Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
WIDIAWATI
102STYC16
1. Uji protein (albumin). Bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubulus, maka
protein dapat bocor dan masuk ke urine.
2. Uji konsentrasi ureum darah. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum maka
ureum darah naik di atas kadar normal 20-40 mg%.
3. Uji konsentrasi. Pada uji ini dilarang makan dan minum selama 12 jam untuk
melihat sampai berapa tinggi berat jenis naiknya.
c. Struktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang
terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan korteks
(subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia
medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah.
Garis-garis yang terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian
terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu),
ansa henle, tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus urinarius (papilla vateri).
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat
menyaring darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal,
lubang-lubang yang terdapat pada piramid renal masing-masing membentuk simpul dari
kapiler satu badan malfigi yang disebut glomerulus. Pembuluh aferen yang bercabang
membentuk kapiler menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava
inferior.
d. Fisiologi ginjal
Ginjal berfungsi:
1. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh). Kelebihan air dalam tubuh akan
diekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah
besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi
berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan
tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2. Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan keseimbangan ion
yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang
berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan meningkatkan
ekskresi ion-ion yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan posfat).
3. Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung pada apa yang
dimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam, pH
kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir metabolism protein. Apabila banyak
makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8-
8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.
4. Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik,
obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).
5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang
mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin
aldesteron) membentuk eritripoiesis mempunyai peranan penting untuk
memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).
e. Filtrasi glomerulus
Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeabel terhadap protein
plasma yang lebih besar dan permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil
sepeti elektrolit, asam amino, glukosa dan sisa nitrogen. Glomerulus mengalami
kenaikan tekanan darah 90 mmHg. Kenaikan ini terjadi karena anteriole aferen yang
mengarah ke glomerulus mempunyai diameter yang lebih besar dan memberikan
sedikit tahanan dari kapiler yang lain. Darah didorong ke dalam ruangan yang lebih
kecil, sehingga darah mending air dan partikel yang terlarutdalam plasma masuk ke
dalam kapsula bowman. Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini disebut
tekanan hidrostatik (TH). Gerakan masuknya ke dalam kapsula bowman disebut
sebagai filtrasi glomerulus.
Tiga faktor pada proses filtrasi dalam kapsula bowman menggambarkan integrasi ketiga
faktor tersebut yaitu:
1. Tekanan osmitik (TO). Tekanan yang dikeluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada
membrane semipermeabel sebagai usaha untuk menembus membrane semipermeabel
ke dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati
membrane semipermeabel. Pori-pori dalam kapiler glomerulus membuat membrane
semipermeabel memungkinkan untuk melewati yang lebih kecil dari air tetapi
mencegah molekul yang lebih besar misalnya protein dan plasma.
2. Tekanan hidroststik (TH). Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam
kapsula dan berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga mengeluarkan
tekanan osmitik 1-3 mmHg yang berlawanan dengan osmitik darah.
3. Perbedaan tekanan osmitik plasma dengan cairan dalam kapsula bowman
mencerminkan perbedaan kosentrasi protein, perbedaan ini menimbulkan pori-pori
kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi.
Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmitik filtrat kapsula bowman bekerja sama untuk
meningkatkan gerakan air dan molekul permeabel, molekul permeabel kecil dari plasma
masuk ke dalam kapsula bowman.
a. Reabsorpsi tubulus
Ginjal menangani beberapa zat yang yang difiltrasi secara bebas dalam
ginjaldan diabsorpsi dengan kecepatan yang berbeda. Kecepatan masing-masing zat
dapat dihitung sebagi berikut.
Penghitungan ini menganggap bahwa zat-zat difiltrasi secara bebas dan tidak terikat
pada protein plasma.
Mekanisme pasif. Zat yang akan diabsorpsi harus ditranspor melintasi membran
epitel tubulus ke dalam cairan interstisial ginjal, melalui kapiler peri tubulus kembali ke
dalam darah. Reabsorpsi melalui epitel tubulus ke dalam darah, misalnya air dan zat
terlarut dapat ditranpor melalui membran selnya sendiri (jalur transeluler) atau melalui
ruang sambungan antar-sel (jalur para seluler). Setelah diabsorpsi melalui sel epitel
tubulus ke dalam cairan interstisial air dan zat terlarut ditranpor melalui dinding kapiler
ke dalam darah dengan cara ultrafiltrasi yang diperantarai oleh tekanan hidrostatik dan
tekanan osmotik koloid.
