Вы находитесь на странице: 1из 12

Fisiologi Laring

Laring memiliki 3 fungsi utama yaitu fonasi, respiratori, dan proteksi disamping beberapa
fungsi lainnya.

1. Fungsi fonasi

Suara dibentuk karena danya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laringf diperkuat oleh adanya tekanan udara
pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga
mulut, udara dalam paru-paru, trakea dan hidung.

Terdapat dua teori mengenai pembentukan suara, yaitu :

Teori Myoellastik – Aerodinamik.

Selama ekspirasi aliran udara melewati ruang glotis dan secara tidak langsung
menggetarkan plika vokalis. Akibat kejadian tersebut, otot – otot laring akan
memposisikan plika vokalis ( adduksi, dalam berbagai variasi) dan menegangkan plika
vokalis. Selanjutnya kerja dari otot –otot pernafasan dan tekanan pasif dari proses
pernafasan akan menyebakan tekanan udara ruang subglotis meningkat, dan mencapai
puncaknya melebihi kekuatan otot sehingga celah glotis terbuka. Plika vokalis akan
membuka dengan arah dari posterior ke anterior. Secara otomatis bagian posterior dari
ruang glotis yang pertama kali membuka dan yang pertama kali pula kontak kembali pada
akhir siklus glotal. Setelah terjadi pelepasan udara, tekanan udara ruang subglotis akan
berkurang dan plika vokalis akan kembali ke posisi saling mendekat (kekuatan myoelastik
plika vokalis melebihi kekuatan aerodinamik). Kekuatan myoelastik bertambah akibat
aliran udara yang melewati celah sempit menyebabkan tekanan negatif pada dinding celah
(efek Bernoulli). Plika vokalis akan kembali ke posisi semula (adduksi) sampai tekanan
udara ruang subglotis meningkat dan proses seperti di atas akan terulang kembali.

 Teori Neuromuskular

Teori ini sampai sekarang belum terbukti, diperkirakan bahwa awal dari getaran plika
vokalis adalah saat adanya impuls dari sistem saraf pusat melalui N.Vagus, untuk
mengaktifkan otot – otot laring. Menurut teori ini jumlah impuls yang dikirimkan ke laring
mencerminkan banyaknya / frekuensi getaran plika vokalis. Analisis secara fisiologi dan
audiometri menunjukkan bahwa teori ini tidaklah benar (suara masih bisa diproduksi pada
pasien dengan paralisis plika vokalis bilateral).

2. Fungsi respiratori

Pada waktu inspirasi diarfragma bergerak ke bawah ke bawah untuk memperbesar rongga
dada dan M. Krikoaritenosis Posterior terangsang sehingga kontaksinya menyebabkan rima
glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah.
Bila pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan
merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapni dan obstruksi laring mengakibatkan
pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi
akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial CO2 darah dan pH darah berperan
dalam mengontrol posisi pita suara.

3. Fungsi proteksi
laring berfungsi untuk menecegah adanya benda asing masuk ke dalam trakea dengan
adanya refleks dari otot – otot yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada
waktu menelan, pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor
yang ada pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis, dan daerah interaritenoid
melalui serabut mafferen N.Laryngeal Superior sehingga sfingter dan epiglotis menutup.
Gerakan laring ke atas dan kedepan menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar
lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus
pirirformis lalu ke introitus esofagus.

4. Fungsi lainnya

Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat berlangsungnya
proses menelan, yaitu : pada waktu menelan faring bagian bawah( M. Konstriktor
Faringeus Superior, M.Palatofaringeus, dan M.Stilofaringeus) mengalami kontraksi
sepanjang kartilago krikoidea dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju
basis lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan
faringoesofageal. Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke
saluran pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh
epiglotis. Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus
laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring
dan masuk ke sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus.

Fungsi sirkulasi → Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan


peninggian tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan
dinding laring terutama pada bayi dapat meneyebakan bradikardi, kadang –kadang henti
jantung jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskular dari laring. Reseptor
dari reflek ini adalah barroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui
N.Laryngeus Rekurens dan Ramus Komunikans N.Laringeus Superior. Bila serabut ini
terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan denyut jantung.

