Вы находитесь на странице: 1из 174

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses yang alami dan normal sehingga

sebagian besar wanita hamil akan mengalami proses perubahan bentuk tubuh

yang hampir sama. Tubuh ibu akan terus bertambah besar, terutama pada

bagian perut, pinggul dan payudara. Selama 9 bulan lebih (40 minggu), ibu

akan membawa janin di dalam kandungannya yang terus membesar sehingga

tubuh ibu pun akan beradaptasi agar janin dapat tumbuh dengan baik di

dalam kandungan.Kehamilan merupakan suatu masa yang di tunggu oleh

semua wanita yang mendambakan keturunan. Kehamilan yang sehat

menandakan janin yang akan dilahirkan dalam kondisi yang sehat pula,

karena apapun kondisi ibu akan mempengaruhi kondisi janin yang

dikandungnya itu. Dan hal ini akan mempengaruhi juga kondisi ibu pada saat

ibu bersalin (Astuti, 2011).

Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007 yang berbunyi dalam

rencana pembangunan jangka panjang Nasional Tahun 2005-2025

ditegaskan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

menggalakkan peningkatan kesehatan khususnya ibu hamil. Mengingat

dampak anemia dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di

Indonesia, maka perlu penanggulangan kesehatan baik pada ibu hamil

maupun pada bayi baru lahir dengan segera. Oleh sebab itu pemerintah

Indonesia mulai menerapkan suatu program peningkatan kesehatan ibu dan

1
2

anak mulai sekitar 20 tahun lalu hingga saat ini. Program ini dilaksanakan

dengan harapan setiap ibu hamil secara teratur memeriksakan diri ke

Puskesmas atau posyandu selama masa kehamilannya dan tablet besi

dibagikan oleh petugas kesehatan kepada ibu hamil secara gratis (Wongso,

2013)

Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (2014) saat ini

menargetkan peningkatan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak yang harus

bisa lebih baik dari sekarang, target tersebut tercantum dalam Rencana

jangka menengah tahun 2010-2015 dengan berupaya menurunkan angka

kematian ibu dari 217/ 100.000 kelahiran hidup menjadi 105 / 100.000. Pada

tahun 2012 angka kematian ibu di aceh (AKI) 217/100.000 kelahiran hidup,

sementara angka nasional mencapai 216/100.000 kelahiran hidup (Dinkes

Aceh, 2015)

Di Kabupaten Aceh Tengah jumlah ibu hamil sebanyak 3.326 ibu hamil

terdapat 1.112 ibu hamil yang mengalami komplikasi kebidanan. Menurut data

Dinas Kesehatan Aceh Tengah terdapat 99 ibu hamil yang mengalami

komplikasi kebidanan dan di antaranya terdapat 35 ibu yang mengalami

kurang nutrisi gizi pada masa kehamilan. Hal ini diketahui dari pemeriksaan

pada masa kehamilan (Profil Dinas Aceh Tengah, 2014).

Keluarga Berencana atau KB adalah suatu program yang

direncanakan Pemerintah dalam upaya meningkatkan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2013).


3

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Kebidanan Kehamilan,

persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB pada Ny. R

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sejauh mana asuhan kebidanan kehamilan yang

dilakukan pada Ny. R

b. Untuk mengetahui sejauh mana asuhan kebidanan persalinan yang

dilakukan pada Ny. R

c. Untuk mengetahui sejauh mana asuhan kebidanan nifas yang

dilakukan pada Ny. R

d. Untuk mengetahui sejauh mana asuhan kebidanan bayi baru lahir yang

dilakukan pada Ny. R

e. Untuk mengetahui sejauh mana asuhan kebidanan KB yang dilakukan

pada Ny. R

C. Manfaat

1. Secara Teoritis

Penelitian ini memberikan manfaat sebagai penerapan proses

berfikir secara ilmiah dan sebagai media menambah wawasan ilmu

pengetahuan terutama menambah pengetahuan ilmu kebidanan

khususnya mengenai Asuhan Kebidanan Laporan Tugas Akhir

Kehamilan, persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir, KB.


4

2. Secara Praktis/klinis

a. Untuk Kebijakan Daerah

Meningkatkan program Dinas Kesehatan khususnya mengenai

Asuhan Kebidanan Laporan Tugas Akhir Kehamilan, persalinan, Nifas

dan Bayi Baru Lahir, KB

b. Untuk Pelayanan

Meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya mengenai Asuhan

Kebidanan Laporan Tugas Akhir Kehamilan, persalinan, Nifas dan

Bayi Baru Lahir, KB.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Interasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila di hitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut

kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana

trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15

minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu

(minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2010:213).

2. Perubahan Fisiologi Masa Kehamilan

Berikut adalah perubahan fisiologi pada masa kehamilan yang

dikemukakan oleh (Marimbi,2010:89)

a. Perubahan pada organ-organ sistem reproduksi

1) Uterus

Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat

pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Estrogen menyebabkan

hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas /

kelenturan uterus.

5
6

2) Vagina / vulva

Gambar :2.1 Pemeriksaan TFU

Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan

progesteron, warna merah kebiruan (tanda Chadwik).

3) Ovarium

Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh

plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen.

Selama kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi

pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi,

tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.

4) Payudara

Akibat pengaruh dari estrogen terjadi hiperplasia sistem

duktus dan jaringan interstisial payudara. Hormon laktogenik

plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan

hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara, serta

meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin,

sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi

hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery,

terutama daerah areola dan pailla akibat pengaruh melanofor.

Putting susu membesar dan menonjol.


7

5) Peningkatan berat badan selama hamil (Metabolik)

Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama

dari pertumbuhan isi konsepsi dan volume berbagai organ / cairan

intrauterin.

Berat janin + 2.5-3.5 kg, berat plasenta + 0.5 kg, cairan

amnion + 1.0 kg, berat uterus + 1.0 kg, pertambahan volume

sirkulasi maternal + 1.5 kg, pertumbuhan mammae + 1 kg,

penumpukan cairan interstisial di pelvis dan ekstremitas + 1.0-1.5

kg.

b. Perubahan pada organ-organ sistem tubuh lainnya

1) Sistem Respirasi

Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu

diafragma juga terdorong ke kranial -> terjadi hiperventilasi

dangkal (20-24x / menit) akibat kompliansi dada (chest

compliance) menurun volume tidak meningkat. Volume residu

paru (functional residual capacity) menurun. Kapasitas vital

menurun.

2) Sistem gastrointestinal

Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual

dan muntah-muntah, selain itu terjadi juga perubahan peristaltik

dengan gejala sering kembung, konstipasi, lebih sering lapar /

perasaan ingin makan terus (mengidam), juga akibat penigkatan

asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu dapat terjadi

muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari

(hiperemisis gravidarum).
8

3) Sistem sirkulasi / kardiovaskular

Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama

adalah perubahan hemodinamik maternal meliputi :

a) Retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah

jantung

b) Anemia relatif

c) Akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun

d) Tekanan darah arterial menurun

e) Curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I,

menetap sampai akhir kehamilan

f) Volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%

g) Volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan,

kemudian bertambah scara perlahan sampai akhir kehamilan

Pada trimester pertama, terjadi :

a) Penambahan curah jantung, volume plasma dan volume

cairan ekstraseluler, disertai peningkatan aliran plasma ginjal

dan laju filtrasi glomenurus.

b) Penambahan/ retensi air dan natrium yang dapat ditukar

dalam tubuh, peningkatan TBW / total body water

c) Akibatnya terjadi aktifasi sistem renin-angiotensin dan

penurunan ambang osmotik untuk pelepasan mediator

vasopresin dan stimulasi dahaga.

d) Akibatnya pula terjadi penurunan konsentrasi natrium dalam

plasma dan penurunan osmolalitas plasma,sehingga terjadi

edema pada 80% wanita yang hamil.


9

4) Metabolisme

Basal metabolic rate meningkat sampai 15%, terjadi juga

hipertrofi tiroid. Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai 2300

kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui). Kebutuhan protein 1

g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin. Kadar kolestrol

plasma meningkat sampai kadar 800 mg, untuk pembentukan

hemoglobin tambahan.

5) Traktus urinarius

Uterus membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun

akibat pengaruh estrogen dan progesteron. Kencing lebih sering

(poliuria), laju filtrasi meningkat sampai 60%-150%. Dinding

saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus,

menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara.

Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin

menurun namun hal ini dianggap normal.

6) Kulit

Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormon

menyebabkan perubahan berupa hiperpingmentasi pada wajah

(klosma gravidarum), payudara, linea alba (->linea glisea), striae

lividae pada perut, dsb.

3. Ketidaknyamanan Selama Kehamilan

Beberapa ketidaknyamanan yang terjadi pada kehamilanyang

dirasakan pada Trimester I, Trimester II, dan Trimester III adalah sebagai

berikut :
10

a. Trimester I

1) Diare, dapat dikurangi/dicegah dengan cairan pengganti, hindari

makanan berserat tinggi, makan sedikit tapi sering.

2) Nocturia, dapat dikurangi/dicegah dengan penjelasan tentang

sebab-sebabnya, kosongkan saat terasa dorongaan untuk BAK,

perbanyak minum pada siang hari, jangan kurangi minum malam

hari kecuali sangat mengganggu.

3) Garis–garis dibagian perut,dapat dikurangi/dicegah dengan

menggunakan emollien atau indikasi, gunakan pakaian yang

menopang payudara .

4) Gatal-gatal,dapat dikurangi/dicegah dengan gunakan

kompres,mandi siram air jeruk

5) Mengidam,dapat dikurangi/dicegah dengan mendidik tentang

bahaya makan makanan yang tidak baik.

6) Kemerahan di telapak tangan

7) Keputihan, dapat dikurangi/dicegah dengan tingkatkan

kebersihan,pakaian dalam terbuat dari katun.

8) Keringat yang bertambah, dapat dikurangi/dicegah dengan

menggunakan pakaian yang tipis dan longgar,banyak

minum,mandi secara teratur.

9) Ptyalism (ludah berlebihan)

10) Mual dan muntah, dapat dikurangi/dicegah dengan hindari

bau/faktor penyebab,makan biskuit sebelum bangun di pagi

hari,makan sedikit tapi sering,duduk tegak setiap selesai makan,

hindari makan makanan yang berminyak,makan makanan kering


11

dan minum diantara waktu makan,minum cairan berkarbonat,

bangun secara perlahan, jangan gosok gigi segera setelah selesai

makan,minum teh herbal, istirahat cukup

11) Sakit kepala, dapat dikurangi/dicegah dengan biofeedback,teknik

relaksasi,memasase leher dan otot bahu, penggunaan bungkusan

panas atau es ke leher,istirahat,mandi air hangat.

12) Spider nevi, (pembuluh sarang laba-laba) dapat dikrangi/dicegah

dengan meyakinkan ibu bahwa ibu akan hilang setelah selesai

kehamilan.

b. Trimester II

1) Closma,dapat dikurangi/dicegah dengan hindari sinar matahari

berlebihan, gunakan bahan pelindung non alergis.

2) Diare

3) Edema dependen,dapat dikurangi/dicegah dengan hindari posisi

berbaring, hindari posisi tegak untuk waktu lama, masa istirahat

dalam posisi terlentang samping kiri dengan kaki agak diangkat,

angkat kaki ketika duduk atau istirahat, latihan kaki ditekuk, hindari

kaos kaki ketat.

4) Gatal-gatal

5) Gusi berdarah,dapat dikurangi/dicegah dengan berkumur dengan

air hangat, memeriksakan gusi secara teratur, menjaga kesehatan

gigi.

6) Hemorroid,dapat dikurangi/dicegah dengan hindari konstifasi,

gunakan kompres panas dan dingin, mandi dengan berlahan

masukan kembali ke dalam rectum seperlunya.


12

7) Sulit tidur,dapat dikurangi/dicegah dengan teknik relaksasi

progresif, mandi air hangat, minum minuman hangat, hindari

kegiatan yang merangsang sebelum tidur.

8) Kemerahan di telapak tangan

9) Keputihan

10) Keringat bertambah

11) Konstipasi,dapat dikurangi/dicegah dengan tingkatkan intake

cairan dan sehat didalam diet, minum cairan dingin, istirahat

cukup, senam, buang air teratur, BAB setelah ada dorongan.

12) Kram pada kaki, dapat dikurangi/dicegah dengan kurangi

konsumsi susu (fosfor tinggi), panaskan otot kaki.

13) Mati rasa dan rasa geli pada jari tangan dan kaki,dapat

dikurangi/dicegah dengan jelaskan kemungkinan penyebab,

perhatikan postur tubuh yang benar, rebahkan diri.

14) Hiperventilasi/sesak napas, dapat dikurangi/dicegah dengan

jelaskan penyebabnya, atur pernapasan sehingga tetap dalam

keadaan normal, berdiridengan tangan direntangkan diatas kepala

kemudian ambil napas panjang, berusaha untuk nafas diantara

rusuk.

15) Nyeri ligamentum,dapat dikurangi/dicegah dengan tekuk lutut ke

arah abdomen, mandi air hangat, pakai bantalan pemanas pada

daerah yang sakit, topang uterus dengan bantal dibawahnya.

16) Panas dalam,dapat dikurangi/dicegah dengan makan sedikit tapi

sering, hindari makanan berlemak.

17) Perut kembung,dapat dikurangi/dicegah dengan hindari makanan

yang menghasilkan gas, mengunyah secara sempurna, senam

secara teratur, pertahankan kebiasaan BAB.


13

18) Pusing,dapat dikurangi/dicegah dengan bangun berlahan, hindari

berdiri terlalu lama, hindari berbaring dengan posisi supine.

19) Sakit kepala

20) Sakit punggung atas dan bawah, dapat dikurang/dicegah dengan

gunakan mekanisme tubuh yang baik untuk mengangkat benda,

gunakan BH yang pas dan menopang, berlatih dengan

mengangkat panggul, hindari menggunakan sepatu hak tinggi,

gunakan kasur keras untuk tidur, gunakan bantal untuk

meluruskan punggung.

21) Varicositas pada kaki/vulva,dapat dikurangi/dicegah dengan

meninggikan kaki, berbaring pada posisi tegak lurus, kaki tidak

bersilangan, hindari duduk atau berdiri terlalu lama, istirahat dalam

posisi berbaring miring ke kiri, senam, hindari pakaian ketat.

c. Trimester III

Diare, Edema dependen, Nocturia, Gatal-gatal, Hemorroid,

Keputihan, Kerinat bertambah, Kontipasi, Mati rasa dan geli pada jari

tangan dan kaki, Nyeri ligamentum bundar, Panas dalam, Perut

kembung, Pusing, Sakit kepala, Sakit punggung atas dan bawah,

Varicositas pada kaki/vulva (Rukiyah, et al, 2009:134).

4. Diagnosis Kehamilan

a. Tanda-tanda kehamilan

1) Tanda Tidak Pasti (Presumptive Sign)

Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis

yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh

wanita hamil.

Tanda tidak pasti ini terdiri dari hal-hal berikut ini.


14

a) Amenorea(berhentinya menstruasi).

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi sehingga menstruasi

tidak terjadi. Lamanya aminorea dapat dikonfirmasi dengan

memastikan hari pertama haid terahir (HPHT) , dan digunakan

untuk memperkirakan usia kehamilan dan taksiran kehamilan

dan taksiran persalinan. Tetapi, amenorea juga dapat

disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitari,

perubahan dan faktor lingkungan, malnutrisi, dan biasanya

gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan.

b) Mual (nausea) dan muntah (emesis).

Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengelua-

ranasam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual

muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut

morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih pagi hari

yang disebut dengan hiperemesis gravidarum.

c) Ngidam(mengingini makanan tertentu).

Wanita hamil menginginkan makanan tertentu,

keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering

terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan

menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

d) Syncope (pingsan).

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala

(sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat

menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi


15

terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan

hilang setelah 16 minggu.

e) Kelelahan.

Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari

penurunan kecepatan basal metabolisme (basal metabolisme

rate-BMR) pada kehamilan, yang akan meningkat seiring

pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil

konsepsi.

f) Payudara tegang.

Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus

pada payudara, sedangkan progesteron menstimulasi

perkembangan sistem alveoler payudara. Bersama somatoma-

motropin, hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran payu-

dara, menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua

bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu, serta

pengeluaran kolostrum.

g) Sering miksi

Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung

kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi

yang sering, terjadi pada triwulan pertama akibat desakan

uterus terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua

umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus

membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan,

gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke rongga panggul

dan menekan kembali kandung kemih.


16

h) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik

usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.

i) Pigmentasi kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12

minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid

plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini.

(1) Sekitar pipi :cloasma gravidarum(penghitaman pada derah

dahi, hidung, pipi, dan leher).

(2) Sekitar leher : tampak lebih hitam.

(3) Dinding perut :striae lividae/gravidarum(terdapat pada

seorang primigravida, warnanya membiru), striae nigra,

linea alba menjadi lebih hitam (linea grisea/nigra).

(4) Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mammae

sehingga terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini

berbeda pada tiap wanita, ada yang merah muda pada

wanita yang berkulit putih, coklat tua pada wanita kulit

coklat, dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu,

kelenjar Montgomeri menonjol dan pembuluh darah

menifes sekitar payudara.

(5) Sekitar pantat dan paha atas : terdapat striae akibat

pembesaran bagian tersebut.

j) Epulis

Hipertropi papilla ginggivae/gusi, sering terjadi pada

triwulan pertama.
17

k) Varisesatau penampakan pembuluh darah vena.

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan

pelebaran pembuluh darah terutama pada wanita yang

mempunyai bakat. Varises dapat terjadi di sekitar genitalia

eksternal, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan

pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan.

b. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)

Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis

yang dapat diketahui oleh pemeriksaan dengan melakukan

pemeriksaan fisik pada wanita hamil.

Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut ini.

1) Pembesaran Perut

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada

bulan keempat kehamilan.

2) Tanda Hegar

Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya

isthmus uteri.

3) Tanda Goodel

Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil

serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita yang hamil

melunak seperti bibir.

4) Tanda Chadwicks

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan

mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.


18

5) Tanda Piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi

karena ovum yang berimplantasi pada daerah yang dekat dengan

kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.

6) Kontraksi Braxton Hicks

Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat

meningkatnya actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak

beritmix, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan

delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan

abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus

meningkat frekuensinya, lamanya, dan kekuatannya sampai

mendekati persalinan.

7) Teraba ballotement

Ketukan yang mendadak menyebabkan janin bergerak

dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan

pemeriksa. Hal ini harus ada dalam hal pemeriksaan kehamilan

karena perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup

karena dapat saja merupakan myoma uteri.

8) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya Human

Clorionic Gonadotropin (hCG) yang diproduksi oleh

sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon ini disekresi di

peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan diekskresi pada

urine ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah

konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60.


19

Tingkat tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian menurun

pada usia ke 100-130.

c. Tanda Pasti (Positive Sign)

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan lansung

keberadaan janin, yang dapat dilihat oleh langsung oleh pemeriksa.

1) Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh

pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia

kehamilan sekitar 20 minggu.

2) Denyut jantung janin

Dapat didengar pada usia kehamilan 12 minggu dengan

menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler).

Dengan stetoskop laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia

kehamilan 18-20 minggu.

3) Bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan

bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba

dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terahir).

Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan

USG.

4) Kerangka janin.

Kerangka janin dapat dlihat dengan foto rontgen maupun

USG.(Hani, Majati & Yulifah, 2010:71)


20

5. Standar Pelayanan Pada Masa Kehamilan

a. Kebijakan program

Menurut saifudin (2002, dalam Rukiyah, at al,2009:6),

kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama

kehamilan.

1) Satu kali dalam triwulan pertama.

2) Satu kali pada triwulan kedua.

3) Dua kali pada triwulan ketiga.

b. Pelayanan /Asuhan Standar Minimal “7T” :

1) Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan.

2) Ukur tekanan darah.

3) Ukur tinggi fundus uteri.

4) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap.

5) Pemberian Tablet Besi Minimal 90 tablet selama kehamilan.

6) Pemeriksaan hemoglobin sangat di butuhkan untuk ibu hamil

karena bermanfaat untuk kemungkinan adanya anemia pada ibu

hamil.

7) pemeriksaan VDLR dapat digunakan untuk memeriksa akan

kemungkinan adanya penyakit menular seksual pada ibu hamil

seperti sifilis

8) perawatan payudara senam pijat,tekan payudara perawatan

payudara di perlukan untuk ibu hamil gun untuk menyusui

terutama ibu yang mempunyai payudara rata dan datar.

9) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam hamil dapat dimulai

pada usia kehamilan diatas 22 minggu.


21

10) Temuicara dalam rangka pempersiapkan rujukan mencangkup

tentang komunikasi,informasi dan adukasi yang dilakukan oleh

bidan kepada ibu hamil yang bertujuan untuk memberikan

pelayanan antenatal.

11) Pemeriksaan protein urine berguna untuk mengetahui adanya

penyakit pre-eklamsi pada ibu hamil

12) Pemeriksaan reduksi urienberguna untuk mengetauhi adanya

kadar glukosa pada urine ibu hamil

13) Pemeriksaan terapi kapsul yodium untuk daerah endemis

gondok

14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria

c. Kebijakan Teknis

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau

komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil

membutuhkan pemantauan selama kehamilannya.

Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi

komponen-komponen sebagai berikut :

1) Mengupayakan kehamilan yang sehat.

2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan

awal serta rujukan bila diperlukan.

3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

4) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan

rujukan jika terjadi komplikasi Prawirohardjo (2002:90,

Rukiyah,2009:8).
22

Tabel 2.2
Imunisasi TT
Antigen Interval Lama %
(Selang Perlindungan Perlindungan
Waktu
Minimal)
TT1 Pada - -
kunjungan
antenatal
pertama
TT2 4 minggu 3 tahun 80
setelah TT1
TT3 6 bulan 5 tahun 95
setelah TT2
TT4 1 tahun 10 tahun 99
setelah TT3
TT5 1 tahun 25 tahun 99
setelah TT4
(Rukiyah, et al,2009:9)

6. Pemeriksaan Fisik Masa Kehamilan

Hidayati (2009:37) mengemukakan pengkajian fisik harus

dilakukan secara komprehensif serta meliputi riwayat kesehatan. Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian fisik,

di antaranya sikap petugas kesehatan saat melakukan pengkajian.

