Вы находитесь на странице: 1из 3

PELACAKAN GIZI KURANG

No. Kode :
Terbitan :
KERANGKA No. Revisi :
PEMERINTAH ACUAN Tgl. Mulai Berlaku PUSKESMAS
:
KAB. PEMALANG Halaman WATUKUMPUL
:

Tanda Tangan
Ditetapkan Oleh : dr. M. MAEZI ZE
Kepala PUSKESMAS NIP. 19770521 200701 1 002
WATUKUMPUL
………………………………

A. PENDAHULUAN
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin,
negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi
kurang, hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi
lebih (Soekirman, 2000).
Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan,
Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang
pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi
lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai
dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan
sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak
sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik. Dengan
lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun penyakit
masyarakat lainnya dapat dihindari. Di tingkat masyarakat faktor-faktor seperti lingkungan
yang higienis, ketahanan pangan keluarga, pola asuh terhadap anak dan pelayanan
kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi buruk.
Secara makro, dibutuhkan ketegasan kebijakan, strategi, regulasi, dan koordinasi
lintas sektor dari pemerintah dan semua stakeholders untuk menjamin terlaksananya poin-
poin penting seperti pemberdayaan masyarakat, pemberantasan kemiskinan, ketahanan
pangan, dan pendidikan yang secara tidak langsung akan mengubah budaya buruk dan
paradigma di tataran bawah dalam hal perawatan gizi terhadap keluarga termasuk anak.
Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan
masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia. Indikator yang
digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia antara lain
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Pada umumnya
IPM dan IKM mempunyai komponen yang sama, yaitu angka harapan hidup
PELACAKAN GIZI KURANG
No. Kode :
Terbitan :
KERANGKA No. Revisi :
PEMERINTAH ACUAN Tgl. Mulai Berlaku PUSKESMAS
:
KAB. PEMALANG Halaman WATUKUMPUL
:

Tanda Tangan
Ditetapkan Oleh : dr. M. MAEZI ZE
Kepala PUSKESMAS NIP. 19770521 200701 1 002
WATUKUMPUL
………………………………

(tingkat kesehatan), penguasaan ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) dan standar


kehidupan yang layak (tingkat ekonomi). Pada IPM, standar hidup layak dihitung dari
pendapatan per kapita, sementara IKM diukur dengan persentase penduduk tanpa akses
terhadap air bersih, fasilitas kesehatan, dan balita kurang gizi.Tiga faktor utama penentu IPM
yang dikembangkan UNDP adalah tingkat pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiga faktor
tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat.
Salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah upaya
perbaikan gizi yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Kurang gizi
akan berdampak pada penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut dapat berakibat pada
kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan
produktivitas, meningkatkan kesakitan serta kematian. Visi pembangunan gizi adalah
“Mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat/keluarga
yang optimal”.
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama, yaitu kurang gizi
mikro dan kurang gizi makro. Kurang gizi makro pada umumnya disebabkan oleh kekurangan
asupan energi dan protein dibanding kebutuhannya yang menyebabkan gangguan
kesehatan, sedangkan kurang gizi mikro disebabkan kekurangan zat gizi mikro. Gizi buruk
adalah bentuk terparah dari proses terjdinya kekurangan gizi menahun. Anak balita sehat
atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat
badan menurut umurnya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat
badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalu sedikit dibawah
standar disebut gizi kurang. Apabila jauh dibawah standar disebut gizi buruk.
B. TUJUAN
Sasaran mengetahui tentang konsep teori kekurangan gizi dan mampu menyebutkan
hal – hal yang berperan penting dalam penanganan dan pencegahan kekurangan gizi.
C. KEGIATAN POKOK
1. Penyediaan leaflet
2. Pendidikan Kesehatan kepada individu
3. Pendidikan Kesehatan kepada kelompok
D. STRATEGI
1. Memberikan akses pelayanan kepada masyarakat
2. Membangun kemitraan dan memperkuat kerjasama lintas program serta lintas
sektor
3. Menjamin ketersediaan sarana dan prasarana Penkes
PELACAKAN GIZI KURANG
No. Kode :
Terbitan :
KERANGKA No. Revisi :
PEMERINTAH ACUAN Tgl. Mulai Berlaku PUSKESMAS
:
KAB. PEMALANG Halaman WATUKUMPUL
:

Tanda Tangan
Ditetapkan Oleh : dr. M. MAEZI ZE
Kepala PUSKESMAS NIP. 19770521 200701 1 002
WATUKUMPUL
………………………………

E. SASARAN
1. Individu
2. Kelompok
3. Keluarga
F. JADWAL
1. Sesuai Jadwal Pelayanan di dalam gedung
2. Sesuai jadwal pelayanan luar gedung
3. Terintegrasi dengan Lintas Program dan Lintas sector
G. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Sasaran terlayani dengan baik
2. Sasaran memahami dan mampu menjelaskan Konsep Kekurangan Gizi
H. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Dilaksanakan sesuai dengan format baku yang sesuai dengan Pedoman
Penyelenggaraan Program Gizi

Penanggung jawab Program Gizi

YUYUN DEWI KURNIATI,AMd


NIP. 19820614 200501 2 009

Вам также может понравиться