Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular yang merupakan
penyebab kematian utama orang dewasa di dunia. Hipertensi juga salah satu kondisi kronis
yang paling sering dalam konsultasi medis (Mendez Chancon, 2008). Hipertensi dapat
berhubungan dengan mordibitas dan mortalitas yang cukup besar, meskipun biasanya tanpa
di sertai gejala. Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar risiko untuk terjadi penyakit
arteri coroner, gagal jantung kongestif, stroke dan penyakit ginjal( Lewingtonet al.,2002).
pengukuran pada umur >18 tahun sebesar 25,6 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).
kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat
sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang
mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen.
Semakin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan besarakan bertambah. Sebagian besar orang yang berusia lebih dari 65 tahun
memiliki hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dengan diastolik. Utamanya
terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, diikuti peningkatan tekanan darah diastolik. Pada
usia pertengahan tekanan diastolic akan menetap dan menurun sejalan dengan pengerasan
pembuluh darah (Darmojoet al.,2002). Apabila tidak dilakukan pencegahan dan penanganan
1
dengan baik. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ vital, misalnya
jantung, pembuluh darah otak, pembuluh darah perifer, ginjal, dan retina mata (Raflizaret
al.,2000).
Penting untuk mengetahui factor risiko hipertensi dengan angka kejadian hipertensi
pada lansia, sehingga dapat dilakukan intervensi dengan angka kejadian hipertensi pada
lansia, sehingga dapat dilakukan intervensi yang tertentu untuk menekan angka insidensi,
1. Letak Wilayah
Jakarta, Kota Jakarta Selatan dengan luas wilayah sekitar 0,78 𝑘𝑚2
2. Infra struktur
Kelurahan Mampang Prapatan dapat diakses dengan kendaraan roda empat maupun
roda dua jalan menuju kantor kelurahan dan kecamatan sudah di hubungkan dengan
jalan beraspal, begitu juga jika menuju ke ibukota kota DKI Jakarta .
3. Karakteristik Sosiokultural
2
Kelurahan Mampang Prapatan merupakan wilayah yang terdiri dari 7 RW dan 69 RT.
Jumlah keseluruhan penduduk 6677 orang, terdiri dari 10.936 Penduduk laki-laki dan
C. Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
petugas kesehatan, ketua RW, kader kesehatan dan warga setempat didapatkan
2. Perumusan Masalah
Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat
3
Prapatan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi Jakarta. sebagai masukan bagi program
2. Puskesmas
dilaksanakan sebulan sekali. Data dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
di puskesmas.
Data dan hasil yang di peroleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masalah hipertensi.
4. Peneliti
akhir program
4
BAB II
KONSEP
A. Tinjauan Pustaka
I. Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang menetap dengan penyebab yang masih
tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan
dengan penyakit yang lain (hipertensi sekunder) (Dorland, 2002). Seseorang dikatakan
menderita hipertensi apabila tekanan darah sistolik > 40 mmHg dan tekanan darah
diastolik > 90 mmHg, pada pasien yang sedang tidak makan Obat antihipertensi
b. Klasifikasi Hipertensi
of High Blood Pressure (JNC 7, 2004), membagi hipertensi berdasarkan rata-rata tekanan
darah yang diukur dua kali atau lebih untuk usia lebih dari 18 tahun. Dalam klasifikasi
ini terdapat kategori pre hipertensi yang dimasukkan untuk mengidentifikasi individu
yang mengalami risiko terjadinya hipertensi sehingga pasien dan petugas kesehatan dapat
melakukan tindakan pencegahan hipertensi. Batasan hipertesi untuk usia lebih dari 18
5
Tabel 3. Klâsifikasi Hipertensi Tekanan Sistolik dan Diasiolik
(JNC 7, 2004)
yaitu:
disebut juga hipertensi idiopatik Terdapat sekitar 95% kasus. Faktor-faktor yang
susunan şaraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
6
c. Epidemiologi Hipertensi
pengukuran pada umur > 8 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), dan Jawa Barat (29,4%).
kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum Obat
sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum Obat sendiri. Responden yang
mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen.
Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen. Diperkirakan sekitar 80%
kenaikan kasus hipertensi terutama di Negara berkembang. Dari 639 juta kasus di tahun
2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Menurut National Heart, Lung
and Blood Institute, terdapat kira-kira satu penderia diantara setiap empat orang dewasa
(Sheps, 2005).
d. Diagnosis Hipertensi
Seseorang dapat didiagnosis hipertensi apabila pasien tersebut pada dua kali atau lebih
pengukuran dengan kunjungan yang berbeda didapatkan tekanan sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih. Pengukuran tekanan darah
dianjurkan dilakukan pada posisi duduk setelah beristirahat selama 5 menit, punggung
bersandar di kursi, telapak kaki menyentuh lantai, kaki tidak boleh disilangkan dan 30 menit
Ukuran dan peletakkan manset (panjang 12-13 cm, lebar 35 cm untuk standar orang
dewasa) dan stetoskop harus benar (gunakan korotkofffase I dan V untuk penentuan sistolik
dan diastolik). Pengukuran dilakukan dua kali, dengan sela antara I sampai 5 menit,
pengukuran tambahan dilakukan jika hasil dua pengukuran sebelumnya sangat berbeda.
7
Konfirmasi pengukuran pada kontralateral dilakukan pada kunjungan pertama dan jika
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dałam satu kali pengukuran, hanya dapat
ditetapkan setelah dua kali pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat
kenaikkan yang tinggi atau gejala-gejala klinis atau peningkatan tekanan darah ini
berhubungan dengan penyerta seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, gagal
jantung, post miokardinfark, stroke, dan risiko penyakit coroner tinggi (Mansjoer et al.,
2000).
e. Manifestasi Klinis
hipertensi primer. Gejala yang timbul dapat bergantung pada tingginya tekanan darah.
Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung (Mancia & Grassi,
2000).
Sakit kepala biasånya didapatkan pada hiperténsi yang parah dan biasanya dirasakan
pada daerah oksipital. Keluhan Iain yang mungkin muncul antara Iain adalah pening,
palpitasi, mudah lelah, impotensi, epistaksis, hematuria, pandangan kabur, episode lemah,
angina pectoris, dan dyspnea. Gejala yang muncul dapat pula merupakan gejala yang terkait
dengan penyakit yang mendasari pada hipertensi sekunder (Fisher & Williams, 2004).
f. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Curah jantung
menentukan tekanan sistolik, yaitu tekanan darah pada waktu katup aorta terbuka,
sedangkan tahanan perifer lebih banyak berpengaruh terhadap tekanan darah diastolik.
Semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi
8
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Di sini
neuron preganglion akan melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
norepinefrin, meskipun tidak jelas mengapa hal tersebut terjadi (Corwin, 2001).
Pada saat system saraf simpatik terangsang, kelenjar adrenal juga terangsang
yang menyebabkan vasokonsriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh
korteks adrenal. Hormon in imenyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut
otot polos pembuluh darah, yang padagilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Akibatnya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin, 2001).
9
Secara umum, factor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain:
Usia
Sebagian besar hipertensi terjadi pada usia diatas 65 tahun (Gray et al.
2005).
karena penumpukan zat kolagen pada lapisan otot yang akan menyebabkan
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun
Jenis Kelamin
Keturunan
10
Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang
2001).
Asupan garam
darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan
Obesitas
Hipertensi bia terjadi pada orang yang mmiliki klebihan berat badan.
Massa tubuh yang besar membutuhkan lebih banyak darah untuk menyediakan
oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Artinya darah yang mengalir dalam
denyut jantung dan kadar insulin dalam darah meningkat. Kondisi ini
menunjukan variasi tekanan darah berkaitan dengan berat badan, sekitr satu
mmHg per kilogram berat badan. Hubungan berat badan dengan tekanan darah
11
juga berkaitan dengan efek-efek penting dari hormone-hormon tertentu, selain
kapasitas tubuh untuk mengolah garam, namun, dari sudut pandang yang
tekanan darah.
Untuk
Klasifikasi Interpretasi
menentukan
<18,5 BB kurang
apakah
18,5-22,99 BB normal
12
Rokok
Zat dalam rokok dapat menyebabkan plak pada dinding arteri yang
jantung yang lebih berat tentu dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani &
Tantan, 2007).
Diabetes Melitus
suatu tanda telah adanya komplikasi mikro dan makrovaskular dari iabtes
mellitus type II sering memiliki tekanan darah lebih tinggi atau sama dengan
Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar
fisik membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti
30-45 mnit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan tekanan darah
Morton, 1999).
13
Stress
pengeluaran tenaga dan olahraga yang berlebihan (Tjay & Rahardja, 2007).
h. Penanganan Hipertensi
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
badan sampai batas ideal dengan cara diit yang diatur porsi makannya.