Traspor aktif mendorong suatu zat terlarut melawan gradien elektrokimia dan
membutuhkan energi yang berasal dari metabolisme. Transpor yang berhubungan
langsung dengan suatu sumber energi seperti hidrolisis adenosin trifosfat (ATF) disebut
transfor aktif primer. Transpor yang tidak berhubungan secara langsung dengan suatu
sumber energi seperti yang diakibatkan oleh gradien ion, disebut transpor aktif
sekunder.
Secara normal sekitar 65% dari muatan natrium dan air yang difiltrasi dan
nilai persentase terendah dari klorida akan diabsorpsi oleh tubulus proksimal sebelum
filtrat mencapai ansa henle. Persentase ini dapat meningkat atau menurun dalam
berbagai kondisi fisiologis.
i. Abnormalitas kongenital
Kelainan kongenital ginjal dapat terjadi, termasuk:
1. Gangguan sirkulasi renalis (misalnya pada syok, penurunan curah jantung ditujukan
pada otak dan jantung menyebabkan kerusakan pada ginjal).
2. Glomerulo nefritis berat
3. Penyumbatan traktus urinarius oleh batu ginjal.
Bila gagal ginjal terjadi pada beberapa jam, tubulus ginjal akan mengalami kerusakan
permanen. Pada urine yang disekresi terhenti sama sekali (terjadi urinarius) atau berkurang
dalam jumlah yang sangat kecil (oligura), terdapat perubahan keseimbangan asam basa yang
berat dan produk akhir metabolisme tubuh tidak diekskresi. Gagal ginjal kronik merupakan
akibat dari kerusakan nefron yang permanen ole penyakit ginjal apa saja yang berat, adanya
bukti terjadi gagal ginjal terlihat apa bila sekitar 75% dari nefron sudah tidak berfungsi.
1. Glukose
2. Benda-benda keton
3. Garam empedu
4. Pigmen empedu
5. Protein
6. Darah
7. Beberapa obat-obatan
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing–masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding abdomen terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jarinagn fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai
saraf sensorik.
Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang peritoneum
sebelah media anterior m. psoas mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa. Vasa
spermatika/ovarika interna menyilang ureter secara oblique, selanjutnya ureter akan mencapai
kavum pelvis dan menyilang arteri iliaka eksterna.
Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum pelvis sepanjang
tepi anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup olehperitoneum. Ureter dapt ditemukan
di depan arteri hipogastrikabagian dalam nervus obturatoris arteri vasialia anterior dan
arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insura iskhiadika mayor, ureter agak miring ke
bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.
a. Ureter pada pria
Terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus
deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter
berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada
sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu menembus vesika urinaria,
dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu
vesika urinaria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah
pengambilan urine dari vesika urinaria.
b. Ureter pada wanita
Terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke
bagian medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas,
vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya,
ureter didampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya
arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan
ligamentum. Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga
tempat yang penting dari ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu
pada sambungan ureter pelvis diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka
diameter 4 mm dan pada saat masuk ke vesika urinaria yang
berdiameter 1-5 cm.
1. Pembuluh darah ureter
a. Arteri renalis
b. Arteri spermatika interna
c. Arteri hipogastrika
d. Arteri vesika inferior
2. Persarafan ureter
Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus mesenterikus inferior,
pleksus spermatikus, dan pleksu pelvis; seperti dari nervus; rantai eferens dan nervus
vagusrantai eferen dari nervus torakalis ke-11 dan ke-12, nervus lumbalis ke-1, dan
nervus vagus mempunyai rantai aferen untuk ureter.
3. Vesika urinaria
Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis seperti
balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk
kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan
dengan ligamentum vesika umbilikalis medius.
