Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
“VARIATION SOMACLONAL”
OLEH
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2
3. KESIMPULAN ................................................................................................ 14
ii
1. PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui keragaman yang disebabkan oleh variasi somaklonal
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya variasi
somaklonal
3. Untuk mengetahui teknik mendapatkan variasi somaklonal
4. Untuk mengetahui variasi somaklonal yang terjadi pada beberapa tanaman
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
3
(Thrope, 1990). Variasi somaklonal yang terjadi pada kultur jaringan
ditenggarai oleh sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap variasi yang
dihasilkan dan seberapa banyak variasi yang dihasilkan.
4
kultivar oat, dimana salah satu kultivar memberikan frekuensi keragaman
jumlah kromosom yang lebih tinggi dibanding dengan kultivar lainnya.
Genotipe merupakan faktor penting di dalam menimbulkan variasi
somaklonal, karena genotipe dapat mempengaruhi frekuensi regenerasi
dan frekuensi variasi somaklonal yang terjadi. Elemen genotipik
merupakan aspek penting untuk identifikasi, karena pemulia tanaman yang
menggunakan variasi somaklonal sebagai alat dalam galur atau kultivar
tertentu dan untuk mengetahui apakah genotipe sebagai penentu
variabilitas.
Beberapa genom dapat lebih tidak stabil dibanding tanaman yang
lainnya. Perbandingan suspensi sel diploid, tetraploid, hexaploid gandum
memperlihatkan bahwa sel yang diploid lebih stabil dan yang heksaploid
paling rendah kestabilannya. Selanjutnya genom yang membawa elemen
loncat (transposable elements) diperkirakan lebih tidak stabil dalam kultur
dibanding yang tidak membawa elemen tersebut. Bukti tentang perubahan
aktivitas transposon sebagai hasil kultur jaringan telah dilaporkan oleh
Peschke et al. (1991), tetapi tidak semua perubahan yang terjadi pada
kultur jaringan tanaman (yang mempunyai transposon) dicirikan oleh
perpindahan transposon.
5
kultur kentang juga meningkatkan frekuensi tanaman abnormal. Kondisi
kultur dengan media yang mengandung auksin kuat dapat mengimbas
proses dedifirensiasi, sehingga kromosom menjadi tidak stabil dan
mengganggu siklus mitosis serta replikasi DNA. Ketidakstabilan ini
diduga karena benang-benang (spindle) kromosom tidak normal sehingga
terjadi keragaman kromosom dalam jenis tanaman yang sama.
Zat pengatur tumbuh mempengaruhi variasi somaklonal selama fase
kultur melalui efeknya pada pembelahan sel, tingkat pertumbuhan yang
tidak beraturan (fase pengkalusan), dan proliferasi selektif sel spesifik.
Dalam hal ini terdapat hubungan yang erat antara keberadaan zat pengatur
tumbuh dengan lamanya periode kultur, yaitu fase kalus.
6
beberapa bagian tanaman sehingga menghasilkan polisomatik. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa frekuensi mutasi pada tanaman kentang
yang diregenerasikan tanpa mutagen dari eksplan tangkai dan daun
mencapai sekitar 12,3% sampai 50,3%.
1. Regenerasi Langsung
Teknik regenerasi tanaman melalui kultur jaringan berdasar pada
konsep totipotensi yang diajukan oleh Haberlandt pada tahun 1902.
Percobaan awal adalah untuk menumbuhkan potongan bagian tanaman,
termasuk kultur akar (White, 1934) dan kultur ujung batang (shoot tip)
atau kuncup ketiak (axillary bud) untuk mikropropagasi. Percobaan
setelahnya adalah regenerasi seluruh bagian tanaman melalui
embriogenesis somatik dari kultur jaringan kallus wortel, serta regenerasi
seluruh bagian tanaman dari sel tunggal tembakau.
Pada waktu yang sama Miller (1955) melaporkan bahwa
penambahan rasio auksin dan sitokinin yang tepat dalam nutrisi medium
7
dapat menginduksi regenerasi tanaman dalam kultur. Musharagie dan
Skoog (1962) mengembangkan formulasi nutrisi mineral yang telah
disempurnakan berdasar pada analisis komposisi daun tembakau, yang
dapat mendukung pertumbuhan dan pembelahan sel dan jaringan
tembakau. Saat ini medium tersebut dikenal dengan nama MS, dan telah
memberikan kontribusi yang sangat besar pada teknik kultur jaringan
tanaman.
