Вы находитесь на странице: 1из 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular yang merupakan

penyebab kematian utama orang dewasa di dunia. Hipertensi juga salah satu kondisi kronis

yang paling sering dalam konsultasi medis (Mendez Chancon, 2008). Hipertensi dapat

berhubungan dengan mordibitas dan mortalitas yang cukup besar, meskipun biasanya tanpa

di sertai gejala. Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar risiko untuk terjadi penyakit

arteri coroner, gagal jantung kongestif, stroke dan penyakit ginjal( Lewingtonet al.,2002).

Menurut Riskesdas (2013), prevalesi hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui

pengukuran pada umur >18 tahun sebesar 25,6 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),

diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga

kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat

sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang

mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen.

Jadi prevalesi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7%).

Semakin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi

kemungkinan besarakan bertambah. Sebagian besar orang yang berusia lebih dari 65 tahun

memiliki hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dengan diastolik. Utamanya

terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, diikuti peningkatan tekanan darah diastolik. Pada

usia pertengahan tekanan diastolic akan menetap dan menurun sejalan dengan pengerasan

pembuluh darah (Darmojoet al.,2002). Apabila tidak dilakukan pencegahan dan penanganan

1
dengan baik. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ vital, misalnya

jantung, pembuluh darah otak, pembuluh darah perifer, ginjal, dan retina mata (Raflizaret

al.,2000).

Penting untuk mengetahui factor risiko hipertensi dengan angka kejadian hipertensi

pada lansia, sehingga dapat dilakukan intervensi dengan angka kejadian hipertensi pada

lansia, sehingga dapat dilakukan intervensi yang tertentu untuk menekan angka insidensi,

mordibitas, dan mortalitas akibat hipertensi.

B. Gambaran Wilayah kerja

1. Letak Wilayah

Kelurahan Mampang Prapatan di Kecamatan Mampang Prapatan, Provinsi

Jakarta, Kota Jakarta Selatan dengan luas wilayah sekitar 0,78 𝑘𝑚2

Batas wilayah kelurahan sebagai berikut:

1. Sebelah Barat : Kali Krukut dan Kecamatan Kebayoran Baru


2. Sebelah Selatan: Jl. Mampang Prapatan XV (Buncit XI) Kel. Duren Tiga
Kec. Pancoran
3. Sebelah Timur : Kali Menteng Kelurahan Pancoran Kecamatan Pancoran
4. Sebelah Utara : Jl.Jendral Gatot Subroto berbatasan dengan
Kec. Setia Budi dan Kec.Tebet

2. Infra struktur

a) Sarana Pelayanan Kesehatan

b) Akses dan transportasi

Kelurahan Mampang Prapatan dapat diakses dengan kendaraan roda empat maupun

roda dua jalan menuju kantor kelurahan dan kecamatan sudah di hubungkan dengan

jalan beraspal, begitu juga jika menuju ke ibukota kota DKI Jakarta .

3. Karakteristik Sosiokultural

2
Kelurahan Mampang Prapatan merupakan wilayah yang terdiri dari 7 RW dan 69 RT.

Jumlah keseluruhan penduduk 6677 orang, terdiri dari 10.936 Penduduk laki-laki dan

10.697 penduduk perempuan.

C. Masalah Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber melalui wawancara dengan

petugas kesehatan, ketua RW, kader kesehatan dan warga setempat didapatkan

informasi bahwa hipertensi merupakan penyakit degenerasi yang menjadi masalah

kesehatan paling penting bagi lansia di RW 01 kelurahan Mampang Prapatan,

Kecamatan Mampang Prapatan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan data yang di dapatkan, penulis ingin mengetahui lebih mendalam

tentang factor risiko dan kejadian hipertensi pada lansia di RW 01 kelurahan

Mampang Prapatan, Kecamatan Mampang Prapatan, Kota Jakarta Selatan,

Provinsi DKI Jakarta.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan informasi yang telah didapatkan, peneliti merumuskan

pertanyaan penelitian apakah terdapat hubungan hipertensi dengan jenis kelamin,

status gizi dan diabetes mellitus pada lansia di RW 01 kelurahan Mampang

Prapatan, Kecamatan Mampang Prapatan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI

Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharap kan dapat memberi manfaat bagi:

1. Masyarakat

Kegiatan ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh masyarakat, khususnya bagi

warga lansia RW 01 kelurahan Mampang Prapatan, Kecamatan Mampang

3
Prapatan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi Jakarta. sebagai masukan bagi program

penurunan jumlah kasus, pencegahan, dan penanganan hipertensi yang berkaitan

dengan sikat dan perilaku hidup sehat.

2. Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat mendukung program posyandu lansia yang

dilaksanakan sebulan sekali. Data dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan gambaran tentang pengetahuan warga khususnya warga lansia RW

01 kelurahan Mampang Prapatan, Kecamatan Mampang Prapatan, Kota Jakarta

Selatan, Provinsi DKI Jakarta mengenai upaya pencegahan dan penanganan

hipertensi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

memberikan intervensi dalam usaha meningkatkan program pelayanan kesehatan

di puskesmas.

3. Instansi Pemerintahan Terkait

Data dan hasil yang di peroleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi kepada instansi pemerintah RW 01 kelurahan Mampang Prapatan,

Kecamatan Mampang Prapatan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta

sehingga dapat meningkatkan program perbaikan kesehatan warga tentang

masalah hipertensi.

4. Peneliti

Kegiatan dalam kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat menjadi sebuah media

pembelajaran bagi peneliti dalam menemukan masalah kesehatan di masyatakat

melalui pengumpulan data primer maupun sekunder menganalisis penyebab

masalah kesehatan, mengidentifikasi alternative pemecahan masalah kesehatan,

menyusun pemecahan masalah kesehatan, dan melakukan evaluasi terhadap hasil

akhir program

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI dan KERANGKA

KONSEP

A. Tinjauan Pustaka

I. Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang menetap dengan penyebab yang masih

tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan

dengan penyakit yang lain (hipertensi sekunder) (Dorland, 2002). Seseorang dikatakan

menderita hipertensi apabila tekanan darah sistolik > 40 mmHg dan tekanan darah

diastolik > 90 mmHg, pada pasien yang sedang tidak makan Obat antihipertensi

(Mansjoer et al., 2000).

b. Klasifikasi Hipertensi

The Joint National Committee on Prevention, Detection, evaluation, and Treatment

of High Blood Pressure (JNC 7, 2004), membagi hipertensi berdasarkan rata-rata tekanan

darah yang diukur dua kali atau lebih untuk usia lebih dari 18 tahun. Dalam klasifikasi

ini terdapat kategori pre hipertensi yang dimasukkan untuk mengidentifikasi individu

yang mengalami risiko terjadinya hipertensi sehingga pasien dan petugas kesehatan dapat

melakukan tindakan pencegahan hipertensi. Batasan hipertesi untuk usia lebih dari 18

tahun dapat dilihat pada table berikut:

5
Tabel 3. Klâsifikasi Hipertensi Tekanan Sistolik dan Diasiolik

Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik

Prahipertensi 120- 139 atau 80 – 90

Hipertensi tahap I 140- 159 atau 90 - 99

Hipertensi tahap 2 > 160 atau > 100

Normal < 120 dan < 80

(JNC 7, 2004)

Berdasarkan penyebabnya, (Munsjoer et al.,2000) membagi hipertensi menjadi dua jenis,

yaitu:

a. Hipertensi primer (esensial) adalah hipertensi yang tidak diketahu ipenyebabnya,

disebut juga hipertensi idiopatik Terdapat sekitar 95% kasus. Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi antara lain seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas

susunan şaraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na,

peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko

seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat 5% kasus. Penyebab spesifiknya

diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldosteronisma primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio

aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

6
c. Epidemiologi Hipertensi

Menurut Riskesdas (2013), prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui

pengukuran pada umur > 8 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),

diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), dan Jawa Barat (29,4%).

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga

kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum Obat

sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum Obat sendiri. Responden yang

mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen.

Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen. Diperkirakan sekitar 80%

kenaikan kasus hipertensi terutama di Negara berkembang. Dari 639 juta kasus di tahun

2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Menurut National Heart, Lung

and Blood Institute, terdapat kira-kira satu penderia diantara setiap empat orang dewasa

(Sheps, 2005).

d. Diagnosis Hipertensi

Seseorang dapat didiagnosis hipertensi apabila pasien tersebut pada dua kali atau lebih

pengukuran dengan kunjungan yang berbeda didapatkan tekanan sistolik 140 mmHg atau

lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih. Pengukuran tekanan darah

dianjurkan dilakukan pada posisi duduk setelah beristirahat selama 5 menit, punggung

bersandar di kursi, telapak kaki menyentuh lantai, kaki tidak boleh disilangkan dan 30 menit

bebas rokok Alat ukur yang digunakan untukmengukur tekanandarah adalah

sphygmomanometer air raksa (Chobanian et al., 2003).

