Вы находитесь на странице: 1из 20

MAKALAH SWAMEDIKASI

“INSECT BITE”

Oleh :
Kelas B

1. Windy Tri Kurnianti (1820364081)


2. Windy Yuli Lestari (1820364082)
3. Yuliani Setiawati (1820364083)
4. Yuliati Lika Ambu (1820364084)
5. Yusafian Bagus Kris Damas (1820364085)
6. Zainab (1820364086)
7. Zaniroh (1820364087)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Insect bite (gigitan serangga) adalah kelainan akibat dari gigitan atau
sengatan serangga yang disebabkan oleh reaksi terhadap toksin atau alergen yang
dikeluarkan artropoda penyerang. Serangga penggigit tersebut menyebabkan efek
negatif pada makhluk hidup yang terkena sengatnya. Sinonim termasuk bedbug
bite, bee sting, black widow spider bite, brown recluse bite, flea bite, honey bee or
hornet sting, lice bite, mite bite, scorpion bite, spider bite, wasp sting, yellow jacket
sting.
Insect bite (gigitan serangga) merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang cukup besar saat ini terutama rentan terhadap bayi dan anak-anak. Insect bite
ini disebabkan oleh filum Artropoda kelas Insekta. Gigitan serangga dapat
menunjukkan masalah yang serius, karena beberapa faktor yaitu reaksi alergi berat
(anafilaksis). Reaksi ini tergolong tidak biasa karena dapat mengancam kehidupan
dan membutuhkan pertolongan darurat. misalnya reaksi racun oleh gigitan atau
sengatan serangga, racun dari lebah, tawon, atau semut api. Faktor yang lain juga
bisa menyebabkan infeksi virus dan parasit yang ditularkan melalui nyamuk. Akibat
dari gigitan serangga bisa menimbulkan gejala klinis yaitu : bengkak, merah, dan
rasa gatal pada area yang digigit. Apabila kulit yang terinfeksi digaruk, dengan
garukan yang kuat bisa menyebabkan infeksi sekunder lagi yaitu selulitis.
Pencegahan pada gigitan serangga juga dibutuhkan yaitu penangkal
insekta (insect repellents). Akan tetapi, penangkal insekta yang digunakan ini
berbeda dengan insektisida, penangkal ini tidak membunuh insekta, tapi mencegah
gigitan ataupun sentuhan pada kulit. Efektifnya penangkal ini karena nontoksik,
nonalergen, noniritan, tidak merusak pakaian, mudah digunakan dan murah.
II. Rumusan masalah
1. Apakah definisi gigitan seerangga?
2. Bagaimana epidemiologi gigitan serangga?
3. Bagaimana etiologi gigitan serangga?
4. Bagaimana patofisiologi dari gigitan serangga?
5. Bagaimana gambaran klinis dari gigitan serangga?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari gigitan serangga?
7. Bagaimana tatalaksana terapi dari gigitan serangga?
III. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gigitan seerangga
2. Untuk mengetahui epidemiologi gigitan serangga
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari gigitan serangga
4. Untuk mengetahui gambaran klinis dari gigitan serangga
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari gigitan serangga
6. Untuk mengetahui tatalaksana terapi dari gigitan serangga
BAB II
PEMBAHASAN