2.3 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Faktor peneyebab suara serak sangat banyak (Tabel 1). Hilangnya suara secara total
dengan onset tiba –tiba disebut aphonia, yang lebih mungkin disebabkan oleh kelainan
neurologis atau psikogenik daripada lesi organik. Lesi dari pita suara (vocal folds) lebih
sering menghasilkan gejala vokal dengan onset bertahap, sering dimulai sebentar –
sebentar dan kemudian menjadi konstan dan dan kadang – kadang memburuk seiring
berjalannya waktu. Pasien mungkin mengalami kesulitan memproyeksikan suara mereka
karean adanya lesi pada pita suara atau kelumpuhan yang mengganggu penutupan glotis.
Pada pasien dengan pemeriksaan laring yang normal, aliran pernapasan yangh tidak
memadai karena penyakit utama pada paru –paru, gangguan neurologis, atau teknik yang
tidak sesuai. Produksi suara yang jelas membutuhkan koordinasi antara respirasi, fonasi,
dan artikulas. Teknik yang tidak tepak (misalnya, berbicara sambil menahan nafas atau
dengan regangan otot yang berlebihan di daerah leher) dapat mengakibatkan disfonia.
Selain itu, gangguan pencernaan adalah penyebab umum dari keluhan gangguan suara.
Tanda Laryngotracheal reflux yaitu suara serak yang lebih buruk pada waktu bangun di
pagi hari dan berhubungan dengan peningkatan dahak, heartburn, dan seringnya
membersihkan tenggorokan.

Tabel 1. Singkatan untuk etiologi disfonia : Vindicate

Vaskular (thoracic aneurysm)


Inflamasi
Neoplasma (kanker laring dan kanker hilum kiri pada paru)
Degeneratif (amyothrophic lateral sclerosis)
Intoksikasi (merokok, alkohol)
Congenital (Laryngeal web)
Alergi (angioderma)
Trauma dan operasi kelenjar tiroid
Endokrin (reidel’s struma)

Gejala vokal (yaitu, kelelahan, penurunan artikulasi, atau hypernasalaty). Dapat


merupakan indikasi dari gangguan neurologis. Secara umum, hypernasality sering
disebabkan oleh etiologi neurologis. Hypernasality iatrogenik dapat terjadi stelah
prosedur bedah yang mencipatakan pembukaan antara rongga mulut dan hidung atau
mengganggu persarafan neurologis. Pola perkembangan gejala mungkin menunjukkan
peristiwa neurologis statis seperti sebagai kecelakaan serebrovaskular, penurunan
proigresif seperti pada penyakit neuromuskular, atau kesuliatan intermiten, yang
mungkin bisa konsisten dengan gangguan seperti multiple sclerosis atau myasthenia
gravi.
Ketidakseimbangan hormon mempengaruhi produksi vokal dengan menyebabkan
akumulasi cairan di lapisan superfisial dari lamina propria, yang mengubah kemampuan
getaran. Pasien dengan hipotiroideisme dapat hadir dengan suara bernada rendah yang
abnormal. Pasien wanita mungkin mengalami gangguan vokal semenmtara ketika
menjelang menstruasi, yang mungkin berhubungan dengan beban cairan (fluid loading).
Peningkatan massa menyebabkan pita suara bergetar lebih lambat sehingga
menghasilkan nada rendah. Peningkatan penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid
(NSAID) selama menstruasi juga dapat mempengaruhi pasien untuk mengalami
perdarahan akut pita suara. Periode pertumbuhan pubertas mempengaruhi baik laki-laki
dan perempuan, sehingga tingkat lapangan produksisuara lebih rendah. Perubahan
hormonal yang dialami selama menopause juga dapat menghasilkan penurunan dalam
frekuensi dasar.1
Saluran vokal membutuhkan pelumasan yang baik. Setiap agen yang mengeringkan
lapisan mukosa mungkin mengganggu produksi vokal yang normal. Kekeringan ini akan
menyebakan sekret menjadi lebih kental, membuat sekret menempel dan memeberikan
sensasi pada pasien untuk perlu membersihkan tenggorokan. Beberapa obat dan zat dapat
menyebabkan kekeringan selaput lendir saluran vokal.