1. Fundus yaitu, bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat
duktus deferen, vesika seminalis dan prostat.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang mancung ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), tunika
muskularis (lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam). Pembuluh limfe vesika urinaria mengalirkan cairan limfe ke dalam nadi
limfatik iliaka interna dan eksterna.
a. Uretra pria
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok kelok melalaui tengah-tengah
prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang fubis ke
bagian penis panjangnya ± 20 cm.
1. Uretra prostatia
2. Uretra membranosa
3. Uretra kevernosa
Air 96%
Benda padat 4% (terdiri atas urei 2% dan produk metabolik lain 2%)
Asam urat. Kadar normal asam urat di dalam darah adalah 2 sampai 3
mg setiap 100 cm, sedangkan 1,5 sampai 2 mg setiap hari diekskresikan ke
dalam urine.
Singkatnya, penyaringan darah oleh ginjal atau proses pembentukan urine terdiri dari tiga
tahap. Yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali) dan augmentasi
(pengendapan).
4. PENGATURAN ASAM BASA PADA SISTEM PERKEMIHAN
Keseimbangan asam basa adalah pengatuan kosentrasi ion hydrogen didalam cairan
tubuh. Konsentrasi ion hydrogen dalam berbagai larutan dapat berubah-ubah dari kurang
dari pada 10-4 ekuevalen per liter sampai lebih tinggi dari 100 yang berarti waktu variasi
total sebesar lebih daripada satu kudrilion kali.
Konsentrasi ion hydrogen dalam cairan ekstrasel biasanya diatur pada suatu nilai
konstan kira-kira sebesar 4 x 10-8 Eq/liter. Nilai ini dapat bervariasi dari serendah 1,0 x
10-8 sampai setinggi 1,0 x 10-7 tanpa menyebabkan kematian.
PH dihubungkan dengan konsentrasi ion hydrogen yang sebenarnya dengan rumus
berikut ini ( bila konsentrasi H+ dinyatakan dalam ekuivalen per liter ).
pH = log 1 = - log konsentrasi H-
Konsentrasi H+
Dari rumus ini dapat disimpulkan bahwa suatu pH yang rendah sesuai dengan suatu
konsentrasi ion hydrogen yang tinggi yang disebut Asidosis. Dan sebaliknya suatu pH yang
tinggi sesuai dengan konsentrasi ion hydrogen yang rendah disebut Alkalosis.
PH normal darah arteri adalah 7,4 sedangkan pH darah vena dan cairan interstasial sekitar
7,35 karena jumlah karbondioksida tambahan yan membentuk asam karbonat didalam cairan
ini.
Karena pH normal darah arteri sebesar 7,4 seseorang dianggap mengalami Asisdosis
bilamana pH tersebut dbawah nilai ini dan mengalami Alkalosis bila ia meningkat diatas 7,4
batas bawah seseorang dapat hidup selama lebih dari beberapa jam adalah 7,0 dan batas
atasnya kira-kira 8,0.
5. PENGKAJIAN KEPRAWATAN SISTEM PERKEMIHAN
1. WAWANCARA
Tujuan wawancara adalah mendapatkan informasi yang diperlukan dalam
mengidentifikasi dan merencanakan tindakan keperawatan, dan memberi kesempatan
pada perawat untuk mulai mengembangkan hubungan saling percaya dengan pasien.
Adapun data-data yang dikumpulkan selama fase wawancara terkait pengkajiankep
kerawatan system perkemihan adalah sebagai berikut :
A. Riwayat kesehatan sekarang
Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala yang kompleks dan
tampak di seluruh tubuh. Riwayat sakit harus mencakup informasi berikut yang
berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius.
1. Keluhan utama pasien atau alasan utama mengapa ia datang ke rumah sakit.
2. Adanya rasa nyeri: kaji lokasi, karakter, durasi, dan hubungannya dengan urinasi;
faktor-faktor yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya.
3. Adanya gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan,
perubahan nafsu makan, sering haus, retensi cairan, sakit kepala, pruritus, dan
penglihatan kabur.
4. Pola eliminasi
a. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
b. Kaji perubahan warna urin.
c. Kaji adanya darah dalam urin.
d. Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal urinasi, atau
akhir urinasi.
e. Hesitancy; mengejan : nyeri selama atau sesudah urinasi.
f. Inkontinensia (stress inkontinensia; urge incontinence; overflow incontinence;
inkontinensia fungsional). Adanya inkontinensia fekal menunjukkan tanda
neurologik yang disebabkan oleh gangguan kandungkemih.
g. Konstipasi dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan tidak adekuatnya
pengosongan kandung kemih.