Selain harus menjaga kesopanan, petugas harus membina hubungan

yang baik dengan pasien. Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan

lingkungan tempat pemeriksaan senyaman mungkin, termasuk mengatur

pencahayaan. Dengan adanya pencatatan data yang akurat diharapkan

pengambilan tindakan yang dillakukan sesuai masalah dan kondisi

pasien.

a. Tahapan Pemeriksaan Fisik

Berikut ini adalah tahapan dari pemeriksaan fisik yang di

kemukakan oleh Hidayati (2009:39).


23

1) Pemeriksaan Fisik Umum

Pemeriksaan fisik umum yang bisa dilakukan adalah

sebagai berikut.

a) Kesan Umum

Dengan periksa pandang (insfeksi), dapat diperoleh

gambaran mengenai keadaan panggul. Adanya kesempitan

atau kelainan panggul, dapat diduga bila terlihat jalannya ibu

tidak normal, misalnya pincang, ibu sangat pendek, adanya

kelainan-kelainan panggul seperti kifosis atau skoliosis,

kelainan belah ketupat dari michaelis, misalnya tidak simetris.

b) Tinggi Badan

Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor

risiko untuk ibu hamil/ibu bersalin, jika tinggi badan kurang

dari 145 cm dimungkinkan sang ibu memiliki panggul sempit.

c) Berat Badan

Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata

0,3-0,5 kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan,

kenaikan berat badan selama hamil muda 5 kg, selanjutnya

tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada

akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12

kg. Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu

dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar,

hidroamnion, atau anak besar.

(1) Lingkar lengan atas

Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang lebih dari 23,5

cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang


24

kurang/buruk. Ibu yang berisiko untuk melahirkan anak

dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dengan

demikian, bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan,

petugas dapat memotivasi ibu agar ia lebih memerhatikan

kesehatannya.

d) Tanda-tanda Vital

(1) Tekanan Darah

Tekanan darah yang tinggi dalam kehamilan

merupakan sebuah risiko. Tekanan darah dikatakan tinggi

bila lebih dari 140/90 mmHg. Penanganan yang kurang

tepat, tekanan darah sistolik 30 mmHg atau lebih,

dan/atau diastolik 30 mmHg atau lebih, dan/atau diastolik

15 mmHg atau lebih dapat berlanjut menjadi preeklamsi

dan eklamsi.

(2) Denyut Nadi

Jumlah denyut nadi yang normal adalah sekitar

80x/menit. Bila jumlah denyut nadi lebih dari 120

kali/menit, hal ini menunjukkan adanya kelainan.

(3) Suhu

Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5ºC dikatakan

demam, hal ini kemungkinan ada infeksi dalam kehamilan.

Jika hal ini terjadi, harus dicari penyebabnya agar tidak

mengganggu pertumbuhan janin.


25

(4) Pernapasan

Frekuensi pernapasan normal orang dewasa

adalah 16-20 kali/menit. Sesak nafas yang ditandai oleh

peningkatan frekuensi pernapasan, sehingga membuat

sang ibu sulit bernapas serta kelelahan. Bila hal ini timbul

setelah melakukan kerja fisik, misalnya ketika berjalan

atau melakukan tugas sehari-hari, maka kemungkinan

terdapat penyakit jantung.

e) Kepala dan Leher

(1) memeriksa apakah terdapat edema pada wajah.

(2) Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak

pucat, berwarna kuning/jaundice pada sklera.

(3) Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga

keadaan gigi.

(4) Memeriksa dan meraba leher dan mengetahui

pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran pembuluh limfe,

dan pembesaran vena jugularis.

f) Payudara

Amati bentuk, ukuran, dan kesimetrisannya; payudara

normalnya melingkar, agak simetris, dan dapat di

deskripsikan kecil, sedang, serta besar.

(1) Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam.

(2) Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus.

(3) Retraksi akibat adanya lesi.

(4) Masa atau pembesaran pembuluh limfe.


26

g) Abdomen

(1) Memeriksa apakah ada bekas luka operasi.

(2) Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila

usia kehamilan > 12 minggu, atau pita ukuran bila usia

kehamilan > 22 minggu.

(3) Melakukan palpasi untuk mengetahui letak, presentasi,

posisi, dan penurunan kepala janin kalau lebih dari 36

minggu.

(4) Menghitung denyut jantung janin dengan fetoskop bila

usia kehamilan > 18 minggu.

Gambar :2.2 Leopott

h) Tangan dan Kaki

(1) Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat

pada kuku jari.

(2) Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya

varises.

(3) Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi

gerakan hipo atau hiper.

i) Pemeriksaan Panggul

(1) Panggul : genetal luar


27

(a) Memeriksa labia mayora dan minora, kemudian klitoris,

lubang uretra, dan introitus vagina untuk melihat

adanya tukak atau luka, varises, cairan yang ada, baik

warna, konsistensi, jumlah maupun bau.

(b) Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk

mengetahui adanya pembengkakan masa atau cairan

kista.

(2) Panggul : menggunakan spekulum

(a) Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah,

luka/lesi, apakah serviks sudah membuka atau belum.

(b) Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya

cairan/darah dan luka.

(3) Panggul : pemeriksaan bimanual

(a) Mencari letak serviks dan merasakan untuk

mengetahui pembukaan (dilatasi) dan rasa nyeri

karena gerakan (nyeri tekan atau nyeri goyang).

(b) Menggunakan dua tangan, satu tangan di atas

abdomen, dua jari di dalam vagina untuk palpasi

uterus, Ukuran, bentuk dan posisi, mobilisasi, rasa

nyeri, serta adanya masa.

2) Menuver Leopold pada Ibu Hamil

a) Langkah kerja

(1) Jelaskan pada ibu tentang tujuan dan tindakan yang akan

dilakukan. Gunakan bahasa yang mudah dicernaoleh ibu.


28

(2) Atur posisi ibu

Pastikan kedua kaki ibu ditekukan dan usahakan

ibu merasa nyaman dengan posisinya.

(a) Tentukan TFU bagian janin dalam fundus (Leopold I)

kedua tangan menelusuri bagian kiri dan kanan

abdomen ke arah fundus dan kedua telapak tangan.

Ukur TFU dengan menggunakan jari-jari tangan kiri.

(b) Tentukan letak punggung janin (Leopold II) tentukan

batas samping uterus kanan-kiri. Kedua tangan

diturunkan menelusuri tepi uterus, tentukan bagian-

bagian janin.

(3) Tentukan bagian terbawah janin (Leopold III) pastikan

apakah bagian tersebut sudah masuk panggul atau

belum. Cengkeram bagian bawah abdomen dengan

tangan kanan.

(4) Tentukan seberapa jauh janin sudah masuk PAP

(Leopold IV) pastikan kedua kaki ibu lurus.(Hidayati,

2009:44)
29

B. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Beberapa pengertian persalinan adalah sebagia berikut

(Jenny,2013:2)

a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir (Sarwono, 2008:100).

b. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari)

yang telah cukup bulan atau dapat di luar kandungan melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan

(kekuatan sendiri). (Manuaba, 998:157)

c. Persalinan adalah kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi serviks

dan mendorong janin melalui jalan lahir. (Canningham, F. Gary,

2006:15)

d. Persalinan adalah kontraksi uterus yang teratur yang menyebabkan

penipisan dan dilatasi serviks sehingga hasil konsepsi dapat di

keluarkan. (Heffne, 2006)

e. Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, dan ketuban keluar

dari uterus. (JNPK-KR 2208:52)

Berdasarkan pengertian-pergertain tersebut, dapat disimpulkan

bahwa persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi

yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses

tersebut bisa dikatakan normal atau spontan jika bayi dilahirkan berada

pada posisi letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-

alat atau pertolongan, serta tidak melukai ibu danbayi. Pada umumnya

proses ini berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.


30

2. Etiologi Teradinya Persalinan

Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya

kekuatan his sehingga menjadi awal mula terjadinya proses persalinan,

walaupun hingga kini belum dapat diketahui dengan pasti penyebab

terjadinya persalinan. (Jenny, 2013:2)

a. Teori penurunan progesterone

Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira-kira

1-2 minggu sebelum persalinan dimulai. (Prawiroharjo 2007:181)

Terjadinya kontraksi otot polos uterus pada persalinan akan

menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum diketahui secara

pasti penyebabnya, tetapi terdapat kemungkinan, yaitu :

1) Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi.

2) Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian

bawah otot-otot yang saling bertautan.

3) Peregangan serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya

berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas.

4) Peritoneum yang berada di atas fundus mengalami perengangan.

b. Teori keregangan

Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami

penegangan yang akan mengakibatkan otot-otot uterus mengalami

iskemia sehingga mungkin dapat menjadi faktor yang dapat

mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada ahirnya membuat

plasenta mengalami degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan

menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik

kantong amnion akan melebarkan saluran serviks.


31

c. Teori oksitosin interna

Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya

perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron dapat

mengubah tingkat sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan

terjadinya kontraksi uterus yang disebut Braxton Hicks.Penurunan

kadar progesteron karena usia kehamilan yang sudah tua akan

megakibatkan aktivitas oksitosin meningkat.

Beberapa tanda-tanda dimulainya proses persalinan adalah

sebagai berikut.

1) Terjadinya his persalinan

Sifat his persalinan adalah :

a) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.

b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin

besar.

c) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah.

2) Pengeluaran lendir dengan darah

Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya

perubahan pada serviks yang akan menimbulkan :

a) Pendataran dan pembukaan.

b) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis

servikalis lepas.

c) Terjadi perdarahan karena pembuluh darah pecah.

3) Pengeluaran cairan

Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah

ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang


32

pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan

proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.

4) Hasil-hasil yang didapatkan pada pemeriksaan dalam

a) Perlunakan serviks.

b) Pendataran serviks.

c) Pembukaan serviks.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalanya

proses persalinan adalah penumpang (passenger), jalan lahir

(passage), kekuatan (power), posisi ibu (positioning), dan respons

psikologis (psychology response). Masing-masing dari faktor

tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1) Penumpang (passenger)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan

plasenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin

adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi

janin; sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta

adalah letak, besar, dan luasnya.

2) Jalan lahir (passage)

Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan

lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir

keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul; sedangkan

yang perlu diperhatikan pada jalan lunak adalah segmen

bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar

panggul, vagina, dan introitus vagina.


33

3) Kekuatan (power)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu :

a) Kekuatan primer (kontraksi involunter)

Kontraksi berasal dari segmen bawah uterus yang

menebal dihantarkan ke bawah dalam bentuk gelombang,

istilah yang digunakan Huntuk menggambarkan kontraksi

involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas

kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks

menipis (effacement) dan berdilatasi sehingga janin turun.

b) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)

Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan

abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi ke

jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intraabdomen.

Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan

menambah kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan

sekunder tidak memengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah

dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam

usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina.

c) Posisi ibu (Positioning)

Posisi ini dapat memengaruhi adaptasi anatomi dan

fisiologi persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada

ibu bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi

rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak

(contoh: posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok)

memberi sejumlah keuntungan, salah satunya adalah


34

memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin.

Selain itu, posisi ini dianggap dapat mengurangi kejadian

penekanan tali pusat.

d) Respons psikologi (psychology response)

Respons psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh :

(1) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses

persalinan

(2) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama

persalianan.

3. Pembagian Proses Persalinan

Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahapan

persalinan seperti apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan

segala halnya guna menghadapi proses persalinan ini. Proses persalinan

terbagi ke dalam empat tahap, yaitu :

a. Kala I(Tahap Pembukaan)

In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur

darah, karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal

dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar karnalis servikalis

karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Pada kala ini

terbagi atas dua fase yaitu fase laten yaitu dimana pembukaan serviks

berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm dan fase aktif yaitu

yang terbagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, steady dan deseleras.

Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan

pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini

mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi
35

rahim secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap

kontraksi rahim, bayi akan semakin terdorong ke bawah sehingga

menyebabkan pembukaan jalan lahir. Kala I persalinan di sebut

lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti

pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim. Masa transisi

ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang

berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna.

Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan semakin kuat. Anda

mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang

pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang paling

berat. Anda akan merasakan datangnya rasa mulas yang sangat hebat

dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah bawah,

seperti ingin buang air besar.

Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan

kuat, dan bila pembukaan jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap

dilahirkan dan proses persalinanmemasuki kala II.

1) Yang dimaksud dengan kala I adalah kala pembukaan yang

berlangsung dari pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.

2) Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus teratur dan

meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka

lengkap.

3) Kala I dibagi menjadi dua fase yaitu:

a) Fase Laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap


36

berlangsunghingga serviks membuka kurang dari 4 cm. Pada

umumnya, fase laten berlangsung hampir hingga 8 jam dan

kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih antara 20 – 30

detik.

b) Fase Aktif

Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus akan

meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap

adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu

10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Dari

pembukaan 4 cm sampai sampai 10 cm, akan terjadi dengan

kecepatan rata-rata 1 cm per jam (multipara atau primigravida)

atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada multipara. Fase Aktif

dibagi dalam 3 fase, yaitu:

(1) Fase akselerasi: Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.

(2) Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

(3) Fase deselasi: pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2

jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida

dengan multigravida. Pada primigravida, Ostium Uteri Internal (OUI)

akan membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan

menipis. Baru kemudian Ostium Uteri eksternum (OUE) membuka.

Pada multigravida OUI sudah sedikit membuka. Pada proses


37

persalinan terjadi penipisan dan pendataran servik dalam saat yang

sama.

b. Kala I (Tahap Pengeluaran Bayi)

Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat,

cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun

masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar

panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. merasa

seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waku

mengedan, kepala janin mulai kelihatan, vulva (bagian luar vagina)

membuka dan perineum (daerah antara anus-vagina) meregang.

Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh

badan janin. Ibu akan merasakan tekanan yang kuat di daerah

perineum. Daerah perineum bersifat elastis, tapi bila dokter/bidan

memperkirakan perlu dilakukan pengguntingan di daerah perineum

(episiotomi), maka tindakan ini akan dilakukan dengan tujuan

mencegah perobekan paksa daerah perineum akibat tekanan bayi.

Pada saat kala II, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama,

kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang

panggul sehingga terjadinya tekanan pada otot-otot dasar panggul

yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan

pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda

anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva

membuka, dan perinium merangsang. Lama kala II pada primigravida

adalah dari 1,5 jam sampai dengan 2 jam, sedangkan pada

multigravida adalah 0,5 jam sampai dengan 1 jam.


38

1) Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai dengan lahirnya

bayi.

2) Gejala dan tanda kala II persalinan

a) His mulai kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan

durasi 50 sampai 100 detik

b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak

c) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi

d) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau

vagina

e) Perenium menonjol

f) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

Tanda pasti kala II: pembukaan serviks telah lengkap atau

terlihatnya bagian terendah janin di introitus vagina.

c. Kala III (Tahap Pengeluaran Plasenta)

Dimulai setelah bayi lahir, dan plasenta akan keluar dengan

sendirinya. Proses melahirkan plasenta berlangsung antara 5-30

menit. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-

kira 100-200 cc. Dengan adanya kontraksi rahim, plasenta akan

terlepas. Setelah itu dokter/bidan akan memeriksa apakah plasenta

sudah terlepas dari dinding rahim. Setelah itu barulah dokter/bidan

membersihkan segalanya termasuk memberikan jahitan bila tindakan

episiotomi dilakukan.

1) Kala III dimulai sejak lahirnya bayi dan berakhir dengan

berakhirnya plasenta dan selaput ketuban


39

2) Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti

penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi.

Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat

perlengketan plasenta. Karena perlekatan plasenta menjadi

semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka

plasenta akan terlipat, menebal dan akhirnya lepas dari dinding

uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus

atau kedalam vagina.

3) Tanda-tanda terlepasnya plasenta adalah:

a) Uterus menjadi bundar

b) Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim

c) Tali pusat bertambah panjang terjadi perdarahan.

d. Kala IV (Tahap Pengawasan)

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan

terhadap bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam

kurang lebih dua jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah

dari vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang

ada di dinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah

beberapa hari akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut

lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan.Pada beberapa keadaan,

pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini

disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak

berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat

dilakukan tindakan secepatnya.


40

1) Adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir, untuk

mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan

post partum.

2) Kala IV dimulai sejak ibu dinyatakan aman dan nyaman sampai 2

jam.

3) Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan pasca persalinan sering terjadi 2 jam pertama

4) Observasi yang dilakukan adalah:

a) Tingkat kesadaran penderita.

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu dan

pernapasan.

c) Kontraksi uterus, Tinggi Fundus Uteri.

Terjadinya perdarahan: perdarahan normal bila tidak melebihi

400 sampai 500 cc. (Saifudin, 2002:13)

4. Asuhan Persalinan Normal

Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling berkait dalam

asuhan persalinan yang bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat

pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. Aspek tersebut

adalah sebagi berikut. (Prawirohardjo. 2010:334)

a. Membuat Keputusan Klinik

Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan

masalah yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu

dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan proses sistematik dalam

mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat diagnosis

kerja, membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis,


41

merencanakan tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil asuhan

atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayi baru

lahir.

Empat langkah proses pengambilan keputusan klinik :

1) Pengumpulan data

a) Data subjektif

b) Data objektif

2) Diagnosis

3) Penatalaksanaan asuhan dan perawataan

a) Membuat rencana

b) Melaksanakan rencana

4) Evaluasi

b. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling

menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu

prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan

suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa para ibu diperhatikan dan

deberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta

mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan

yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan

keluaran yang lebih baik. Antara lain, juga disebutkan bahwa asuhan

tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan, seperti

ekstraksi vakum, forseps, dan seksio sesarea.


42

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :

1) Panggil ibu sesuai namanya, hargai, dan perlakukan ibu sesuai

martabatnya.

2) Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu

sebelum memulai asuhan tersebut.

3) Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.

4) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau

khawatir.

5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

6) Berikan dukungan, besarkan hatinya, dan tenteramkan persaan

ibu beserta angggota keluarga lainnya.

7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga yang

lain.

8) Ajarkan kepada suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara

bagaimana memperhatikan dan mendukung ibu selama

paersalinan dan kelahiran bayinya.

9) Lakukan praktik-praktok penceagahan infeksi yang baik dan

konsisten.

10) Hargai privasi ibu.

11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan

dan kelahiran bayi.

12) Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila

ia mengingikannya.

13) Hargai da perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak

memberi pengaruh merugikan.


43

14) Hindari tindakanberlebihan dan mungkin membayakan seperti

episiotomi, pencukuran dan klisma.

15) Anjurkan ibu memeluk bayinya segera setelah lahir.

16) Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama

setelah kelahiran bayi.

17) Siapkan rencana rujukan.

18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta

bahan-bahan, perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan.

Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap

kelahiran bayi.

Asuhan sayang ibu pada masa pascapersalinan :

1) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat

gabung).

2) Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan

pemberian ASI sesuai permintaan.

3) Ajarkan kepada ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan

istirahat yang cukup setelah melahirkan.

4) Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan

mensyukuri kelahiran bayi.

5) Ajarkan kepada ibu dan anggota keluarganya tentang bahaya dan

tanda-tanda bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka

untuk mencari pertplongan jika terdapat masalah atau

kekhawatiran.
44

c. Pencegahan Infeksi

1) Tujuan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kebidanan

Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-

komponen lainnya dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran

bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan

untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan,

dan tenaga kesehatan lainnya dengan jalan menghindarkan

transmisi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur.

Juga upaya-upaya untuk menurunkan resiko terjangkit atau

terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit

berbahaya yang hingga kini belum ditemukan cara pengobatannya,

seperti hipertensi dan HIV/AIDS.

2) Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan

kesehatan

a) Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.

b) Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa

seperti hepatitis dan HIV/AIDS.

c) Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat

kerjanya melalui :

(1) Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut,

atau melalui diskontinuitas permukaan kulit (misalnya luka

atau lecet yang kecil).

(2) Luka tusuk yang disebabkan oleh jarum yang

terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya, baik pada saat


45

prosedur dilakukan maupun pada saat memproses

peralatan.

Memakai sarung tangan, mengenakan perlengkapan

pelindung pribadi (kaca mata, masker, celemek, dan lain-lain) dapat

melindungi penolong terhadap kemungkinan terkena percikan.

Berhati-hati saat menangani benda tajam dan melakukan

dekontaminasi serta memproses peralatan yang terkontaminasi

secara benar, merupakan cara-cara efektif untuk meminimalkan

risiko infeksi, tidak hanya bagi ibu/bayi baru lahir, tetapi juga

terhadap penolong persalinan dan staf kesehatan lainnya.

Prinsif-prinsif pencegahan infeksi :

a) Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit

karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik.

b) Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.

c) Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan, dan benda-benda

lainnya yang akan terkontaminasi sehingga setelah selesai

digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara

benar.

d) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan, atau benda

lainnya telah diproses dengan benar, harus dianggap telah

terkontaminasi.

e) Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat

dikurangi hingga sekecil mungkin denganmenerapkan tindakan-

tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten.


46

d. Perencanaan (Dokumentasi)

Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau

bayinya. Jika asuhan tidak dicatat dapa dianggap bahwa tidak pernah

dilakukan asuhan yang dimaksud. Pencatatan adalah bagian hal

penting darin proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan

penolong persalinan untuk terus-menerus memperhatikan asuhan

yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji

ulang catatan memungkinkan untuk menganalisis data yang telah

dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu

diagnosis serta membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu

atau bayinya.

Perencanaan rutin penting karena hal-hal berikut.

1) Dapat digunakan berbagai alat bantu untuk membuat keputusan

klinik dan mengevaluasi apakah asuhan atau perawatan sudah

sesuai dan efektif, untuk mengidentifikasi kesenjangan pada

asuhan yang diberikan, dan untuk membuat perubahan dan

peningkatan rencana asuhan atau perawatan.

2) Dapat digunakan untuk tolak ukur keberhasilan dalam proses

membuat keputusan klinik, sedangkan sebagai metode

keperawatan informasi ini harus dapat dibagikan atau diteruskan

kepada tenaga kesehatan lainnya.

3) Merupakan catatan permanen asuhan, perawatan, dan obat yang

diberikan.

4) Dapat dibagikan di antara penolong persalinan. Hal ini penting jika

diperlukan rujukan di mana lebih dari satu penolong persalinan ke


47

penolong persalinan berikutnya. Melalui pencatatan rutin,

penolong persalinan mendapatkan informasi yang relevan dari

setiap ibu atau bayi baru lahir yang diasuhkanya.

5) Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.

6) Diperlukan untuk memberikan masukan data statistik sebagai

catatan nasional dan daerah, termasuk catatan kematian dan

kesakitan ibu/bayi baru lahir.

e. Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas

kesehatan rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap

diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.

Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal, sekitar 10-

15 % di antaranya mengalami masalah selama proses persalinan dan

kelahiran sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan. Setiap

tenaga penolong harus mengetahui lokasi fasilitas rujukaan terdekat

yang mampu untuk melaayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi

baru lahir, seperti :

1) Pembedahan

2) Transfusi darah

3) Persalinan yang memerlukan ekstraksi vakum atau forseps

4) Antibiotika

5) Resisutasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi bayi baru lahir.

Untuk mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan

rujukan, maka singkatan BAKSOKUDA dapat digunakan. (Sujiyatini,

2011:22)
48

B (bidan):

Patikan bahwa ibu dan atau bayi baru lahir di dampingi oleh

penolong persalinan yang kompeten untuk melaksanakan gawat

darurat untuk obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa kefasilitas

rujukan.

A (alat):

Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan

persalinan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin

diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas

rujukan.

K (keluarga)

Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terahir ibu

dan/bayi dan mengapa ibu dan/bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada

mereka alasan dan tujuan rujukan merujuk ibu ke fasilitas rujukan

tersebut. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menemani ibu

dan bayi baru lahir hingga kefasilitas rujukan.

S (surat):

Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan

identifikasi mengenai ibu/bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan

dan uraikan hasil pemeriksaa, asuhan atau obat-obatan yang

diterima ibu

dan bayi/ baru lahir. Sertakan juga fartograf yang dipakai untuk

membuat kepustusan klinik.

O (obat):
49

Bawa obat-obatan esensial saat mengantar ibu ke fasilitas

kesehatan. Obat-obatan tersebut mungkin diperlukan selama

perjalanan.

PROSUDUR HECTING LUKA PERENIUM

Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineumdilakukan pada kala IV

persalinan.Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka

periksa daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan

mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina

juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna

merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.Untuk mengetahui ada tidaknya

trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher.

Laserasi dapat dikategorikan dalam :

A. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak

perlu dijahit.

B. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan

perineum (perlu dijahit).

C. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum

dan spinkter ani.

D. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum

dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.


50

C. Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa

Latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut

puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan.

Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah

masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai alat-alat kandungan

kembali seperti prahamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam

pertama postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan yang

berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi (Dewi & Sunarsih,2011:1).

2. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali dalam

harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan

bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang terjadi.

Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam

masa nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi

pemberian asuhan kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kodisi

ibu sesuai dengan tahapan perkembangannya antara lain dalam litelature

Saifudin (2006) :
51

a. Kunjungan ke -1 (6-8 jam setelah persalinan): mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri; mendeteksi dan merawat penyebab

lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut memberikan

konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagiamana

mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri;

pemberian ASI awal; melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir: menjaga bayi tetapsehat dengan cara mencegah hipotermia; jika

petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu

dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau

sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat

b. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan): memastikan involunsi

uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus di bawah

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau; menilai

adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal;

memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat;

memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak mendapatkan tanda-

tanda penyulit; memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan

pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari.

c. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), sama seperti di atas.

Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan): menanyakan

pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami;

memberikan konseling untuk KB secara dini. (Rukiyah, Yulianti, &

Liana, 2012:5)
52

3. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Uterus

Dalam masa nifas, uterus akan berangsur-angsur pulih

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan uterus ini

dalam keseluruhannya disebut involusi. Involusi disebabkan oleh :

a) Pengurangan estrogen plasenta. Pengurangan estrogen

menghilangkan stimulus ke hipertropi dan hiperplasia uterus.

b) Iskemia miometrium. Miometrium terus berkontraksi dan

berintraksi setelah kelahiran, mengkontraksi pembuluh darah

dan mencapai haemostasis pada sisi plasenta. Iskemia

menyebabkan atropi pada serat-serat otot;

c) Otolisis miometrium. Selama kehamilan, estrogen

meningkatkan sel miometrium dan kandungan protein (aktin

dan miosin), penurunan estrogen setelah melahirkan

menstimulasi enzim proteolitik dan makrofag untuk

menurunkan dan mencerna (proses aotulisis) kelebihan

protein dan sitoplasma intra sel, mengakibatkan pengurangan

ukuran sel secara menyeluruh. Jaringan ikat dan lemak

biasanya ditelan, dihancurkan dan dicerna oleh jaringan

makrofag.

Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi

pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri ± 2 jari

di bawah pusat. Uterus harus teraba berkontraksi dengan baik.

Uterus menyerupai suatu buah alvokat gepeng berukuran


53

panjang ± 15 cm, lebar ± 12 cm, dan tebal ± 10 cm. Korpus

uteri sekarang sebagian besar terdiri dari miometrium yang di

bungkus oleh serosa dan dilapisi oleh desidua. Karena

pembuluh darah tertekan oleh kontraksi miometrium, uterus

nifas pada potongan tampak iskemik kalau dibandingkan

dengan organ hamil yang hipermik yang berwarna ungu

kemerah-merahan. Selama 2 hari berikutnya, uterus masih

tetap pada ukuran yang sama kemudian mengerut. Pada hari

ke-5 postpartum uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas

simfisis atau pertengahan simpisis dan pusat, dan setelah 12

hari uterus sudah tidak bisa diraba lagi di atas simfisis.

Normalnya organ ini mencapai ukuran tak hamil seperti

semula dalam waktu sekitar 6 minggu. Proses tersebut

berjalan sangat cepat. Ueterus yang baru saja melahirkan

mempunyai berat 1 kg. Karena involusi, 1 minggu kemudian

beratnya sekitar 500 gr, pada akhir minggu kedua turun

menjadi sekitar 300 gr, dan sesudahnya menjadi 100 gr atau

kurang. Jumlah total sel otot tidak berkurang banyak, namun

sel-selnya sendiri jelas sekali berkurang ukurannya. .

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2

Tinggi Fundus Uteri dan Berat Menurut Masa Involusi

Waktu
No. Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Involusi
1 Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
2 Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gram
54

3 1 minggu Pertengahan pusat- 500 gram


simpisis
4 2 minggu Tidak teraba di atas 350 gram
simpisis
5 6 minggu Bertambah kecil 50 gram
6 8 minggu Sebesar normal 30 gram

(1) Afterpains

Pada primipara, tonus uteri meningkat sehingga

fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan

kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan biasa

menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal

puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata

setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang

(misalnya, pada bayi besar, dan kembar). Menyusui dan

oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini

karena keduanya merangsang kontraksi uterus.

(2) Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari

kavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea

mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu

menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita.

Lochea biasanya berlangsung kurang lebih selama 2

minggu setelah bersalin, namun penelitian terbaru

mengindikasikan bahwa lochea menetap hingga 4 minggu

dan dapat berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah

bersalin. Lochea juga mengalami perubahan karena

proses involusi.
55

Pengeluaranlokia dapat dibagi menjadi lokia rubra,

sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing

lokia dapat dilihat sebagai berikut :

(3) Lochea Rubra (Cruenta), muncul pada hari ke 1-2 pasca

persalinan, berwarna merah mangandung darah dan sisa-

sisa selaput ketuban, jaringan dari decidua, veLochea

Alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna

putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir

serviks dan serabut jaringan yang mati.

(4) Lochea Sanguinolenta, muncul pada hari ke -7 pasca

persalinan, berwarna merah kuning dan berisi darah lendir.

(5) Lochea Serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca

persalinan, berwarna kecoklatan mengandung lebih

banyak serum, lebih sedikit darah dan lebih banyak serum,

juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.

(6) Lochea Sanguinolenta, muncul pada hari ke -7 pasca

persalinan, berwarna merah kuning dan berisi darah lendir.

(7) Lochea Serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca

persalinan, berwarna kecoklatan mengandung lebih

banyak serum, lebih sedikit darah dan lebih banyak serum,

juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.

(8) Lochea Alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan,

berwarna putih kekuningan mengandung leukosit, selaput

lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.


56

(9) Lochea Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah dan berbau busuk.

(10) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita

postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini

terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas

saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan

mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata

pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

2) Perubahan di Serviks dan Segmen Bawah Uterus

segera setelah selesainya kala tiga persalinan, serviks dan

segmen bawah uteri menjadi struktur yang tipis, kolaps dan

kendur. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama beberapa

hari, segera setelah persalinan, mulutnya dengan mudah dapat

dimasuki dua jari, tetapi pada akhir minggu pertama telah menjadi

demikian sempit sehingga sulit untuk memasukkan satu jari.

Setelah minggu pertama serviks mendapatkan kembali tonusnya

pada saat saluran kembali terbentuk dan tulang internal menutup.

Tulang eksternal dianggap sebagai penampakan yang menyerupai

cerah.

Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang

sangat menipis berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak sekuat

korpus uteri. Dalam perjalanan beberapa minggu, segmen bawah

diubah dari struktur yang jelas-jelas cukup besar untuk memuat

kebanyakan kepala janin cukup bulan menjadi isthmus uteri


57

hampir tidak dapat dilihat yang terletak diantara korpus di atas dan

os interna serviks di bawah.

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek,

kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini desebabkan

korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkonraksi,

sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk

cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh

pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan

pemeriksa masih dapat dimasukan 2-3 jari dan setelah 1 minggu

hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan

retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian,

selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum

hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada

retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada

pinggir sampingnya.

3) Perubahan Pada Vulva, Vagina, dan Perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini

tetap berada dalam keadaan kendur vagina dan pintu keluar

vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong

berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan-lahan

mengecil tetapi jarang kembali keukuran nullipara. Setelah minggu

ke tiga rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul

menjadi sementara labia jadi lebih menonjol.


58

Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur

kerena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang

bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perenium sudah

mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap

lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan (nulipara).

4) Perubahan di Peritoneum dan Dinding Abdomen

Ketika miometrium berkontraksi dan bertraksi setelah

kelahiran, dan beberapa hari sesudahnya, peritoneum yang

membungkus sebagian besar uterus dibentuk menjadi lipatan-

lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan rotundum jauh

lebih kendor dari pada kondisi tidak hamil, dan memerlukan waktu

yang cukup lama untuk kembali dari peregangan dan

pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan tersebut.

Pemulihan dibantu dengan latihan. Kecuali striae keperak-

perakan, dinding abdomen biasanya kembali ke keadaan sebelum

hamil, tetapi kalau otot-ototnya atonik, mungkin abdomen tetap

kendor.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal kembali

normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan,

namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu

atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering

kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema.

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh

beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat


59

mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol

darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos pasca melahirkan,

kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus

memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

c. Perubahan Simtem Perkemihan

Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah

melahirkan sebagai respon terhadap penurunan estrogen.

Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli

sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan

tulang pubis selama persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine

akibat perubahan otolitik di dalam uterus.

Kandung kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang

bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan

intravesika. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-

36 jam sesudah melahirkan.

d. Perubahan Sistem Musculoskeletal/Diastasis Rectie Abdominis

Sistem muskuluskeletal pada ibu selama masa

pemulihan/postpartum termasuk penyebab relaksasi dan kemudian

hipermobilitas sendi serta perubahan pada pusat gravitasi. Adaptasi

sistem muskuluskiletal ibu terjadi yang mencangkup hal-hal yang

dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan

pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap

akan terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita

melahirkan.
60

e. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara

lain:

1) Suhu Tubuh

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat

celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5

derajat celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini

akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan

maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu

badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI,

kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan

infeksi pada endometrium, mastitus, traktus genetalis ataupun

sistem lain. Apabila kenaikan suhu dia atas 38 derajat celcius,

wapada terhadap infeksi post partum.

2) Nadi

Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali

karena pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan

darah yang berlebihan. Setiap denyut nadi di atas 100 x/menit

selama masa nifas adalah abnormal dan mengidentifikasikan

pada infeksi atau haemoragic post partum. Denyut nadi dan curah

jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir.

Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui.

Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi

kembali ke frekuensi sebelum hamil.

3) Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada

pembuluh darah arteri ketika darah dipompa oleh jantung


61

keseluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal

manusia adalah sistolik anatara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80

mmHg. Pasca persalinan pada kasus normal, tekanan darah

biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih

rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan.

Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan

tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal

tersebut sangat jarang terjadi.

4) Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah

16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan

lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan

pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan

selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila

suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,

kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila

pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,

kemungkinan ada tanda-tanda syok.

f. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar

estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah

sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-

5.

Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat

besar pada masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi

daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan

dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus


62

dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada

ambulasi dini.

Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-

400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan pesalinan seksio

sesarea menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari

volume darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan per vaginam,

hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesaea,

hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6

minggu.

g. Perubahan Sistem Hematologi

Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan

kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma

ditambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan dengan

peningkatan Hematoktir, dan Haemoglobin pada hari ketiga sampai

tujuh hari setelah persalinan.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada

hari ke 3-7 post partum dan akan normal dalam 4-5 minggu post

partum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang

lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml

dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

h. Perubahan Sistem Endokrin

Keadaan hormon plasenta menurun dengan cepat, hormon

plasenta laktogen tidak dapat terdeteksi dalam 24 jam Post Partum,

hormon HCG menurun dengan cepat, estrogen turun sampai 10%.

(Rukiyah, Yulianti, & Liana, 2012:54)


63

i. Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas

1) Fase taking in

fase teking in yaitu periode ketergantungan yang

berlansung pada hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada

dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan berulang

kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif

terhadap lingkunganya. Kemampuan mendengarkan (listening

skill) dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan

yang tak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat

diperlukan pada fase ini. Petugas kesehatan dapat menganjurkan

pada suami dan keluarga untuk dapat memberikan dukungan

moril dan menyediakan waktu untuk mendengarkan semua yang

disampaikan oleh ibu agar dia dapat melewati fase ini dengan

baik.

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada

fase ini adalah sebagai berikut.

a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan

tentang bayinya misalnya : jenis kelamin tertentu, warna kulit,

dan sebagainya.

b) Ketidaknyaman sebagai akibat dari perubahan fisik yang

dialami ibu misalnya rasa mules akibat kontraksi rahim,

payudara bengkak, akibat luka jahitan, dan sebagainya.

c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.


64

d) Suami atau keluarga yang mengeritik ibu tentang cara

merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa

membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena sebenarnya

hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu saja, tetapi

tanggung jawab bersama.

2) Fase taking hold

Fase taking hold adalah fase / periode yang berlangsung

antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa

khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya

dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sendikit

sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita

perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu.

Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini

merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul

percaya diri. Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah misalnya

dengan mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang

benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas,

memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu seperti

gizi, istirahat, kebersihan diri, dan lain-lain.

3) Fase letting go

Fase leting go merupakan fase menerima tanggung jawab

akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah

melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan

bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan


65

kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat

berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan

diri dan bayinya.

Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat

diperlukan ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat

bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu

terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga

mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat

bayinya.

a) Postpartum Blues

Postpartum bluesatau juga sering disebut maternity

blues atau sindrom ibu baru, dimengerti sebagai suatu

sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama setelah

persalinan dengan ditanda gejala-gejala berikut ini,Reaksi

depresi/sedih/disforia,Sering menangis, Mudah tersinggung

Cemas,Labilitas perasaan,menyalahkan diri sendiri,Gangguan

tidur dan gangguan nafsu makan,Kelelahan,Mudah sedih.

Cepat marah,Moodmudah berubah, cepat menjadi sedih, dan

cepat pula menjadi gembira,Perasaan terjebak juga menjadi

marah terhadap rangsangan, serta bayinya,Perasaan

bersalah,pelupa.

Puncak dari postpartum blues ini 3-5 hari setelah

melahirkan dan berlangsung dari beberapa hari sampai 2

minggu. Oleh karena begitu umum, maka diharapkan tidak

dianggap sebagai penyakit. Postpartum blues tidak


66

menganggu kemampuan seorang wanita untuk merawat

bayinya sehingga ibu dengan postpartum blues masih bisa

merawat bayinya. Kecenderungan untuk mengembangkan

postpartum blues tidak berhubungan dengan penyakit mental

sebelumnya dan tidak disebabkan oleh stres. Namun, stres

dan sejarah depresi dapat memengaruhi apakah postpartum

blues terus menjadi depresi besar, oleh karena itu postpartum

blues harus segera ditindaklanjuti.

j. Kesedihan dan Dukacita/Defresi

Penelitian menunjukan 10% ibu mengalami depresi setelah

melahirkan dan 10%-nya saja yang tidak mengalami perubahan

emosi. Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada

beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi.

Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit yang

muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab yang komplek

lainya.

Beberapa gejala-gejala depresi yang berat adalah sebagai

berikut.

1) Perubahan pada mood.

2) Gangguan pada pola tidur dan pola makan.

3) Perubahan mental dan libido.

4) Dapat pula muncul fobia, serta ketakutan akan menyakiti dirinya

sendiri dan bayinya.


67

Defresi berat akan terjadi biasanya pada wanita/keluarga yang

perna mempunyai wirayat kelainan psikiartrik. Selain itu, kemungkinan

dapat terjadi pada kehamilan selanjutnya. (Dewi, Sunarsih, 2011:65)

k. Tanda Bahaya Masa Nifas

a) Hemoragi

a) Perdarahan Pascapersalinan Primer

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah

bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pascapersalinan,

akan tetapi terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini,

yaitu sebagai berikut :

(1) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang

sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari

biasanya. Darah tersebut bercamour dengan cairan

amnion atau dengan urine, darah tersebut juga tersebar

pada spon, handuk, dan kain di dalam ember, serta lantai.

(2) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai

dengan kadar hemoglobin ibu. Seoarang ibu dengan kadar

Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap

kehilangan darah dimana sebaliknya akan berakibat fatal

pada ibu yang mengalami anemia. Akan tetapi, ada

kenyataan seorang ibu yang sehat dan tidak anemiapun

dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.

(3) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka

waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali

sampai terjadi syok.


68

Beberapa etiologi dari komplikasi ini adalah atonia

uteri dan sisa plasenta (80%), laserasi jalan lahir (20%),

serta gangguan faal pembekuan darah pascasolusio

plasenta.

b) Perdarahan Pascapersalinan Sekunde

Etiologi utama adalah sebagai berikut

(1) Proses reepitelisplasental site yang buruk (80%).

(2) Sisa konsepsi atau gumpalan darah.

Bila dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diidentifikasi

adanya massa intrauterin (sisa konsepsi atau gumpalan darah),

maka harus dilakukan evakuasi uterus.

Terapi awal yang dilakukan adalah memasang cairan infus

dan memberikan uterotonika (methergin 0,5 mg intramuskular),

antipiretika, dan antibiotika (bila ada tanda infeksi). Kuretase

hanya dilakukan bila terdapat hasil konsepsi.

l. Infeksi Masa Nifas

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah

persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi

angka kematian ibu (AKI). Infeksi luka jalan lahir pasca persalinan,

biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam

nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas, maka demam

dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam

dalam masa nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan kemudian

indek dari kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifas selain oleh

infeksi nifas dapat juga disebabkan oleh pielitis, infeksi jalan

pernapasan, malaria, dan tifus.


69

1) Jenis-jenis Infeksi

a) Endometritis

Jenis infeksi yang paling sering adalah endometritis,

kuman-kuman yang memasuki indometrium, biasanya melalui

luka bekas insersio plsenta, dan dalam waktu singkat

mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi kuman

yang tidak terlalu patogen, radang terbatas pada endometrium.

b) Parametritis

Parametritis adalah infeksi jaringan velpis yang dapat

terjadi melalui beberapa cara: penyebaran melalui limfe dari

luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis, penyebaran

langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar

ligamentum, serta penyebaran sekunder dari tromboflebitis.

Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum

atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan.

c) Peritonitis

Peritonitis dapat berasal dari penyebaran dari

pembuluh limfe uterus, parametritis yang meluas ke

peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau

lagsung tindakan per abdominal. Peritonitis yang terlokalisasi

hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila

meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis

umum, dan keadaan ini sangat berbahaya karena dapat

menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian akibat

infeksi.
70

d) Mastitis

Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat

terjadi pada semua wanita, mastitis semata-mata merupakan

komplikasi pada wanita menyusui. Mastitis harus dibedakan

dari peningkatan suhu transien dan nyeri payudara akibat

pembesaran awal karena air susu masuk ke dalam payudara.

Mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara (misalnya

glandular, jaringan ikat, areola. Lemak) oleh mikroorganisme

infeksius atau adanya cedera payudara. Organisme yang

umum termasuk S.aureus, streptococci, dan H.

Parainfluenzae.Cedera payudara mungkin disebabkan

memar karena manifulasi yang kasar, pembesaran payudara,

stasis ASI dalam duktus, atau pecahnya atau fisura puting

susu.

e) Tromboflebitis Dan Emboli Paru

Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada

wanita penderita verikositis atau yang mungkin secara genetik

rentan terhadap relaksasi dinding vena dan stasis vena.

Kehamilan menyebabkan stasis vena dengan sifat relaksasi

dinding vena akibat efek progesteron dan tekanan pada vena

uterus. Kehamilan juga merupakan status hiperkoagulasi.

Kompresi vena selama posisi persalinan atau pelahiran juga

dapat berperan terhadap masalah ini. Tromboflebitis

digambarkan sebagai superfisial atau tergantung pada vena

apa yang terkena.


71

f) Hematoma

Hematoma adalah pembengkakakn jaringan yang

berisi darah. Bahaya hematoma adalah kehilangan sejumlah

darah karena hemoragi, dan infeksi. Hematoma terjadi karena

ruptur pembuluh darah spontan atau akibat trauma. Pada

siklus reproduktif, hematoma sering kali terjadi selama proses

melahirkan atau segera setelahnya., seperti hematom vulva,

vagina, atau hematoma ligamentum latum uteri.

g) Depresi Pascapartum

Identifikasi depresi pascapaertum adalah tanggung

jawab bidan dan ahli klinis lain yang menemui ibu yang

sepanjang tahun pascapartum pertama. Seperti halnya pada

proses penyakit lain, mungkin segan untuk dibicarakan oleh

wanita, mendengar aktif dan penerimaan terhadap penjelasan

wanita mengenai pengalamannya adalah kunci untuk

menggali ketakutan dan kekhawatirannya. Pada

kenyataannya, setengah dari semua wanita yang mengalami

depresi pascapartum tidak mencari bantuan atau tidak

didiagnosis dengan penyakit umum ini. Salah satu perkiraan

angka depresi pascapartum menunjukkan 12% depresi mayor,

dengan tambahan 19% wanita mengalami gejala depresi

minor.(Dewi, Sunarsih, 2011:107)

2) Komplikasi lain yang harus diwaspadai, Sakit kepala, nyeri

epigastrik, penglihatan kabur, Pembengkakan di wajah atau

eksteritas,Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih,Payudara


72

yang berubah jadi merah, panas, dan/terasa sakit,Kehilangan

nafsu makan dalam waktu yang lama, Rasa sakit, merah, lunak,

dan/pembengkakan di kaki, Merasa sedih atau tidak mampu

mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri. (Rukiyah, Yulianti, &

Liana, 2012:121)

5. Pemeriksaan Fisik Masa Nifas

a. Pengkajian Data Fisik

Data yag dikaji meliputi data subjektif dan objektif.