2.) Mengurangi penggunaan garam sampai kurang dari 2-3 gram natrium
per hari atau 6 gram natrium klorida setiap harinya disertai dengan
pikiran
b. Penatalaksanaan farmakologis
14
Untuk hipertensi stage 2 dibrikan pengobobatan dengan 2 tipe obat yang
B. Kerangka Teori
Asupan Garam
H
Obesitas
I
P
Rokok
E 1. Stroke
R
Diabetes Melitus
T 2. Penyakit Jantung
E Koroner
Aktifitas
N
S 3. Retinopati
Stress
I
4. Gagal Ginjal
Usia
Jenis Kelamin
Keturunan
15
C. Kerangka Konsep
IMT
HIPERTENSI
Lingkar Perut
Jenis Kelamin
Aktifitas Fisik
DM
D. Hipotesis
Terdapat adanya hubungan antara hipertensi dengan IMT dan lingkar perut. Semakin
tinggi IMT dan lingkar perut, semakin beresiko seseorang untuk mengalami hipertensi.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupkan penelitian observasional dengan desain potong lintang (cross-
menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan indeks
massa tubuh dan lingkar perut. Pada penelitian ini juga akan diamati hubungan hipertensi
dengan factor resiko (jeni kelamin, aktifitas fisik, paparan asap rokok, diabetes mellitus,
dan riwayat keluarga hipertensi) pada lansia di RW 01, Kelurahan Mampang Prapatan,
Mampang Prapatan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta selama 2 hari (23-24
November 2017).
Kecamatan Mampang Prapatan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Warga
tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan merupakan
sampel penelitian
Kriteri inklusi : Lansia usia ≥ 55 tahun yang bersedia untuk mengikuti penelitian
17
D. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain dan
sengaja dipilih dan dimanipulasi sehinga efeknya terhadap variabel lain dapat diamati
dan diukur. variabel bebas penelitian ini meliputi indeks massa ataubuh (IMT) dan
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah veriabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya
efek atau pengaruh dari variabel lain. Variabel terikat pada penelitian ini adalah
hipertensi.
c. Variabel Perancu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel perancu pada penelitan ini meliputi jenis
kelamin, aktivitas rokok. Paparan asap rokok, diabetes melitus, dan riwayat keluarga
hipertensi.
E. Definisi Operasional
Lansia: Lansia adalah seseorang yang berusia ≥ 60 tahun (WHO)
Hipertensi: Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg. Data dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu hipertensi dan tidak hipertensi.
18
Lingkar Perut (LP): Angka yang menunjukkan keliling perut dalam satuan sentimeter
yang diukur satu jari di bawah pusar mengelilingi perut. Lingkar perut dikelompokkan
menjadi 2 yaitu kelompok kurang dari sama dengan normal dan lebih dari normal. Untuk
apabila ≤ 90 cm.
Aktivitas fisik: Dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu rutin dan tidak rutin. Yang
dimaksud rutin adalah apabila aktivitas fisik minimal 10 menit per hari dan 3
kali/minggu. Apabila frekuensi dan durasinya kurang dari itu dikelompokkan pada
Paparan Asap Rokok: Dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sering dan tidak sering.
Yang dimaksud sering adalah apabila perokok aktif atau pasif yang terpapar lebih dari
hipertensi.
F. Besar Sampel
Sampel dipilih secara acak dan sistematik (systematic random sampling), dimana setiap
individu yang masuk dalam kriteria subjek penelitian memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel. Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
melibatkan individu yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian secara acak
19
hingga tercapai besar sampel yang diharapkan. Untuk menghitung besar sampel
kuisioner. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi berat badan (kg), tinggi badan (cm),
lingkar perut (cm), dan tekanan darah (mmHg). Melalui wawancara didapatkan data usia,
jenis kelamin, riwayat diabetes melitus, hipertensi dan riwayat keluarga hipertensi.