Gangguan psikologis sering tercermin dalam suara dan mungkin menjadi peneyebab
utama dari gangguan suara. Sebagai contoh, Suara pasien depresi biasanya berkurang
dalam kenyaringan. Stres juga memainkan peranan penting. Kemampuan untuk
mengatasi tekanan hidup sehari- sehari dapat memicu atau mengabadikan gangguan
suara yang ada. Secara umum, stres tampaknya memperburuk semua maslah tetapi
seharusnya tidak akan ivergeneralized sebagai penyebab yang mendasari.

2.4 Diagnosis

Evaluasi penilaian suara serak meliputi faktor anatomi, fisiologis, dan perilaku yang
mempengaruhi produksi vokal secara keseluruhan. Penilaian dimulai dengan deskripsi
dari suara, simtomatologi, dan riwayat medis dan sosial. Visualisasi laring diperlukan
untuk menenetukan status dari pita suara. Secara umum, pemeriksaan laring harus
dilakukan setiap kali suara serak berlangsung lama lebih dari 2 minggu. Pada kasus –
kasus khusus, prosedur diagnostik yang lebih canggih dapat diindikasikan.

Kualiatas vokal dapat dideskripsikan menggunakan berbagai istilah subjektif


termasuk serak, parau, keras, atau desah. Namun, tidak ada dari seluruh istilah ini
merupakan diagnostik. Sebaliknya, tingkat keparahan disfonia dapat dinilai dengan
mengamati abnormalitas pada ptch, kenyaringan, atau fluktuasi dalam kualitas vokal.1

2.4.1 Anamnesa

Evaluasi pasien dengan disfonia dimulai dengan anamnesa yang cermat. Anamnesa
yang rinci sangatmembantu untuk menggambarkan secara spesifik karakteristik suara
dan faktor sosial dan medis yang berkonstribusi. Hampir setiap sistem tubuh dapat
menyebabkan keluhan suara, kareana itu anamnesa harus menyelidiki seluruh bidang.
Persepsi pasien mengenai suara serak sebagai perubahan dalam kualitas suara mungkin
sama sekali bebrbeda dari pemahaman dokter mengenai gejala tersebut. Minta pasien
untuk menggambarkan perubahan kualitas suara spesifik mungkin, karena kualitas
vokal mungkin menunjukkan etiologi spesifik (Tabel 2). Pastikan onset, durasi, dan
waktu perubahan suara, serta apakah ada fluktuasi vokal dan kelelahan suara. Gejala
kaut lebihg mungkin terkait dengan penyalahgunaan vokal, infeksi atau inflamasi, atau
cedera akut.

Tanyakan pasien tentang pola penggunaan suara dan permintaan vokal dalam
pekerjaan dan lingkunagan. Pasien dapat menggunakan suara mereka cukup berbeda di
tempat kerja dibandingkan dengan ketika bersosialisasi atau berada di rumah. Berbicara
lebih dari kebisingan latar belakang yang berlangsung dalam waktu lama, bekerja atau
merawat anak –anak muda, bersorak diacara olaraga, atau bernyanyi tanpa
menggunakan teknik yang optimal dapat menyebabkan gangguan suara hiperfungsional
.1
Menanyakan informasi mengenai segala obata tau zat yang dapat berkonstribusi
untuk pengeringan selaput lendir saluran vokal adalah penting. Zat –zat ini termasuk
antihistamin, diuretik, obat psikotroika, tembakau produk yang mengandung kafein
(kopi, teh, soda, dan cokelat) alkohol dan dosis tinggi vitamin C. Selain itu, obat anti
inflamasi nonsteroidal (NSAID) seperti ibuprofen atau aspirin dapat berkonstribusi
untuk terjadinya perdarahan pita suara kareana sifat antikoagualan. Dari agen itu.1

Semua pasien dengan suara serak yang menetap selama lebih dari dua minggu yang
tidak disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, memerlukan evaluasi. Anamnesa
dapat menghasilkan informasi penting untuk mempersempit diagnosis banding. Setiap
pasien dengan suara serak dan riwayat penggunaan tembakau, diagnosis pertama yang
perlu dipertimbangkan adalah kanker kepala dan leher, karena suara serak sering
menjadi satu –satunya gejala yang muncul.