1) Riwayat kesehatan

Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah

sebagai berikut.

a) Keluhan ibu yang dirasakan pada saat ini.

b) Adakah kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari

misalnya pada pola makan, BAK atau BAB,kebutuhan

istirahat, mobilisasi.

c) Riwayat tentang pesalinan ini meliputi adakah komplikasi ,

laserasi, atau episiotomi.

d) Obat/suplemen yang dikonsumsi saat ini, misalnya tablet besi.

e) Perasaan ibu saat ini yang berkaitan dengan kelahiran bayi

dan penerimaan terhadap peran baru terhadap orang tua.

f) Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi

sehari-hari.

g) Bagaimana perencanaan menyusui nanti (ASI ekslusif atau

tidak), perawatan bayi dilakukan sendiri atau dibantu orang

lain.
73

h) Bagaimana dukungan dari suami dan keluarga terhadap ibu.

i) Pengetahuan ibu tentang nifas.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh dan

terutama berfokus pada masa nifas, yaitu sebagai berikut :

a) Keadaan umum, kesadaran.

b) Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu, nadi, dan

pernapasan.

c) Payudara : pembesaran, puting susu (menonjol/mendatar,

adakah nyeri dan lecet pada puting), ASI sudah keluar,

adakah pembengkakan, radang, atau benjolan abnormal.

d) Abdomen tinggi fundus uteri, kontraksi uteri.

e) Kandung kemih kosong/penuh.

f) Genetalia dan perineum : pengeluaran lokia (jenis, warna,

jumlah, bau), udema peradangan, keadaan jahitan, nanah,

tanda-tanda infeksi pada luka jahitan.

g) Ektermitas bawah : pergerakan, pengumpulan darah pada otot

kaki yang menyebabkan nyeri, edema, homan’s sign, dan

varises.

h) Pengkajian psikologis dan pengetahuan ibu.

b. Merumuskan Diagnosis/Masalah Aktual Potensial

Langkah selanjutnya setelah memproses data adalah

melakukan analisis data dan interprestasi sehingga didapatkan

rumusan diagnosis. Berdasarkan data yang diperoleh, bidan akan

memperoleh kesimpulan apakah masa nifas ibu normal atau tidak.


74

Bidan juga harus mendeteksi masalah yang mungkin timbul

pada ibu dan merumuskan masalah potensial. Masalah potensial

belum terjadi, tetapi bidan sudah harus berpikir untuk mengantisipasi

terhadap masalah potensial.

c. Merencanakan Asuhan Kebidanan

Berdasarkan diagnosis yang didapat, bidan dapat

merencanakan asuhan pada ibu. Pada langkah ini rencana asuhan

yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya

(pengkajian data dan perumusan dignosis).

1) Evaluasi secara terus-menerus

2) Gangguan rasa nyeri

3) Mencegah infeksi

4) Mengatasi kecemasan

5) Memberikan pendidikan kesehatan (health education)

6) Memberikan kenyamanan pada ibu nifas

7) Membantu ibu untuk menyusui bayinya.

8) Memfasilitasi menjadi orang tua.

9) Persiapan pasien pulang.

10) Anticipatory guidance (intruksi/bimbingan nifas)

11) Deteksi dini komplikasi pada ibu nifas

d. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Pelaksanaan asuhan kebidanan dapat dilakukan dengan

tindakan mandiri atau kolaborasi. Perlu juga pengawasan pada masa

nifas untuk memastikan ibu dan bayi dalam kondisi sehat. Berikan

pendidikan/penyuluhan sesuai perencanaan. Pastikan bahwa ibu


75

telah mengikuti rencana yang telah disusun. Oleh karena itu dalam

memberikan pelayanan bidan harus mendiskusikan dengan ibu dan

keluarga sehingga pelaksanaan asuhan menjadi tanggung jawab

bersama.

e. Evaluasi Dan Asuhan Kebidanan

Evaluasi dan asuhan kebidanan diperlukan untuk mengetahui

keberhasilan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang

diberikan apakah tindakan yang iefektif diberikan sudah sesuai

dengan perencanaan. Rencana tersebut dapat di anggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Evaluasi dapat

dilakukan saat ibu melakukan kunjungan ulang. Saat itu bidan dapat

melakukan penilaian keberhasilan asuhan. (Dewi, Sunarsih, 2011:87).


76

D. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir (BBL)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram. Ibrahim Kritiana

(1984, dalam Vivian, 2013:1)

Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42

minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 g

ram dan panjang badan sekitar 50-55 cm Sarwono (2005, dalam

Jenny, 2013:150).

2. Perubahan yang Segera Terjadi Sesudah Keahiran

a. Sistem Pernapasan

Berikut adalah tabel mengenai perkembangan sistem

pulmonal sesuai dengan usaikehamilan.

Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa

mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin

mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah

bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.

Rangsangan gerakan pertama terjadi karena beberapa hal

berikut.

1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi

mekanik).

2) Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi).

3) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam

uterus (stimulasi sensorik).


77

4) Refleks deflasi Hering Bruer.

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu

30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk

mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan, juga

karena adanya tarikan napas dan pengeluaran napas dengan

merintih sehingga udara bisa bertahan di dalam. Cara neonatus

bernafas dengan cara bernafas difragmatik dan abdominal,

sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur.

Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-

paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalam kondisi seperti ini

(anoksia), neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya

karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik.

b. Peredaran Darah

Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plsenta melalui

vana umbilikus lalu sebagian ke hati dan sebagian lainnya berlansung

ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri

darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari

bilik kanan darah di pompa ke sebagian paru dan sebagian melalui

duktus arteriosus ke aorta.

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan

mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti

menurunya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan

tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung

kanan, dan hal tersebut yang membuat foramen ovale secara

fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah

kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam
78

aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia (PaO2

yang naik) serta duktus arteriosus yang berobliterasi. Hal ini terjadi

pada hari pertama.

Aliran darah pada paru pada hari pertama kehidupan adalah

4-5 liter per menit/m² (Gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hari

pertama rendah yaitu 1,96 liter/menit/m² dan bertambah pada hari

kedua dan ketiga (3,54 liter/m²) karena penutupan duktus arteriosus.

Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang

melalui transfusi plasenta yang pada jam-jam pertama sedikit

menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira

89/40 mmHg.

c. Suhu tubuh

Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan

bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya.

1) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya

yang kontak lansung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari

tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).

2) Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi hilang ke udara sekitarnya

yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung

pada kecepatan dan suhu tubuh).

3) Radiasi

Panas di pancarkan dari BBL keluar tubuhnya

kelingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek

yang mempunyai suhu yang berbeda).


79

4) Evaparasi

Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung

pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas

dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini

dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan

udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila BBL dibiarkan

dalam suhu kamar 25ºc, maka bayi akan kehilangan panas

melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200

kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya seperspuluhnya saja.

Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi,

maka lakukan hal berikut :

a) Keringkan bayi secara saksama.

b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan

hangat.

c) Tutup bagian kepala bayi.

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

e) Jangan segera menimbang dan memandikan bayi baru lahir.

f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

5) Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari

tubuh orang dawasa, sehingga metabolisme basal per kg berat

badan akan lebih besar. Oleh karena itulah. BBL harus

menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi dapat

diperoleh dari metabolisme karbonhidrat dan lemak.


80

Pada jam-jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari

perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari

pembakaran lemak. Setelah mendapat susu, sekitar di hari

keenam energi diperoleh dari lemak karbohidrat yang masing-

masing sebesar 60 dan 40%.

6) Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal

Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium

juga relatif lebih besar dibandingkan dengan kalium karena

ruangan ekstraseluler yang luas. Fungsi ginjal belum sempurna

karena:

a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewas.

b) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume

tubulus proksimal.

c) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang

dewasa.

7) Imunoglobulin

Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum

tulang juga tidak meiliki lamina propia ilium dan apendiks. Plasenta

merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari antigen dan stres

imunologis. Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga

imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat

molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui

plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-lain) reaksi

imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta

antibodi gama A, G, dan M.


81

8) Traktus Digestivus

Traktsus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang

dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus

digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang

terdiri atas mukopolisarida atau disebut juga dengan mekonium.

Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan

dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanya feses sudah

berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus

biasanya sudah terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase

pankreas.

9) Hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia

dan morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan

penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai

berkurang, walaupun dalam waktu yang agak lama. Enzim hati

belum aktif benar dalam waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi

hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian

obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat

menimbulkan grey baby syndrom.

10) Kesimbangan Asam Basa

Tingkat keasaman (pH) darah pada waktu lahir umumnya

rendah karena glikolisis anaerobik. Namun, dalam waktu 24 jam,

neonatus telah mengompensasi asidosis ini.

(Vivan, 2013: 11)


82

3. Penilaian Bayi untuk Tanda-tanda Kegawatan

a. Penilaian APGAR

Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir

dengan menggunakan nilai AFGAR. Penilaian berikutnya dilakukan

pada menit kelima dan kesepuluh. Penilaian ini perlu untuk

mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.

Tabel 2.3
Penilaian Keadaan Umum Bayi Berdasarkan Nilai AFGAR
0 1 2
Appearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas kemerah-
biru merahan
Pulse rate Tidak ada Kurang dari Lebih dari 100
(frekuensi nadi) 100
Grimace (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin
rangsang) mimik
(grimace)
Activity (tonus Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
otot) dalam sedikit
fleksi
Resoiration Tidak ada Lemah/tidak Baik/menangis
(pernapasan) teratur

Setiap variabel diberi nilai 0,1, atau 2 sehingga nilai tertinggi

adalah 10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukan bahwa bayi

berada di dalam kondisi baik. Nilai 4-6 menunjukan adanya depresi

sedang dan membutuhkan beberapa jenis tindakan resusitasi. Bayi

dengan 0-3 menunjukan depresi serius dan membutuhkan resusitasi

segera dan mungkin memerlukan ventilasi (Mead, 1996).

1) Mengkaji nilai AFGAR

Cara pengkaji nilai AFGAR adalah sebagai berikut :

a) Observasi tampilan bayi, misalnya apakah seluruh tubuh bayi

berwarna merah muda (2), apakah tubuhnya merah muda,


83

tetapi ekstremitasnya biru (1), atau seluruh tubuh bayi pucat

atau biru (0).

b) Hitung frekuensi jantung dengan memalpasi umbilikus atau

meraba bagian atas dada bayi di bagian aspeks 2 jari. Hitung

denyutan selama 6 detik, kemudian dikalikan 10. Tentukan

apakah frekuensi jantung >100 (10 denyut atau lebih pada

periode 6 detik kedua) (2), <100 (<10 denyut dalam 6 detik)

(1), atau tidak ada denyut (0). Bayi yang berwarna merah

muda, aktif, dan bernapas cenderung memiliki frekuensi

jantung >100.

c) Respon bayi terhadap stimulus juga harus diperiksa, yaitun

respon terhadap rasa terhadap pengunaan kateter oksigen

atau pengisapan. Tentukan apakah bayi menangis sebagai

respons terhadap stimulus (2), apakah bayi mencoba untuk

menangis tetapi hanya dapat merintih (1), atau tidak ada

respon sama sekali (0).

d) Observasi tonus otot bayi dengan mengobservasi jumlah

aktivitas dan tingkat fleksi ekstremitas. Adakah gerakan aktif

yang menggunakan fleksi ekstermitas yang baik (2), adakah

fleksi ekstremitas (1), atau apakah bayilemas (0).

e) Observasi upaya pernapasan yang dilakukan bayi. Apakah

baik dan kuat, biasanya dilihat dari tangisan bayi (2), apakah

pernapasan bayi lambat dan tidak teratur (1), atau tidak ada

pernapasan sama sekali (0)


84

2) Prosedur penilaian AFGAR

a) Pastikan bahwa pencahayaan baik, sehingga visualisasi

warna dapat dilakukan dengan baik, dan pastikan adanya

akses yang baik ke bayi.

b) Catat waktu kelahiran, tunggu 1 menit, kemudian lakukan

pengkajian pertama, kaji kelima variabel dengan cepat dan

simultan, kemudian jumlah hasilnya.

c) Lakukan tindakan segera dengan cepat dan tepat sesuai

dengan hasilnya, misalnya bayi dengan nilai 0-3 memerlukan

tindakan resisutasi dengan segera.

d) Ulangi pada menit kelima,. Skor harus naik bila nilai

sebelumnya 8 atau kurang.

e) Ulangi lagi pada menit kesepuluh.

f) Dokumentasi hasilnya dan lakukan tindakan yang

sesuai.(Jenny, 2013:158)

4. Inisiasi MenyusuI Dini

a. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyusu dini adalah

bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Seperti halnya bayi

mamalia lainnya, bayi manusia mempunyai kemampuan untuk

menyusu sendiri. Kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya

dibiarkan setidaknya selama satu jam segera setelah lahir, kemudian

bayi akan mencari payudara ibu dengan sendirinya. Cara bayi

melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the brest crawl atau

merangkak mencari payudara.


85

b. Prinsip Menyusui atau Pemberian ASI

Beberapa prinsip dalam pemberian ASI adalah sebagai

berikut:

1) Setelah bayi lahir, tali pusat diikat.

2) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi

bersentuhan langsung ke mulut ibu.

3) Biarkan kontak kulit berlangsung setidaknya satu jam atau lebih,

bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri apabila sebelumnya

tidak berhasil.

4) Bayi diberi topi dan diselimuti.

5) Ibvu diberikan dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk

menyusui.

6) Menyusui dimulai setelah 30 menit bayi lahir.

7) Memberikan kolostrum pada bayi.

8) Tidak memberi makanan pralaktal sepeti air gula atau air tajin

kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar, tetapi mengusahakan

bayi mengisap untuk merangsang produksi ASI.

9) Menyusui bayi dari kedua payudara secara bergantian sampai

tetes terahir, masing-masing 15-25 menit.

10) Memberikan ASI saja selama 4-6 bulan pertama (on demand).

11) Memperhatikan posisi tubuh bayi saat ibu menyusui dan cara bayi

mengisap dimana puting dan aerola mammae harus masuk

seluruhnya ke mulut untuk menghindari puting lecet.

12) Menyusui sesuai kebutuhan bayi (on demand).

13) Setelah berumur 4 bulan, selain ASI, MP-ASI dapat diberikan

kepada bayi dalam bentuk makanan lumat secara bertahap.


86

14) Meneruskan menyusui bayi dengan tambahan MP-ASI sampai

anak berusia 2 tahun.

15) Berikan ASI terlebih dahulu, baru MP-ASI.

16) Setelah usia 2 tahun, menyapih dilakukan secara bertahap.

17) Kebersihan ibu dan bayi, lingkungan dan peralatan yang

digunakan waktu memberi makan anak perlu diperhatikan.

18) Memperhatikan gizi/makanan ibu saat hamil dan menyusui. Ibu

memerlukan ekstra makanan dan minuman lebih banyak dari

keadaan sebelum hamil.

19) Bagi ibu yang bekerja, dapat memberikan ASI sebelum dan

sesudah pulang kerja.

c. Manfaat Imunisasi Menyusui Dini (IMD)

Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

1) Kehangatan dada ibu dapat menghangatkan bayi, sehingga

apabila bayi diletakkan di dada ibunya segera setelah melahirkan,

dapat menurunkan risiko hipotermia dan menurunkan kematian

akibat kedinginan.

2) Getaran cinta, saat ibu dipeluk oleh suaminya, maka akan

merasakan ketenangan, merasa dilindungi, dan kuat secara

psikis. Begitu juga dengan bayi diletakkan di dada ibu, bayi akan

lebih tenang dan mengurangi stres, sehingga pernapasan dan

detak jantungnya pun lebih stabil.

3) Bayi terlebih dahulu tercemar oleh bakteri ibu yang tidak

berbahaya atau terdapat antinya di ASI ibu, sehingga bakteri baik


87

membuat koloni di usus dan kulit bayi, sehingga dapat menyaingi

bakteri yang lebih ganas di lingkungan luar.

4) Tidak ada yang meragukan kolostrum, cairan yang kaya akan

antibodi dan sangat penting untuk pertumbuhan usus dan

ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi

kelangsungan hidupnya. Saat bayi dapat menyusu segera setelah

lahir, maka bayi bisa mendapatkan kolostrum tersebut dan tidak

tergantikan formula lain. Ada beberap ibu yang memberikan susu

formula setelah melahirkan, sehingga susu formula tersebut akan

menggantikan kolostrum yang sebenarnya sangat dibutuhkan

bayi.

5) Pemberian makanan awal selain ASI (susu hewan) yang

mengandung bukan protein susu manusia dapat sangat

mengganggu pertumbuhan fungsi usus.

6) Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan mempunyai

kesempatan lebih berhasil menyusu eksklusif dan

mempertahankan menysusu yang dari pada menunda menyusu

dini. Lalu, sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting

ibu akan merangsang oksitosin yang penting untuk:

a) Membuat rahim berkontraksi sehingga dapat membantu

pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan.

b) Merangsang hormon lain, yang membuat ibu menjadi tenang,

rileks, dan mencintai bayinya.

c) Merangsang pengaliran ASI dari payudara.


88

7) Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya

pertama kali seperti ini. Bagi seorang muslim, bahkan dapat

meng-Azankan sang bauh hati di dada ibunya. (Jenny, 2013:170)

5. Tanda-tanda Bahaya Pada Bayi

a. Pinsip asuhan BBL

Sebelum memberikan asuahan pada bayi baru lahir,

sebaiknya bidan mengkaji hal-hal berikut.

1) Apakah bayi dilahirkan oleh ibu yang mengalami komplikasi dalam

persalinan?

2) Apakah bayi mempunyai kondisi/masalah yang harus ditangani?

3) Apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara penuh,

sebagian, atau tidak sama sekali?

b. Masalah yang perlu tindakan segera dalam 1 jam.

1) Tidak bernafas/sulit bernafas.

Penanganan umum yang bisa diberikan adalah:

a) Keringkan bayi atau ganti kain yang basah dan bungkus

dengan pakaian hangat dan kering.

b) Segera klem dan potong tali pusat.

c) Letakkan bayi pada tempat yang keras dan hangat.

d) Lakukan pedoman pencegahan infeksi dalam setiap

melakukan tindakan.

e) Lakukan resisutasi bila terdeteksi adanya kegagalan napas

setelah bayi lahir.

f) Jika resusitasi tidak berhasil, maka berikan ventilasi.


89

2) Sianosis/kebiruan dan sukar bernafas.

Jika bayi mengalami sianosis (kebiruan), sukar bernafas

(frekuensi <30 atau >60x/menit), ada tarikan dinding dada ke

dalam, atau merintih, maka lakukan hal berikut.

a) Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan nafas tidak

tersumbat.

b) Berikan oksigen 0,5 liter/menit.

c) Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang men-support

kondisi bayi.

d) Tetap menjaga kehangatan bayi.

3) Bayi berat lahir rendah (BBLR) <2.500 gram.

Ada dua macam BBLR, yang pertama bayi lahir kecil

akibat kurang bulan, dan yang kedua adalah bayi lahir kecil

dengan BB yang seharusnya untuk masa gestasi (dismatur).

a) Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (prematur).

(1) Masa gestasi < 37 minggu.

(2) Faktor penyebabnya adalah sebagai berikut.

(a) Ibu mengalami perdarahan antepartum, trauma

fisik/psikologis dan DM, atau usia ibu masih terlalu

muda (<20 tahun) dan multigravida dengan jarak

kehamilan yang dekat.

(b) Keadaan sosial ekonomi rendah.

(c) Kehamilan ganda atau hidramnion.

(3) Ciri-ciri bayi prematur adalah sebagai berikut.

(a) Berat kurang < 2.500 gram.


90

(b) Lingkar dada < 30 cm.

(c) Panjang badan < 45 cm.

(d) Kepala lebih besar dari badannya.

(e) Kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo.

(f) Lemak subkutan minimal.

b) Bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk

masa gestasi (dismatur). Kondisi ini dapat terjadi preterm,

aterm, maupun posterm. Bayi yang lahir dengan berat sangat

kecil (BB < 1.500 gram atau usia < 32 minggu) sering

mengalami masalah berat seperti :

(1) Sukar bernapas.

(2) Sukar minum (mengisap).

(3) Ikterus berat.

(4) Infeksi.

(5) Rentan hipotermi.

(6) Segera rujuk jika bayi mengalami kondisi-kondisi tersebut.

4) Latergi.

Tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehingga sangat

mungkin bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi demikian,

maka segera rujuk.

5) Hipotermi (suhu < 36ºc).

Bayi mengalami hipotermi berat jika suhu aksila < 35ºc.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, lakukan hal berikut.

(a) Gunakan alat yang ada inkubator, radian heater, kamar

hangat, atau tempat tidur hangat.


91

(b) Rujuk kepelayanan kesehatan yang memiliki neonatal instensif

care unit (NICU).

(c) Jika bayi sianosis, sukar bernapas, atau ada tarikan dinding

dada dan merintih, segera berikan oksigen.

6) Kejang.

7) Diare.

Bayi dikatakan mengalami diare jika terjadi pengeluaran

feses yang tidak normal, baik dalam jumlah maupun bentuk

(frekuensi lebih dari normal dan bentuknya cair). Bayi dikatakan

diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan

neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air

besar.

8) Obstipasi.

Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat

adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna, atau

bisa didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama

3 hari atau lebih. Lebih dari 90% bayi baru lahir akan

mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan

sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama

kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi maka harus diperkirkan adanya

obstipasi.

9) Infeksi

Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi

pada masa antenatal, intranatal, dan postnatal.


92

10) Sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death

syndrome/SIDS). Terjadi pada bayi yang sehat secara mendadak,

ketika sedang ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa

jam kemudian.

6. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

a. Perawatan Mata

Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan

untuk pencegahan penyakit mata akibat klamidia (penyakit menular

seksual). Obat perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan.

Pengobatan yang umumnya dipakai adalah larutan peraknitrat atau

neosporin yang langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah

bayi lahir.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala :pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura

menutup/melebar, adanya caput succedaneum, cepat hamatoma,

kraniotabes, dan sebagainya.

2) Mata :pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, tanda-

tanda infeksi (fus).

3) Hudung dan mulut :pemeriksaan terhadap labio skisis,

labiopalatokisis, dan refleks menghisap (dinilai dengan mengamati

bayi saat menyusu).

4) Telinga :pemeriksaan terhadap preaurical tog, kelainan

daun/bentuk telinga.

5) Leher :pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus,

ductus thyroglossalis, hygroma colli.


93

6) Dada :pemriksaan terhadap bentuk, pembesaran terhadap buah

dada, pernapasan, retraksi intercostal, subcostal sifoid, merintih,

pernapasan cuping hidung, serta bunyi paru-paru (sonor, vesikular,

bronkial, dan lain-lain).

7) Jantung :pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi jantung,

kelainan bunyi jantung.

8) Abdomen :pemeriksan terhadap membuncit (pembesaran hati,

limpa, tumor aster), scaphoid (kemungkinan bayi menderita

diafragmatika/atresia esofagus tanpa fistula).

9) Tali pusat :pemeriksaan terhadap perdarahan, jumlah darah pada

tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau

selangkangan.

10) Alat kelamin :pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam

skrotum, penis berlubang pada ujung (pada bayi laki-laiki), vagina

berlubang, apakah labia mayora menutupi labia minora (pada bayi

perempuan).

11) Lain-lain :mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila

tidak, harus waspada terhadap atresia ani atau obstruksi usus.

Selain itu, urin juga harus keluar dalam 24 jam. Kadang

pengeluaran urin tidak diketahui karena pada saat bayi lahir, urin

keluar bercampur dengan air ketuban. Bila urin tidak keluar dalam

24 jam, maka harus diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi

saluran kemih.

c. Identifikasi Bayi

Untuk memudahan identifikasi, alat pengenal bayi perlu

dipasang segera pasca persalinan. Alat yang digunakan sebaiknya


94

tahan air, dengan tepi halus yang tidak mudah melukai, tidak mudah

sobek, dan tidak mudah lepas. Pada alat/gelang identifikasi,

tercantum nama (bayi dan ibunya), tanggal lahir nomor bayi, jenis

kelamin, dan unit. Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus

tercetak di catatan yang tidak mudah hilang. Berat lahir, panjang

bayi, lingkar kepala dan lingkar perut diukur, kemudian dicatat dalam

rekam medis.

d. Perawatan lain-lain

1) Lakukan perawatan tali pusat.

a) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar

terkena udara dan diturupi dengan kain bersih secara

longgar.

b) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, dicuci dengan

sabun dan air bersih, kemudian dikeringkan sampai benar-

benar bersih.

2) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan ke

rumah, diberikan imunisasi BCG, polio, dan hepatitis B.

3) Orang tua diajarkan tanda-tanda bahaya bayi dan mereka

diberitahu agar merujuk bayi dengan segera untuk perawatan

lebih lanjut jika ditemukan hal-hal tersebut :

4) Pernapasan : sulit atau lebih dari 60 kali/menit.

5) Warna : kuning (terutama dalam 24 jam pertama), biru, atau

pucat.

6) Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,

berdarah.
95

7) Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan

(nanah), bau busuk, pernapasan sulit.

8) Feses/kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, feses lembek,

sering kejang, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus.

9) Orang tua diajarkan cara merawat bayi dan melakukan

perawatan harian untuk bayi baru lahir, meliputi :

10) Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam, mulai

dari hari pertama.

11) Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering, serta

mengganti popok.

12) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.

13) Menjaga keamanan bayi terhadap trauma dan infeksi. (Jenny,

2013:159)

7. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan

terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk

kuman yang yang sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh dan

diharapkan tubuh untuk dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya

digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang

menyerang tubuh.

Dalam menggunakan bagan jadwal imunisasi IDAI edisi 2000

untuk keperluan praktik sehari-hari deperlukan penjelasan sebagai

berikut. Penyusunan jadwal imunisasi edisi 2000 dibuat dengan

memperhatikan range (tenggang) waktu imunisasi yang dianjurkan,

dengan maksud agar teman sejawat dapat menepatkan waktu yang lebih
96

tepat dan leluasa kepada pasien, tentang kapan imunisasi sebaiknya

diberikan sesuai dengan kedatangan/kebutuhan anak.

Jadwal imunisasi program pengembangan imunisasi (PPI) Depkes

tetap dapat gunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi IDAI.Jadwal

imunisasi IDAI setiap tahun akan dievaluasi untuk penyempurnaan

berdasarkan perubahan pola penyakit, kebijakan Depkes/WHO, dan

pengadaan vaksin diindonesia.

a. BCG

Imunisasi BCG seabaiknya di berikan pada usia<2 bulan,

namun pada jadwal imunisasi PPI, BCG dapat diberikan pada usia 0-

12 bulan untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang lebh luas.

Dosis untuk bayi dan anak <1 tahun adalah 0,05 ml. Cara pemberian

adalah melalui injeksi intrakutan didaerah insersio M. Deltoideus

kanan.

Jika BCG jika diberikan pada usia>3 bulan, sebaiknya

dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Imunisasi BCG ulang tidak

dianjurkan karena manfaatnya diragukan, mengigat ektifitas

perlindungan hanya 40%. Selain itu, banyak 70% kasus TB berat

(mis. menginitis) ternyata meninggalkan parut BCG, dan kasus

dewasa yang positif mengidap BTA (bakteri tahan asam) di Indonesia

terbilang cukup tinggi(25%-36%),walaupun mereka telah

mendapatkan BCG pada masa kanak-kanak.

BCG tidak diberikan kepada pasien dengan gangguan imun

(leokemia), dalam pengobatan steroid jangka panjang, infeksi HIV).

Pada negara dengan prepalensi TBC yang tinggi, seperti indonesia,


97

imunisasi BCG diberikan segera mungkin setelah lahir. Akan tetapi,

jika bayi sakit, imunisasi diberikan setelah bayi sembuh dan tetap

sebelum dipulangkan dari rumah sakit.

Jika menderita TBC paru aktif dan telah diobati selama 2 bulan

sebelum kelahiran bayi atau diagnosis TBC setelah persalinan

berikan dosis tunggal 0,05 mL intadermal pada bagian atas lengan kiri

dengan mengunakan spuit kusus suntikan harus menimbulkan bercak

kecil dibawah kulit yang menyebabkan kulit mengerut seperti kulit

jeruk.

b. Hepatitis B

Hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengigat

sedikitnya 3,9 % ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan

resiko dengan penurunan maternal kurang lebih 45%. Pemberian

hepatitis B harus berdasarkan status HnbAG. Bayi yang lahir dari ibu

dengan status HbsAG yang tidak diketahui akan diberikan vaksin

rekombinan(HB vak-II5ug atau engerix b 10 ug) atau vaksin plasma

deri 10 ug, intramuskuler setelah 12 jam lahir dosis kedua diberikan

pada usia 1-2 bulan dan dosis ke-3 usia 6 bulaJika pada pemeriksaan

selanjutnya diketahui HbsAg ibu positif, segera berikan 0,5 mL HBIG(

sebelum 1 minggu).

Untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif dalam

jangka waktu 12 jam setelah lahir, secara bersamaan, diberikan 0,5

mL HBIG dan vaksin rekombinan per intra muskuler disisi tubuh yang

berlainan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan sesudah dan dosis ke-3

pada usia 6 bulan. Bayi yang lahir dari dengan HBSAG negatif akan
98

diberikan vaksin rekombinan atau vaksin plasma derivat per

intramuskuler pada usia 2-6 bulan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan

kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi

pertama.

Idealnya dilakukan pemeriksaan anti-HbsAg paling cepat 1

bulan paska imunisasi hepatitis B-3. Penelitian kohoort multi senter di

Thailand dan Thaiwan terhadap bayi yang lahir dari ibu pengidap

hepatitis B, yang telah memperoleh imunisasi dasar 3 kali pada masa

bayi didapatkan bahwa usia 5 tahun 90, 7% diantaranya masih

memiliki anti bodi anti-Hps yang protektif (titer anti-10mIU/mL).

Mengingat pola epidemiologis hepatitis B di indonesia mirip dengan

negara tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ulang pada usia

5 tahun tidak diperlukan, kecuali titer anti-HbsAg <10 mIU/mL.

Jika sampai denga usia 5 tahun anak belum pernah

memperoleh imunisasi hepatitis B, secepatnya harus diberikan (catch-

upvaccination) imunisasi hepatitis B ulangan (hepatitis B-4) dapat

dipertimbangkan pada usia 10-12 tahun.

Jika bayi sakit, berikan dosis pertama segera bayi sembuh.Ibu

yang menderita hepatitis akut atau hasil tes serologisnya menunjukan

HbsAg positif, dapat menularkan hepatitis B pada bayinya.

1) Berikan dosis awal vaksin hepatitis B (VHB) 0,5 mL IMsegera

setelah lahir, seharusnya dalam 12 jam sesudah lahir, dilanjutkan

dengan dosis ke-2 dan ke- 3 sesuai dengann jadwal imunisasi

hepatitis.
99

2) Pada saat yang sama, beri imunoglobulin hepatitis 200 IU IM (0,5

mL) yang disuntikan pada paha yang lainnya, dalam waktu 48 jam

sesudah lahir,( sebaiknya 24 sesudah lahir), jika obat tersedia.

3) Yakinkan ibu untuk tetap menyusui asi jika bayi telah diberikan

vaksin diatas, tetapi jika luka pada puting susu dan ibu mengalami

hepatitis akut, sebaiknya asi tidak diberikan.

Jika ibu diketahui HbsAg negatif dan bayi masih tetap

dirumah sakit pada usia 60 hari, berikan HBV pada hari bayi

dipulangkan.

c. DPT

Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak usia 2 bulan

dengan interval 4-6 minggu. DPT 1 diberikan usia 2-4 bulan, DPT 2 3-

5 bulan, dan DPT 3 pada 4-6 bulan. Imunisasi selanjutnya (DPT 4)

diberikan setahun setelah DPT 3, yaitu usia 18-24 bulan, dan DPT

pada saat masuk sekolah usia 5-7 tahun.

Sejak tahun 1998, DT 5 diberikan pada kegiatan imunisasi di

sekolah dasar (bulan imunisasi anak sekolah, BIAS). Ulangan DT 6

diberikan pada usia 12 tahun mengingat masih dijumpai kasus difteria

pada anak usia >10 tahun. Sebaiknya, untuk imunisasi ulangan pada

usia 12 tahun, diberikan dT (adt [dosis dewasa] untuk vaksin difteria).

Akan tetapi, karena dT belum dipasarkan di Indonesia, diberikan DT.

Dosis DPT atau DT 0,5 ml intramuskular, baik untuk imunisasi dasar

atau ulangan.

d. Tetanus

Upaya Departemen Kesehatan dan Departemen

Kesejahteraan Sosial melaksanakan program Eliminasi Tetanus


100

Neonatorum (ETN) melalui imunisasi DPT, DT atau TT dilaksanakan

berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan. Imunisasi DPT 3 kali

akan memberi imunitas 1-3 tahun, dengan 3 dosis toksoid tetanus

pada bayi dihitung setara dengan 2 dosis toksoid pada anak yang

lebih besar dan dewasa.

Ulangan DPT pada usia 18-24 bulan (DPT 4) akan

memperpanjang imunitas hingga 5 tahun, yaitu sampai dengan usia

6-7 tahun; 4 dosis toksoid tetanus pada bayi dan anak dihitung setara

dengan 3 dosis toksoid pada dewasa. Toksoid tetanus kelima (DPT 5)

diberikan pada usia sekolah yang akan memperpanjang imunitas

hingga 10 tahun sampai usia 17-18 tahun:5 dosis toksoid tetanuspada

anak dihitung setara dengan 4 dosis toksoid dewasa.

Toksoid tetanus tambahan yang diberikan pada tahun

berikutnya di sekolah) akan memperpanjang imunitas hingga 20

tahun; 6 dosis toksoid tetanus pada anak dihitung, setara dengan 4

dosis toksoid pada dewasa. Jadi, PPI direkomendasikan imunisasi

tetanus toksoid (DPT, DT dan TT) 5 kali untuk memberi perlindungan

seumur hidup sehingga wanita usia subur (WUS) mendapat

perlindungan dan bayi yang dikandungnya terlindungi dari tetanus

neonatorum.

Upaya mencapai target ETN dengan pemberian tetanus

toksoid 5 kali dengan sasaran bayi dan anak-anak sekolah melalui

BIAS. Program BIAS dilaksanakan secara bertahap dengan jadwal

seper di bawah.
101

e. Polio

Untuk imunisasi dasar ()polio 1, 2, 3), vaksin diberikan 2 tetes

per oral dengan intelval tidak kurang 4 minggu. Mengingat indonesia

merupakan daerah endemis polio, PPI menambahkan imunisasi

segera setelah lahir (poliokunjungan I) dengan tujuan untuk

meningkatkan cakupan imunisasi.

Polio-0 diberikan saat bayi akan dipulangkan dari rumah

bersalin/rumah sakit, agar menginfeksi bayi lain mengingt virus polio

hidup dapat di dosis TT 0,5 mL diberikan intramuskular(program BIAS

di indonesia tahun, 1998-2000)

Eksresikan melaui tinja.Imunisasi polio ulangan diberikan satu

tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6

tahun).

Tidak ada resiko penyebaran nosokimial polio akibat

mengimunisasi bayi dengan vaksin polio oral (VPO).Berikan 4 dosis

VPO untuk perlindungan efektif didaerah endemik polio, berikan satu

dosis tunggal PVO pada saat lahir atau sampai dua minggu setelah

lahir tanpa mempertimbangkan apakah dosis pertama diberikan pada

saat lahir. Berikan tiga dosis VPO pada usia 6, 10, dan 14 minggu.

Berikan 2 tetes vaksin pada lidah.

f. Campak

Vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan dalam satu dosis

0,5 ml yang diinjeksikan di area subkutan dalam. Penelitian titer

antibodi campak pada anak usia 6-11 tahun oleh Badan Penelitian

dan Pengembangan Depkes dan Kesos tahun 1999 mendapatkan


102

bahwa hanya 71,9% anak yang masih mempunyai antibodi campak

diatas ambang pencegahan. Sebanyak 28,3% anak kelompok usia 5-

7 tahun pernah menderita campak, walaupun sudah pernah imunisasi

campak saat lahir. Berdasarkan penelitian tersebut, di anjurkan untuk

memberikan imunisasi campak ulangan pada saat anak masuk

sekolah dasar (5-6 tahun), guna mempertinggi serokonvensi.

g. MMR

Vaksin MMR diberikan pada usia 15-18 bulan, dalam satu kali

dosis 0,5 ml persubkutan. Vaksin MMR yang beredar dipasaran ialah

MMR-II (MSD) dan Trimovax (Aventis Pasteur). MMR di berikan

minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lain. Jika

seorang anak telah mendapatkan imunisasi MMR pada usia 12-18

bulan, imunisasi campak 2 pada usia 5-6 tahun tidak perlu diberikan

lagi. MMR ulangan diberikan pada usia 10-12 tahun atau 12-18 tahun.

h. HIB (H. Influenza Tipe B)

Vaksin konjugat H. influenzae tipe B yang beredar pertama,

PRP-T (polyribosyribitol tetanus), yaitu Act Hib (Aventis

Pasteur).Kedua, PRP-OMPC (PRP-outer membrane protein

complex), yaitu Pedvak Hib (MSD). Imunisasi dasar untuk Act Hib

diberikan pada usia 2, 4 dan 6 bulan, sedangkan Pedvak Hib

diberikan pada usia 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6 bulan) tidak

diperlukan. Vaksinasi ulangan vaksin Hib di berikan pada usia 18

bulan. Jika anak datang pada usia1-5 tahun, vaksin Hib hanya di

berikan 1 kali. Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml dan di berikan per

intramuskular.
103

i. Deman Tifoid

Di Indonesia tersedia dua jenis vaksin untuk demam tifoid,

yaitu vaksin polisakarida injeksin dan oral. Polisakarida injeksi adalah

vaksin kapsular Vipolysaccharidae, yaitu Typhium Vi (Aventis

Pasteur) yang di berikan pada usia >2 tahun. Vaksinasi ulangan

dilakukan setiap 3 tahun. Tifoid oral Ty21a, yaitu Vivotif (Berna) yang

diberikan pada usia >6 tahun, di kemas dalam 3 dosis dengan interval

sehari (hari 1,3 dan 5). Vaksinasi ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun.

j. Hepatitis A

Vaksin Hepatitis A di berikan pada daerah yang kurang

terpajang (underexposure) pada usia>2 tahun. Vaksin Hepatitis A

yang telah beredar ialah Havrix (Glaxo Smith Kline), Avaxim (Aventus

Pasteur), dan Vaqta (MSD).

1) Dosis havrix. Vaksin dengan dosis 360 untuk diberikan 3 kali

dengan interval 4 minggu, antara injeksi 1 dan 2. Untuk

mendapatkan perlindungan jangka panjang (10 tahun) dengan

nilai ambang pencegahan >20 mlU/ml, dosis ketiga di berikan 6

bulan setelah injeksi pertama. Jika menggunakan dosis 720 U,

vaksinasi cukup di berikan dua kali dengan interval 6 bulan.

2) Dosis Avaxim. Dosis 0,5 ml berisi 160 unit di berikan

perintramuskular dan vaksinasi ulangan dilakukan 6 bulan

kehamilan. Vaksin di berikan perintramuskular di daerah deltoid.

k. Varisela

Data prevalensi kasus varisela di Negara tropis berbeda dari

negara subtropis. Di Amerika, hampir 80% serokonversi antibody


104

varisela terjadi pada usia <15 tahun, sedangkan di singapura dan

Indonesia (Yogyakarta) serokonversi pada usia 10 tahun berturut-turut

hanya 51,0 dan 42,2%. Dampak penyakit pada orang dewasa lebih

besar dari pada anak-anak, terlebih jika terjadi pada masa kehamilan,

kondisi ini dapat mengakibatkan sindrom varisela kongenital pada

bayi, dengan angka kecacatan dan kematian yang tinggi.

Efektivitas vaksin varisela memang tidak diragukan

lagi.Sayangnya sampai saat ini cakupan imunisasi belum luas karena

harga vaksin yang masih mahal. Penelitian mengenai lama

perlindungan vaksin varisela baru 10 tahun sehingga belum di ketahui

apakah dengan satu kali injeksi akan dapat melindungi kehamilan di

masa dewasa.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, kini IDAI

merekomendasikan agar imunisasi varisela di berikan pada anak usia

10-12 tahun yang belum terpapar Vaksin yang telah beredar adalah

Varilix (Glaxo Smith Kleine), dosis 0,5 ml, subkutan, satu kali

pemberian. Namun, jika orang tua menghendaki, vaksin dapat di

berikan setelah anak usia>1 tahun dan di ulang 10 tahun kemudian

untuk memberi perlindungan di massa dewasa. Jika vaksin di berikan

p[ada usia >13 tahun, imunisasi di berikan 2 kali dengan jarak 4-8

minggu. Jadwal pemberian imunisasi bayi adalah sebagai berikut:


105

Tabel 2.4
Jadwal Pemberian Imunisasi Bayi
Frekuensi Usia
Vaksin Interval Keterangan
pemberian (bulan)
BCG 1x 0-11 Minimal, tidak
ada batas
maksimal
DPT 3x Minimal 4 2-11 Minimal, tidak
minggu ada batas
maksimal
Polio 4x Minimal 4 0-11 lengkapi
minggu
Campak 1x 9-11 Sebelum usia

Hepatitis 3x 1 dan 6 bulan 0-11 Satu tahun


dari suntikan
pertama

Jadwal pemberian imunisasi wajib pada bayi yang dilakukan di

rumah sakit dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 2.5
Imunisasi Wajib Pada Bayi

Usia (bulan) Vaksin


0 Hepatitis B1, BCG, Polio
2 Hepatitis B2, DPT1, Polio
3 DPT2, Polio 3
4 DPT3, Polio 4
7 Hepatitis B3
9 Campak

Kontra indikasi pemberian imunisasi bagi petugas kesehatan

pelaksana imunisasi (Dirjen P2M dan PL, 2000):

1) BCG: luka di tempat penyuntikan.

2) DPT-1: panas lebih dari 38°C, riwayat kejang demam.

3) DPT-2 dan 3: reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT (misal,

suhu tinggi disertai kejang, penurunan kesadaran, syok, atau

reaksi anafilaktik lainnya).


106

4) Polio : tidak ada

5) Campak: panas lebih dari 38°C, riwayat kejang demam.

6) Hepatitis B: tidak ada.

Dibawah ini adalah pedoman umum dan harus di sesuaikan

dengan kebijaksanaan nasional yang ada:

1) Berikan vaksinasi TBC (jika prevalensi tinggi), poliomyelitis dan

hepatitis.

2) Berikan imunisasi sesuai dengan pedoman berikut tanpa

mempertimbangkan apakah bayi:

a) Kecil (berat lahir <2500 g atau usia kehamilan <37 minggu).

Berikan imunisasi pada usia seperti biasa (gunakan usia

kronologis dan bukan usia koreksi) dan jangan mengurangi

dosis vaksin.

b) Telah dirawat dalam jangka waktu yang lama. Jika bayi masih

di rumah sakit pada usia 60 hari, lengkapi satu rangkaian

imunisasi dan injeksikan pula DPT 0,5 ml IM pada paha

bagian atas pada saat bayi di pulangkan dari rumah sakit.

c) Mempunyai kondisi neurologis yang stabil secara klinik.

d) Dilahirkan dari ibu HIV-positif.

e) Mendapat terapi antibioka.

f) Mengalami ikhterus.

Pastikan untuk memakai spuit dan jarum yang baru serta steril

untuk memberikan imunisasi pada setiap bayi. (Rochmah, et al,

2012:87)
107

E. Keleuarga Berencana

1. Pelayanan Kontrasepsi Dengan Metode Sederhana

a. Metode Kaleder/Pantang Berkala

Pantang berkala atau lebih dikenal dengan sistem sekunder

merupakan salah satu cara/metode kontrasepsi sederhana yang

dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan tidak

melakukan senggama pada masa subur. Metode ini efektif bila

dilakukan secara baik dan benar. Dengan penggunaan sistem

kalender setiap pasangan memungkinkan dapat merencanakan setiap

kehamilannya.

b. Metode Kontrasepsi Suhu Basal

Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun,

biasanya diambil pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan

tempat tidur. Suhu basal tubuh akan meningkat setelah ovulasi.