I. Definisi
Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) adalah reaksi yang disebabkan oleh
gigitan yang biasanya berasal dari bagian mulut serangga dan terjadi saat serangga
berusaha untuk mempertahankan diri atau saat serangga tersebut mencari
makanannya. Gigitan serangga dapat menyebabkan reaksi alergi, namun
pengetahuan ilmiah mengenai alergi terhadap gigitan serangga masih terbatas.
Reaksi paling sering dilaporkan terjadi setelah digigit nyamuk dan sejenisnya, serta
dari golongan serangga Triatoma. Sayangnya, strategi manajemen untuk
mengurangi risiko insect bite reaction ke depannya masih kurang dikembangkan
dan kurang efektif bila dibandingkan dengan alergi terhadap sengatan serangga.
II. Epimediologi
Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama diseluruh
dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena
musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi di
sekitar kita. Prevalensi antara pria dan wanita sama. Bayi dan anak-anak lebih
rentan terkena gigitan serangga dibandingkan orang dewasa. Salah satu faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit ini adalah lingkungan sekitar seperti tempat
mencari mata pencaharian yaitu perkebunan, persawahan dan lain-lain.
III. Etiologi
Insect bite reaction disebabkan oleh artropoda kelas insekta. Insekta
memiliki tahap dewasa dengan karakter eksoskeleton yang keras, 3 pasang kaki,
dan tubuh bersegmen dimana kepala, toraks, dan abdomennya menyatu. Insekta
merupakan golongan hewan yang memiliki jenis paling banyak dan paling
beragam. Oleh karena itu, kontak antara manusia dan serangga sulit dihindari.
Paparan terhadap gigitan atau sengatan serangga dan sejenisnya dapat berakibat
ringan atau hampir tidak disadari ataupun dapat mengancam nyawa.
Secara sederhana gigitan dan sengatan serangga dibagi menjadi 2 grup yaitu
Venomous (beracun) dan non-venomous (tidak beracun). Serangga yang beracun
biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah. Ini
merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikkan
racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak beracun
menggigit atau menembus kulit dan masuk menghisap darah, ini biasanya yang
menimbulkan rasa gatal. Ada 30 lebih jenis serangga tetapi hanya beberapa saja
yang bisa menimbulkan kelainan kulit yang signifikan. Kelas arthopoda yang
melakukan gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas :
1. Kelas Arachnida
a. Acarina
b. Araniae (Laba-laba)
c. Scorpionidae (Kalajengking)
2. Kelas Chilopoda (Lipan) dan Diplopoda (Luing)
3. Kelas Insekta
a. Anoplura (Pthyreus pubis, Pediculus humanus, Capitis et corporis)
b. Coleoptera (Kumbang)
c. Dipthera (Nyamuk dan Lalat)
d. Hemiptera (Kutu busuk)
e. Hymenoptera (Semut, Lebah dan Tawon)
f. Lepidoptera (Kupu-kupu)
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan
serangga diantaranya adalah : 6

1. Reaksi alergi berat (anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun
dapat mengancam kehidupan dan membutuhkan pertolongan darurat.
2. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga. Serangga atau
laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya :
 Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
 Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
 Laba-laba gembel (hobo)
 Kalajengking
3. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
4. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
5. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
6. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum)
digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan serangga.
7. Infeksi virus. Infeksi dari nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile
kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
8. Infeksi parasit. Infeksi dari nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya
malaria.
IV. PATOGENESIS
Gigitan atau sengatan serangga menyebabkan luka kecil. Kemudian, lesi
yang terjadi menyebabkan sistem imun tubuh bekerja sebagai respon terhadap
benda asing yang masuk (dalam hal ini gigitan atau sengatan serangga) dengan
mengeluarkan antibodi. Hipersensitivitas yang terjadi pada lesi terhadap kulit
akibat gigitan atau sengatan serangga melalui mediatornya yang disebut
immunoglobulin E (IgE). Akibat reaksi tersebut bisa memberikan rasa gatal dan
effloresensi berupa papul, nodul dan vesikel biasanya timbul +48 jam setelah
gigitan atau sengatan tersebut. Manifestasi tersebut merupakan suatu reaksi delayed
hypersensitivity (type IV cell-mediated immunity) melalui antigen selama gigitan
tersebut.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan racun (bisa) yang
tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada
penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak dilokasi
yang tersengat.
Sengatan dan saliva adalah suatu komponen yang kompleks dari gigitan
serangga yang menyebabkan luka kecil. Reaksi awal yang berperan pada reaksi
adalah histamin, serotonin, formic acid atau kinin. Selanjutnya terjadi perlambatan
reaksi yang merupakan manifestasi tipikal dari respon imun dari host terhadap
alergen protein-aceous
Misalnya gigitan dari lebah, tawon, penyengat, dan semut api adalah bagian
dari Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi
yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang
diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan
oleh sengatan ular. Lebah, tawon, dan semut api berbeda-beda dalam menyengat.
Ketika lebah menyengat, dan melepaskan seluruh alat sengatnya, pada saat
menyengat, lebah tersebut mati ketika proses menyengat itu terjadi. Seekor tawon
dapat menyengat berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya
setelah ia menyengat. Sedangkan semut api menyengatkan racunnya (bisanya)
dengan menggunakan rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka dapat
menyengatkan racun (bisa) berkali-kali.