Ukuran dan peletakkan manset (panjang 12-13 cm, lebar 35 cm untuk standar orang

dewasa) dan stetoskop harus benar (gunakan korotkofffase I dan V untuk penentuan sistolik

dan diastolik). Pengukuran dilakukan dua kali, dengan sela antara I sampai 5 menit,

pengukuran tambahan dilakukan jika hasil dua pengukuran sebelumnya sangat berbeda.

7
Konfirmasi pengukuran pada kontralateral dilakukan pada kunjungan pertama dan jika

didapatkan kenaikkan tekanan darah (Yogiantoro, 2006).

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dałam satu kali pengukuran, hanya dapat

ditetapkan setelah dua kali pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat

kenaikkan yang tinggi atau gejala-gejala klinis atau peningkatan tekanan darah ini

berhubungan dengan penyerta seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, gagal

jantung, post miokardinfark, stroke, dan risiko penyakit coroner tinggi (Mansjoer et al.,

2000).

e. Manifestasi Klinis

Meningkatnya tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada

hipertensi primer. Gejala yang timbul dapat bergantung pada tingginya tekanan darah.

Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi

komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung (Mancia & Grassi,

2000).

Sakit kepala biasånya didapatkan pada hiperténsi yang parah dan biasanya dirasakan

pada daerah oksipital. Keluhan Iain yang mungkin muncul antara Iain adalah pening,

palpitasi, mudah lelah, impotensi, epistaksis, hematuria, pandangan kabur, episode lemah,

angina pectoris, dan dyspnea. Gejala yang muncul dapat pula merupakan gejala yang terkait

dengan penyakit yang mendasari pada hipertensi sekunder (Fisher & Williams, 2004).

f. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Curah jantung

menentukan tekanan sistolik, yaitu tekanan darah pada waktu katup aorta terbuka,

sedangkan tahanan perifer lebih banyak berpengaruh terhadap tekanan darah diastolik.

Semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi

tekanan darah (Sidabutar&Wiguno, 1998).

8
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di

pusat vasomotor, pada medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Di sini

neuron preganglion akan melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion kepembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak jelas mengapa hal tersebut terjadi (Corwin, 2001).

Pada saat system saraf simpatik terangsang, kelenjar adrenal juga terangsang

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,

yang menyebabkan vasokonsriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya

yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh

korteks adrenal. Hormon in imenyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh darah perifer bertanggung

jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnyaelastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi

otot polos pembuluh darah, yang padagilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya

regang pembuluh darah. Akibatnya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin, 2001).

g. Faktor Risiko Hipertensi

9
Secara umum, factor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain:

a. Faktor yang tidak dapat diubah meliputi:

 Usia

Dari beberapa penelitian, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia

semakin tinggi pula tekanan darahnya. Hal ini disebabkan elastisitas

dinding pembuluh darah yang semakin menurun seiring bertambahnya usia.

Sebagian besar hipertensi terjadi pada usia diatas 65 tahun (Gray et al.

2005).

Setelah usia 45 tahun,dinding arteri akan mengalami penebalan

karena penumpukan zat kolagen pada lapisan otot yang akan menyebabkan

pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Bertambahnya usia juga

menyebabkan beberapa perubahan fisiologis seperti peningkatan resistensi

perifer dan aktivitas simpatik. Refleks baroreseptor yang mengatur tekanan

darah akan menurun sensitivitasnya, sedangkan fungsi ginjal juga sudah

berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun

(Kumar et al., 2005).

 Jenis Kelamin

Hingga usia 55 tahun hipertensi lebih banyak ditemukan pada

priadibandingkan pada wanita. Hal ini dikarenakan sebelum menopause

wanita dilindungi oleh estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar

High Density Lipoprotein (HDL). HDL merupakan factor pelindung untuk

mencegah terjadinya aterosklerosis. Setelah menopause wanita akan

kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini

melindungi pembuluh darah dari kerusakan (Kumar et al.; 2005).

 Keturunan

10
Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang

meningkat merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk

mengidaphipertensi di masa yang akan dating (WHO, 2001). Kasus

hipertensi primer 70-80% diturunkan dari orang tuanya (Beevers et al,

2001).

b. Faktor yang dapat diubah meliputi:

 Asupan garam

WHO menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6

gram sehari (sama dengan 2400 mg natrium). Bila dikonsumsi berlebihan,

natrium dapat menahan air (retensi), sehingga akan meningkatkan volume

darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan

tekanan darah menjadi naik (Sustrani et al, 2004).