H. Alat Penelitian
1. Timbangan
3. Stetoskop
4. Sphygmomanometer
5. Kuisioner
I. Jalannya Penelitian
Peneliti berkoordinasi dengan kepala kecamatan, kepala kelurahan, ketua RW, kader dan
petugas kesehatan yang bertanggung jawab di lingkungan tersebut untuk mencari tahu
20
permasalahan kesehatan yang dihadapi warga. Setelah mendapatkan permasalahan
kesehatan mengenai hipertensi untuk di angkat menjadi topik penelitian yang telah
melakukan pemeriksaan dan wawancara kepada warga lasia di RW... Data yang
diperoleh dari sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
Data diolah secara deksriptif dan analitik. Pengolahan data secara deskriptif dilakukan
Penglahan data dengan metode statistik analitik untuk mengetahui hubungan antara
variabel yang telah diukur. Hubungan hipertensi (variabel terikat) dengan IMT (variabel
hipertensi (variabel terikat) dengan lingkar perut (variabel bebas) pada lansia dengan
21
BAB IV
A. Hasil Penelitian
data penelitian ini melalui pemeriksaan tekanan darah, tinggi badan, berat badan, lingkar
perut, serta wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap responden. Hasil yang
1. Definisi Operasional
Jika ditinjau dari jenis kelamin, kebanyakan subjek penlitian merupakan wanita. Subjek
berjenis kelamin wanita sebanyak 18 orang. Rata-rata usia responden adalah 61 tahun,. Rata-
rata IMT adalah 23,96 kg/m2. Sebanyak 12 responden memliki aktivitas rutin dan sebanyak 8
responden tidak memliki aktivitas rutin. Jumlah subjek yang menderita diabetes melitus
sebesar 2 responden dan yang tidak memiliki diabetes melitus sebesar 18 responden.
Terdapat 9 responden dengan riwayat keluarga hipertensi dan 11 responden tidak memiliki
22
Tabel 5. Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik N(20)
Jenis Kelamin
Pria 2
Wanita 18
Usia (tahun) / Mean (SD) 61,7
2
IMT (kg/m ) / Mean (SD) 23,96
Lingkar Perut
Kurang atau sama dengan normal 0
Lebih dari normal 20
Aktifitas Fisik
Rutin 12
Tidak Rutin 8
Paparan Asap Rokok
Tidak Sering 10
Sering 10
Diabetes Melitus
Tidak Ada 18
Ada 2
Riwayat Keluarga Hipertensi
Tidak Ada 11
Ada 9
2. Hipertensi
responden menderita hipertensi dan sisanysa tidak hipertensi sebanyak 8 responden. Jenis
kelamin mayoritas yang menderita hipertensi adalah wanita yaitu sebanyak 11 responden.
3. IMT
Rata-rata IMT dari 20 subjek penelitian adalah 23,93. Nilai terendah 21,26 dan nilai tertinggi
31,25. Setelah subjek dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya hipertensi, rata-rata IMT
pada kelompok hipertensi 23,93. Rata-rata IMT pada kelompok tidak hipertensi 23,99.
23
4. Lingkar Perut
Dari 20 subjek penelitian, tidak ada responden memiliki lingkar perut di bawah atau sama
dengan normal. Sedangkan 20 responden memiliki lingkar perut diatas normal. Setelah
sebanyak 12 responden yang memiliki lingkar perut lebih dari normal. Dan dari kelompok
tanpa hipertensi ditemukan sebanyak 8 responden memiliki lingkar perut kurang dari normal.
24
Tabel diatas menunjukkan hubungan antara faktor resiko dengan hipertensi. Berdasarkan
tabel di atas didapatkan bahwa pada populasi pria sebanyak 1 responden dan pada wanita
sebanyak 11 responden yang menderita hipertensi. Pada populasi dengan aktifitas rutin
sebanyak 7 responden (35%) dan dengan aktifitas tidak rutin sebanyak 5 responden (25%)
menderita hipertensi. Pada populasi yang tidak sering mendapatkan paparan rokok sebanyak
6 responden (30%) menderita hipertensi dan yang sering mendapatkan paparan rokok
sebanyak 6 responden (30%) yang menderita hipertensi. Pada populasi yang menderita
diabetes melitus 1 responden (5%) menderita hipertensi dan pada populasi yang tidak
menderita diabetes melitus terdapat 11 responden (55%) yang menderita hipertensi. Pada
populasi dengan riwayat keluarga hipertensi terdapat 6 responden (30%) yang menderita
hipertensi dan terdapat 6 responden (30%) pada populasi tanpa riwayat keluarga hipertensi
menderita hipertensi.
Uji chi square menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara faktor resiko
yang hipertensi, yaitu jenis kelamin pria dan wanita, paparan rokok sering dan tidak sering,
riwayat keluarga hipertensi dan tidak hipertensi, penderita DM dan tidak DM (p>0,05).
