Kelompok 1

D/KP/III

“Ekses Dugaan Salah Transfusi Darah pada Pasien”

Nama :
Kusuma Mu’aedy Zofir
Dzulkifli Ladyku
Hendry Gunawan
M.Saiufullah

Pengertian Keselamatan Kerja Yang dikutip dari beberapa sumber adalah :

1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian
sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi
keamanan tenaga kerja Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan
distribusi, baik barang maupun jasa (Suma’mur, 1996).
2. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaannya.
3. Keselamatan Kerja Adalah Segala upaya untuk mengurangi Kemungkinan Terjadinya
kecelakaan saat melakukan pekerjaan.
4. Keselamatan Kerja adalah Tindakan aktif setiap orang untuk menjaga keselamatan dirinya
dari hal-hal yang tidak diiginkan.
5. Keselamatan kerja adalah system perlindungan diri terhadap segala kemungkinan yang
dapat menyebabkan kecelakaan
6. Keselamatan Kerja adalah tindakan preventif terhadap kecelakaan yang dilakukan sebagai
bentuk tanggungjawab diri saat bekerja
Contoh Kasus 1

Ekses Dugaan Salah Transfusi Darah pada Pasien

LHOKSEUMAWE - Manajemen Rumah Sakit (RS) Arun, Lhokseumawe, mulai Rabu (6/4),
menonaktifkan sementara tiga perawatnya, selama berlangsung proses hukum kasus dugaan
kesalahan transfusi darah terhadap pasien. Hal itu disampaikan Penanggungjawab RS Arun,
Hariadi, kepada Serambi, kemarin.
Hariadi menyebutkan, ketiga perawat tersebut dibebastugaskan karena terlibat langsung dalam
proses transfusi darah pada pasien bernama Badriah Daud (56), warga Geulumpang Sulu Timur,
Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, hingga pasien itu mengalami kejang-kejang, koma, bahkan
harus menjalani cuci darah, seperti dilaporkan keluarganya.
Hariadi menjelaskan, ketiga perawat itu, dua diantaranya yang melakukan transfusi darah pada
pasien, dan seorang lainnya adalah petugas laboratorium. Kedua perawat itu dinonaktifkan
karena mereka melakukan transfusi darah tanpa konfirmasi atau pemberitahuan pada atasannya.
Sementara petugas laboratorium dinonaktifkan karena yang bersangkutan membenarkan bahwa
darah yang akan ditranfusikan malam itu untuk Badriah, juga tanpa pemberitahuan ke atasannya.
“Seharusnya kalau meragukan, mereka harus menghubungi atasannya, itu sesuai SOP di rumah
sakit ini,” jelas Hariadi.
Menurut Hariadi, ketiga perawat tersebut dibebastugaskan untuk sementara waktu, sambil
menunggu proses hukum selesai. Jika nanti perkara ini bisa diselesaikan secara damai tanpa ada
proses hukum, ketiganya akan langsung dipekerjakan kembali. “Tapi jika proses hukum
berlanjut sampai ke pengadilan, kami pihak rumah sakit tidak lepas tangan, dan tetap akan
memberikan advokasi terhadap tiga perawat tersebut,” pungkasnya.
Seperti diberitakan, RS Arun Lhokseumawe dan UTD PMI Aceh Utara dilaporkan ke Polres
Lhokseumawe atas dugaan kesalahan transfusi golongan darah pada pasien, dari yang seharusnya
golongan darah O, tapi yang ditransfusikan golongan darah B. Akibatnya, pasien mengalami
kejang-kejang, koma beberapa kali, bahkan harus menjalani curi darah.
Menurut laporan keluarga, transfusi darah golongan B dilakukan terhadap Badriah pada 3 Maret
2016. Sedangkan saat kembali lagi ke rumah sakit itu pada 10 Maret karena kondis Badriah
kembali drop, petugas meminta keluarga menyiapkan darah B untuk kebutuhan cuci darah.
Karena curiga ada kesalahan, keluarga melapor ke polisi pada 13 Maret 2016.
Sementara itu, pihak UTD PMI menyatakan bahwa mereka sudah bekerja sesuai prosedur,
karena darah yang diberikan kepada pasien sesuai dengan permintaan dari rumah sakit.
Sedangkan pihak RS Arun menyebutkan bahwa pihaknya sudah mengecek tiga kali ke UTD PMI
hingga memastikan bahwa darah tersebut benar untuk Badriah.
Anak kandung Badriah, Fauzan menegaskan, kelaurganya tetap akan menyelesaikan persoalan
tersebut melalui jalur hukum. “Kami sudah memberikan kuasa pada LBH. LBH akan
memperjuangkan seluruh harapan kami,” tegas kata Fauzan kepada Serambi, kemarin.
Selain itu, Fauzan juga menyatakan kekecewaan keluarga atas pernyataan Penanggungjawab RS
Arun yang menyebutkan bahwa ibunya harus menjalani cuci darah karena sudah memiliki
riwayat gagal ginjal.
“Saya perjelas bahwa ibu saya tidak ada riwayat gagal ginjal. Ibu baru mengalami gagal ginjal
setelah kesalahan transfusi darah tersebut. Saya harap pihak rumah sakit Arun jangan asal bicara
saja,” kata Fauzan yang juga seorang tenaga medis.
Ia menambahkan, sampai saat ini ibunya masih lemas dan tidak bisa lagi berjalan sendiri.
Padahal sebelum ada kesalahan transfusi darah itu, ibunya masih bisa jalan sendiri. “Sekarang ini
ibu masih sering mual-mual dan muntah-muntah. Tidak ada nafsu makan,” katanya.
Sementara itu, Kapolres Lhokseumawe AKBP Anang Triarsono, melalui Kasat Reskrim KAP
Yasir, menyebutkan, sampai saat ini pihaknya masih menunggu konfirmasi dari pengurus Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) Cabang Lhokseumawe terkait pemeriksaan saksi ahli. “Jadi usai
pemeriksaan saksi ahli, baru kita tahu langkah selanjutnya dalam perkara ini,” demikian AKP
Yasir.
Solusi

Dari pada mengobati, lebih baik kita mencegah. Adapun beberapa tips itu, anatara lain :

 Pilihlah tempat pengobatan yang memiliki reputasi yang baik. Jangan ragu bila ternyata lokasi
dan harganya lebih mahal, jika memang tempat tersebut memiliki pelayanan kesehatan yang
baik dan memadai.
 Jangan takut untuk meminta dokter yang kita percayai untuk menangani diri kita. Jika dokter
yang ditawarkan tidak memenuhi criteria kita, lebih baik katakana untuk meminta dokter yang
dapat kita percaya.
 Sangat dianjurkan bagi anda untuk tidak ragu jika anda ingin bertanya pada dokter atas
tindakan medis yang ia lakukan. Tanyakan mengenai dignosa, dasar tindakan yang dilakukan,
dan mengenai manfaat dari tindakan medis yang ia lakukan tersebut.
 Jangan ragu untuk bertanya tentang jenis obat yang ia anjurkan bagi kita. Sebab, tidak sedikit
dokter yang demi mengejar komisi dari perusahaan distributor obat akan memberikan daftar
obat yang lebih banyak dan melampaui komposisi normal kepada pasiennya.

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul 3 Perawat RS Arun

Dinonaktifkan, http://aceh.tribunnews.com/2016/04/07/3-perawat-rs-arun-dinonaktifkan.