V. GAMBARAN KLINIS
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai
macam faktor yang mempengaruhi. Gejala sangat tergantung pada jenis serangga
dan individu. Kebanyakan gigitan serangga menyebabkan kemerahan, bengkak,
nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga
tersebut.

Gambar 1. Eritematous akibat gigitan serangga*


Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena
gigitan tersebut terluka. Urtikaria papular juga bisa terjadi sementara. Gatal sebagai
petanda, dan lesi 1-4 mm urtikaria papul eritemaatous. Lesi sering terasa gatal dan
terdapat ekskoriasi papul karena garukan akibat gatal. Jika luka tersebut tidak
dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut.
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, sesak napas, dan
pingsan merupakan gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis. Ini juga diakibatkan
karena alergi pada gigitan serangga. Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak
pada tenggorokan dan kematian karena gangguan pernafasan.
Gambar 2*

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap untuk melihat eosinofil, khususnya jika
pasien demam dan dicurigai terjadi infeksi bakteri sekunder. Juga dapat dilakukan
tes tusuk dengan alergen tersangka. Tes serologi dapat membantu untuk diagnosis
arthropod-borne disease.
B. Pemeriksaan Histologi
Biopsi untuk preparat histologi dapat memberikan informasi gigitan
dan sengatan artropoda yang memproduksi a wedge-shape infiltrat perivaskular
yang banyak terdapat limfosit dan eosinofil. Reaksi gigitan bulla sebagai inflamasi
subepidermal.8 Pada urtikaria papular, terdapat edema pada dermis papilar yang
prominen dan infiltrat eosinofil pada inflamasi kronik perivaskular.
I. DIAGNOSIS
Diagnosis awal gigitan serangga selain anamnesa juga dilakukan
pemeriksaan fisis yaitu inspeksi, palpasi pada kulit. Serta adanya riwayat gigitan
serangga sebelumnya penting untuk diketahui. Adanya gambaran klinis, seperti
gatal, bengkak ataupun rasa terbakar, dan lesi 1-4 mm urtikaria papul eritematous.
Lesi sering terasa gatal dan terdapat ekskoriasi papul karena garukan akibat gatal
II. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding dari insect bite adalah
1. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum
Arhtropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi.
Gambar 3. Skabies di daerah tangan*

Gambar 4. Scabies on the Arm*


Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya
papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. dengan garukan dapat timbul erosi,
akskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.12,13
2. Urtikaria adalah reaksi vaskular dikulit akibat bermacam-macam sebab,
biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di
permukaaan kulit, sekitar nya dapat dikelilingi halo. Keluhan subyektif
biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk.15
Gambaran 5. Allergic urticaria on the shin induced by an antibiotic**