Dalam perkembangan selanjutnya, ditemukan teknik transfer gen
dan regenerasi tanaman transgenik yang dimediasi oleh Agrobacterium,
yang terbukti sangat berguna dalam proses introduksi sifat agronomis yang
diinginkan pada tanaman transgenic. Penemuan tersebut mempertegas
pentingnya pemanfaatan teknik kultur jaringan tanaman dalam berbagai
penelitian, sejalan dengan usaha pemuliaan tanaman menggunakan
bioteknologi.
Pada cara ini pemilihan eksplan dan media memegang peranan
penting. Pemilihan eksplan untuk mendapat keragaman genetic juga
penting didalam proses morfogenesis, media terutama untuk menghasilkan
tunas atau embrio somatik. Pada tanaman kentang eksplan yang berasal
dari daun lebih banyak memberikan keragaman genetic dari bagian
eksplan lainnya. Keragaman somaklonal dapat ditingkatkan dengan
pemberian mutagen pada eksplan, baik secara fisik maupun secara kimia.
Pemberian mutagen pada eksplan akan menghasilkan mutan utuh (solid
mutan) sedangkan pemberian mutagen pada kalus akan menghasilkan
mutan parsial (chimeric mutan), pemuliaan in vitro dengan cara regenerasi
langsung relative lebih mudah dibandingkan cara in vitro lainnya. Cara ini
dapat dilakukan pada berbagai jenis bunga seperti : mawar, garbera,
dianthus, anthurium, petunia, dll.
3. Kultur Protoplasma
Kultur protoplasma merupakan salah satu cara untuk memperbaiki
major gen atau poligen yang defektif pada kultivar yang ada. Sifat-sifat
dari major gen itu berupa ketahanan terhadap penyakit, toleransi terhadap
stress dan sifat-sifat morfologi tertentu.
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki sifat beberapa jenis tanaman,
terutama pada tanaman kentang, petunia, dan tomat, Sifat-sifat yang
diperbaiki pada tanaman kentang berupa ketahanan terhadap penyakit,
toleransi terhadap stress, bentuk dan warna kulit umbi serta sifat
morfologis lainnya. Protoplas adalah sel yang telah dihilangkan dinding sel
secara ensimatik atau sel telanjang.
Urutan di dalam kerja protoplas adalah :
- Penyiapan eksplan
- Isolasi dan purifikasi protoplas
- Penebaran protoplas
- Rebenerasi protoplas kalus
9
2.4 Variasi Somaklonal pada Tanaman
1. Stroberi
Salah satu cara mengembangkan kultivar stroberi di daerah tropis
dengan menginduksi variasi somaklonal dan seleksi varian yang stabil
(heritable). Pada penelitian Biswas et al. (2009), untuk menginduksi
variasi somaklonal stroberi digunakan teknik kultur jaringan yang berbeda-
beda.
a. Teknik Kultur Jaringan
Untuk persediaan bahan tanam Biswas et al. (2009) melakukan
pemilihan tanaman stroberi (Fragaria x ananassa Duch.) yang
memiliki pertumbuhan yang baik sebagai bahan untuk kultur jaringan.
Kemudian dilakukan teknik kultur jaringan yang berbeda-beda
diantaranya adalah kultur meristem, subkultur 2 kali, subkultur 12 kali,
organogenesis langsung, kultur kalus, dan Somatik embriogenesis (SE).
Selanjutnya tanaman hasil kultur jaringan ditanam di lahan dan
dilakukan pemilihan terhadap variasi somaklonal yang terbentuk.
Tahapan yang dilakukan Biswas et al., 2009 meliputi induksi variasi
somaklonal melalui kultur jaringan, pemilihan somaklon di lapangan,
perbanyakan somaklon, perbanyakan somaklon, pemilihan somaklon
terbaik dan stabil, perbanyakan di lapangan, dan uji molecular RAPD.
