Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB I

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi kloning saat ini telah memungkinkan dalam mengkloning mamalia yang
lebih kompleks, yaitu manusia. Saat ini diskusi tentang kloning manusia atau rekayasa genetika
manusia menjadi isu yang hangat kembali, baik di televisi maupun radio di Amerika Serikat. Para
ilmuwan berpendapat bahwa rekayasa genetika membawa revolusi baru untuk membuat generasi
manusia lebih
baik secara fisik di masa depan. Isu ini membangkitkan perdebatan bagi kalangan tradisionalist
dan gereja, sehingga mereka memberikan respons terhadap pencapaian spektakuler ini.
Jelasnya perkembangan teknologi maju secara pesat, seperti yang dikatakan oleh Lee Silver,
biomolekuler dari Universitas Princeton, “anyone who thinks the technology will move slowly is
being naive.”1 Perkembangan ini memberikan pengaruh yang cepat dan luar biasa bagi manusia.
Sejak “Dolly” dihasilkan pada tahun 1997, para ilmuwan mulai mengarahkan diri kembali pada
rekayasa genetika manusia, karena mereka berpendapat bahwa paling tidak kemajuan ini dapat
memberikan sumbangsih dalam perkembangan dan kemajuan manusia di masa depan. Seperti
mimpi bukan? Jikalau kita melihat film-film imaginatif Hollywood tentang manusia masa depan
dan sepertinya, impian ini akan terbukti. Ilmuwan berpendapat bahwa pencapaian ini akan
membawa manfaat dalam hidup manusia untuk memodifikasi struktur genetik dari penyimpangan
genetik dalam diri manusia, dan menghindari organ reproduksi bagi mereka yang tidak dapat
memiliki anak melalui cara tradisional.
Pada awal abad dua puluh satu, dunia digegerkan kembali oleh kloning manusia pertama, yaitu
bayi ‘EVE’. Namun, kloning manusia ini membuat banyak orang kuatir, sehingga perbedaan
pendapat, baik pro dan kontra yang mengatasnamakan sains, etika, dan agama pun mencuat.
Semenjak diumumkannya keberhasilan proses kloning domba ‘Dolly’, reaksi dan kritikan timbul
di mana-mana. Saat ini reaksi dan kritikan itu semakin besar, karena kloning kali ini berhubungan
dengan manusia. Oleh karena itu, sangat naïf rasanya jika perkara baru ini hanya ditanggapi dan
disambut dengan ekspresi kedahsyatan dan penolakan saja, tanpa ada keinginan lebih jauh untuk
mengetahui substansi perkara baru tersebut. Untuk itulah, melalui uraian makalah ini penulis
mencoba mengambil topik kloning dalam berbagai perspektif untuk memaparkan pengertian
kloning, sejarah munculnya cloning.

B. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengertian kloning
b. Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapakan dapat lebih memahami bagian-
bagain dari kloning tersebut.
c. Untuk mengetahui manfaat dan kerugian apa yang ada pada kloning.
C. Manfaat Pembahasan
Dengan adanya penulisan makalah ini dapat kiranya memberikan manfaat antara lain:
a. Memahami tentang kloning.
b. Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapakan dapat mengetahui pengertian
kloning, bagian dari kloning dan bagian dari kloning itu.
c. Setelah perkuliahan ini mahasiswa juga juga mengerti tentang pandang tentang kloning.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup permasalahan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pengertian kloning
2. Sejarah kloning
3. Jenis-jenis Kloning
4. Macam-macam Kloning
5. Manfaat dan Kerugian Kloning
6. Pandangan Terhadap Kloning
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KLONING

Kloning berasal dari kata ‘Clone” yang diturunkan dari bahasa Yunani “Klon” yang artinya
potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. Kloning adalah langkah penggandaan
(pembuatan tiruan yang sama persis) dari suatu makhluk hidup dengan menggunakan kode DNA
makhluk tersebut. Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan individu-individu dari jenis
yang sama (populasi) yang identik secara genetik

B. SEJARAH KLONING.

Kloning sebagai prosedur perbanyakan non-seksual telah sukses dilakukan sejak tahun
1952 oleh Briggs dan King, dan disempurnakan di Oxford oleh Sir John Gurdon tahun 1962-1966.