 Obesitas

Hipertensi bia terjadi pada orang yang mmiliki klebihan berat badan.

Massa tubuh yang besar membutuhkan lebih banyak darah untuk menyediakan

oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Artinya darah yang mengalir dalam

pembuluh darah semakin banyak sehingga dinding pembuluh darah mendpat

tekanan lebih besar. Kelebihan berat badan juga menyebabkan frekuensi

denyut jantung dan kadar insulin dalam darah meningkat. Kondisi ini

menyebabkan tubuh menahan natrium dan air (Sutomo, 2009).

Menurut survey terhadap masyarakat yang dilakukan Beevers (2002),

menunjukan variasi tekanan darah berkaitan dengan berat badan, sekitr satu

mmHg per kilogram berat badan. Hubungan berat badan dengan tekanan darah

11
juga berkaitan dengan efek-efek penting dari hormone-hormon tertentu, selain

kapasitas tubuh untuk mengolah garam, namun, dari sudut pandang yang

praktis, menurunkan berat badan adalah cara efektif untuk menurunkan

tekanan darah.

Untuk
Klasifikasi Interpretasi
menentukan
<18,5 BB kurang
apakah
18,5-22,99 BB normal

23,00-24,99 Preobesitas seseorang

25,00-27,99 Obesitas I menerita

≥28,00 Obsitas II kelebihan berat

badan atau kegemukan perlu penilaian dengan mnggunakan Indeks Massa

Tubuh (IMT). IMT diperoleh berdasarkan perhitungan berikut:

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Tabel 4. Klasifikasi IMT Dewasa Asia menurut WHO (Gibson, 2005)

12
 Rokok

Zat dalam rokok dapat menyebabkan plak pada dinding arteri yang

menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri yang dapat meningkatkan

tekanan darah. Kandungan nikotin dalam rokok dapat meningkatkan

kandungan hormone epinephrine yang dapat menyebabkan penyempitan

pembuluh darah artri. Karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan

kerja jantung untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Kerja

jantung yang lebih berat tentu dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani &

Tantan, 2007).

 Diabetes Melitus

Menurut data American Diabetes Association (2008) 73% pasien

diabetes mellitus memiliki tekanan darah yang tinggi. Hipertensi merupakan

suatu tanda telah adanya komplikasi mikro dan makrovaskular dari iabtes

mellitus. Hipertensi an diabetes mellitus memiliki keterkaitan patofisiologi

yang mendasari yaitu adanya resistensi insulin. Pasien-pasien dengan diabetes

mellitus type II sering memiliki tekanan darah lebih tinggi atau sama dengan

150/90 mmHg (Bagaswoto, 2007).

 Aktifitas Fisik

Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar

kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. AAktifitas

fisik membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti

30-45 mnit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan tekanan darah

secara langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah

pada semua kelompok, baik hipertensi maupun pada normotensi (Simon-

Morton, 1999).

13
 Stress

Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara akibat pelepasan

adrenalin dan noradrenalin (hormone stress), yang sifatnya vasokonstriktif.

Tekanan darah meningkat pula pada waktu ketegangan fisik seperti

pengeluaran tenaga dan olahraga yang berlebihan (Tjay & Rahardja, 2007).

h. Penanganan Hipertensi

Menurut Junaidi (2010) penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Penatalaksanaan non-farmakologis

1.) Penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan untuk mengurangi berat

badan sampai batas ideal dengan cara diit yang diatur porsi makannya.

2.) Mengurangi penggunaan garam sampai kurang dari 2-3 gram natrium

per hari atau 6 gram natrium klorida setiap harinya disertai dengan

asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup.

3.) Membatasi konsumsi alcohol dan kopi

4.) Melakukan olahraga secara teratur (tidak fluktuatif)

5.) Berhenti merokok

6.) Management stress agar tidak mempengaruhi bahkan mengganggu

pikiran

7.) Berusaha membina hidup yang positif

b. Penatalaksanaan farmakologis

Pada aspek farmakologis, pengobatan hipertensi dibagi menjadi beberapa

golongan sesuai JNC 7, pengobatan untuk hipertensi yaitu:

Untuk hipertensi stage 1 diberikan diuretic tipe thiazide dan bisa

dipertimbangkan untuk diberikan ACE inhibitor, Angiotensin Reseptor

Blocker, Beta Blocker, atau Calcium Channel Blocker.