Tanyakan mengenai gejala lain yang menyertai seperti nyeri, sulit menelan, batuk atau
sesak napas, gejala gastroesophageal reflux, seperti rasa asam di mulut di pai hari;
penyakit sinonasal yang berkaitan (rhinitis alergi atau sinusitis kronis). Pasien juga
harus ditanya tentang riwayat operasi di kepala dan leher sebelumnya atrau operasi lain
yang membutuhkan intubasi.1
Tabel 2. Petunjuk klinis yang menunjukkan penyebab spesifik dari suara serak

Kualitas vokal Kemungkinan penyebab

Desah Arthritis, disfonia spasmodik atau fungsional, masa pada pita suara,
paralisis pita suara

Ragu – Ragu. Tercekik Disfonia spasmodik

Parau, serak, teredam atau Parkinson disease


sengau

Serak memburuk pada pagi Laryngopharyngeal reflux


hari

Searakk memburuk pada sore Myasthenia gravis, penyalahguanaan vokal


hari

Seperti klakson (Honking) Sarkoidosis

Bernada rendah Hipotiroid, laryngopharyngeal reflux, leukopenia, muscel tension


dysphonia, edema pita suara. Paralisis pita suara

Keras (raspy) Laryngopharyngeal reflux, muscle tension dysphonia, lesi pita suara
Scanning speech dan disartria Multiple sclerosis
Llemah (volume suara menurun) Paralisis pita suara, Parkinson disease

Suara menghilang, tetapi suara bisikan Conversion aphonia


baik
Tegang artikulasi dipaksakan Muscle tension dysphonia

Tegang Laryngopharyngeal reflux, muscle tension dysphonia, disfonia


spasmodik
Teabal, suara dalam dan berbicara Akromegali
lamban
Kelelahan vokal Muscle tension dysphonia, myasrhenia gravis, Parkinso disease,
penyalahgunaan vokal

2.4.2 Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinik pada pasien dengan disfonia meliputi pemeriksaan umumu


(status generalisata) dan pemeriksaan THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorok).
Pemeriksaan fisik dilakukan secara telti dengan perhatian khusus pada bagian kepala dan
leher, dilanjutkan dengan penilaian ketajaman pendengaran, mukosa saluran napas atas,
mobilitas lidah dan fungsi saraf kranial. Jika kecurigaan klinis tinggi, pasien juga harus
diperiksa untuk tanda – tanda penyakit sistemik seperti hipotroidisme, atau disfungsi
neurologis, seperti tremor, penyakit parkinson, atau multiple sclerosis.

2.4.3 Pemeriksaan Penunjang

A. Visualisasi Laring
Visualisasi laring memungkinkan penilaian pita suara dan melihat apakah terdapat
lesi, atau eritema, atau edema mukosa, serta gerakan abnormal yang mungkjin
menunjukkan masalah sistemik yang mendasari.

Laringoskopi tidak langsung (indirek). Visualisasi laring dapat dilakukan


melalui pemeriksaan laringoskopi tidak langsung dengan dengan menggunakan kaca
laring.

GAMBAR 13...HALAMAN 30
Laringsokopi langsung (direk). Apabila diperlukan visualisasi yang lebih detail,
pencahayaan, dan pembesaran, dapat dilakukan laringoskopi langsung dengan
menggunakan teleskop laring baik yang kaku (rigid telescop) atau serat optik
(fiberoptic telescope atau nasofaringoskopi fleksibel) atau mikroskop
(mikrolaringoskopi). Pada laringoskopi langsung dapat juga dilakukan biopsi tumor
dan menentukan perluasannya (stagging) atau bila diperlukan tindakan (manipulasi)
bagian tertentu pada laring seperti aritenoid, plika vokalis, plika ventrikularis, daerah
komisura anterior atau subglotik. Penggunaan teleskop ini dapat dihubungkan
dengan alat video (video –laringoskopi) sehingga akan memberikan visualisasi
laring yang lebih jelas baik dalam keadaan diam (statis) maupun pada saat bergerak
14
(dinamis).