Kloning dapat berupa klon sel, yaitu sekelompok sel yang identik sifat-sifat genetiknya,
semua berasal dari satu sel, dan klon gen atau molecular, yaitu sekelompok salinan gen yang
bersifat identik yang direplikasi dari satu gen yang dimasukkan ke dalam sel inang.

1. Kloning sel

Kloning sel adalah teknik untuk menghasilkan salinan makhluk hidup dengan menggunakan bahan
genetis dari sel makhluk itu sendiri.
1997 Dr Ian Wilmut dan rekannya dari Institute Roslin di Edinburgh, Inggris, mengklon domba
dari sel epitel ambing (sel payudara) seekor domba lainnya.Wilmut pertama mengambil sel epitel
ambing seekor domba jenis Finn Dorset berumur enam tahun yang sedang hamil. Kemudian sel
ambing itu dikultur dalam cawan petri dengan sumber makanan yang terbatas. Karena kelaparan
sel itu berhenti berkembang atau mematikan aktivitas gennya.Sementara itu mereka juga
mengambil sel telur yang belum dibuahi dari seekor domba betina jenis Blackface. Inti sel telur
yang bisa membelah menjadi domba dewasa setelah dibuahi itu kemudian diambil, sekarang sel
telur itu kosong, hanya berisi organela dan plasma sel saja.
Selanjutnya dua sel itu didekatkan satu dengan lainya. Kejutan aliran listrik membuat kedua sel
itu bergabung seperti dua gelembung sabun. Kejutan aliran listrik kedua meniru energi alami yang
muncul ketika telur dibuahi oleh sperma, sehingga sel telur dengan inti baru itu merasa telah
dibuahi. Kejutan aliran listrik itu telah mengubah sel telur dengan inti baru itu seakan-akan menjadi
sel embrio. Kurang lebih enam hari kemudian, sel embrio bohongan itu disuntikkan ke dalam
rahim seekor domba betina Blackface lainnya yang kemudian mengandung. Setelah mengandung
selama 148 hari induk domba titipan ini melahirkan Dolly, seekor domba lucu seberat 6,6 kilogram
yang secara genetis persis dengan domba jenis Finn Dorset pemilik inti sel ambing.

2. Sel Eukariotik

Secara taksonomi eukariotik dikelompokkan menjadi empat kingdom, masing-masing hewan


(animalia), tumbuhan (plantae), jamur (fungi), dan protista, yang terdiri atas alga dan protozoa.
Salah satu ciri sel eukariotik adalah adanya organel-organel subseluler dengan fungsi-fungsi
metabolisme yang telah terspesialisasi. Tiap organel ini terbungkus dalam suatu membran. Sel
eukariotik pada umumnya lebih besar daripada sel prokariotik. Diameternya berkisar dari 10
hingga 100 µm. Seperti halnya sel prokariotik, sel eukariotik diselimuti oleh membran plasma.
Pada tumbuhan dan kebanyakan fungi serta protista terdapat juga dinding sel yang kuat di sebelah
luar membran plasma. Di dalam sitoplasma sel eukariotik selain terdapat organel dan ribosom,
juga dijumpai adanya serabut-serabut protein yang disebut sitoskeleton. Serabut-serabut yang
terutama berfungsi untuk mengatur bentuk dan pergerakan sel ini terdiri atas mikrotubul (tersusun
dari tubulin) dan mikrofilamen (tersusun dari aktin).

C. JENIS-JENIS KLONING

Dikenal 3 jenis kloning biologi :

1. Kloning tingkat DNA

Kloning dilakukan terhadap untaian DNA untuk mendapatkan untaian DNA yang identik, yang
kemudian menggunakan plasmid bakteri menghasilkan molekul dengan sifat genetik yang sama
untuk kepentingan pembuatan monoklonal, antibody untuk keperluan diagnostik,pembuatan
vaksin dsb.
2. Kloning untuk upaya terapi

Kloning ditujukan untuk menghasilkan sitem cell (sel punca).Sitem cell ini di”panen” dari kloning
yang menghasilkan embrio manusia, namun tidak dikembangkan menjadi mahluk baru.