14
Untuk hipertensi stage 2 dibrikan pengobobatan dengan 2 tipe obat yang

dikombinasikan, yang paling sering diberikan adalah diuretic tipe thiazide

dan ACE inhibitor, Angiotensin Reseptor Blocker, Beta Blocker, atau

Calcium Channel Blocker.

B. Kerangka Teori

Faktor yang dapat


diubah:

Asupan Garam
H
Obesitas
I
P
Rokok
E 1. Stroke
R
Diabetes Melitus
T 2. Penyakit Jantung
E Koroner
Aktifitas
N
S 3. Retinopati
Stress
I
4. Gagal Ginjal

Faktor yang tidak


dapat diubah:

Usia

Jenis Kelamin

Keturunan

15
C. Kerangka Konsep

IMT
HIPERTENSI
Lingkar Perut

Jenis Kelamin

Aktifitas Fisik

Paparan Asap Rokok

DM

Riwayat Keluarga Hipertensi

D. Hipotesis

Terdapat adanya hubungan antara hipertensi dengan IMT dan lingkar perut. Semakin

tinggi IMT dan lingkar perut, semakin beresiko seseorang untuk mengalami hipertensi.

16
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupkan penelitian observasional dengan desain potong lintang (cross-

sectional). Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif analitik, mendeskripsikan dan

menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan indeks

massa tubuh dan lingkar perut. Pada penelitian ini juga akan diamati hubungan hipertensi

dengan factor resiko (jeni kelamin, aktifitas fisik, paparan asap rokok, diabetes mellitus,

dan riwayat keluarga hipertensi) pada lansia di RW 01, Kelurahan Mampang Prapatan,

Kecamatan Mampang Prapatan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanan di RW 01, Kelurahan Mampang Prapatan, Kecamatan

Mampang Prapatan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta selama 2 hari (23-24

November 2017).

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah warga lansia RW 01 Kelurahan Mampang Prapatan,

Kecamatan Mampang Prapatan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Warga

tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan merupakan

sampel penelitian

Kriteri inklusi : Lansia usia ≥ 55 tahun yang bersedia untuk mengikuti penelitian

Kriteria Eksklusi : Lansia yang memiliki penyakit ginjal

17
D. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain dan

sengaja dipilih dan dimanipulasi sehinga efeknya terhadap variabel lain dapat diamati

dan diukur. variabel bebas penelitian ini meliputi indeks massa ataubuh (IMT) dan

lingkar perut (LP).

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah veriabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya

efek atau pengaruh dari variabel lain. Variabel terikat pada penelitian ini adalah

hipertensi.

c. Variabel Perancu

Variabel perancu adalah variabel penelitian yang dapat mempengaruhi hubungan

variabel bebas dan variabel terikat. Variabel perancu pada penelitan ini meliputi jenis

kelamin, aktivitas rokok. Paparan asap rokok, diabetes melitus, dan riwayat keluarga

hipertensi.

E. Definisi Operasional
Lansia: Lansia adalah seseorang yang berusia ≥ 60 tahun (WHO)

Hipertensi: Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90

mmHg. Data dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu hipertensi dan tidak hipertensi.

Menggunakan skala nominal.

Indeks massa Tubuh (IMT): Diukur dengan menggunakan skala numerik

18
Lingkar Perut (LP): Angka yang menunjukkan keliling perut dalam satuan sentimeter

yang diukur satu jari di bawah pusar mengelilingi perut. Lingkar perut dikelompokkan

menjadi 2 yaitu kelompok kurang dari sama dengan normal dan lebih dari normal. Untuk

wanita dikategorikan normal apabila ≤ 80 cm sedangkan untuk pria dikategorikan normal

apabila ≤ 90 cm.

Aktivitas fisik: Dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu rutin dan tidak rutin. Yang

dimaksud rutin adalah apabila aktivitas fisik minimal 10 menit per hari dan 3

kali/minggu. Apabila frekuensi dan durasinya kurang dari itu dikelompokkan pada

kelompok tidak rutin.

Paparan Asap Rokok: Dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sering dan tidak sering.

Yang dimaksud sering adalah apabila perokok aktif atau pasif yang terpapar lebih dari

sama dengan 5 hari/minggu. Apabila kurang dari 5 hari/minggu dikelompokkan pada

kelompok tidak sering.

Diabetes Mellitus: Data didapatkan melalui wawancara dengan responden, apakah

responden memiliki riwayat diabetes melitus atau tidak.