Pencatatan suhu dilakukan setiap hari pada sebuah tabel/kertas

grafik.

Prinsip yang digunakan dalam metode suhu basal tubuh

adalah menentukan masa subur, yaitu empat hari sebelum ovulasi

karena sperma dapat hidup sampai 4 atau 5 hari sampai 3 hari

setelah ovulasi dan menghindari senggama pada saat itu atau

senggama dengan menggunakan alat kontrasepsi, misalnya kondom.

c. Coitus Interruptus

Metode coitus interruptus juga dikenal dengan metode

senggama terputus. Teknik ini dapat mencegah kehamilan dengan

cara sebelum terjadi ejakulasi pada pria, seorang pria harus menarik
108

penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun sperma masuk ke

dalam rahim wanita. Dengan cara ini kemungkinan terjadinya

pembuahan (kehamilan) bisa dikurangi.

2. Pelayanan Kontrasepsi Oral

Kontrasepsi oral/pil mencakup pil kombinasi dan sekuensial yaitu

berisi estrogen dan progesteron dan pil yang berisi progesterone saja

dikenal dengan istilah mini pil. Pil ini pada tahun 1930-an Dr. Kurzrok

menunjukkan bahwa estrogen oral dapat meredakan dismenorhea dan

menghambat ovulasi. Pada tahun 1950-an uji klinis mengenai pil

kombinasi dilakukan di Puerto Rico. Pemakaian pil kontrasepsi ini

disetujui di Amerika pada tahun 1957. Pada tahun 1960 dilakukan pula uji

klinis di Inggris.

a. Bentuk Pemberian

Kontrasepsi oral biasanya dikemas dalam satu kotak yang

berisi 21 atau 22 tablet tetapi ada juga yang 28 tablet dengan 6 atau 7

tablet terakhir yang berupa placebo sehingga tidak perlu masa

istirahat 6 atau 7 hari.

b. Jenis Kontrasepsi

1) Kombinasi (Combined Oral Contraception)

a) Kombinasi Sekuensial (Bifasik/Trifasik)

Pembuatan sistem bifasik berdasarkan pemikiran

bahwa siklus haid seorang wanita normal adalah fase folikuler-

proliferasi (fase estrogen) dan luteal-sekresi (fase

progesteron). Sehingga diharapkan pemberian hormon sintetik

dimiripkan dengan siklus haid yang normal. Inilah perbedaan


109

antara monofasik dan bifasik. Pada bifasik hanya estrogen

dulu yang bekerja menekan sekresi gonadotropin, sedangkan

pada monofasik estrogen dan progesteron bekerja bersama-

sama. Sehingga pada sekuensial ini pengentalan lendir

serviks kurang begitu baik sehingga tetap saja bisa terjadi

penetrasi sperma. Jenis ini jarang digunakan sebagai alat

kontrasepsi. Biasanya digunakan dalam pengobatan karena

efek samping penggunaan hormonal baik amenor, metroragi

maupun menoragi.

b) Kombinasi Monofasik

Kombinasi monofasik adalah jenis kontrasepsi oral

kombinasi yang tersedia secara umum dalam berbagai merek.

Setiap tabletnya mengandung 20-100 µg etinilestradiol dan

gestagen dengan dosis tertentu. Estrogen dosis rendah (50

µg). Jenis estrogen yang dipakai pada kontrasepsi oral adalah

etinil estradiol. Dosis rendah lebih sering digunakan dan untuk

dosis tinggi hanya untuk kasus-kasus tertentu seperti

perdarahan jika menggunakan estrogen dosis rendah.

Kombinasi monofasik yang saat ini banyak di produksi adalah

kontrasepsi dengan estrogen dan gestagen dosis rendah

karena ternyata juga terbukti dapat menekan ovulasi secara

efektif dibandingkan dengan dosis tinggi.

Jenis lain dari kombinasi monofasik adalah kombinasi

bertingkat dikenal dengan dua tingkat dan tiga tingkat

(triquilar). Kombinasi ini adalah sebuah solusi agar kadar

gestagen kadarnya dikurangi sehingga dibuatlah kontrasepsi


110

bertingkat ini. Pada keadaan dua tingkat, pada tingkat pertama

gestagen lebih rendah dengan kombinasi konvensional yaitu

0,05 mg dan pada tingkat kedua dosisnya 0,125, sedangkan

estrogen pada kedua tingkatan kedua tersebut sama. Pada

sistem tiga tingkat dosis gestagen dinaikkan setelah 6 hari dan

5 hari kemudian dinaikkan kembali dari 30 menjadi 40 µg.

Sistem dua dan tiga tingkat ini merupakan sediaan kombinasi

tetapi bukan kombinasi sekuensial.

2) Kontrasepsi Pil Progestin (Mini pil)/ Progestin Only Pill (POP)

Mini pil yang pertama kali dibuat adalah yang mengandung

progesteron jenis klormadinon asetat. Tetapi pada tahun 1970 pil

tersebut ditarik dari peredaran karena penelitian yang dilakukan

terhadap hewan diduga memiliki efek karsinogenik. Kemudian

dibuatlah mini pil yang mengandung gestagen turunan

nortestosteron, seperi noristeron 0,35mg, linestrenol 0,50mg, dan

levonorgestrel 0,03mg. Penggunaan minipil berbagai negara

masih cukup rendah, dimungkinkan karena mini pil memang

bukanlah kontrasepsi yang cukup efektif untuk mencegah

kehamilan, hal ini karena rendahnya kadar gestagen sehingga pil

ini akan efektif jika penggunaan dibarengi dengan proses

menyusui.

3. Pelayanan Kontrasepsi Suntik

a. Jenis Kontrasepsi Suntik

1) Suntikan Kombinasi

Suntikan kombinasi yang saat ini berada di pasaran Indonesia

adalah kombinasi antara 25 mg medroksiprogesteron asetat dan 5


111

mg estradiol sipionat. Cara kerja suntikan kombinasi ini pada

prinsipnya sama dengan cara kerja pil kombinasi. Yang

membedakan adalah lebih secara teknis karena isi dari

kontrasepsi suntik ini tidak mengandung etinilestradiol maka

resiko terhadap hipertensi dan vaskularisasi yang disebabkan oleh

hormone ini praktis tidak terjadi. Maka kontrasepsi suntik lebih

aman untuk perempuan dengan hipertensi. Demikian juga pada

perempuan yang mempunyai migrain juga lebih aman

menggunakan kontrasepsi ini.

Suntikan kombinasi ini efektif bekerja selama 30 hari atau

juga dapat dihitung dalam 4 minggu. Hal yang membedakan

dengan pil adalah klien akan tergantung dengan bidan/ provider

KB yang lain ketika menghendaki ulangan suntik.

Efektivitas suntik juga tinggi namun pengembalian kesuburan

membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pil.

Perempuan yang disuntik otomatis tidak bisa menolak dari semua

efek yang terjadi sampai dengan efektivitasnya habis yaitu 30 hari

untuk pil kombinasi. Hal ini berbeda dengan pil, yaitu klien dapat

menghentikan penggunaannya sewaktu-waktu.

Mintalah klien untuk datang 4 minggu sekali. Suntikan

ulang dapat diberika 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan

terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan 7 hari setelah

jadwal seharusnya asal diyakini perempuan tersebut tidak hamil.

Anjurkan untuk menggunakan barier lain atau tidak melakukan


112

hubungan seksual selama 7 hari. Namun lebih baik lagi apabila

akseptor datang tepat pada waktunya (4 minggu sekali).

2) Suntikan Progestin

Saat ini suntikan progestin yang beredar di pasaran adalah

yang mengandung depo medroksiprogesteron asetat (DMPA)

yang mengandung 150 mg DMPA dan diberikan 3 bulan sekali

atau 12 minggu sekali pada bokong yaitu musculus ventro gluteal

(dalam). Dahulu dikenal juga suntikan dengan jenis noristerat

tetapi saat ini sudah jarang digunakan.

Secara umum keuntungannya hampir sama dengan mini

pil, hanya saja kontrasepsi ini memang lebih efektif. Tetapi untuk

keterbatasannya perlu dikaji kembali dan disampaikan dengan

benar kepada klien agar tidak kaget dengan hal-hal yang

berkaitan dengan efek samping/ keterbatasan kontrasepsi ini. Hal-

hal yang akan sering/ keterbatasan kontrasepsi ini.

4. Pelayanan Kontrasepsi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui serviks

dan dipasang di dalam uterus. AKDR memiliki benang yang menggantung

sampai liang vagina, hal ini dimaksudkan agar keberadaannya bisa

diperiksa oleh aseptor sendiri.

AKDR mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup

sperma dan ovum karena adanya perubahan pada tuba dan cairan

uterus. Hal ini dikarenakan adanya AKDR yang dianggap sebagai benda

asing sehingga menyebabkan peningkatan leukosit. Tembaga yang

dililitkan pada AKDR juga bersifat toksit terhadap sperma dan ovum.
113

Selain itu, AKDR mengandung hormon progesteron. Lebih kentalnya

lendir serviks akan mempersulit sperma melewati serviks. Selain itu,

sperma akan terbunuh oleh leokosit yang timbul dalam cairan uterus

sebagai hasil dari rangsangan tembaga seperti dijelaskan di atas. AKDR

juga mencegah terjadinya implantasi karena di dalam uterus.

5. Pelayanan Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)

a. Jenis

1) Norplant, terdiri dari enam batang silatik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonogrestel

dengan lama kerja lima tahun.

2) Jedana dan indoplant, terdiri dari dua batang dilatik lembut

berongga dengan panjang 4,3 cm, diameter 2,5 mm, berisi 75 mg

levonorgestrel dengan lama kerja dua tahun.

3) Implanon, terdri dari satu batang silatik lembut berongga dengan

panjang kira-kira 4,0 cm, diameter 2 mm, berisi 68 mg 3-keto-

desogestrel dengan lama kerja tiga tahun.

4) Namun saat ini yang digunakan adalah inplant.

b. Profil

1) Efekif.

2) Nyaman.

3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.

4) Pemasangan dan pencabutan dibutuhkan pelatihan.

5) Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut.

6) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan

bercak dan aminorea.


114

7) Aman dipakai pada masa laktasi.

6. Pelayanan Kontrasepsi Operasi

a. Metode Operasi Wanita (MOW/Tubektomi)

Kontrasepsi ini bisa disebut juga kontrasepsi mantap pada

wanita yang disebuttubektomi, yaitu tindakan yang memotong tuba

fallopi/tuba uterina. Sedangkan pada pria, kontrasepsi mantap

dinamakan vasektomi, yaitu tindakan yang memotong vas deferens.

Tulisan berikut ini hanya membahas tentang tubektomi.

Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba

uterina dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan

dalam jangka panjang sampai seumur hidup. Kadang-kadang

tindakan ini masih dapat dipulihkan seperti semula.

b. Metode Operasi Pria (MOP/Vasektomi)

Vasektomi adalah cara KB permanen bagi pria yang sudah

memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi. Klien harus

mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil keputusan.

Vasektomi adalah operasi yang aman, dan mudah dan hanya

memerlukan beberapa menit di rumah sakit atau klinik KB yang

terstandar untuk melakukan pembedahan ringan. KB ini baru efektif

setelah ejakulasi 20 kali atau 3 bulan pascaoperasi. Sebelum waktu

tersebut masih harus menggunakan barier lain (kondom). Secara

umum vasektomi tidak ada efek samping jangka panjang, tidak

berpengaruh terhadap kemampuan maupun kepuasan seksual.

(Meilani, et al,2012:47)
115

F. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

1. Manajemen Kebidanan

a. Proses Manajemen Menurut Helen Varney (1997)

Varney (1997) mengemukakan bahwa proses manajemen

merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh

perawatan-bidan pada awal 1970-an. Proses ini memperkenalkan

sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan dengan

urutan yang logis dan menguntungkan, baik bagi klien maupun bagi

tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana prilaku yang

diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen bukan hanya

berdiri atas pemikiran dan tindakan, melainkan juga perilaku pada

setiap langkah agar layanan yang komprehensif dan aman dapat

tercapai. Dengan demikian, proses manajemen harus mengikuti

urutan yang logis dan memberi pengertian yang menyatukan

pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang terpisah-pisah

menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.

Proses manajemen terdiri atas tujuh langkah yang berurutan,

dan setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai

dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang

dapat diaplikasikan dalam situasi apa pun. Akan tetapi, setiap langkah

dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini

bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien.

1) Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data dasar yang diperlukan untuk

mengepaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :


116

a) Riwayat kesehatan

b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya

c) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

d) Meninjau data labolatorium dan memandingkannya dengan

hasil studi.

Pada tahap ini, bidan mengumpulkan semua informasi

yang akurat dari berbagai sumber. Bidan mengumpulkan data

dasar awal yang lengkap tentang kondisi klien. Bila klien

mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter,

bidan akan melakukan konsultasi melalui upaya manajemen

kolaborasi. Pada kondisi tertentu, langkah pertama dapat tumpang

tindih dengan langkah ke-5 dan ke-6 (atau menjadi bagian

langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil

pemeriksaan labolatorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain.

Terkadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah ke-4

untuk memperoleh data dasar awal yang perlu disampaikan

kepada dokter.

2) Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada tahap ini, bidan mengidentifikasi diagnosis atau

masalah dan kebutuhan klien secara tepat berdasarkan

interpretasi data yang akurat. Data dasar yang telah dikumpulkan

kemudian diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosis yang spesifik. Kata masalah dan diagnosis sama-sama

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan

layaknya diagnosis, tetapi tidak membutuhkan penanganan yang

tertuang dalam sebuah rencana asuhan bagi klien. Masalah sering


117

kali berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh

bidan sesuai dengan arahan. Masalah ini sering kali menyertai

diagnosis. Sebagai contoh, diperoleh diangnosis kemungkinan

wanita hamil, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosis

ini adalah bahwa wanita pada trimester ketiga merasa takut

menghadapi proses persalinan yang sudah tidak dapat ditunda

lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur

standar”, tetapi tentu akan menghadirkan masalah yang

memerlukan pengkajian lebih lanjut dan perencanaan untuk

mengurangi rasa takut tersebut.

3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau

diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan

diagnosis yang sudah diidentifikasi sebelumnya,. Langkah ini

membutuhkan upaya antisipasi, atau bila memungkinkan upaya

pencegahan, sambil mengamati kondisi klien. Bidan diharapkan

dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-

benar terjadi.

4) Langkah IV : Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera

Pada tahap ini, bidan mengidentifikasi perlu/tidaknya

tindakan segera oleh bidan maupun oleh dokter, dan/kondisi yang

perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah

keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen


118

kebidanan. Dengan kata lain, manajemen bukan hanya dilakukan

selama pemberian asuhan primer berkala atau kunjungan pranatal

saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, misalnya

pada waktu persalinan.

5) Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada tahap ini, bidan merencanakan asuhan menyeluruh

yang ditentukan menurut langkah-langkah sebelumnya. Tahap ini

merupakan kelanjutan manajemen diagnosis atau masalah yang

telah diidentifikasi atau diantisipasi sebelumnya, dan bidan dapat

segera melengkapi informasi/data yang tidak lengkap.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

apa yang sudah teridentifikai dari kondisi klien atau dari setiap

masalah terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi

terhadap wanita tersebut, seperti yang apa diperkirakan akan

terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan

apakah perlu merujuk klien bila ada masalah yeng berkaitan

dengan kondisi sosial-ekonomi, budaya, atau psikologis.

6) Langkah VI : melaksanakan Perencanaan

Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh

seperti yang telah diuraikan pada langkah ke – 5 dilaksanakan

secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruh

nya oleh bidan atau sebagian dilakukan bidan dan sebagian lagi

oleh klien, atau anggota tim kesehatan lain nya. Jika bidan tidak

melakukan nya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

menggarahkan pelaksaan nya (misalnya memastikan langkah-


119

langkah tersebut benar-benar di laksanakan ). dalam upaya

kolaborasi bersama dokter untuk menangani klien yang

mengalami komplikasi, bidan bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan rencana asuhan bersama tersebut. Manajeman yang

efesien akan menghemat waktu dan biaya serta meningkatkan

mutu asusah klien.

7) Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ke tujuh ini, bidan mengevaluasi ke efektifan

asuhan yang sudah di berikan. Ini mencakup evaluasi tentang

pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi

sesuai dengan masalah dan diagnosi yang telah teridenfikasi.

Rencana tersebut dapat dianggap evektif apabila telah

dilaksanakan secara evektif. Bisa jasa sebagian dari rencana

tersebut telah evektif, sedangkan sebagian lagi belum. Mengingat

manajeman asuhan kebidanan merupakan suatu kontinum, bidan

perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak

efektif melalui proses manajeman untuk mengidentifikasi mengapa

proses manajeman tersebut tidak efektif serta melakukan

penyesuaian pada rencana asuhan. Langkah-langkah pada

proses manajeman umumnya merupakan pengkajian yang

memperjelas proses pemikiran yang memengaruhi tindakan serta

berorientasi pada proses klinis, dan dua langkah terakhir

bergantung pada klien dan situasi klinik. Oleh sebab itu, tida

mungkin proses manajeman ini di evaluasi hanya dalam bentuk

tulisan saja. (Saminem, 2010:39)


120

2. Metode PendokumentasianKebidanan

Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secara benar, jelas,

singkat, logis dalam suatu metode pendokumentasian. Menurut varney,

alur berfikir bidan saat merawat klien meliputi tujuh langkah. Agar orang

lain mengetahui apa yang telah dilakukan bidanmelalui proses berfikir

sistematis, dokumentasi dibuat dalam bentuk SOAP.

S : Subjective ( data subjektif )

Menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data klien melaluin

anamnesi sebagai langkah I varney.

O : Objektive ( data objektif )

Mengambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium, dan uji dianogtik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan langkah I varney.

A : Assessment (pengkajian)

Menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu edentifikasi :

1. Diagnosis/masalah.

2. Antisipasi diagnosis/kemungkinan masalah.

3. perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi

/koloborasi, dan atau perujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4

varney.

P : Plan ( perencanaan )

Menggambarkan dokumentasi tingkatan ( I ) dan evaluasi peren

canaan ( E ) berdasarkan pengkajian langkah 5, 6, dan 7 varney.

Lalu, mengapa catatan SOAP seringkali digunakan untuk


121

dokumentasi? Beberapa alasan digunakan nya SOAP untuk

dokumentasi adalah sebagai berikut.

1. Grafik metode SOAP merupakan perkembangan informasi

yang sistematis yang mengorganisasi hasil temuan dan

konlusi anda menjadi suatu rencana asuhan.

2. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan

kebidanan untuk tujuan pembuatan dokumentasi asuhan.

3. SOAP merupakan urutan langkah yang dapat membantu anda

mengorganisasikan kebutuhan anda dan memberikan asuhan

yang menyeluruh.

Pada tahap antenatal, pengumpulan data fokus dilakukan

dengan menggunakan alat bantu format pengkajian kunjungan

internatal pertama dan format pengkajian kunjungan antenatal

ulang, sedangkan pada tahap internatal, alat bantu yang

digunakan adalah format pengkajian internatal pada tahap

pascanatal, data dikumpulkan dengan menggunakan format

pengkajian pasca natal, dan format pengkajian bayi baru lahir.