GAMBAR

Video – stroboskopi (Strobovideolaryngoscopy). Pita suara biasanya bergetar selana


berbicara, bernyanyi, atau bersenandung pada tingkat 80 sampai 400 kali per detik.
Getaran ini terlalu cepat untuk dapat dilihat dengan mata telanjang, karena itu , tidak
dapat sepenuhnya dievaluasi dengan laringoskopi tidak langsung(kaca/laring).
Visualisasi laring dan pita suara secara dinamis akan lebih jelas dengan menggunakan
video –stroboskopi dimana gerakan pita suara dapat diperlambat (slowmotion) sehingga
dapat dilihat getaran (vibrasi) pita suara dan gelombang mukosanya ( mucosal wave).
Video – stroboskopi dilakukan dengan menggunakan teleskop yang kaku dengan sudut
700 atau nasofaringoskopi fleksibel. Video – stroboskopi ini penting terutama dalam
mengevaluasi kasus lesi halus yang mempengaruhi getaran pita suara. Mode ini
memungkinkan dengan penemuan lesi kecil seperti bekas luka pada pita suara,
perdarahan, kista intracordal, atau invasi epitelial pada awal karsinoma glotis.

B. Penilaian Suara dan Aliran udara

1. Penilaian Suara Objektif

Selain itu anatomis fungsi laring dan pita suara juga dapat dinilai dengan
menganalisa produk yang dihasilkannya yaitu suara. Aanalisa suara dapat dilakukan
secara perseptual yaitu dengan mendengarkan suara dan menilai derajat (grade)
kekasaran (roughess), keterangahan(breathyness), kelemahan (astenitas), dan kekakuan
(strain). Penialian suara secara objektif mendokumendasikan status suara padaa saat
evaluasi dan menetapkan dasar untuk perbandingan lebih lanjut setelahg pengobatan.
Hasilnya juga dapat dibandingkan dengan data normatif yang telah ditentukan. Cara
sederhana mendokumendasikan suara adalah melalui rekaman suara. Namun,
perekaman ( audiotape) masih bersifat subjektif. Perubahan halus dalam produksi suara
sulit untuk dinilai. Analisis yang lebih canggih meliputi analisis akustik daan
aerodinamis.

2. Analisis akustik

Analisis akustik memeriksa energi dalam sinyal listrik yang mewakili suara.
Pengukuran spesifik dapat diambil untuk mengukur keteraturan getaran pita suara.
Istilah frekuensi dasar mengacu pada jumlah getaran pita suara berdetik dan
berkohrelasi dengan persepsi pitch. Pita suara pria dewasa bergetar anatara 100 dan 13
Hz, sedangkan pita suara perempuan bergetar antara 200 dan 230 Hz. Tingkat nada
tinggi abnormal untuk usia dan jenis kelamin mungkin berhubungan dengan
hiperkontraksi dari otot krikotiroid dan mungkin merupakan disfonia fungsional atau
kompensasi. Rentang pitch dapat diukur dan berkorelasi dengan fleksibilitas dari otot
intrinsik laring. Orang dewasa sehat mampu menghasilkan rentang tiga oktaf ,
meskipun biasanya hanya empat sampai lima nada yang digunakan dalam percakapan
umum. Sekarang ini analisis akustik dilakukan dengan menggunakan program
komputer CSL (computerized speech Laboratory) , Multyspeech, ISA (intelegence
Speech Analysis), dan MDVP (Multi Dimensional Voice Programe). Hasil pemeriksaan
ini berupa parameter akustik dan spektogram dari gelombang yang dianalisis kemudian
dapat dibandingkan antar suara yang normal dan yang mengalami gangguan.

3. Analisis aerodinamika

Suara tergantung pada dukungan napas yang konstan, dengan demikianbahakan


masalah pernapasan halus dapat mengakibatkan disfungsi suara. Pengukuran
aerodinamika berguna dalam mengukur aliran udara selama respirasi dan fonasi.
Skrining fungsi paru dapat dilakukan untuk menyingkirkan segala masalah yang
mendasari pada paru –paru yang mungkin mencegah kapasitas yang menandai untuk
aliran udara yang teratur selama mengeluarkan suara. Waktu fonasi maksimum
(Maximum Phonation Time- MPT) adalah ukurean jumlah waktu pasien dapat
mempertahankan suara vokal pada satui napas. Orang dewasa sehat biasanya dapat
memeperpanjang vokal untuk antara 15 dan 25 detik. Penurunan nilai MPT biasanya
berhubungan dengan penutupan glotis yang tidak sempurna dan kehilangan udara dan
penggunaan yang tidak efisien (yaitu suatau kelainan) dalam mendukung paru –paru.
Penyanyi, pelari jarak jauh, dan perenang sering mampu memepertahankan suara yang
lebih lama dari 25 detik, namun nilai tersebut masih berada dalam batas normal dan
merupakan penurunan fungsi saat pasien ini hadir dengan gangguan suara.
4. Penilaian aliran udara glotal (glottal airflow)