3. Kloning untuk Reproduksi

Merupakan hal yang sangat menggelitik bagipara ilmuwan untuk “menciptakan” machluk
menggunakan teknologi kloning.Sel telur matang yang dibuang inti selnya, ke dalamnya kemudian
disuntikkan inti sel somatik,sehingga sel yang kemudian terbentuk diupayakan untuk tumbuh
kembang menghasilkan mahluk baru. Hal ini serupa dengan reproduksi vegetatif, tanpa melalui
proses pembuahan sel telur oleh benih laki-laki

D. MACAM-MACAM KLONING

1. Kloning Pada Tumbuhan

Nama lain dari kloning pada tumbuhan adalah kultur jaringan, yaitu suatu teknik untuk
mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi
yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali.
Ada dua teori dasar yang berpengaruh dalam kultur jaringan. Yang pertama adalah teori bahwa sel
dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena
berasal dari satu sel tersebut. Yang kedua adalah teori totipotensi sel atau Total Genetic Potential.
Artinya, setiap sel yang memiliki potensi genetik mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi
menjadi suatu tanaman lengkap.
Dalam kultur jaringan ada beberapa factor yang mempengaruhi regenerasi tumbuhannya, yaitu :
1. Bentuk regenerasi dalam kultur in vitro, seperti pucuk adventif atau embrio somatiknya
2. Eksplan, yaitu bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan
tanaman. Yang penting dalam eksplan ini adalah factor varietas, umur, dan jenis kelaminnya.
Bagian yang sering menjadi ekspan adalah pucuk muda, kotiledon, embrio, dan sebagainya.
3. Media tumbuh, karena di dalam media tumbuh terkandung komposisi garam anorganik, zat
pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media.
4. Zat pengatur tumbuh tanaman. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan zat ini
adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur tertentu.
Lingkungan Tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi temperatur, panjang
penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran.

2. Kloning Pada hewan

Kloning hewan adalah suatu proses dimana keseluruhan organisme hewan dibentuk dari satu sel
yang diambil dari organisme induknya dan secara genetika membentuk individu baru yang identik
sama. Artinya, hewan kloning ini adalah duplikat yang persis sama baik dari segi sifat dan
penampilannya seperti induknya, dikarenakan adanya kesamaan DNA.
Di alam, sebenernya kloning bisa saja terjadi. Reproduksi aseksual pada beberapa jenis organisme
dan penemuan mengenai munculnya sel kembar dalam satu telur juga merupakan apa yang disebut
dengan kloning. Dengan kemajuan bioteknologi sekarang ini, bukan mustahil untuk menciptakan
lebih lanjut mengenai kloning pada hewan.
Pertama kali para ilmuwan berusaha membentuk sel kloning pada hewan tidak berhasil selama
bertahun-tahun lamanya. Kesuksesan pertama yang diraih oleh ilmuwan pada saat mereka berhasil
mengkloning seekor kecebong dari sel embrio di tubuh katak dewasa. Namun demikian, kecebong
tersebut tidak pernah berhasil tumbuh menjadi katak dewasa. Kemudian, dengan menggunakan
nuclear trasnfer di sel embrio, para ilmuwan mulai melakukan penelitian terhadap kloning hewan
mamalia. Tapi sekali lagi, hewan-hewan tersebut tidak pernah mencapai hidup yang panjang.
Kloning pertama yang berhasil diujicobakan dan bisa bereproduksi adalah seekor domba yang
dinamakan Dolly. Dolly ditemukan oleh Ian Wilmut dan kawan-kawanya di Skotlandia pada tahun
1997. Tapi tidak sama dengan uji coba kloning sebelumnya yang menggunakan sel embrio,
kloning dolly menggunakan sel dari domba dewasa. Karena sel domba dewasa ini dianggap sudah
tua, maka, dolly pun jadi berumur pendek, walau tidak sependek hewan lain hasil kloningan
dengan menggunakan sel embrio.
Sekarang ini, para ilmuwan sudah sukses mengkloning banyak hewan seperti tikus, kucing, kuda,
babi, anjing, rusa, dan sebagainya dari sel embrio maupun sel non-embrio, tergantung dari tujuan
pengkloningan tersebut. Jika, diharapkan hewan hasil kloning yang bisa bereproduksi, maka
digunakanlah sel non-embrio, sedangkan jika diharapkan hewan kloning yang tidak harus bisa
bereproduksi, maka digunakan sel embrio.
Proses kloning hewan melalui tahap berikut, yaitu mengekstrak nukleus DNA dari suatu sel embrio
kemudian ditanamkan dalam sel telur yang sebelumnya intinya sudah dihilangkan. Kadang-
kadang proses ini distimulasi oleh manusia menggunakan alat dan bahan-bahan kimia. Sel telur
yang sudah dibuahi ini kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh sel hewan inangnya dan
membentuk sifat yang identik.
Beberapa ilmuwan menjadikan hewan hasil kloningan yang tidak bisa bereproduksi sebagai bahan
pangan. Namun baru-baru ini, diberitakan bahwa hewan hasil kloning, tidak layak untuk
dikonsumsi sebagai makanan manusia walau belum ada bukti pasti mengenai hal tersebut.
Penelitian lebih lanjut mengenai hal ini masih terus dilakukan.
Contoh gambar kloning pada hewan :