Angioedema ialah yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam daripada
dermis, dapat di submukosa, atau di subkutis, juga dapat mengenai saluran napas,
saluran cerna, dan organ kardiovaskular.
Psikis dalam hal ini tekanan jiwa dapat memacu sel mass atau langsung
menyebabkan peningkatan permaebilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata hampi
11,5% penderita urtikaria menunjukkan gangguan psikis.
VII. PENATALAKSANAAN TERAPI
1. Perlakuan non-farmakologis terhadap gigitan serangga dan sengatan:
Untuk kebanyakan kasus yang tidak dianggap darurat, rekomendasikan
pertolongan pertama secara umum seperti:
a. Aplikasi kompres dingin untuk meminimalkan pembengkakan dan
memperlambat penyebaran racun.
b. Mandi dengan Oatmeal atau baking soda mandi untuk menenangkan gatal.
c. Aplikasi pasta baking soda dan air, diamkan selama 15 sampai 20 menit.
d. Menganjurkan berbaring dan menurunkan lengan atau kaki yang tersengat.
e. Pengambilan kutu yang cepat dan hati-hati - Gunakan pinset untuk
menangkap kutu di dekat kepala atau mulutnya dan tarik perlahan untuk
melepaskan kutu keseluruhan tanpa menghancurkannya. Jika
memungkinkan, segel kutu di toples dan bawa ke dokter. Cuci tangan dan
gigitan dengan sabun dan air. Pemusnahan profesional mungkin
diperlukan jika gigitan disebabkan oleh infestasi seperti bed bugs.
2. Tatalahsana Terapi farmakologi
a. Prinsip penanganan kasus ini adalah dengan mengatasi respon peradangan
baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Reaksi peradangan lokal dapat
dikurangi dengan sesegera mungkin mencuci daerah gigitan dengan air
dan sabun, serta kompres es.
b. Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi
obstruksi saluran napas. Penanganan pasien dapat dilakukan di Unit Gawat
Darurat. Bila disertai obstruksi saluran napas diindikasikan pemberian
epinefrin sub kutan. Dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid
prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari.
Dalam kondisi stabil, terapi yang dapat diberikan yaitu:
1) Sistemik
a) Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari
selama 7 hari atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari.
b) Antihistamin non sedatif: loratadin 1 x 10 mg per hari selama 7
hari.
2) Topikal
Kortikosteroid topikal potensi sedang-kuat: misalnya krim
mometason furoat 0,1% atau krim betametason valerat 0,5% diberikan
selama 2 kali sehari selama 7 hari. Jika reaksi lokal ringan, dikompres
dengan larutan asam borat 3%, atau kortikosteroid topikal seperti krim
hidrokortison 1- 2%.
Potensi Contoh
Ringan Hidrokortison 1%
Kuat-sedang Klobetason butirat 0,05%
Kuat Betametason 0,1%
Hidrokortison butirat
Sangat kuat Klobetasol propionat

A. Penjelasan tetang obat


1. Antihistamin
a. Antihistamin sedatif
 Klorfeniramin maleat
Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria; pengobatan darurat
reaksi anafilaktik.

Peringatan:
lihat keterangan di atas; glaukoma sudut sempit, kehamilan,
menyusui, retensi urin, hipertropi prostat, pasien dengan lesi
vokal vorteks serebrum; hindari mengemudi dan menjalankan
mesin, sensitivitas silang dengan obat sejenis; penyuntikan dapat
menimbulkan iritasi dan menyebabkan hipotensi sekilas atau
stimulasi SSP.
Interaksi:
alkohol, depresan SSP, anti kolinergik, penghambat MAO.
Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas; serangan asma akut, bayi prematur.
Efek Samping:
lihat keterangan di atas; sedasi, gangguan saluran cerna, efek
antimuskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinnitus, euforia, nyeri
kepala, stimulasi SSP, reaksi alergi, kelainan darah.
Dosis:
oral: 4 mg tiap 4-6 jam; maksimal 24 mg/hari. Anak di bawah 1
tahun tidak dianjurkan; 1-2 tahun 1 mg 2 kali sehari; 2-5 tahun 1
mg tiap 4-6 jam, maksimal 6 mg/hari; 6-12 tahun 2 mg tiap 4-6
jam, maksimal 12 mg/hari. Injeksi subkutan atau intramuskular:
10-20 mg, diulang bila perlu maksimal 40 mg dalam 24
jam.Injeksi intravena lambat, lebih dari 1 menit: 10-20 mg
dilarutkan dalam spuit dengan 5-10 ml darah atau dengan NaCl
steril 0,9% atau air khusus untuk injeksi.
 Setirizin
Indikasi:
rinitis menahun, rinitis alergi seasonal, konjungtivitis, pruritus,
urtikaria idiopati kronis.
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap obat dan komponennya, kehamilan,
menyusui.