(Saminem, 2010:45)
122

BAB III

FORMAT PENDOKUMENTASIAN VARNEY ASUHAN KEBIDANAN


PERIODE ANTENATAL
ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA KEHAMILAN

1. Kunjungan Pertama (38 Minggu)

Tanggal Pengkajian : 08-01-2016

Nama Pengkaji : Safitri

Tempat Pengkaji : Bidan

Jam Pengkajian : 16.30 wib

a. Identifikasi Data

1) Data Subyektif

a. Identitas/Biodata

Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. I

Umur : 29 Tahun Umur : 38 Tahun

Suku : Gayo Suku : Gayo

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Dagang

Alamat : Jln. Lembaga Lr. Berkah

b. Status Kesehatan

1) Datang pada : Bidan

2) Alasan Kunjungan : Ingin memeriksa kehamilan

3) Keluhan-keluhan : tidak ada

c. Riwayat menstruasi

1) Haid pertama : 14 Tahun

121
123

2) Siklus : 16 hari

3) Banyaknya : 3 x ganti duk

4) Dismenorhea : ada

5) Teratur/Tidak : Teratur

6) Lamanya : 7 hari

7) Sifat darah : Encer

8) Keputihan : Ada, sebelum menstruasi berwarna putih tidak

berbau

d. Riwayat Kehamilan sekarang

1) Hari pertama Haid Terakhir (HPHT) : 20-04-2015

2) Taksiran Persalinan (TP) : 27-01-2016

3) Pergerakan anak dirasakan pertama kali pada umur trimester 2

4) Pergerakan dalam 12 jam terakhir : 10 x/12 jam

5) Keluhan-keluhan Pada Trimester I : tidak ada

Trimester II : tidak ada

Trimester III : tidak ada

6) Kekhawatiran : ada

e. Keluhan yang dirasakan (bila ada jelaskan)

1) Rasa letih : ada

2) Mual muntah yang lama : tidak ada

3) Nyeri perut : ada

4) Panas menggigil : tidak ada

5) Sakit kepala berat/terus menerus : tidak ada

6) Penglihatan Kabur : tidak ada

7) Rasa nyeri/Panas waktu Bak : tida ada


124

8) Pengeluaran cairan pervaginam : tidak ada

9) Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada

10) Oedema : ada

f. Riwayat kehamilan yang lalu

Kehamilan Persalinan Bayi

No Tahun Usia Jenis Jenis Ket


Penyulit Tempat Penyulit BB/PB
Kehamilan Persalinan Kelamin

1. 2016 9 bulan Tidak Tidak Laki-laki 2500


Bidan Normal
ada ada gram

2. 2011 Tidak Tidak Laki-laki 3000


9 bulan Bidan Normal
ada ada gram

g. Pola sehari-hari

Tabel 3.1. pola sehari-hari

No Pola sehari-hari Sebelum hamil Saat hamil


1. Pola nutrisi
a. Makan 2 x sehari 3 x sehari
Frekuensi
Jenis makanan Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk
Makanan pantangan

b. Minum
Frekuensi 4 x sehari 6 x sehari
Jenis minum Air putih, teh Air putih, susu

2. Pola eliminasi
a. BAK 6 x sehari 3 x sehari
Frekuensi
b. BAB 3 x sehari 3 sehari
Frekuensi kuning kuning
Konsistensi
Warna

3. Pola istirahat dan tidur


a. Siang 2 jam 2 jam
b. Malam 7 jam 8 jam
125

4. Personal hygiene
a. Mandi 1 x sehari 2 x sehari
b. Gosok gigi 2 x sehari 2 x sehari
c. Keramas 1 x sehari 1 x sehari
d. Perawatan payudara
1 x sehari 1 x sehari
e. Perawatan vulva
Dilakukan Dilakukan setelah
setelah BAK dan BAK dan BAB
BAB
5. Pola Aktifitas Ibu rumah
tangga
6. Pola seksual Ibu merasa tidak Ibu merasa tidak ada
ada keluhan keluhan tentang pola
tentang pola seksual
seksual

h. Imunisasi TT

TT1 : tidak ada dilakukan karena sudah lengkap

TT2 : tidak ada dilakukan karena sudah lengkap

i. Kontrasepsi yang pernah digunakan

Suntik 3 bulan dan pil KB

j. Riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita

Tidak ada

k. Riwayat penyakit keluarga

a. Jantung : tidak ada

1) Ginjal : tidak ada

2) Asma/TBC : tidak ada

3) Hipertensi : tidak ada

4) Diabetes : tidak ada

5) Epilepsi : tidak ada

6) Lain-lain : tidak ada


126

l. Riwayat sosial

1) Status perkawinan sah

2) Usia ibu saat menikah 18 tahun

3) Ibu dan keluarga menerima dengan bahagia

4) Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami dan keluarga

5) Ibu tidak mempunyai kebiasaan merokok tidak

6) Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan dalam membantu

persalinan adalah rumah bidan

7) Riwayat ekonomi : sederhana

2. Data Obyektif

a. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Normal

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 129/74

Nadi : 80x/i

Respirasi : 19x/i

Suhu : 36.5oC

Tinggi badan : 155cm

Berat badan : 70 kg

Berat badan sebelum hamil : 50 kg

Penambahan berat badan selama hamil : 20 kg

b. Kepala

Rambut : bersih tidak ada ketombe

Mata : sekleranya tidak ikterus, konjungtiva tidak pucat


127

Telinga : simetris, tidak ada serumen

Hidung : simetris, kebersihan (+) tidak ada folip

Mulut dan gigi : Bibir merah, gigi putih

c. Leher

TVJ (tekanan vena jogularis) : tidak ada penonjolan

KGB (kelenjar getah bening) : tidak pembengkakan

Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran

d. Dada dan payudara

1) Dada : simetris

2) Payudara (kanan dan kiri)

Bentuk : kanan dan kiri simetris

Keadaan : bertambahnya ukuran kehamilan semakin

membesar

Putting susu : menonjol, bersih

Pengeluaran : tidak ada

Rasa nyeri : ada, karena payudara dalam proses

reproduksi

Benjolan : tidak ada

e. Abdomen

1) Inspeksi : Tidak ada

2) Palpasi

TFU : 29 cm

Leopold 1 : letak janin memanjang bagian abdomen

Leopold 2 : punggung sebelah kanan


128

Leopold 3 : persentase kepala teraba, bulat

melenting, keras

Leopold 4 : belum masuk PAP (conpergen)

Perlimaan : 3/5

Taksiran berat badan anak (TBBA) : 29 - 11 x 155 = 2790 gram

Auskultasi : terdengar bising usus

DJJ : 123x/i

Punctum Maximum : dibawah pusat sebelah kanan

f. Ekstremitas Atas dan Bawah

1) Atas : simetris lila : 32cm

2) Bawah : ada oedema

g. Genetalia

1) Vulva/vagina

Odema : Tidak dilakukan pemeriksaan karena ibu

tidak mengizinkan dan menurut ibu tidak

ada kelainan

Keadaan : Tidak dilakukan pemeriksaan karena ibu

tidak mengizinkan dan menurut ibu tidak

ada kelainan

Pengeluaran pervaginam

a) Kelenjar bartholini

Pembengkakan : Tidak dilakukan pemeriksaan karena ibu

tidak mengizinkan dan menurut ibu tidak

ada kelainan
129

Rasa nyeri : Tidak dilakukan pemeriksaan karena ibu

tidak mengizinkan dan menurut ibu tidak

ada kelainan

b) Kelenjar skene : Tidak dilakukan pemeriksaan karena ibu

tidak mengizinkan dan menurut ibu tidak

ada kelainan

c) Perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan karena ibu

tidak mengizinkan dan menurut ibu tidak

ada kelainan

d) Kelainan lain : Tidak dilakukan pemeriksaan karena ibu

tidak mengizinkan dan menurut ibu tidak

ada kelainan

2) Anus

Haemoroid : Tidak dilakukan pemeriksaan karena ibu

tidak mengizinkan dan menurut ibu tidak

ada kelainan

3) Pemeriksaan Laboratorium

a) Hb : 11 gr%

b) Urine : Protein Urine (-), Glukosa Urine (-)

3. Interprestasi Data

1) Diagnosas : ibu dengan G3, P2 , A0Usia Kehamilan : 38 minggu

Janin tunggal intra uterin

Dasar : HTHP : 20April 2015

TTP : 27 Januari 2016


130

2) Masalah :

a) Ibu ingin memeriksakan kehamilannya

b) Rasa sedikit nyeri dibagian dibawah simpisis

3) Kebutuhan :

a. Timbangan berat badan

b. Ukuran tekanan darah

c. Ukuran tinggi fundus

d. Pemberian tablet Fe

e. Tes PMS

f. Temuwicara atau konseling

4) Identifikasi diagnosis atau masalah potensial

1) Tidak ada

5) Identifikasi dan kebutuhan tindakan segera

1) Tidak dilakukan

6) Perencanaan

Tanggal : 08-01-2016 Pukul : 16:30 WIB

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, jelaskan kondisi ibu dan anjurkan

ibu untuk menjaga kehamilannya

2) Konseling persiapan persalinan,

a) Menyiapkan pakaian bayi dan ibu

b) Menyiapkan donor darah

c) Menyiapkan kendaraan

d) Menyiapkan uang
131

e) Menyiapkan mendamping saat persalinan

f) Bidan tempat bersalin

3) tanda-tanda persalinan

a) Pecah ketuban

b) Perut kelihatan melebar

c) Perasaan nyeri,atau susah buang air kecil

d) Perasaan sakit di perut dan di pinggang

1) tanda bahaya dalam kehamilan

a) Maul muntah yang berlebihan

b) Pecah ketuban sebelum waktunya

c) Gerakan janin tidak terasa

d) Sakit kepala yang hebat

7) Penatalaksanaan

1). Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik

a) Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah : 129/77 mmhg

2) Nadi : 80x/m

3) Respirasi: : 19x/m

4) Suhu : 36.5 c

5) Tinggi badan : 155 cm

6) Berat badan : 70 kg

b) TFU : 29 cm

c) Leopold 2 : punggung di bagian kanan

d) Leopold 3 : kepala di bagian bawah

e) Leopold 4 : belum masuk PAP


132

f) DJJ : 123x/m

g) HB : 11 gr %

h) Urin : -

i) Memberitahu ibu untuk menjaga kehamilannya dan istirahat yang

cukup

j) Konseling menganjurkan ibu mengonsumsi sayur-sayuran yang

mengandung karbohidrat untuk menambah energy ibu

8) Evaluasi

a) Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

b) Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang telah di berikan

c) Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan


133

FORMAT PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


PERIODE INTRANATAL

B. ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA INTRANATAL

1. Asuhan Kala I Fase laten

Tanggal pengkajian : 29 Januari 2016

Waktu Pengkajian : 08.00 Wib

Tempat Pengkajian : BPM

a. Data Subjektif

1) Identitas/ Biodata

Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. I

Umur : 29 Tahun Umur : 38 Tahun

Suku : Gayo Suku : Gayo

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Dagang

Alamat : Jl. Lembaga Alamat : Jl. Lembaga

No. Hp :

2) Status Kesehatan

a) Datang pada tanggal 29 Maret 2016 Pukul : 08.00 Wib

b) Keluhan Utama : Ibu merasakan nyeri di bagian perut, dan

pinggang ibu merasa mules

c) Hari pertama haid terakhir (HPHT) : 20-04-2015

d) Taksiran persalinan : 27-01-2016

e) Pergerakan janin dalam 12 jam terakhir : 18 x/i


134

f) Keluhan yang dirasakan : Ibu merasakan mual-muntah

yang lama, namun ibu tidak

merasakan rasa letih, nyeri

perut, panas menggigil, sakit

kepala berat dan terus menerus,

penglihatan kabur, rasa nyeri/

panas saat BAK, pengeluaran

cairan pervaginam, nueri,

kemerahan, tegang pada

tungkai dan oedema.

g) Pola ibu sehari-hari

No Pola sehari-hari Sebelum hamil Saat hamil


1 Pola nutrisi
a. Makan 3x 1 hari 3x 1 hari
Jenis Makanan Nasi, sayuran, Nasi, sayuran,
buah-buahan buah-buahan
Makanan pantangan Ibu tidak ada Ibu tidak ada
makanan makanan
pantangan pantangan
b. Minum
Jenis minum Air mineral Air mineral, susu
0,5 liter
Frekuensi 2 liter 1 hari 4 liter 1 hari
2 Pola eliminasi
a. BAK
Frekuensi 5x 1 hari 8x 1 hari
Warna Kuning Kuning
b. BAB
Frekuensi 1x 1 hari 2x 1 hari
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Kuning Kuning
3 Pola istirahat dan tidur 7-8 jam 6-7 jam
135

4 Personal hygiene
Mandi 1x 1 hari 1x 1 hari
Gosok gigi 2x 1 hari 2x 1 hari
Keramas 2x 1 minggu 2x 1 minggu
Perawatan payudara Ada, 2x seminggu Ada,2x 1 minggu
Perawatan vulva Dilakukan skerem Skerem 1x 1 bulan

5 Pola aktivitas Menyapu, Sudah mulai


mencuci, dll dikurangi
6 Pola seksual 2x 1minggu 1x 1 minggu

h) Imunisasi TT 1 tanggal : TT2 tanggal :

i) Kontrasepsi yang pernah digunakan :

j) Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita : Tidak ada

riwayat penyakit seperti jantung, ginjal, asma/ TBC, DM,

hipertensi dan epilepsi.

k) Riwayat penyakit keluarga : Ibu kandung tidak mengalami

penyakit seperti jantung, hipertensi, DM, asma/tbc dan epilepsi

l) Riwayat sosial : Perkawinan dengan suami syah

Kehamilan ini : Direncanakan Tidak

direncanakan Diterima Tidak diterima

Perasaan tentang kehamilan ini : Sangat senang

Status perkawinan : Kawin dengan suami syah

Kawin 1 kali

Kawin 1 : Umur 17 tahun dengan suami

umur tahun

Lamanya : ......tahun anak ......orang

Kawin ke 2 : Tidak ada, ibu kawin hanya

1kali
136

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Fisik

a) Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital : 120/80 mmhg, 75x/m, 22x/m, 36°c

Tinggi badan : 155 cm

Berat badan : 70 kg Sebelum hamil : 50 kg

b) Kepala

Rambut : Bersih tidak ada ketombe

Muka : Oedema : Ada Tidak ada

Cloasma Gravidarum : Ada Tidak ada

Mata : Konjungtiva tidak pucatSklera mata : Tidak ikterik

Telinga : Bentuk simetris

Hidung : Bentuk simetris tidak ada polip dibagian hidung

Mulut : Bagian mulut ibu bersih

Gigi : Di bagian gigi ibu tidak ada karies dan gigi ibu

tidak berlubang

c) Leher

TVJ :`Di bagian leher ibu tidak ada teraba vena

jugularis, kelenjar getah bening dan kelenjar

tiroid

d) Dada dan payudara

1) Dada : Jantung ibu tidak berdebar dan paru-paru

ibu tidakterdengar bunyi wheezing


137

2) Payudara : Bentuk payudara ibu simetris, puting

susumenonjol, ada pengeluaran (clostrum),

tidak adarasa nyeri dan tidak ada benjolan

e) Pemeriksaan Abdomen

1) Inspeksi

Bentuk : Perut ibu berbentuk bulat

Striae : Ada striae, tidak ada bekas luka diperut ibu

2) Palpasi

TFU : 29 cm

Leopold I : 29 cm

Leopold II : Punggung janin di bagian kanan perut ibu

Leopold III : Bagian terbawah janin yaitu bagian kepala

janin

Leopold IV : Bagian kepala janin sudah memasuki PAP

(pintu atas panggul)

Perlimaan : 4/5 antara (H I-H)

Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) :2325 gram

HIS : Frekuensi :8x Lama : 10 menit (40

detik)

3) Auskultasi

DJA : 146 x/ i

f) Ekstremitas atas dan bawah

1) Atas

Bentuk normal, tidak ada oedema, kekuatan otot baik,

pergerakan ada dan aktif


138

Lila : 32 cm

2) Bawah

Tidak ada oedema, varises, kiri dan kanan baik (positif),

kekuatan otot baik, pergerakan ada dan aktif

g) Genetalia

Keadaan : Keadaan baik

Vulva/ vagina : Baik, terdapat labia mayora, klitoris, uretra,

orivarium vagina, tidak ada

oedema,varises, tidak ada pembengkakan

kelenjar bartholini dan skene di bagian

pereneum ada terdapat bekas heating

Pemeriksaan Dalam

Vulva/ Vagina : normal

Portio : membuka

Pembukaan : 8 cm

Ketuban : Utuh

Persentase : Kepala Ubun-Ubun

Posisi : letak kepala

Penurunan Kepala : 4/5

Molase : Tidak ada molase, tidak

adabagianmenumbung

h) Anus

Haemoroid : tidak ada

2) Data Penunjang

Laboratorium

Hb : 11 gr%
139

Glukosa : (+)

Prot. Urine : (+)

c. Analisa

1) Diagnosa

a) Dasar : Keadaan umum ibu baik

b) Masalah : Ibu merasa sakit, nyeri, pembukaan 8 cm

c) Kebutuhan : Dukungan keluarga, suami

2) Masalah Potensial : Tidak ada masalah potensial

dantindakansegera

d. Penatalaksanaan

Tanggal 29 Januari 2016, Jam 08.00

1) Asuhan Kala I Fase Ktif

Tanggal Pengkajian : 29-001-2016

Waktu Pengkajian : 08.00

Tempat Pengkajian : BPM

Pengkaji : Safitri

a) Data Subjektif

Keluhan : Ibu datang ingin bersalin dengan

keluhan nyeri pinggang dan menjalar

keperut, keluar lendir bercampur darah

b) Data Objektif

1) Keadaan Umum : Baik/ stabil

Kesadaran : Komposmetis

Tanda-tanda vital: Tekanan darah : 120/ 70 mmHg


140

Nadi : 90x/ i

Respirasi : 26x/ i

Suhu : 36,5°c

2) Kepala

Muka : Oedema : Ada Tidak ada

Mata : Konjungtiva tidak pucat sklera mata tidak

ikterik

Mulut : Bersih, gigi tidak ada caries

3) Dada regulerdan Payudara

a) Dada

Jantung : Jantung ibu normal, paru-paru

tidak terdapat bunyi wheezing

b) Pemeriksaan Abdomen

(1) Inspeksi : ada

(2) Palpasi :

TFU : 29 cm

Leopold I : Menentukan tinggi fundus uteri

Leopold II : Punggung Janin di bagian kanan perut ibu

Leopold III : Bagian terbawah janin yaitu bagian kepala

Leopold IV : Bagian kepala janin sudah memasuki PAP

Perlimaan : 3/5 H (II-II)

HIS : Frekuensi : Lama :

(3) Ekstremitas atas dan bawah

a) Atas
141

Oedema : Tidak ada oedema, pergerakan ada dan

aktif

b) Bawah

Oedema : Tidak ada oedema,varises

(4) Genetalia

Inspeksi

Keadaan : Baik

Vulva/ Vagina : Baik, terdapat labia mayora, klitoris,

orivarium uretra, orivarium vagina, tidak

ada oedema, varises, tidak ada

pembengkakan kelenjar bartholini dan

skene di bagian perineum ada terdapat

bekas heating

Pemeriksaan Dalam

Vulva/ Vagina : Membuka

Portio : Lunak

Pembukaan : 8 cm

Ketuban :

Persentase : Kepala

Posisi : Memanjang

(5) Anus

Hemoroid : tidak ada

c) Analisa

(1) Diagnosa : Ibu dengan infartu kala I fase laten

(a) Dasar : His pembukan delapan


142

(b) Masalah : Ibu infartu kala II

(c) Kebutuhan : Asuhan sayang ibu, motivasi

dandukungan dari suami juga

keluarga

(2) Masalah Potensial : Tidak ada masalah potensial dan

tindakan segera

2. Asuhan Kala II

Tanggal Pengkajian : 29-01-2016

Waktu Pengkajian : 08.00 Wib

a. Data Subjektif

Keluhan : Ibu merasa sakit di bagian pinggang, sakit di

bagian pinggang sampai simpisis

b. Data Objektif

1) Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Komposmetis

Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 120/ 70 x/m

Nadi : 90x/ menit

Respirasi : 20x/ menit

Suhu : 36,5°c

2) Abdomen

His : Frekuensi :4x lama : 40 detik

Kandung kemih : Kosong

DJJ : 146 reguler


143

3) Tanda-tanda persalinan :

4) Pemeriksaan Dalam

a) Vulva/ Vagina : Membuka

b) Portio : Lunak/ tipis

c) Pembukaan : 10 cm

d) Ketuban : Pecah

e) Persentase : Kepala Ubun-Ubun

f) Posisi : Memanjang

g) Molase : Tidak ada molase, dan bagian menumbung

c. Analisa

1) Diagnosa

a) Dasar : Ibu G3 P2 A0 dengan kehamilan 40

minggu lebih dari 1 hari dengan pembukaan lengkap

b) Masalah : Hecting laserasi 2

c) Kebutuhan : perawatan luka perenium

Perawatan kebersihan pada perenium ibu

2) Masalah Potensial : Tidak ada masalah potensial dan

tindakan segera

d. Penatalaksanaan

Tanggal 29 Jam 08.00 Wib

Melakukan pertolongan persalinan


144

3. Asuhan Kala III

Tanggal Pengkajian : 29-01-2016

Waktu Pengkajian : 08.40 Wib

Tempat Pengkajian : BPS

Pengkaji : Safitri

a. Data Subjektif

Ibu merasa lemas

b. Data Objektif

1) Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Komposmetis

2) Abdomen :

TFU : Setinggi pusat

Uterus : Keras (berkontraksi)

Kontraksi : Baik

Kandung kemih : Kosong

3) Genetalia :

c. Analisa

1) Diagnosa

a) Dasar : Ibu G3 P3 A0 telah melahirkan dan akan

melahirkan plasenta

b) Masalah : Tidak ada

c) Kebutuhan : Melahirkan plasenta


145

2) Masalah potensial : Tidak ada masalah potensial dan

tindakansegera

d. Penatalaksanaan

Tanggal 29 Jam 08.30 Wib

4. Asuhan Kala IV

Tanggal Pengkajian : 29-01-2016

Waktu Pengkajian : 08.30 Wib

Tempat Pengkajian : BPS

Pengkaji : Safitri

a. Data Subjektif

Ibu merasa lemas dan butuh istirahat

b. Data Objektif

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Komposmetis

Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg N : 84x/m

R : 20x/m S : 36,4°c

Abdomen:

TFU : Setinggi pusat

Kontraksi Uterus : ada

Kandung kemih : Kosong

Genetalia:

Vulva/Vagina : Normal

Pengeluaran : Ada pengeluaran darah sedikit

Perineum : Ruptur tingkat 2


146

c. Analisa

1) Diagnosa

a. Dasar : Ibu G3 P3 A0 dengan postpartum 1

jamsetengah

b. Masalah : Ibu merasa lemah, ruptur

c. Kebutuhan : Ibu ingin istirahat, dan dilakukan heating

jelujur

3) Masalah potensial : Tidak ada masalah potensial dan

tinadkansegera

4) Tindakan segera : Biarkan ibu istirahat dan memberikan nutrisi

dengan memberikan makanan ringan

d. Penatalaksanaan

Tanggal 29 Jam09.00 Wib

Pemantauan Kala IV Persalinan

Jam waktu TD N S TFU Kontraksi Kandung Perdarahan


ke Uterus Kemih
1 09.00 120/80 80 36°c Setinggi Ada Kosong < 500 cc
pusat

10.00 120/70 80 36°c Setinggi Ada Kosong < 500 cc


pusat
147

FORMAT PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL


ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

C. Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL)