Penilaian aliran udara glotal adalah pengukuran sensitif yang menangkap jumlah
udara yang melewati pita suara selama fonasi. Aliran udara glotal (cc/detik) yang
diukur dengan membagi total volume udara yang melewati pita suara selama fonasi
oleh jumlah waktu dalam detik. Aliran glotal memberikan informasi mengenai fungsi
sumberdaya dan efisiensi pita suara dalam mengendalikan aliran udara. Peningkatan
aliran udara glotal biasanya dikaitkan dengan penutupan glotis yang tidak sempurna.
Pasien biasanya datang dengan suara desah atau bisikan. Peningkatan aliran udara
glotal sering terlihat pada pasien dengan kelumpuhan pita suara unilateral. Penurunan
aliran udara glotal lebih biasanya ditemukan pada pasien denganhiper aduksi pita suara.

C.Pemeriksaan penunjang lainnya

Ketika imobilitas pita suara terdeteksi, difrensial diagnosis termasuk cedera denervasi
atau fiksasi krikoaritenoid. Ketika dilakukan dalam 6 bulan dari cedera, elektromigrafi
(EMG) mungkin dapat menjelaskan etiologi; cedera denervasi biasanya menunjukkan
tanda –tanda denervasi pada EMG, dan fiksasi krikoaritenoid menun jukkan aktivitas
sehari –hari.

2.5 Tatalaksana

Penatalaksanaan disfonia atau disebut juga suara serak diawali dengan diagnosis yang
tepat dan terapi yang sesuai dengan diagnosis dan etiologi tersebut. Diagnosis disfonia
berupa anamnesis, pemeriksaan klinik, dan pemeriksaan penunjang. Terapi dapat berpa
medikamentosa, vokal hygiene , terapi suara fdan bicara serta tindakan operatif.

Perananan Terapi Suara


Kebanyakan gangguan suara memiliki etiologi multifaktorial yang terkait dengan iritasi
dari refdluks, alergi, merokok, hidrasi yang tidak memadai, penyalahgunaan vokal dan
vokal kronis yang berfungsi berlebihan. Nodul pada pita suara jarang disebabkan oleh
episode berteriak ; adapun kombinasi paparan iritasi dan penyalahgunaan merupakan
penyeba palingsering. Rehabilitasi diarahkan untuk membangun keseluruhan keberrsihan
vokal dan mendidik pasien tentang konservasi vokal. Komponen utama dari terapi suara
melibatkan tentang edukasi pasien tentang anatomi ndasar dan fisiologi mekanisme
produksi vokal. Pasien harus memahami hubungan antara gangguan suara yang spesifik
dan faktor penyebab. Pemahamn ini memfasilitasi kerajsama dengan regimnen terapi.

Konservasi votal

Konservasi vokal adalah metode yang lebih praktis dan realistis mengurangi penggunaan
vokal, terutama pada pasien dengan penyalahgunaan vokal, (misalnya bertyeriak dan
menjerit) hanya bagian dari program. Pembersihan tenggorokan berulang seperti
berdeham adalah iritan plika vokalis dan harus dihindari.

Metode konsevasi vokal bersifat individu dengan gaya hidup spesifik pasien. Berbicara
melebihi latar belakang suara harus dihindari (misalnya musik di mobil atau televisi)
adalah sumber umum dari contoh yang tak perlu. Dalam beberapa kasus, suara kerja tidak
dapat dihindari, namun pasien dapat mengambil manfaat dari menggunakan “amplifier”
misalakan pada guruy sekolah yang harus mengeluarkan suara mereka untuk mendapatkan
perhatian para siswa muda mereka dapat menggunakan peluit untuk mencapai tujuan yang
sama.