Efek Samping:
sakit kepala, pusing, mengantuk, agitasi, mulut kering, rasa tidak
nyaman di perut, reaksi hipersensitif seperti reaksi kulit dan
angioudem.
Dosis:
Dewasa dan anak diatas 6 tahun: 10mg/hari pada malam hari
bersama makanan. Anak 3-6 tahun, hay fever: 5 mg/hari pada
malam hari atau 2,5 mg pada pagi dan malam hari. Tidak ada data
untuk menurunkan dosis pada pasien lansia. Insufisiensi ginjal,
dosis 1/2 kali dosis rekomendasi.
b. Antihitamin non sedatif
Loratadin
Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria.
Peringatan:
hamil, menyusui; lihat juga antihistamin di depan Insiden sedasi dan
antimuskarinik rendah.
Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas; bayi prematur dan bayi baru lahir, asma akut,
kehamilan (lihat Lampiran 4) dan menyusui (lihat Lampiran 5).
Efek Samping:
lesu, nyeri kepala; sedasi dan mulut kering, jarang; lihat keterangan di
atas.
Dosis:
10 mg/hari. Anak: 2-12 tahun, di bawah 30 kg, 5 mg/hari; lebih dari
30 kg, 10 mg/hari.
2. Kortikosteroid topikal
 Mometason Furoat 0,1%
Indikasi:
rhinitis seasonal dan menahun terutama pada alergi sedang sampai
berat yang menetap pada anak usia di atas 3 tahun.

Peringatan:
infeksi mukosa hidung, pembedahan hidung, trauma karena
menggunakan kortikosteroid nasal aktif, tuberkulosis, infeksi jamur
dan bakteri yang tidak dirawat, infeksi viral sistemik, herpes simplek
okular, hamil dan menyusui.
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap mometason furoat, infeksi hidung lokal.
Efek Samping:
epistaksis (frank bleeding, blood tinged mucus, blood fleck), faringitis,
rasa seperti terbakar pada hidung, sakit kepala, kurang umum
palpitasi.
Dosis:
rhinitis seasonal atau menahun: inisial priming 6-7 aktuasi (tiap
aktuasi 100 mcg mometason furoat suspensi mengandung 50 mcg
mometason furoat).
Profilaksis atau terapi pada: 2 spray (tiap nostril mengandung 200
mcg) 1 kali sehari jika gejala terkontrol.
Anak di atas 12 tahun: 1 spray (tiap nostril mengandung 100 mcg) satu
kali sehari jika gejala tidak terkontrol ditingkatkan menjadi 2 spray
(total 400 mcg).
Anak 3-11 tahun dosis rekomendasi: 50 mcg/ spray dalam tiap nostril
1 kali sehari (total 100 mcg).
Mula kerja signifikan setelah 12 jam pemberian pertama, manfaat
lengkap didapat setelah 48 jam.
 Betametason Valerat 0,5%
Indikasi :
Untuk meringankan inflamasi dari dermatosis yang responsif terhadap
kortikosteroid.
Dosis :
Dioleskan secara tipis dan merata pada bagian kulit yang meradang /
sakit, dilakukan 2 atau 3 kali sehari atau sesuai dengan petunjuk
dokter.
Kontraindikasi:
 TBC kulit
 Tidak untuk penyakit kulit yang disebabkan oleh virus seperti:
cacar, herpes zoster dan setelah vaksinasi.
 Tidak untuk infeksi yang disebabkan jamur.
 Rosacea, acne vulgaris
 Dermatitis perioral, genital pruritus
 Penderita yang hipersensitif terhadap komponen diatas.
Efek Samping
 Penggunaan kortikosteroid topikal dapat menyebabkan efek
samping lokal seperti: kulit kering, gatal-gatal, rasa terbakar,
iritasi, folikulitis, hipertrikosis, erupsi menyerupai acne,
hipopigmentasi, dermatitis perioral, dermatitis alergi kontak.
 Penggunaan-
bersamapembalutoklusiLdapatmeningkatkaninsideD maserasi
kulit, atrofi kulit, striae, miliaria dan infeksi sekunder.
 Hidrokortison
Komposisi:
- Hydrocortisone cream 1%, tube 5 gram
- Hydrocortisone cream 2,5%, tube 5 gram
Farmakologi:
Hidrokortison asetat adalah suatu senyawa antiradang dari golongan
kortikosteroid yang sangat efektif untuk obat kulit. Pada penyakit kulit
yang disebabkan oleh alergi, krim Hidrokortison Asetat akan segera
memberi efek berkurangnya radang, rasa gatal dan sakit.
Indikasi:
Menekan reaksi radang pada kulit yang bukan disebabkan infeksi
seperti: eksema, dermatitis alergi, dermatitis seboreik, intertrigo, ruam
"popok" pada bayi, pruritus yang tidak dapat diatasi dengan cara lain.