Riwayat Keluarga Hipertensi: Data didapatkan melalui wawancara dengan responden,

apakah responden memiliki anggota keluarga (Ayah,ibu,kakak,adik) yang memiliki

hipertensi.

F. Besar Sampel
Sampel dipilih secara acak dan sistematik (systematic random sampling), dimana setiap

individu yang masuk dalam kriteria subjek penelitian memiliki kesempatan yang sama

untuk menjadi sampel. Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

melibatkan individu yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian secara acak

19
hingga tercapai besar sampel yang diharapkan. Untuk menghitung besar sampel

digunakan perhitungan sebagai berikut:

Jumlah Sampel = 20 orang

G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekuder.

Data primer didapatkan melalui pemeriksaan dan wawancara dengan menggunakan

kuisioner. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi berat badan (kg), tinggi badan (cm),

lingkar perut (cm), dan tekanan darah (mmHg). Melalui wawancara didapatkan data usia,

jenis kelamin, riwayat diabetes melitus, hipertensi dan riwayat keluarga hipertensi.

Pengukuran data dilakukan secara double blinding.

H. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi :

1. Timbangan

2. Pita Ukur Meteran

3. Stetoskop

4. Sphygmomanometer

5. Kuisioner

I. Jalannya Penelitian

Peneliti berkoordinasi dengan kepala kecamatan, kepala kelurahan, ketua RW, kader dan

petugas kesehatan yang bertanggung jawab di lingkungan tersebut untuk mencari tahu

20
permasalahan kesehatan yang dihadapi warga. Setelah mendapatkan permasalahan

kesehatan mengenai hipertensi untuk di angkat menjadi topik penelitian yang telah

disetujui pemimpin daerah tersebut, peneliti berkoordinasi dengan ketua RW utuk

melakukan pemeriksaan dan wawancara kepada warga lasia di RW... Data yang

diperoleh dari sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah

ditetapkan, diolah, dan dianalisis.

J. Pengolahan dan Analisis Data

Data diolah secara deksriptif dan analitik. Pengolahan data secara deskriptif dilakukan

untuk mengetahui karakteristik umum subjek penelitian.

Penglahan data dengan metode statistik analitik untuk mengetahui hubungan antara

variabel yang telah diukur. Hubungan hipertensi (variabel terikat) dengan IMT (variabel

bebas) pada lansia dengan menggunakan uji t independen. Sedangkan hubungan

hipertensi (variabel terikat) dengan lingkar perut (variabel bebas) pada lansia dengan

menggunakan uji chi-square.

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional terhadap warga yang berusia ≥ 60

tahun di RW 01 Kelurahan Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan. Metode pengumpulan

data penelitian ini melalui pemeriksaan tekanan darah, tinggi badan, berat badan, lingkar

perut, serta wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap responden. Hasil yang

diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Definisi Operasional

Jika ditinjau dari jenis kelamin, kebanyakan subjek penlitian merupakan wanita. Subjek

berjenis kelamin wanita sebanyak 18 orang. Rata-rata usia responden adalah 61 tahun,. Rata-

rata IMT adalah 23,96 kg/m2. Sebanyak 12 responden memliki aktivitas rutin dan sebanyak 8

responden tidak memliki aktivitas rutin. Jumlah subjek yang menderita diabetes melitus

sebesar 2 responden dan yang tidak memiliki diabetes melitus sebesar 18 responden.

Terdapat 9 responden dengan riwayat keluarga hipertensi dan 11 responden tidak memiliki

riwayat keluarga hipertensi.

22
Tabel 5. Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik N(20)
Jenis Kelamin
Pria 2
Wanita 18
Usia (tahun) / Mean (SD) 61,7
2
IMT (kg/m ) / Mean (SD) 23,96
Lingkar Perut
Kurang atau sama dengan normal 0
Lebih dari normal 20
Aktifitas Fisik
Rutin 12
Tidak Rutin 8
Paparan Asap Rokok
Tidak Sering 10
Sering 10
Diabetes Melitus
Tidak Ada 18
Ada 2
Riwayat Keluarga Hipertensi
Tidak Ada 11
Ada 9
2. Hipertensi

Dari 20 subjek penelitian, berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah didapatkan 12

responden menderita hipertensi dan sisanysa tidak hipertensi sebanyak 8 responden. Jenis

kelamin mayoritas yang menderita hipertensi adalah wanita yaitu sebanyak 11 responden.