Terapi perilaku suara

Terapi perilaku suara juga dapat diindikasikan untuk meningkatkan aspoek teknis suara.
Tereapi perilaku mencakup dukungan napas perut, penggunaan level intensitas ‘pitch’
yang tepat,memeperbaiki kalimat dan teknik khusus lainnya.4

Umpan balik sangat penting untuk proses terapi untuk memberikan pasien kemapuan
untuk membedakan antar target perilaku vokal dan perilaku yang tidak tepat. Auditori,
Visual, sensori, dan isyarat kinetetik semua digunakan untuk meningkatkan kemampuan
pasien untuk memantau suara dalam lesi latihan

Intervensi medis

Indikasi untuk penggunaan antibiotik dan antihista – dekongestan pada pasien dengan
suara serak sangat jarang kecuali pasien rinosinusitis bersamaan atau laryngotrakeitis
bakterial, yang dapat menyebakana atau komplikasi suaraserak pasien. Kortikosteroid
harus digunakan konservatif dan hanya pada pasien yang memiliki yang penting
kepentingan berbicara tau bernyanyi dan yang tidak memiliki kecenderungan untuk
penyalahgunaanaan vokal kronis.4

Kortikosteroid dengan mengurangi edema pada tingkat glotik sehingga mengurangi


tingkat suara serak. Oleh karena itu, perlu diagnosis yang sepatutnya adalah penting dalam
rangka untuk mengobati penyebab suara serak pasien dan untuk mengurangi kesempatan
berulang suara serak. Kortikjosteroid harus diresepkan untuk tidak lebih dari 4 sampai 5
hari disamping konservasi suara. Biasanya pasien diberitahu untuk menggunakan suara
merreka hanya untuk panggilan suara mereka selama periode waktu.

Berikut adalah obat- obatan yang dapat menyhebakan suara serak.

Intervensi Bedah

Peran intervensi bedah tergantung pada penytebab suara serak pada pasien. Pasien
dengan nodul plika vokalis atau polip biasanya memiliki riwayat penyalahgunaan vokal
yang harus diatasi.Teknik phonosurgikal untuk menghilangkan lesi jinak fokus pada
peletarian mukosa yang normal sementara menghapus daerah yang terkena saja. Pasien
dengan paralisis pita suara dan disfonia yang tidak membaik selama 3 bulan dan
menunjukkan tanda – tanda prognostic miskin pada mungkin ‘reinnervation’ pada EMG
(yaitu fibrillation potentials or absent activity) adalah kandidat untuk medialization
laryngoplasty (tyroplasti type 1).

2.6 Pencegahan

Pasien harus dikonseling tentang pentyingnya hidrasi yang memadai dan tindakan
pencegahan antirefluks.
a. Pencegahan Hidrasi

Lubrikasi saluran vokal sangat penting untuk produksi vokal yang jelas. Oleh karena
itu pasien harus menghilangkan produk yang mengeringkan mukosa termasuk produk
berkafein, alkohol, dan antihistamin. Meskipun pengering atau diuretik obat tidak dapat
dihilangkan, hidrasi meningkat dapat membantu untuk melakukan serangan balik efek
obat itu sendiri.

b. Tindakan Pencegahan antirefluks

Tindakan pencegahan antirefluks, pasien tidak perlu memiliki bukti terdokumentasi


bahwa pasien memiliki penyakit refluks gastreofageal untuk menerima penecegahan
konservatif pengobatan. Sebuah renacan pencegahan menekankan pada pola kebiasaan
makanan sehat dan perilaku yang tidak biasnya tidak memfasilitasi refluks dapat
fiberikan pada pasien.Psien harus menghindari produk yang diketahuiu untuk relaksasi
sfingter esofagus (misalnya kafein dan coklat). Pasien juga harus menghindari makan
atau minumsebelum tidur, pasien harus menunggu 2-3 jam setelah makan terakhir
mereka sebelum pergi tidur. Pada pasien bergejala, mengangkat kepala tempat tidur
sekitar 60-800 mebantu untuk meningkatrkan gravitasi untuk menjaga sekresi asam
lambung.