Kontraindikasi
- Penderita yang hipersensitif terhadap hidrokortison.
- Inveksi virus.
- Tuberkulosis kulit.
- Pada akne, rosasea, dermatitis perioral dapat memperburuk
keadaan.
Dosis dan Cara Pemberian:
Dioleskan tipis pada kulit 2 - 3 kali sehari.
Catatan: Krim dipakai untuk lesi basah.
Efek Samping:
Pada penderita yang sensitif dapat timbul reaksi seperti: rasa terbakar,
gatal, kekeringan, atropi kulit serta infeksi sekunder.
Peringatan dan Perhatian:
- Bila terjadi iritasi, pengobatan harus dihentikan.
- Pada wanita hamil, pemberian untuk jangka lama ataupun dosis
besar tidak dianjurkan.
B. Konseling dan Edukasi
Keluarga diberikan penjelasan mengenai:
a. Minum obat secara teratur.
b. Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, memakai baju berlengan
panjang dan celana panjang, pada beberapa kasus boleh memakai
mosquito repellent jika diperlukan, dan lain-lain agar terhindar dari gigitan
serangga.
Kasus
Seorang perempuan berumur 40 tahun datang keapotek untuk membeli obat gatal
pada lehernya, dengan keluhan rasa tidak nyaman, gatal, nyeri, merah dan sedikit
bengkak sebesar uang logam, ia bekerja sebagai petani disawah, dan merasa telah
digigit serangga.
Pengobatan : klorfeniramin maleat 3x1 setiap 8 jam, hidrokortison krim 1%
dioleskan tipis tipis pada yang merah dan gatal secukupnya.
Sosiodrama
Apoteker : selamat pagi, ada yang bisa saya bantu
Pasien : pagi, ini mbak saya mau beli obat gatal
Apoteker : sebelumnya perkenalkan saya.... apoteker di apotek setia budi, gatalnya
disebelah mana ya bu ?
Pasien : di leher mbak
Apoteker : rasa gatalnya timbul sejak kapan ya bu ?
Pasien : 3 hari yang lalu, saya ini kerja di sawah waktu pulang itu leher saya gatal
sekali, nyeri, kok kelama lama an bengkak mbak
Apoteker : apa sebelumnya sudah pernah mengalami seperti itu bu ?
Pasien : belum mbak, sepertinya saya digigit serangga, ini gatal sekali mbak saya
mau beli obat gatal, kemarin saya garuk jadi ini lebih besar bengkaknya.
Apoteker : apa sudah diobati ibu ?
Pasien : kemarin saya kompres air dingin mbak, tapi tetap gatal
Apoteker : jadi begini ya bu, kemungkinan itu disebabkan gigitan serangga waktu
ibu di sawah, ini saya ada obat untuk gatalnya ini ada yang diminum sama yang
dioleskan ibu
Pasien : ini harus dua duanya ya mbak
Apoteker : obat yang diminum saja sudah cukup bu, tapi kalau ingin cepat bisa
diberikan obat yang oles
Pasien : iya mbak saya mau dua duanya aja tidak uat sama gatalnya
Apoteker : ini yang diminum klorpeniramin maleat 4mg 3x1 ya bu setiap 8 jam
yang ini obat oles hidrokortison 1% dioleskan tipis tipis pada yang gatal
secukupnya ya bu, sebelum mengoleskan ibu cuci tangan dulu kemudian benjolan
pada leher yag gatal dicuci dengan sabun, dikeringkan kemudian dioleskan tipis
tipis secara merata di daerah yang merah dan gatal
Pasien : iya mbak
Apoteker : ini efek samping obat yang minum bisa membuat ngantuk ya bu, jika
sampai 3 hari tidak kunjung baik atau masih gatal hubungi dokter ya bu.
Pasien : iya mbak
Apoteker : bisa diulang bu penjelasan saya ?
Pasien : iya mbak ini obatnya yang minum 3x1 setiap 8 jam efek sampingnya
ngantuk, untuk obat oles di oleskan tipis tipis pada yang gatal secukupnya
sebelumnya cuci tangan dan benjolannya dicuci dengan sabun.
Apoteker : sudah paham ya bu, oh iya bu sebaiknya kalau di sawah gunakan baju
yang tertutup untuk menghindari gigitan serangga
Pasien : iya mbak
Apoteker : ini harganya 10 ribu bu
Pasien : ini mbak
Apoteker : iya bu, ada yang ditanyakan lagi ibu ?
Pasien : enggak mbak
Apoteker : baik bu jangan lupa obatnya disimpan di kotak obat, di suhu kamar,
hindari jangkauan anak anak ya bu. Cepat sembuh
BAB III
KESIMPULAN
Insect bite adalah suatu makhluk hidup berupa serangga penggigit yang
menyebabkan efek negatif pada makhluk hidup yang terkena sengatnya. Sinonim
dari insect bite yaitu bedbug sting; bite-insects, bees and spider; black widow spider
bite; honey bee; lice bites.
Insect bite adalah variabel tergantung pada berbagai faktor. Akibat dari
sengat atau gigitan insekta adalah bengkak, merah, dan rasa gatar pada area yang
digigit. Kulit akan terinfeksi apabila daerah yang tersengat serangga digaruk.
Apabila tidak dirawat dengan baik maka inflamasi gigitan akan mengakibatkan
suatu kondisi yang disebut sellulitis. Manusia dapat mengalami reaksi yang
menyakitkan pada area yang digigit insekta karena mempunyai gejala alergi pada
penyengat yang dikenal sebagai anaphylaxis. Gejala alergi yang dapat terjadi
meliputi pruritus, eritem, dan edem, pemendekan napas bahkan kematian. Apabila
ada sengatan atau gigitan pada lidah akan menyeabkan edem kerongkongan dan
kematian oleh karena obstruksi saluran pernapasan.
Terapi topikal yang terdiri dari mentol, phenol, atau camphor mungkin
diberikan untuk penanganan awal, dapat juga diberikan antihistamin oral untuk
mengurangi rasa gatal. Topikal steroid mungkin juga sangat membatu untuk reaksi
yang sensitif terhadap gigitan tersebut. Pasien dengan gigitan yang banyak dan
reaksi berat dapat dianjurkan istirahat total dan diberikan steroid sistemik dosis
sedang. Infeksi sekunder dapat dikontrol dengan pemberian terapi topikal dan
antibiotik oral.
DAFTAR PUSTAKA

