1,679 m2
b x Hs = b nf x Hf
Hf = 0,466 m
Jadi, kedalaman tambahan 0,466 – 0,212 = 0,255 m harus diberikan ke dasar
bangunan pembilas.

Risma Mauliana (1504101010007) | 55


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Gambar 4.7 Potongan memanjang saluran pembilas kantong lumpur

Perencanaan Saluran Pembilas dengan data yang digunakan:


Kecepatan pada saluran pembilas (V) = 1,5 m3/dt
Elevasi dasar sungai = + 20
Dengan menggunakan nilai banding b/h = 2,5

Af = bnf x hf
= 3,6 x 0,466
= 1,679 m2
Af = ( n + m )H2
1,699 = (2,5 + 1)H2
H = 0,693 m ≈ 1 m
Lebar saluran b = 2,5 x H , maka b = 2,5 m

Rf = Af
p

= 1,679
(2,5  2(0,212))

= 0,558 m

Kemiringan yang diperlukan dapat ditentukan dengan Rumus Strickler,


dengan Ks = 35 (koefisien kekasaran) :
Vf = Ks x Rf 2/3 x if ½
1,5 = 35 x 0,558 2/3 x if ½
if = 0,0040

Risma Mauliana (1504101010007) | 56


Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

4.7 Bangunan Pengambilan Saluran Primer


Perhitungan ini mengacu pada buku “Bangunan Utama oleh Dirwan hal.
102”. Bangunan saluran primer dilengkapi dengan pintu untuk mencegah agar
selama pembilasan air tidak mengalir kembali ke saluran dan mencegah masuknya
air pembilas yang mengandung sendimen kedalam saluran ambang pengambilan
disaluran primer diambil 0,1 m diatas muka kantong lumpur dalam keadaan
penuh.

hn = 0,793 m
hi = hn – 0,1 – 0,1 = 0,593 m
Muka air disebelah hulu pengambilan = +20,70 + 0,593 = +21,293

Diandaikan kehilangan tinggi energi 0,1 m diatas pengambilan. Kemudian


dapat dihitung dimensi saluran pengambilan.

Qn =  x hi x bi x √2gz
2,518 = 0,8 x 0,593 x bi x √2 x 9,81 x 0,1
bi = 3,787 m

bi = lebar bersih bangunan pengambilan dan diambil 3,8 m

Dengan Menggunakan 3 bukaan masing-masing 1,3 m, diperlukan 3 pilar


masing-masing 1 m . Jadi lebar total adalah :
bi = (3 x 1,3) + (2 x 1) = 5,9 m

Risma Mauliana (1504101010007) | 57

Вам также может понравиться