5. Pola nutrisi – metabolic
a. Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien : kopi, alkohol,
minuman berkarbonat. Minuman tersebut sering memperburuk keadaan
inflamasi system perkemihan.
b. Kaji adanya dehidrasi ; dapat berkontribusi terjadinya infeksi saluran kemih,
pembentukkan batu ginjal, dan gagal ginjal.
c. Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien. Makanan yang
mengandung tinggi protein dapat menyebabkan pembentukkan batu saluran
kemih. Makanan pedas memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan.
d. Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut dapat
mempengaruhi status cairan.
e. Kaji kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin, mineral, dan terapi herbal.
B. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Riwayat infeksi traktur urinarius
a. Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menanggani
infeksi traktus urinarius, berapa lama dirawat.
b. Adanya gejala panas atau menggigil.
c. Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-hasil
pemeriksaan diagnostik renal atau urinarius
2. Riwayat keadaan berikut ini :
a. Hematuria, perubahan warna, atau volume urin.
b. Nokturia dan sejak kapan dimulainya.
c. Penyakit pada usia kanak-kanak (“strep throat”, impetigo, sindrom nefrotik).
d. Batu ginjal (kalkuli renal), ekskresi batu kemih ke dalam urin.
e. Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal atau traktus urinarius (diabetes
mellitus, hipertensi, trauma abdomen, cedera medula spinalis, kelainan
neurologi lain, lupus eritematosus sistemik, scleroderma, infeksi streptococcus
pada kulit dan saluran napas atas, tuberculosis, hepatitis virus,
gangguan kongenital, kanker, dan hyperplasia prostate jinak).
3. Untuk pasien wanita : kaji jumlah dan tipe persalinan (persalinan pervaginan,
sectio caesarea); persalinan dengan forseps; infeksi vagina, keputihan atau iritasi;
penggunaan kontrasepsi.
4. Adanya atau riwayat lesi genital atau penyakit menular seksual.
5. Pernahkah mengalami pembedahan ; pelvis atau saluran perkemihan.
6. Pernahkah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.
7. Kaji riwayat merokok. Merokok dapat mengakibatkan risiko kanker kandung
kemih. Angka kejadian tumor kandung kemih empat kali lebih tinggi pada
perokok daripada bukan perokok.
C. Riwayat kesehatan keluarga
1. Kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih dalam keluarga
(polisistik renal, abnormalitas kongenital saluran kemih, sindrom Alport’s /
nephritis herediter).
2. Kaji adanya masalah eliminasi yang dikaitkan dengan kebiasaan keluarga
D. Riwayat kesehatan social
1. Kaji riwayat pekerjaan, apakah terpapar oleh bahan-bahan kimia seperti phenol
dan ethylene glycol. Bau ammonia dan kimia organic dapat meningkatkan risiko
kanker kandung kemih. Pekerja tekstil, pelukis, peñata rambut, dan pekerja
industri mengalami risiko tinggi terkena tumor kandung kemih. Seseorang yang
lebih sering duduk cenderung mengalami statis urin sehingga dapat menimbulkan
infeksi dan batu ginjal.
2. Seseorang yang mengalami demineralisasi tulang dengan keterbatasan aktivitas
fisik menyebabkan peningkatan kalsium dalam urin.
3. Laki-laki cenderung mengalami inflamasi prostat kronik atau epididimis setelah
mengangkat barang berat atau mengendarai mobil dengan jarak jauh.
4. Perlu juga informasi tempat tinggal pasien. Dataran tinggi lebih berisiko terjadi
batu saluran kemih karena kandungan mineral meningkat dalam tanah dan air di
daerah dataran tinggi.
E. Pengobatan
1. Diuretik dapat mengubah kuantitas dan karakter output urin.
2. Phenazopyridine (pyridium) dan nitrofurantoin (macrodantin) dapat mengubah
warna urin.