Pada teknik kultur jaringan lainnya, Mohamed (2007) menggunakan
ujung tunas dari stolon yang di subkultur pada umur satu bulan untuk
menginduksi variasi somaklonal. Pada penelitian Kumar et al., (1999)
induksi variasi somaklonal menggunakan stroberi frigo memberikan
hasil vigor yang lebih rendah. Nehra et al., (1994) menemukan 2
kultivar stroberi memiliki pertumbuhan yang berbeda melalui kultur
kalus yang berasal bukan dari jaringan meristem.
10
Sebagian besar daun berwarna hijau muda dan jumlah daun lebih
sedikit dari kontrol. Berdasarkan tabel 3, tanaman regenerasi dari SE
memiliki ukuran kanopi lebih besar dari kontrol secara signifikan.
Semua tanaman invitro berbunga lebih lambat dari pada kontrol (tabel
1). Namun, sebagian besar tanaman memiliki jumlah bunga per
tanaman dan jumlah buah yang lebih banyak dari 9 pada kontrol.
Tandan bunga somaklon lebih bercabang dari pada kontrol tetapi
jumlah tandan per tanaman lebih sedikit dari pada kontrol. Variasi lain
yang dapat dibedakan terdapat pada SE yang menghasilkan buah lebih
besar dari somaklon lain dan kontrol. Sebagian besar somaklon
menghasilkan buah dengan tekstur yang berbeda dibandingkan dengan
kontrol (gambar 1. O-U).
Tabel 1.Data pertumbuhan klon dari kultur jaringan di lapangan
Ukuran Jumlah Jumlah Rata-rata
Jumlah Umur Persentase
Metode kanopi bunga per buah per bobot per
stolon berbunga hidup
(cm) tanaman tanaman buah
Kultur 24,83 ± 7,50 ± 79,50 ± 29,67 ± 9,33 ± 19,39 ± 51,67 ±
meristem 0,87bc 0,76a 3,41b 1,20a 0,56a 1,67a 2,03a
Subkultur 2 24, 33 ± 7,67 ± 78,83 ± 28,50 ± 9,17 ± 19,74 ± 53,67 ±
kali 0,80bc 0,76a 2,48b 2,64a 0,70a 2,43a 1,45a
Subkultur 12 25,33 ± 7,83 ± 78,83 ± 27,17 ± 9,17 ± 19,82 ± 54,50 ±
kali 0,84b 0,70a 1,91b 1,30a 0,48a 1,82a 2,35a
Organogenesis 22,17 ± 3,83 ± 88,17 ± 29,33 ± 8,83 ± 18,45 ± 33,67 ±
langsung 0,95c 0,91b 3,20a 2,40a 0,95a 2,11a 3,44b
22,33 ± 4,83 ± 89,67 ± 28,17 ± 8,50 ± 19,39 ± 36,00 ±
Kultur kalus
0,67c 0,83b 1,91b 2,39a 0,85a 1,94a 2,31b
30,83 ± 5,67 ± 84,00 ± 21,50 ± 5,50 ± 18,70 ± 35,83 ±
SE
0,98a 0,71ab 2,99ab 0,76b 0,76b 1,82a 1,40b
24,50 ± 3,67 ± 65,17 ± 22,00 ± 9,50 ± 12,20 ± 38,33 ±
Kontrol
1,18bc 0,88b 2,36c 0,82b 0,67a 1,64b 2,12b
13
3. KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Biswas, M.K., M. Dutt, U.K. Roy. R. Islam, M. Hossain. 2009. Development and
evaluation of in vitro somaclonal variation in strawberry for improved
horticultural traits. Scientia Horticulturae 122: 409–416.
Kumar, Mohan B., Reed E. Barker, and Barbara M. Reed. 1999. Morphological
and molecular analysis of genetic stability in micropropagated Fragraria x
ananassa cv. Pocahontas. In Vitro Cell. Dev. Biol. Plant 35:254-258.
Thrope, T. A. 1990. The Current Status of Plant Tissue Culture. Elsevier Science
Publishers, Amsterdam.
Yunita, Rossa. 2009. Pemanfaatan Variasi Somaklonal dan Seleksi In Vitro dalam
Perakitan Tanaman Toleran Cekaman Abiotik. Jurnal Litbang Pertanian, 28
(4): 142–148
15