Terdapat perbedaan yang signifikan antara faktor resiko hipertensi dengan aktifitas rutin dan
25
6. Hubungan hipertensi dengan IMT
Tidak
Karakteristik Hipertensi p-Value
hipertensi
Tabel di atas menunjukkan hubungan antara hipertensi dengan IMT. Uji T independen
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara angka penderita hipertensi dengan IMT
(p>0,05).
Tabel di atas menunjukkan hubungan antara hipertensi dengan lingkar perut. Uji chi-
square menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara angka penderita hipertensi
dengan lingkar perut (P<0.05). Odds ratio kemungkinan terjadinya hipertensi pada lingkar
perut lebih dari normal dibandingkan dengan lingkar perut kurang atau sama dengan normal
adalah 0,0.
26
B. Pembahasan
tekanan darah setelah menopause karena terjadi penurunan jumlah estrogen. Hal ini sesuai
dengan literatur sebelumnya yang menunjukan adanya hubungan hipertensi dengan faktor
risiko seperti jenis kelamin (Wahdah, 2011). Sesuai dengan penelitian ini dimana ditemukan
odds ratio 0,091 angka terjadinya hipertensi pada wanita dibandingkan pria. Namun pada
penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan
hipertensi (p>0,05).
Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan
hipertensi (p>0,05) serta ditemukan OR 0,035 untuk angka kejadian hipertensi antara
aktivitas tidak rutin dan rutin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Simons – Morton (1999),
yang mengungkapkan bahwa aktifitas fisik terbukti efektif dapat menurunkan tekanan darah
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara paparan rokok dengan
hipertensi(p>0.05). Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Marliani dan Tantan (2007),
dimana pada perokok terjadi peningkatan tekanan darah akibat kerja jantung yang lebih berat.
Namun pada penelitian ini ditemukan odds ratio sebesar 0 antara responden dengan paparan
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara diabetes melitus dengan
hipertensi ( P>0,05) dengan OR 0,091. Hal ini tidak sesuai dengan data yang diberikan oleh
American Diabeties Assosiation (2008) dimana sebanyak 73% pasien dengan diabetes
melitus memiliki tekanan darah yang tinggi dan pernyataan Bagaswoto (2007) dimana
penderita diabetes melitus biasanya memiliki tekanan darah lebih tinggi atau sama dengan
150/90 mmHg.
27
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara riwayat keluarga dengan
angka hipertensi (P<0,05). Hal ini tidak sesuai dengan Beevers et al (2001), dimana 70-80%
penderita hipertensi primer memiliki riwayat keturunan keluarga dengan hipertensi. Pada
penelitian ini ditemukan OR 0,305 antara responden dengan riwayat keluarga dan tanpa
riwayat keluarga.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang siknifikan antara IMT
dengan hipertensi. Namun penelitian Tesfaye at al. (2007) menyebutkan terdapat korelasi
secara siknifikan antara IMT dengan kenaikan tekanan darah baik dalam bentuk sistol
Selain itu Siani et al. (2002) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara lingkar
meningkatnya angka tekanan darah. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dimana
lingkar perut lebih dari normal memiliki odds ratio 0.0 . Dari hasil pada penelitian ini tidak
ditemukan adanya korelasi yang signifikan antara lingkar perut dengan hipertensi (p>0,05).
C. Keterbatasan Penelitian
Waktu penelitian merupakan keterbatasan utama pada penelitian ini sehingga dipilih metode
penelitian yang membutuhkan waktu singkat, yaitu dengan metode potong lintang. Selain itu,
singkatnya waktu menyebabkan jumlah subjek yang didapatkan sedikit (20 subjek) sehingga
28
BAB V
A. Kesimpulan
1. Tidak terdapat hubungan antara hipertensi dengan faktor resiko ; jenis kelamin, riwayat
B. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi pada warga lansia mengenai pengobatan gratis terhadap
2. Bagi warga lansia yang masih kurang dalam perilaku hidup sehat harus dimotivasi untuk
hidup sehat dalam rangka pencengahan penyakit hipertensi, terutama dari segi diet dan
olahraga.
3. Perlu dilaksanakan sosialisasi dan penyuluhan pola hidup sehat, dengan kerjasama dari
pihak dinas kesehatan dan puskesmas setempat, dalam ilmu mengenai hipertensi, cara
pencegahan dan pentingnya pola hidup yang sehat agar bisa mencapai tingkat penurunan
29
30