3. Anticoagulant dapat menyebabkan hematuria.
4. Antidepresant, antihistamin, dan obat-obatan untuk mengatasi gangguan
neurology dan musculoskeletal, dapat mempengaruhi kemampuan kandung kemih
atau sphinter untuk berkontraksi atau relaksasi secara normal
F. Pola persepsi – kognitif
1. Apakah gangguan eliminasi urin mempengaruhi perasaan dan kehidupan normal
pasien.
2. Bagaimana perasaan pasien saat menggunakan kateter, kantung urin.
2. PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan Fisik
1. Umum : Status kesehatan secara umum : lemah, letarghi
2. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
3. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Teknik pemeriksaan fisik Kemungkinan kelainan yang
ditemukan
1. Inspeksi
a. Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran
keringat.
b. Mulut
c. Wajah
d. Abdomen
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau
pembengkakan, kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi
gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak ekskoriasi, memar,
tekstur kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi
dehidrasi.
Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.
Stomatitis, napas bau ammonia
Moon face
Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri
permukaan indikasi disfungsi
renal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau
tegang.
e. Meatus urinary
Laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai
sarung tangan untuk membuka meatus urinary.
Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung
tangan. Perhatikan meatus urinary
2. Palpasi
a. Ginjal
1. Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk
mempalpasi ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi.
Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan
jaringan.
2. Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
3. Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung
iliaka. Tangan kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi
cairan atau ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal.
Kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada
laki-laki biasanya terdapat deviasi meatus urinary seperti defek kongenital.
Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau
patologis renal yang serius.
Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal.
Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal
kronik.
Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.
4. Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan
kiri mendorong ke atas.
5. Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan
b. Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi
urin maka palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.
3. Perkusi
a. Ginjal
1. Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.
2. Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral
(CVA), lakukan perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan
menggunakan kepalan tangan dominan.
3. Ulangi prosedur untuk ginjal kanan
Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan
sensitif.
Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi
glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.
b. Kandung kemih
1. Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin
di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi
sampai setinggi umbilicus.
2. Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk
mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas
region suprapubic.
Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan
terdengar bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis.
6. TERAPI DIIT PADA SISTEM PERKEMIHAN
1. Makanan yang Dapat Membebani Saluran Kemih
Infeksi pada saluran kemih terjadi akibat bakteri, sehingga Anda mengalami rasa
nyeri saat buang air kecil, bahkan bisa disertai dengan nyeri di perut. Meski konsumsi
antibiotik dapat mengatasi gangguan ini, akan lebih baik bila Anda juga melakukan
tindak pencegahan dengan mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang bisa
memberi beban berlebihan bagi kandung kemih, serta memperburuk gejala infeksi.
Ada enam jenis makanan dan minuman yang disorot oleh National Kidney
Foundation.
a. Kopi
Kandungan kafein di dalam kopi dapat menstimulasi otot kandung kemih. Selain
itu, kopi juga minuman yang bersifat diuretik, sehingga dapat membuat Anda
sering buang air kecil. Selain kopi, minuman lain yang perlu dicermati adalah teh,
kola, cokelat, dan minuman energi.
b. Minuman beralkohol
Kebiasaan minum bir, wine, atau jenis alkohol lain tidak hanya berpengaruh buruk
pada lambung, namun juga memberi beban berlebihan pada kandung kemih.
Hindari konsumsi minuman ini saat Anda sedang mengalami infeksi saluran
kemih dan minum banyak air putih untuk membantu mengeluarkan bakteri dari
tubuh dan memulihkan infeksi.
c. Minuman yang rasanya asam dan jus
Minuman dengan rasa jeruk atau lemon dapat mengiritasi kandung kemih. Begitu
juga dengan jus tomat, nanas, atau anggur, karena sifatnya yang asam. Sifat asam
ini dapat memperburuk gejala infeksi pada saluran kemih. Hindari juga konsumsi
jus yang terbuat dari buah apel, persik, plum, dan stroberi.
d. Makanan yang pedas
Banyak orang merasa tidak nyaman pada kandung kemih setelah menyantap
makanan yang pedas. Jenis makanan ini ternyata bisa menyebabkan iritasi pada
kandung kemih dan memperburuk gejala infeksi saluran kemih yang sedang
dialami. Sebaiknya, masaklah makanan Anda tanpa cabai, lada, atau saus sambal.
