Вы находитесь на странице: 1из 3

Air Mata di Fajar Hari

Sabtu, 06 Desember 2016, pukul 20.00 Wib

Disebuah desa, terdapat sebuah rumah sederhana yang dihuni oleh keluarga
kecil yang bahagia. Sepasang suami istri dan tiga orang anak, dua anak laki-
laki dan seorang anak perempuan. Seperti biasanya, seusai shalat magrib,
Pak Faiz mengajak anak-anaknya mengaji bersama.

Pak Faiz : Fahri, Ahmad, Humaira, sini nak. Kita ngaji sama-sama.

Anak-anak : Iyaaa Abi....

Pak Faiz : Nah, sini duduk dekat Abi....

Taqabbalallahu minna waminkum.....

Anak-anak : Minnawaminkum taqbbalallah.....

Lantunan ayat suci Al-Qur’an terdengar nyaring menggema memenuhi seisi


ruangan. Pak Faiz dan Bu Faiz menyimak bacaan putra-putri mereka dengan
ta’dhim dan cermat.

Anak-anak : Shadaqallahul ‘adhim....

Selesai mengaji beberapa lembar, Pak Faiz dan keluarganya tetap duduk
ditempat. Beliau menyampaikan beberapa nasehat kepada anak-anaknya.

Pak Faiz : Nak...! orang berhasil itu adalah orang yang mau, bukan orang yang
mampu....!

Humaira : Gimana maksudnya tuh, Bi....?

Pak Faiz : Begini Humaira....! Ibaratnya ada dua orang anak, yang satunya
hanya mengandalkan kemampuan yang ada, tapi tak pernah mau
berusaha untuk mengejar lebih dari yang ada. Sedangkan yang
satunya lagi, mempunyai kemampuan lebih sedikit tapi selalu mau
berusaha, berusaha dan berusaha, sehingga yang mau inilah nantinya
akan menjadi orang yang berhasil.

Fahri : Ouhh, yayaya..... Fahri ngerti, Bi......

Kalo kita mau pinter, trus jadi orang yang berhasil kita harus mau
berusaha dan belajar, kan....?

Pak Faiz : Ya.... benar kata bang Fahri.... Humaira udah ngerti ?

Humaira : Ngerti, Bi....

Pak Faiz : Ahmad, mengerti nak....?

Ahmad : Ngerti, Abi.... Ahmad ngerti....


Pak Faiz : Nah....! sekarang kalian belajar ya....

Kelak nanti, jadilah orang yang berhasil.....

Anak-anak : Iyaaa, Abi.....

Bintang-gemintang mulai menyesaki langit, pertanda malam semakin larut.


Keluarga pak Faiz pun tidur nyenyak. Beristirahat guna menyiapkan tenaga
untuk esok hari.

Temaram lapu jalan masih menemani lorong sempit yang ada didepan rumah
Pak Faiz. Sayup-sayup terdengar suara bacaan kalam Ilahi dari mulut TOA
Mushalla yang tak jauh dari rumahnya.

(Bacaan Ayat suci Al-Qur’an).

Tepat pukul 05.03 Wib, bumi bergetar, terus berguncang hebat. Pepohonan
bergoyang-goyang, rumah-rumah ambruk dan tiang listrik pun tumbang. Pak
Faiz dan Bu Faiz terjaga dari tidur mereka dan spontan berlari kekamar anak-
anak sambil mengucapkan asma Allah.

Bu Faiz : Bangun nak, bangun....! (sambil menggotong Humaira keluar)

Pak Faiz : (membawa Fahri dan Ahmad)

Ayo nak.... cepat....!

Ketika pak Faiz hendak keluar, sebuah bongkahan batu-bata dari dinding
rumah jatuh menimpa ubun-ubunnya. Dengan sisa tenaga yang masih ada,
beliau menyelamatkan kedua putranya. Setelah menempatkan Fahri dan
Ahmad ditempat yang aman, Pak Faiz langsung jatuh terseungkur.

Anak-anak : Abiii.... Abiii.... (sambil berteriak histeris)

Pak Faiz : Nak, Fahri.....

Kamu adalah anak tertua dikeluarga ini....

Jagalah adik-adikmu dan juga Umi....

Fahri : Baik, Abi.... (sambil mengangguk pelan)

Ahmad : Abiii.... Abi gak boleh pergi....

Humaira : Abii... jangan tinggalin kami, Bi.....

Jangan tinggalin Humaira.....

(sambil mengguncang tubuh Pak Faiz)

Pak Faiz : Asyhaduanlaa ilaahaillallah.......

(dengan mata tertutup dan terkulai lemah)


Anak-anak : Abiiii.....

Bu Faiz : Abiiii.....

(...................................)

Didalam pangkuan putra sulungnya, Pak Faiz menghembuskan nafas


terakhirnya. Ketika azan shubuh berkumandang syahdu, beliau meninggalkan
segenap keluarga, kembali ke hadharat Ilahi Rabbi.... tempat kembali yang
sesungguhnya.

Bu Faiz : Anak-anak Ummi.....

Ikhlaskan Abi, ya nak....

Berdo’alah kepada Allah supaya Abi diterima disisi-Nya.

Ahmad : Kenapa Abi ninggalin kita Mi...? (sambil merunduk)

Bu Faiz : Nak....! ini adalah kehendak Allah, semua ini diluar kehendak kita....

Mungkin Allah sedang menguji kita agar kita lebih tegar dan sabar.

Humaira : Allah pasti dengar do’a kita kan, Mi...??

Bu Faiz : Insya Allah, sayang.....

Anak-anak : Iyaaa, Ummi.....

Ketiga anak Pak Faiz menadahkan tangan mereka dan berdo’a kepada Allah
Yang Maha Kuasa agar sang ayah diterima di sisi Allah dan selalu dilindung
oleh-Nya dimanapun mereka berada. Amin....

Meskipun diberikan cobaan oleh Sang Khaliq, Fahri, Ahmad dan Humaira
selalu bertekad menjadi orang yang berhasil. Mereka tak ingin terus menerus
terpuruk dalam ketakutan dan kesedihan. Mereka bertiga berkeinginan kuat
meraih cita-cita meskipun setinggi langit dan menjadi seperti yang ayah
mereka inginkan.

==== S E K I A N ====

Вам также может понравиться