Karmen. Insect Bites. [online]. 2006 [cited 2008 June 13]: [3 screens]. Available
from: URL: http://www.fkuii.insectbites7
Perez E. Insect Bite and Stings. [online]. 2006 [cited 2008 June 16]: [5 screens].
Available from: URL: http://www.umm.edu/ency/article/000033.htm
Elston DM. Insect Bite. [online]. 2007 [cited 2008 June 15]: [13 sreens]. Avalaible
from: URL: http://www.emedicine.com/derm/topic467.htm
Wilson DC, King LE. Arthropod Bites and Stings. in: Freedberg IM, Eisen AZ,
Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrick TB, eds.
Dermatology in General Medicine 5th Volume II. New york: McGraw-
Hill; 1999.p.2685-91
Rohmi N. Insect Bites. [online]. 2006 [cited 2008 June 13]: [4 screens]. Available
from: URL: http://www.fkuii.insectbites7
Duldner JE. Insect Bites and Stings. [online]. 2007 [cited 2008 June 13]: [3
screens]. Available from: URL: http://www.medlineplus
Wikimedia Foundation, Inc. Parasit. [online]. 2008 [cited 2008 June 13]: [1 screen].
Avalaible from: URL: http://id.wikipedia.org/wiki/parasitisme
Handoko RP. Skabies. in: Djuanda A, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Indonesia: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI; 2003.p.119-
20
Wikimedia Foundation, Inc. Scabies. [online]. 2008 [cited 2008 June 23]: [4
screens]. Avalaible from: URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Scabies
Aisah S. Urtikaria. in: Djuanda A, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Indonesia:
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI; 2003.p.153
Wikimedia Foundation, Inc. Urticaria. [online]. 2008 [cited 2008 June 23]: [4
screens]. Avalaible from: URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Urticaria

Вам также может понравиться