3. Kloning Pada Manusia

Setelah sukses dengan teknologi kloning hewan menyusui, sekarang hanya tinggal menunggu
waktu, timbulnya kabar yang melaporkan lahirnya manusia hasil kloning. Contohnya saja pada
”Eve”, yang dikabarkan adalah bayi perempuan pertama hasil kloning, namun kebenaran beritanya
masih belum bisa dipastikan. Ada lagi berita mengenai hasil kloning permintaan dari pasangan
homoseksual dari Belanda. Namun, bukti-bukti konkrit mengenai manusia hasil kloningannya
sama sekali tidak ada.
Beberapa sumber menyebutkan, para peneliti tersebut beralasan bahwa hal ini menyangkut pribadi
sekaligus melanggar privasi dari pendonor gen jika diberitakan secara luas. Mungkin saja,
penyembunyian berita-berita seperti ini dilakukan, karena masih banyaknya kontroversi serta pro
dan kontra yang terjadi di masyarakat mengenai pengkloningan manusia yang dianggap
melanggar kodrat alam dan tidak sesuai dengan etika yang dianut dari agama.
Proses kloning pada manusia, sebenarnya tidak memiliki banyak perbedaan dengan bayi tabung
atau in vitro fertilization. Dalam proses ini, sperma sang suami dicampur ke dalam telur sang istri
dengan proses in vitro di dalam tabung kaca.
Setelah sperma tumbuh menjadi embrio, embrio tersebut ditanamkan kembali ke dalam tubuh si
ibu, atau perempuan lain yang menjadi ’ibu tumpang’. Bayi yang lahir secara biologis merupakan
anak suami-istri tadi, walaupun dilahirkan dari rahim perempuan lain.
Proses kloning manusia dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :
1. Mempersiapkan sel stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel tubuh. Sel
ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetic kemudian dipisahkan dari sel.
3. Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan kemudian
intinya dipisahkan.
4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur
5. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari kedua)
menjadi sel embrio.
6. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke lima)
dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.
7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel stem
donor.

E. MANFAAT KLONING
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan

Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi, khususnya reproduksi-embriologi


dan diferensiasi.

2. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul

Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang serupa tentu saja
dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba, kambing dan lain-lain. Dalam
hal ini jika nukleus sel donornya diambil dari bibit unggul, maka anggota klonnya pun akan
mempunyai sifat-sifat unggul tersebut. Sifat unggul tersebut dapat lebih meningkat lagi, jika
dikombinasikan dengan teknik transgenik. Dalam hal ini ke dalam nukleus zigot dimasukkan gen
yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya akan mempunyai gen tambahan yang lebih unggul.

3. Untuk tujuan diagnostik dan terapi

Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan penyakit genetika thalasemia
mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak mempunyai anak. Sekarang mereka dapat
dianjurkan menjalani terapi gen dengan terlebih dahulu dibuat klon pada tingkat blastomer. Jika
ternyata salah satu klon blastomer tersebut mengandung kelainan gen yang menjurus ke thalasemia
mayor, maka dianjurkan untuk melakukan terapi gen pada blastomer yang lain, sebelum
dikembangkan menjadi blastosit.
Contoh lain adalah mengkultur sel pokok (stem cells) in vitro, membentuk organ atau jaringan
untuk menggantikan organ atau jaringan yang rusak.
4. Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan

Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat membantu/menyembuhkan
pasangan infertil mempunyai turunan. Secara medis infertilitas dapat digolongkan sebagai
penyakit, sedangkan secara psikologis ia merupakan kondisis yang menghancurkan, atau membuat
frustasi. Salah satu bantuan ialah menggunakan teknik fertilisasi in vitro. (in vitro fertilization =
IVF). Namun IVF tidak dapat menolong semua pasangan infertil. Misalnya bagi seorang ibu yang
tidak dapat memproduksi sel telur atau seorang pria yang tidak dapat menghasilkan sperma, IVF
tidak akan membantu.
Dalam hubungan ini, maka teknik kloning merupakan hal yang revolusioner sebagai pengobatan
infertilitas, karena penderita tidak perlu menghasilkan sperma atau telur. Mereka hanya
memerlukan sejumlah sel somatik dari manapun diambil, sudah memungkinkan mereka punya
turunan yang mengandung gen dari suami atau istrinya.

F. KERUGIAN KLONING

Kloning pada manusia akan menghilangkan nasab.


Kloning pada perempuan saja tidak akan mempunyai ayah.
Menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara’. Seperti, hokum pernikahan, nasab, nafkah,
waris, hubungan kemahraman, hubun­gan ‘ashabah, dan lain-lain.

4. Memperlakukan manusia sebagai objek.

G. PANDANGAN TERHADAP KLONING

1. Kloning Gen Ditinjau Dari Hukum Agama


Prestasi ilmu pengetahuan yang sampai pada penemuan proses kloning,sesungguhnya telah
menyingkapkan sebuah hukum alam yang ditetapkan ALLAH SWT pada sel-sel tubuh manusia
dan hewan, karena proses kloning telah menyikap fakta bahwa pada sel tubuh manusia dan hewan
terdapat potensi menghasilkan keturunan, jika intisel tubuh tersebut ditanamkan pada sel telur
perempuan yang telah dihilangkan inti selnya. Jadi sifat inti sel tubuh itu tak ubahnya seperti sel
sperma laki-laki yang dapat membuahi sel telur peermpuan.
Pada hakikatnya islam sangat menghargai iptek. Oleh sebab itu islam terhadap kloning tersebut
tentunya sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat internasional. Didalam islam berbeda antara
hukum kloning binatang dan manusia.
Pada hukum kloning pada manusia. Menurut buku fatawa mu’ashiroh karangan Yusuf Qurdhowy
bahwa tidak diperbolehkanya kloning terhadap manusia. Atas beberapa pertimbangan diantaranya
:
1. Dengan kloning akan meniadakan keanekaragaman. (varietas).
ALLAH SWT telah menciptakan alam ini dengan kaedah keanekaragaman. Hal tersebut tertuang
dalam Al-Qur’an surat fathir ayat 26 dan 27. Sedangkan dengan kloning akan meniadakan
keanekaragaman tersebut. Karena dengan kloning secara tidak langsung menciptakan duplikat dari
satu orang. Dan dengan ini akan dapat merusak kehidupan manusia dan tatanan sosial dalam
masyarakat, efeknya sebagian telah kita ketahui dan sebagian lainnya kita ketahui di kemudian
hari.

2. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan).


Bagaimana dengan hubungan orang ang mengkloning dan hasil kloningan tersebut, apakah
dihukumi sebagai duplikatnya atau bapaknya ataupun kembarannya, dan ini adalah permasalahan
yang kompleks. Kita akan kesulitan dalam menentukan nasab hasil kloningan tersebut. Dan tidak
menutup kemungkinan kloning dapat digunakan untuk kejahatan, Siapa yang bisa menjamin
jikalau diperbolehkan kloning tidak akan ada satu negara yang mencetak ribuan orang yang
digunakan sebagai prajurit militer yang berfungsi menumpas negara lain.

3. Dengan kloning akan mengilangkan Sunatullah (nikah).


ALLAH SWT telah menciptakan manusia, tamanan, binatang dengan berpaang-pasangan. Surat
Addariyat 46.. Anak-anak produk kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak alami.
Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan ALLAH SWT untuk manusia dan dijadikan-
Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak dan keturunannya. ALLAH SWT
berfirman: ” dan Bawasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan
perempuan, dari air mani apabila dipancarkan.” (QS. An Najm : 45-46).

4. Memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah pelaksanaan banyak hukum-
hukum syara’. Seperti hukum tentang perkawinan, nasab, nafkah, hak, dan kewajiban antar bapak
dan anak, waris, perawatan anak, hubungan kemahraman, hubungan ’ashabah dan lain-lain.
Disamping itu koning akan mencampur adukkan dam menghilangkan nasab serta menyalahi fitra
yang telah diciptakan ALLAH SWT untuk manusia dalam masalah kelahiran anak. Kloning
manusia sesungguhnya merupakan perbuatan keji yang akan dapat menjungkir balikkan struktur
kehidupan masyarakat.