3. IMT

Rata-rata IMT dari 20 subjek penelitian adalah 23,93. Nilai terendah 21,26 dan nilai tertinggi

31,25. Setelah subjek dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya hipertensi, rata-rata IMT

pada kelompok hipertensi 23,93. Rata-rata IMT pada kelompok tidak hipertensi 23,99.

23
4. Lingkar Perut

Dari 20 subjek penelitian, tidak ada responden memiliki lingkar perut di bawah atau sama

dengan normal. Sedangkan 20 responden memiliki lingkar perut diatas normal. Setelah

dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya hipertensi, dari kelompok hipertensi terdapat

sebanyak 12 responden yang memiliki lingkar perut lebih dari normal. Dan dari kelompok

tanpa hipertensi ditemukan sebanyak 8 responden memiliki lingkar perut kurang dari normal.

5. Hubungan Hipertensi dengan Faktor resiko

Tabel 6. Uji Chi-Square Hipertensi dengan Faktor Resiko


Tidak Odds
Karakteristik Hipertensi Total p-Value
Hipertensi Ratio
Jenis Kelamin
Pria 1 1 2 0,091 0.093
Wanita 7 11 18
Usia (tahun) / Mean 62.50 61.17 61.7 12.011 0.416
(SD)
IMT (kg/m2) / Mean 23.99 23.93 23.96 26.9 0.39
(SD)
Lingkar Perut
Kurang atau sama 0 0 0 0.0 1.0
dengan normal
Lebih dari normal 8 12 20
Aktifitas Fisik
Rutin 5 7 12 0.035 0.035
Tidak Rutin 3 5 8
Paparan Asap Rokok
Tidak Sering 4 6 10 0.0 1.0
Sering 4 6 10
Diabets Melitus
Tidak Ada 7 11 19 0.091 0.093
Ada 1 1 2
Riwayat Keluarga
Hipertensi
Tidak Ada 5 6 11 0.305 0.303
Ada 3 6 9

24
Tabel diatas menunjukkan hubungan antara faktor resiko dengan hipertensi. Berdasarkan

tabel di atas didapatkan bahwa pada populasi pria sebanyak 1 responden dan pada wanita

sebanyak 11 responden yang menderita hipertensi. Pada populasi dengan aktifitas rutin

sebanyak 7 responden (35%) dan dengan aktifitas tidak rutin sebanyak 5 responden (25%)

menderita hipertensi. Pada populasi yang tidak sering mendapatkan paparan rokok sebanyak

6 responden (30%) menderita hipertensi dan yang sering mendapatkan paparan rokok

sebanyak 6 responden (30%) yang menderita hipertensi. Pada populasi yang menderita

diabetes melitus 1 responden (5%) menderita hipertensi dan pada populasi yang tidak

menderita diabetes melitus terdapat 11 responden (55%) yang menderita hipertensi. Pada

populasi dengan riwayat keluarga hipertensi terdapat 6 responden (30%) yang menderita

hipertensi dan terdapat 6 responden (30%) pada populasi tanpa riwayat keluarga hipertensi

menderita hipertensi.

Uji chi square menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara faktor resiko

yang hipertensi, yaitu jenis kelamin pria dan wanita, paparan rokok sering dan tidak sering,

riwayat keluarga hipertensi dan tidak hipertensi, penderita DM dan tidak DM (p>0,05).

Terdapat perbedaan yang signifikan antara faktor resiko hipertensi dengan aktifitas rutin dan

tidak rutin, (p<0,05)

25
6. Hubungan hipertensi dengan IMT

Tabel 7. Uji T Independen Hipertensi dengan IMT

Tidak
Karakteristik Hipertensi p-Value
hipertensi

N mean ±SD 23.99±2.36 23.93±3.20 0.39

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara hipertensi dengan IMT. Uji T independen

menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara angka penderita hipertensi dengan IMT

(p>0,05).

7. Hubungan Hipertensi dengan lingkar perut

Tabel 8. Uji Chi Square Hipetensi dengan Lingkar Perut

Karakteristik Tidak Hipertensi Total Odds p-value


hipertensi ratio
Kurang atau sama dengan 0 0 0 0.0 1.0
normal
lebih dari normal 8 12 20
Total

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara hipertensi dengan lingkar perut. Uji chi-

square menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara angka penderita hipertensi

dengan lingkar perut (P<0.05). Odds ratio kemungkinan terjadinya hipertensi pada lingkar

perut lebih dari normal dibandingkan dengan lingkar perut kurang atau sama dengan normal

adalah 0,0.