Вам также может понравиться

  • ASKEP Tumor Kulit
    ASKEP Tumor Kulit
    Документ16 страниц
    ASKEP Tumor Kulit
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Fisiologi Laring
    Fisiologi Laring
    Документ12 страниц
    Fisiologi Laring
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • 2.1.1.a.1 (D) Bukti Hasil Identifikasi
    2.1.1.a.1 (D) Bukti Hasil Identifikasi
    Документ2 страницы
    2.1.1.a.1 (D) Bukti Hasil Identifikasi
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Tesis Arsen
    Tesis Arsen
    Документ67 страниц
    Tesis Arsen
    readingriri
    Оценок пока нет
  • Slide Presentasi Hipertensi
    Slide Presentasi Hipertensi
    Документ25 страниц
    Slide Presentasi Hipertensi
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Case Low Back Pain
    Case Low Back Pain
    Документ13 страниц
    Case Low Back Pain
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Identitas Kasus Gizi Buruk 2019
    Identitas Kasus Gizi Buruk 2019
    Документ13 страниц
    Identitas Kasus Gizi Buruk 2019
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Lamaran Kerja Klinik Pratama Andini
    Lamaran Kerja Klinik Pratama Andini
    Документ1 страница
    Lamaran Kerja Klinik Pratama Andini
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Kumpulan Penyakit Saraf
    Kumpulan Penyakit Saraf
    Документ98 страниц
    Kumpulan Penyakit Saraf
    Bella
    100% (1)
  • Slide Presentasi Pneumothoraks
    Slide Presentasi Pneumothoraks
    Документ25 страниц
    Slide Presentasi Pneumothoraks
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Slide Presentasi Pneumothoraks
    Slide Presentasi Pneumothoraks
    Документ25 страниц
    Slide Presentasi Pneumothoraks
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • 14.napkin Eczema
    14.napkin Eczema
    Документ3 страницы
    14.napkin Eczema
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Pencapaian Tahunan Gizi 2019
    Pencapaian Tahunan Gizi 2019
    Документ4 страницы
    Pencapaian Tahunan Gizi 2019
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Contoh Kasus Borang Diare Akut Yang Tidak Dipresentasikan
    Contoh Kasus Borang Diare Akut Yang Tidak Dipresentasikan
    Документ18 страниц
    Contoh Kasus Borang Diare Akut Yang Tidak Dipresentasikan
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Kasus Hemorrhoid Interna
    Kasus Hemorrhoid Interna
    Документ13 страниц
    Kasus Hemorrhoid Interna
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Kasus Hemorrhoid Interna
    Kasus Hemorrhoid Interna
    Документ13 страниц
    Kasus Hemorrhoid Interna
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Acne Vulgaris
    Acne Vulgaris
    Документ2 страницы
    Acne Vulgaris
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • 14.napkin Eczema
    14.napkin Eczema
    Документ3 страницы
    14.napkin Eczema
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Miliaria
    Miliaria
    Документ3 страницы
    Miliaria
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Dermatitis Seboroik
    Dermatitis Seboroik
    Документ3 страницы
    Dermatitis Seboroik
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Hipertensi Kelas B
    Hipertensi Kelas B
    Документ26 страниц
    Hipertensi Kelas B
    Kelly Carter
    Оценок пока нет
  • 13.pedikulosis Pubis
    13.pedikulosis Pubis
    Документ3 страницы
    13.pedikulosis Pubis
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Cutaneus Larva Migrans
    Cutaneus Larva Migrans
    Документ2 страницы
    Cutaneus Larva Migrans
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • FILARIASIS
    FILARIASIS
    Документ3 страницы
    FILARIASIS
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Dermatitis Numularis
    Dermatitis Numularis
    Документ3 страницы
    Dermatitis Numularis
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Eksantematous Drug Eruption
    Eksantematous Drug Eruption
    Документ2 страницы
    Eksantematous Drug Eruption
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Faringitis Akut
    Faringitis Akut
    Документ6 страниц
    Faringitis Akut
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • Asma Broncial
    Asma Broncial
    Документ3 страницы
    Asma Broncial
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет
  • GASTRITIS
    GASTRITIS
    Документ3 страницы
    GASTRITIS
    Rudi Saputra Saputra
    Оценок пока нет