Hindari juga menyantap bawang bombay mentah-mentah, lebih baik dimasak dulu
agar efeknya tidak terlalu buruk bagi kandung kemih.
e. Pemanis buatan
Banyak orang menggunakannya ketika ingin mengurangi asupan kalori. Namun,
menurut penelitian, pemanis buatan dapat memperburuk gejala infeksi pada orang
yang mengidap interstitial cystitis kronis. Belum ada bukti bahwa pemanis buatan
juga bisa mengiritasi kandung kemih pada orang yang mengalami infeksi saluran
kemih. Namun, mencegah akan selalu lebih baik.
f. Minuman bersoda
Mereka yang mengidap radang kronis pada kandung kemih, perlu menghindari
minuman jenis ini, termasuk minuman soda tanpa tambahan rasa. Jadi, sebaiknya
diganti dengan lebih banyak minum air putih.
2. Pengaturan Nutrisi untuk Gagal Ginjal Akut dan Kronis
Pada jenis ini terjadi penurunan filtrasi pada glomelurus (tempat penyaringan
darah pada ginjal) yang menyebabkan banyaknya fungsi nefron yang rusak. Nefron
sendiri berfungsi sebagai pengatur air dan elektrolit dalam tubuh dengan cara
menyaring darah, kemudian menyerap kembali cairan dan molekulyang masih
diperlukan tubuh.
Peningkatan jumlah nefron yang rusak inilah yang mencetuskan terjadinya
gagal ginjal kronis. Pada tahap ini, penderita akan mengalami retensi cairan (edema),
kalium, natrium, dan fosfor. Jumlah air seniyang dikeluarkan sedikit sehingga sampah
yang seharusnya dibuang, akhirnya menumpuk dalam darah, terutama urea (yang
berasal dari pemecahan protein tubuh).
Kadar ureum darah (BUN) dan kreatinin meningkat, dan biasanya penderita
akan mengalami kelelahan, hilang nafsu makan, mual dan muntah. Jika keadaan
sudah demikian,yang perlu dibatasi adalah cairan (maksimal 500-1000ml/hari),
protein (difokuskan pada protein dengan nilai biologis tinggi), natrium dan kalium.
Jumlah protein yang ditentukan berdasarkan nilai GFR (Glomelural Filtration Rate).
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah protein yang sesuai.
Hindari pemberian protein nabati seperti kacang-kacangan dan hasil olahannya.
Penderita dengan kemampuan makan yang rendah, bila diperlukan, berikan tambahan
suplemen vitamin seperti asam folat, vitamin B6, vitamin C, Vitamin D dan vitamin
K.
Untuk sumber bahan makanan yang mengandung lemak hindari lemak jenuh
dan lemak tinggi garam. Tambahkan asupan lemak tidak jenuh ganda yang baik untuk
kesehatan ginjal anda (misalnya asam lemak omega 3). Bagi pasien dengan
hiperkalemia sebaiknya menghindari sayuran dan buahyang tinggi kalium seperti
daun pepaya, kembang kol, bayam, kapri, peterseli, pisang, duku dan alpokat.
7. Syarat Pemberian Diet Pada Gagal Ginjal Kronik Adalah (ALMATSIER 2006):
a. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.
b. Protein rendah, yaitu 0,6 – 0,75 gr/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.
c. Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan total energi, diutamakan lemak tidak
jenuh ganda.
d. Karbohidrat cukup, yaitu : kebutuhan energi total dikurangi yang berasal dari
protein dan lemak.
e. Natrium dibatsi apabila ada hipertensi, edema, acites, oliguria, atau anuria, banyak
natrium yang diberikan antara 1-3 g.
f. Kalium dibatasi (60-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq),
oliguria, atau anuria.
g. Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urine sehari ditambah dengan pengeluaran
cairan melalui keringat dan pernapasan (±500 ml).
h. Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C,
vitamin D.
Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu :
a. Diet Protein Rendah I : 30 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat
badan 50 kg.
b. Diet Protein Rendah II : 35 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat
badan 60 kg.
Gibson, John MD. 1995. Anatomi dan fisiologi modern untuk perawat edisin 2
– Jakarta : EGC