26
B. Pembahasan

Menurut Kumar et al (2005), wanita lebih cenderung akan mengalami peningkatan

tekanan darah setelah menopause karena terjadi penurunan jumlah estrogen. Hal ini sesuai

dengan literatur sebelumnya yang menunjukan adanya hubungan hipertensi dengan faktor

risiko seperti jenis kelamin (Wahdah, 2011). Sesuai dengan penelitian ini dimana ditemukan

odds ratio 0,091 angka terjadinya hipertensi pada wanita dibandingkan pria. Namun pada

penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan

hipertensi (p>0,05).

Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan

hipertensi (p>0,05) serta ditemukan OR 0,035 untuk angka kejadian hipertensi antara

aktivitas tidak rutin dan rutin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Simons – Morton (1999),

yang mengungkapkan bahwa aktifitas fisik terbukti efektif dapat menurunkan tekanan darah

dalam kelompok hipertensi maupun normotensi.

Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara paparan rokok dengan

hipertensi(p>0.05). Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Marliani dan Tantan (2007),

dimana pada perokok terjadi peningkatan tekanan darah akibat kerja jantung yang lebih berat.

Namun pada penelitian ini ditemukan odds ratio sebesar 0 antara responden dengan paparan

rokok sering dengan tidak sering.

Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara diabetes melitus dengan

hipertensi ( P>0,05) dengan OR 0,091. Hal ini tidak sesuai dengan data yang diberikan oleh

American Diabeties Assosiation (2008) dimana sebanyak 73% pasien dengan diabetes

melitus memiliki tekanan darah yang tinggi dan pernyataan Bagaswoto (2007) dimana

penderita diabetes melitus biasanya memiliki tekanan darah lebih tinggi atau sama dengan

150/90 mmHg.

27
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara riwayat keluarga dengan

angka hipertensi (P<0,05). Hal ini tidak sesuai dengan Beevers et al (2001), dimana 70-80%

penderita hipertensi primer memiliki riwayat keturunan keluarga dengan hipertensi. Pada

penelitian ini ditemukan OR 0,305 antara responden dengan riwayat keluarga dan tanpa

riwayat keluarga.

Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang siknifikan antara IMT

dengan hipertensi. Namun penelitian Tesfaye at al. (2007) menyebutkan terdapat korelasi

secara siknifikan antara IMT dengan kenaikan tekanan darah baik dalam bentuk sistol

maupun diastol yaitu 0,23 dan 0,27 (p<0,01).

Selain itu Siani et al. (2002) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara lingkar

perut dengan hipertensi (p<0,001). Meningkatnya obesitas sentral berkolerasi dengan

meningkatnya angka tekanan darah. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dimana

lingkar perut lebih dari normal memiliki odds ratio 0.0 . Dari hasil pada penelitian ini tidak

ditemukan adanya korelasi yang signifikan antara lingkar perut dengan hipertensi (p>0,05).

C. Keterbatasan Penelitian

Waktu penelitian merupakan keterbatasan utama pada penelitian ini sehingga dipilih metode

penelitian yang membutuhkan waktu singkat, yaitu dengan metode potong lintang. Selain itu,

singkatnya waktu menyebabkan jumlah subjek yang didapatkan sedikit (20 subjek) sehingga

belum dapat mewakili populasi.

28
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan

1. Tidak terdapat hubungan antara hipertensi dengan faktor resiko ; jenis kelamin, riwayat

keluarga hipertensi, paparan asap rokok, diabetes melitus.

2. Terdapat hubungan antara hipertensi dengan faktor resiko ; aktifitas fisik.

3. Tidak terdapat hubungan antara hipertensi dengan IMT.

4. Tidak terdapat hubungan antara hipertensi dengan lingkar perut.

B. Saran

1. Perlu dilakukan sosialisasi pada warga lansia mengenai pengobatan gratis terhadap

penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes melitus.

2. Bagi warga lansia yang masih kurang dalam perilaku hidup sehat harus dimotivasi untuk

hidup sehat dalam rangka pencengahan penyakit hipertensi, terutama dari segi diet dan

olahraga.

3. Perlu dilaksanakan sosialisasi dan penyuluhan pola hidup sehat, dengan kerjasama dari

pihak dinas kesehatan dan puskesmas setempat, dalam ilmu mengenai hipertensi, cara

pencegahan dan pentingnya pola hidup yang sehat agar bisa mencapai tingkat penurunan

insidensi hipetensi maupun pencegahan secara optimum.

29
30

Вам также может понравиться