Berdasarkan dalil-dalil itulah proses kloning manusia diharamkan menurut hukum islam dan tidak
boleh dilahsanakan. ALLAH SWT berfirman mengenai perkataan iblis terkutuk, yang mengatakan
: ”...dan akan aku (iblis) suruh mereka (mengubah ciptaan ALLAH), lalu benar-benar mereka
mengubahnya.” (QS.An Nisaa’ : 119).
2. Kloning Ditinjau Dari Hukum Indonesia

Ketentuan pidana. :
Ketentuan pidana untuk pelaku upaya kehamilan diluar cara alami diatur dalam pasal 82 ayat (2)
a yang berbunyi : Melakukan upaya kehamilan diluar cara alami yang tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

3. Pandangan Etika Terhadap kloning

Setelah dilaporkan tentang Dolly, seekor anak domba yang berhasil di klon dari sel domba dewasa.
Segera timbul pertanyaan di masyarakat terutama para ahli, apakah nantinya manusia juga akan di
klon? Sebab, teknologi ini dapat diterapkan pada semua mamalia termasuk juga manusia. Tetapi
dengan demikian munculah masalah etika, yang didasari berbagai pertanyaan seperti apakah yang
telah dilakukan dengan hewan ini boleh dilakukan pada manusia? Sejauh manakah manusia dapat
dan boleh malangkah ke depan tanpa kehilangan kemanusiaanya?

Para ilmuwan berpendapat dan memiliki keyakinan yang besar akan hal ini dapat
membantu pasangan yang infertil yang tidak bisa dibantu dengan metode lain untuk bisa
mendapatkan keturunan. Dilihat dari tujuan kloning reproduktif yaitu penciptaan manusia baru
maka kloning manusia dapat dikatakan tidak etis karena tentu saja hal ini melampaui kekuasaan
Tuhan.
Dilihat dari tujuan kloning dikatakan etis apabila digunakan untuk tujuan kesehatan atau tujuan
klinik. Penelitian yang berlangsung menyangkut diri manusia harus bertujuan untuk
menyempurnakan tata cara diagnostic, terapeutik dan pencegahan serta pengetahuan tentang
etiologi dan tatogenesis. Dan juga kloning tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi yang
dari pengembangannya untuk tujuan ekonomi, militerisme dan tindakan-tindakan kriminal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Kloning berasal dari kata ‘Clone” yang diturunkan dari bahasa Yunani “Klon” yang artinya
potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. Kloning adalah langkah penggandaan
(pembuatan tiruan yang sama persis) dari suatu makhluk hidup dengan menggunakan kode DNA
makhluk tersebut.

2. Jenis-jenis Kloning.
1. Kloning DNA Rekombinan
2. Kloning Reproduktif
3. Kloning Terapeutik

3. Macam-Macam Kloning
1. Kloning pada tumbuhan
2. Kloning pada Hewan
3. Kloning pada manusia

4. Manfaat Kloning
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
2. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
3. Untuk tujuan diagnostik dan terapi
4. Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan
5. Kerugian Kloning
1. Kloning pada manusia akan menghilangkan nasab.
2. Kloning pada perempuan saja tidak akan mempunyai ayah.
3. Menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara’.Seperti, hukum pernikahan, nasab, nafkah,
waris, hubungan kemahraman, hubun­gan ‘ashabah, dan lain-lain.
4. Memperlakukan manusia sebagai objek.

B. SARAN
Orang yang melakuka kloning sebaiknya dilakukan oleh suami istri yang sah,yang mana sama
sekali tidak bisa memiliki keturunan.Dengan melakukan kloning .Sebelum melakukan kloning
sebaiknya pasangan suami istri mengkonsultasikannnya dengan dokter.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/78318984/Cloning

http://xa.yimg.com/kq/groups/20899393/651076761/name/Kloning.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Kloning

http://kamusq.blogspot.com/2012/03/pengertian-kloning-dan-jenis-jenis.htm
http://www.masbied.com/search/cara-cara-kloning-pada-tumbuhan

Вам также может понравиться