1. Asuhan Bayi baru Lahir (BBL) 6 Jam

Tanggal pengkajian : 29-01-2016

Waktu pengkajian : 08.00

Tempat Pengkajian : BPS

a. Data Subjektif

1) Identitas

Nama Bayi ; bayi Ny. R

Tanggal Lahir :29-01-2016

Jenis Kelamin : Perempuan

Berat Badan : 3500 gr

Panjang Badan : 50 cm

Jenis persalinan : Normal

2) Status Kesehatan

a) Riwayat penyakit kehamilan

Tidak ada perdarahan, pre eklamsi, eklamsi, penyakit kelamin

b) Kebiasaan waktu hamil

(1) Makanan : 3x dalam 1 hari

(2) Obat-obatan/ jamu : Ibu tidak mengkonsumsi obat-

obatan atau jamu, merokok, alkohol dll

c) Riwayat persalinan sekarang


148

(1) Jenis persalinan : Normal

(2) Ditolong oleh : Bidan

(3) Lama Persalinan

Kala I : 6 jam 20 menit

Kala II : 07 Menit

(4) Ketuban pecah : Spontan Lamanya : 5 menit

Warna : Jernih Bau : Tidak Jumlah : 100 cc

(5) Komplikasi persalinan

Terdapat komplikasi persalinan pada ibu yaitu dengan

retensio plasenta, bayi lahir sehat, tidak terdapat komplikasi

d) Riwayat eliminasi : BAB 1x dalam 1 hari BAK 6x 1 hari

e) Riwayat Pemberian obat : Tidak pernah mengkonsumsi obat

dalam jangka panjang

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum : Baik

Menangis : Spontan

Pergerakan : Aktif

Kulit : Kemerahan

Tanda-tanda vital

Denyut jantung : 146x/i

Respirasi : 25x/ i

Suhu : 36°c

Ukuran BB : 3500 gr

Ukuran PB : 50 cm

b) Kepala
149

(1) Ubun-ubun : ada, ubun-ubun bayi, ukuran lingkar

kepala

(2) Sutura, Molase : Tidak terdapat

suturamolase,pembengkakan,caput

sucedanuim, capal haematom

(3) Mata

(a) Bentuk : Berbentuk simetris

(b) Tanda-tanda infeksi : Tidak ada tanda-

tandainfeksi,perdarahan pada

kornea, adareflek pupil dan

reflek mengedip

(4) Telinga

(a) Bentuk : Simetris

(b) Hubungan letak antara mata dan telinga : sejajar

(c) Keadaan : Baik

(d) Pengeluaran : Tidak ada pengeluaran seperti

cairan

(5) Hidung

Bentuk hidung simetris, keadaan hidung normal dan baik,

tidak ada pengeluaran

(6) Mulut

(a) Bibir dan langit-langit : Normal/ baik

(b) Periksa adanya sumbing : Tidak terdapat sumbing

ataulabiopalato sekisis

(c) Reflek rooting : Baik


150

(d) Reflek Sucking : Baik

(7) Leher

Tidak ada pembengkakan, benjolan, reflek tonik neck baik

(8) Dada

(9) Berbentuk simetris, puting menonjol, frekuensi bunyi nafas

teratur, frekuensi bunyi jantung teratur, tidak terdapat

pembesaran mamae dan sekresi mamae

(10) Bahu, lengan dan tangan

Terdapat gerakan normal, bentuk simetris, jumlah jari

lengkap, reflek grasping ada dan baik

(11) Sistem saraf

Reflek Moro : Ada

c) Abdomen

(a) Bentuk : Berbentuk bulat dan normal

(b) benjolan tali pusat : Tidak ada benjolan tali pusat

saatmenangis, perdarahan tali

pusat dan benjolan

d) Genetalia

(1) Wanita

Bentuk : Berbentuk normal

Vagina berlubang : Vagina berlubang

Uretra berlubang : Uretra berlubang

Labia minora dan mayora : Ada, normal membuka

Miksi dalam 24 jam : Ada, mekonium berwarna hitam,


151

BAK ada

(2) Pria

Dua testis dalam skrotum :-

Penis berlubang pada ujung : -

Miksi dalam 24 jam :-

e) Tungkai dan kaki

Ada gerakan, bentuk normal, jumlah jari lengkap, ada reflek

waking dan babinsky

f) Punggung

Tidak ada pembengkakan dan ada cekung

g) Anus

Pengeluaran mekonium dalam 24 jam : ada

Warna mekonium : Hitam

h) Kulit

Ada terdapat verniks karsiosa, lanugo, warna kulit kemerahan,

tidak ada pembengkakan,tanda lahir dan bercak hitam

2) Data Penunjang

Laboratorium : Tidak ada

c. Analisa

1) Diagnosa : Bayi baru lahir normal

(a) Dasar : Tidak terdapat kelainan pada bayi

(b) Masalah : Tidak terdapat masalah


152

(c) Kebutuhan : Perawatan bayi baru lahir seperti

menjagakehangatan tubuh bayi, pemberian

ASI

2) Masalah potensial : Tidak terdapat masalah potensial

dantindakan segera

2. Asuhan Bayi Baru Lahir (6 hari, 2 minggu, 6 minggu)

Tanggal pengkajian :

Waktu Pengkajian : Wib

Tempat Pengkajian :

Pengkaji :Safitri

a. Data Subjektif

Bayi baru lahir sehat, tali pusat belum terlepas

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Komposmetis

BB : 3500 gr

PB : 50 cm

LK : 31 cm

LD : 33 cm

Denyut jantung : 120x/ i

Respirasi : 90x/i

Suhu : 36,2°c

2) Pemeriksaan Fisik

a) Mata : Simetris tidak terdapat ikterus, konjungtiva


153

tidak pucat

b) Hidung : Normal

c) Mulut : Normal, tidak terdapat labio palato sekisis

d) Leher : Normal

e) Dada : Normal/ Simetris

f) Abdomen : Tidak ada pembengkakan

g) Genitalia : Normal/ baik, tidak terdapat kelainan

h) Anus : Anus normal dan ada lubang anus

i) Ekstremitas

Atas : Normal, jari-jari lengkap, gerak aktif

Bawah : Normal, jari-jari lengkap, gerak aktif

j) Kulit : Kemerahan/ normal

c. Analisa

1) Diagnosa : Bayi baru lahir 6 hari dalam keadaan sehat

Dasar : Bayi Ny. R dalam keadaan kuat menyusu

2) Masalah : Tidak ada masalah

3) Kebutuhan : Beri ASI sesering mungkin

4) Diagnosa potensial : Tidak terdapat masalah potensial dan

tindakan segera
154

FORMAT PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


PERIODE POSTNATAL
ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS

D. Asuan Masa Nifas

1. Asuhan Nifas 6 Jam

Tanggal Pengkajian : 29-01-2016

Waktu Pengkajian : 08.00 Wib

Tempat Pengkajian : BPM

a. Data Subjektif

1) Status Kesehatan

a) Keluhan

Lemas dan lelah

Riwayat Ambulasi

Ambulasi baik, ibu bergerak aktif

b) Pola ibu sehari-hari


No Pola sehari-hari Sebelum hamil Saat hamil Post partum
1 Pola nutrisi
a. Makan
Frekuensi 3x 1 hari 3x 1 hari 3x 1 hari
Jenis Makanan Nasi, sayur, Nasi, sayur, Nasi, sayur,
Makanan pantangan ikan ikan ikan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
makanan makanan makanan
b. Minum pantangan pantangan pantangan
Jenis minum
Frekuensi Air mineral Susu, Air mineral Air mineral
2 liter 2 liter 2 liter
2 Pola eliminasi
a. BAK
Frekuensi 5x 1 hari 8x 1 hari 5x 1 hari
Warna Kuning Kuning Kuning
b. BAB
Frekuensi 1x 1 hari 1x 1 hari 1x 1 hari
Konsistensi Lunak Lunak Lunak
warna Kuning Kuning Kuning
155

3 Pola Istirahat dan tidur 8 jam 1 hari 7 jam 1 hari 10 jam 1 hari
4 Personal Hygiene
Mandi 1x 1 hari 1x 1 hari 5 x 1 minggu
Gosok gigi 2x 1 hari 2x 1 hari 2x 1 hari
Keramas 5x 1 minggu 4x 1 minggu 2x 1 minggu
Perawatan payudara Setiap mandi Setiap mandi Setiap mandi
Perawatan vulva Setiap selesai Setiap selesai Setiap selesai
BAK, BAB BAK, BAB BAK, BAB
5 Pola aktivitas Menyapu, dll Berkurang Berkurang
6 Pola seksual Normal Menurun Menurun

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Komposmetis

Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg P : 26x/m

R : 70x/ m S : 36,4°c

b) Kepala

Rambut : Bersih

Muka : Oedema : Ada Tidak ada

Mata : Konjungtiva : tidak pucat

Sklera mata : Tidak ikterik

Telinga : Bentuk simetris

Hidung : Bentuk simetris tidak ada polip

dibagian hidung,bagian mulut ibu

bersihdan gigi ibu tidak ada karies

dantidakberlubang

c) Leher

JVP : Di bagian leher ibu tidak ada

terabavena jugularis, kelenjar getah

bening,kelenjar tiroid
156

d) Dada dan payudara

3) Dada

Jantung : Jantung ibu tidak berdebar dan

paru-paru ibu tidak terdengar bunyi

wheezing

4) Payudara

Bentuk payudara simetris, puting susu menonjol, ada

pengeluaran (ASI), tidak ada rasa nyeri dan tidak ada

benjolan.

e) Pemeriksaan Abdomen

1) Inspeksi

Bentuk : Perut ibu berbentuk bulat ada

striae,tidak ada bekas luka di perut ibu

2) Palpasi

TFU : 3 jari di bawah pusat

Kontraksi Uterus : Baik, kandung kemih kosong, tidak

adadiastasis rekti

f) Ekstremitas atas dan bawah

1) Atas

Bentuk simetris, tidak ada oedema, kekuatan otot baik,

pergerakan ada, berkurang

2) Bawah

Tidak ada oedema, varises, reflek patella kiri kanan baik

(positif), kekuatan otot baik, pergerakan ada, berkurang


157

g) Genetalia

Keadaan : Keadaan baik

Vulva/ vagina : Baik, terdapat labia mayor minor klitoris

orivestum uretra, orivesium vagina, tidak

ada oedema, varises, tidak ada

pembengkakan kelenjar bartoloni.

Perineum terdapat sekunder heating,

tidak ada tanda-tanda infeksi, Lokia

rubra

h) Anus : Tidak ada haemoroid terdapat hemoroid

2) Data Penunjang

Laboratorium

Hb : 11 gr%

Glukosa : (-)

Prot. Urine : (-)

c. Analisa

1) Diagnosa

a) Dasar : Ibu G3 P3 A0 telah melahirkan normal

BB3500, lahir spontan dan menangis kuat

b) Masalah : Heating belum kering

c) Kebutuhan : Istirahat, nutrisi


158

2. Asuhan Nifas (6 hari, 2 minggu,6 minggu)

Tanggal pengkajian : 05-02-2016

Waktu Pengkajian : 15.00 Wib

Tempat Pengkajian : Rumah pasien

a. Data Subjektif

1) Keluhan Lemas serta nyeri pada bekas heating

2) Pola sehari-hari masa nifas

a) Pola ibu sehari-hari


No Pola sehari-hari Sebelum hamil Saat hamil Post partum
1 Pola nutrisi
c. Makan
Frekuensi 3x 1 hari 3x 1 hari 3x 1 hari
Jenis Makanan Nasi, sayur, Nasi, sayur, Nasi, sayur,
Makanan pantangan ikan ikan ikan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
makanan makanan makanan
d. Minum pantangan pantangan pantangan
Jenis minum
Frekuensi Air mineral Susu, Air mineral Air mineral
2 liter 2 liter 2 liter
2 Pola eliminasi
c. BAK
Frekuensi 5x 1 hari 10x 1 hari 5x 1 hari
Warna Kuning Kuning Kuning
d. BAB
Frekuensi 1x 1 hari 1x 1 hari 1x 1 hari
Konsistensi Lunak Lunak Lunak
warna Kuning Kuning Kuning

3 Pola Istirahat dan tidur 8 jam 1 hari 10 jam 1 hari 7 jam 1 hari
4 Personal Hygiene
Mandi 1x 1 hari 1x 1 hari 5 x 1 minggu
Gosok gigi 2x 1 hari 2x 1 hari 2x 1 hari
Keramas 4x 1 minggu 4x 1 minggu 2x 1 minggu
Perawatan payudara Setiap mandi Setiap mandi Setiap mandi
Perawatan vulva Setiap selesai Setiap selesai Setiap selesai
BAK, BAB BAK, BAB BAK, BAB
5 Pola aktivitas Menyapu, dll Berkurang Berkurang
6 Pola seksual 3x 1 minggu 2x 1 minggu Berkurang
159

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmetis

Emosi : Stabil

Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg P : 26x/m

R : 70x/ m S : 36,4°c

b) Kepala

Rambut : Bersih

Muka : Oedema : Ada Tidak ada

Mata : Konjungtiva : tidak pucat

Sklera mata : Tidak ikterik

Telinga : Bentuk simetris

Hidung : Bentuk simetris tidak ada polip

dibagian hidung,bagian mulut ibu

bersihdan gigi ibu tidak ada karies

dan tidakberlubang

c) Leher

JVP : Di bagian leher ibu tidak ada

terabavena jugularis, kelenjar

getah bening,kelenjar tiroid

d) Dada dan payudara

1) Dada
160

Jantung : Jantung ibu tidak berdebar

danparu-paru ibu tidak terdengar

bunyi wheezing

2) Payudara

Bentuk payudara simetris, puting susu menonjol, ada

pengeluaran (ASI), tidak ada rasa nyeri dan tidak ada

benjolan.

e) Pemeriksaan Abdomen

(1) Inspeksi

Bentuk : Perut ibu berbentuk bulat ada

striae,tidak ada bekas luka di

perut ibu

(2) Palpasi

TFU : 2 jari di bawah pusat

Kontraksi Uterus : Baik, kandung kemih kosong,

tidak ada diastasis rekti

(3) Ekstremitas atas dan bawah

Atas

Bentuk simetris, tidak ada oedema, kekuatan otot baik,

pergerakan ada, berkurang

Bawah

Tidak ada oedema, varises, reflek patella kiri kanan baik

(positif), kekuatan otot baik, pergerakan ada, berkurang

(4) Genetalia

Keadaan : Keadaan baik


161

Vulva/ vagina : Baik, terdapat labia mayor minor

klitoris orivestum uretra, orivesium

vagina, tidak ada oedema, varises,

tidak ada pembengkakan kelenjar

bartolin. Perineum terdapat skunder

heating, tidak ada tanda-tanda infeksi,

Lokia rubra

(5) Anus : Haemoroid ada terdapat hemoroid

2) Data Penunjang

Laboratorium

Hb : 11 gr%

Glukosa : (-)

Prot. Urine : (-)

c. Analisa

1) Diagnosa

a) Dasar : Ibu nifas 6 hari dengan keadaan baik

b) Masalah : tidak ada masalah

c) Kebutuhan : Istirahat, nutrisi

2) Masalah potensial : Tidak ada masalah potensial

3) Tindakan segera : Tidak ada tindakan segera

d. Penatalaksanaan

Tanggal05-02-2016 Jam 15.00 Wib

Melakukan pemeriksaan fisik, perawatan perenium, konseling, gizi,

perawatan luka, dll


162

BAB IV

PEMBAHASAN

A. KEHAMILAN

Pada tangal 08-januari 2016,penulis bertemu dengan Ny.R sebagai

objek untuk pengambilan studi kasus yang sedang berkunjung ANC di BPS S

Ibu melakukan pemeriksaan sebanyak 7 kali selama kehamilan ini,yang

terdiri dari satu kali pada trimester I,dua kali pada trimester ke II dan empat

kali pada trimester III dan ini merupakan kunjungan ulang ibu dan kunjungan

penulis.pemeriksaan kehamilan pada Ny R merupakan kunjungan ulang ibu

dan kunjungan pertama penulis pemeriksaan kehamilan pada Ny.R mengikuti

stantar “14 T yaitu: ukuran berat badan dan tinggi badan,mengukur tekanan

darah ,ukur tinggi fundus uteri,pemberian tablet FE sebanyak 90 tablet

selama kehamilan,pemberian imunisassi TT pemeriksaan HB,pemeriksaan

protein urine,perawatan payudara dan temu wicara/konseling.Hal ini

sesuaidengan teori Sulistyawati(2011),kecuali tes terhadap penyakit infeksi

menular tidak di lakukan Selama kehamilan ini karena keterbatasan fasilitas

dan dana

1. Kenaikan berat badan ibu hamil bertambah 0.,5 kg per minggu atau

6,5kgsampai 16 kg selama kehamilan.Prawiroharjdho(2011),pertambah

berat badan Selama kehamilan mengalami kenaikan 20 kg

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik.NY.R mengalami kenaikan berat badan dalam batas yang normal

dengan rekombinasi kenaikan berat badan yang di butuhkan selama

kehamilan 6,5/16,5 kg tidak ada kesenjangan dari teori

162
163

2. Tekanan darah ibu hamil harus dalam batas normal antara 110/70 mmHg

sampai 130/90mmHg) apabila terjadi kenaikan tekanan darah

(hipertensi)atau penurunan tekanan darah(hipotensi),hal tersebut perlu di

waspadai karna dapat berdampak buruk bagi ibu dan janin apabila tidak

di tangani secara dini (prawirohardjo,2011).setiap kali periksa kehamilan

tekanan darah Ny.R adalah 110/70 mmgHg

Berdasarkan hasi pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teoridan

praktik tekanan darah dalam batas normal artinya ibu tidak mengalami

kelainan dan terhindar dari penyakit darah tinggi dalam kehamilan

maupun preklamsia dan exklamsia

3. Ukuran lila normal pada ibu hamil adalah >23,5 Depkes,2011),mengukur

Lila untuk mengetaui status giji ibu yang berhubungan dengan

pertumbuhan janin agar tidak BBL.pada lila.Ny.R adalah 28 cm.

Bersadarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik pemeriksaan angka tersebut masih dalam batas normal dan ibu

tidak termaksuk ibu hamil kurang gizi

4. Pada saat kunjungan ANC di dapatkan tinggi pundus uteri pada Ny.R

adalah 27 cm,sedangkan dalam kunjungan ke 2 saat usia kehamilan 34

minggu terjadi penambahan di dapatkan tinggi pundus uteri 29 cm dan

saat kunjungan ke 3 menurut mochtar(2010),tinggi pundus uteri Ny, R

pada saat kunjungan awal hingga kunjungan akhir adalah 29 cm

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek ,hal ini tidak menjadi masalah di karenakan masih dalam batas

normal bila dihitung dengan rumus Neagle,tafsiran berat janin >2.500

gram
164

5. Normal DJJ pda teori di asuhan persalinan normal 2008 berkisar antara

120-160 kali /menit pada Ny.R Di dapati djj setiap di periksa berkisar

antara 140-145 kali/menit .

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek,pemeriksaan dalam batas normal,Jarak penyuntikn dari imunisasi

TT I Ke TT II yaitu 4 minggu dengan lama perlindungan 3 tahun.

(saifudin,2011)penyuntikan imunisasi TT I pada Ny,R dilakukan pada usia

kehamilan 16 minggu, pada tanggal 29 sampai 12-2014.TT II pada usia

kehamilan 20 minggu tanggal 29-01-15.sehingga tidak di khawatirkan ibu

terkena penyakit tetanus.

7. Tablet penambah darah dapat di berikan sesegera mungkin setelah rasa

mual hingga satu tablet sehari.tiap tablet mengandung FeSO4 320 MG

(ZAT BESI 60 MH) dan asam polat 500 mg,minimal masing-masing 90

tablet,tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi karena

akan menggangu penyerapan (Saifudin 2011),pada trimester I Ny,R

sudah mendapatkan tablet zat besi sebanyak 60 tablet,pada trimester II

dan III Ny,R mendapatkan 40 Tablet.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek,kebutuhan tablet Fe terhadap Ny K, sudah cukup dan tidak

tampak tanda tanda defesiansi pada Ny.R ibu minum tablet zat besi

sesuai dengan anjuran yang di berikan dan ibu tidak termaksuk dalam

katagori anemia

8. Ibu hamil dikatakan anemia apabila kadar hemoglobin(HB) dalam

darahnya kurang dari 12 gr%(Wiknjosastro,2009),pada Ny,R belum di

lakukan pemeriksaan Hb.


165

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek pemeriksaan Hb sangat di perlukan oleh ibu hamil untuk

mengatisipasi terjadinya kelainan kelainan seperti anemia pendarahan

9. Glukosa urine dan protein urine pada ibu hamil jika di dapati positif 2

serta ada odema dan tensi darah tinggi,tanda tanda tersebut menuju

pada prexklamsi pada kehamilan (prawirohardhjo,2009) pada Ny R belum

dilakukan pemeriksaan urine. Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek,hal ini bertentangan dengan teori

dimana pemeriksaan urine penting di lakukan untuk mengetauhi keadaan

protein urine dan penyakit infeksi lainnya seperti ISK dan diabetes.

(Saifudin,2011)

B. PERSALINAN

Pada anamese yang dilakukan Ny,R pada tangal 29-januari-2016 di

dapatkan keluhan yaitu mules mules sejak pukul 04.00 wib,sudah keluar

lendir campur dan belum keluar air ,mules-mules yang semakin sering dan

kuat sejak pukul 05.00 wib ibu mengatakan pegerakan janinnya masih aktif

dan di lakukan pemeriksaan umum dan fisik dalam batas

normal,pemeriksaan dalam hasinya vulva vagina tidak ada kelainan,portio

tipis dan lunak pembukaan 2 cm selaput ketuban utuh presentasi kepala ,

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teori dan

,praktek. Karena anamese Ny,R sudah ada tanda tanda infartu yaitu keluar

lendir bercampur darah dan mules-mules.Tanda tanda inpartu diantaranya

adalah adanya rasa sakit oleh adanya his yang lebih kuat,sering dan

teratur,keluar lender bercampur darah(show)yang lebih banyak karena


166

robekan robekan kecil pada servik, ketuban pecah,pada pemeriksaan dalam

dan pembukaan telah ada(Manuaba,2010)

1. Kala I persalinan Ny,R Berlangsung pada 10 jam lebih 30 menit dihitung

dari ibu merasakan mules sampai pembukaan lengkap menurut teori

yang ada,fase laten berlangsung 8 jam dan fase aktif berlansung pada 7

jam faktor pendukung dalam proses persalinan yaitu dengan adanya

power.pasenger, dan passenger utama ini sangat mendukung jalan

persalinan (Manuaba,2010),

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek, hal ini normal karena dipantau melalui patograf dan tidak

melewati garis waspada

2. Kala II pada Ny, R berlangsung 30 menit dari pembukaan lengkap pukul

06.00 dan bayi lahir spontan pukul 06.30 wib menurut teori yang ada.Kala

II Berlangsung selama 1 jam pada primi ½ jam pada multi (Saifudin,2011)

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teorti dan

praktek dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek

hal ini di karenakan oleh beberapa paktor seperti paritas(multifara), his

yang ade kuat, faktor janin dan faktor jalan lahir sehingga proses

pengeluaran janin yang lebih kuat,

Setelah dilakukan pemotongan tali pusat bayi di letakan didada

ibu dengan posisi tengkurap untuk IMD pada bayiNy, R yang hanya di

lakukan IMD selama 30 menit di karenakan ibu merasa lelah,(asuhan bayi

normal,2008)

3. Penatalaksanaan kala III yaitu melakukan manajemen aktif kala III

pemberian oktitosin 10 IU secara IM,melakukan peregangan tali pusat


167

terkendali dan masase pundus uteri pada Ny.R plasenta lahir pukul 06:30

wib berlangsung 20 menit setelah bayi lahir.(Asuhan persalinan

Normal.2008)

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek karena hal ini normal terjadi karena plasenta lahir 5-30 menit

setelah bayi lahir dengan demikian selama kala III tidak ada penyulit .

4. Kala IV pada Ny R terdapat robekan di jalan lahir, tinggi fundus uteri 2

jari di bawah pusatpengeluaran lochea rubra,kandung kemih kosong,

pengawasan post partum dilakukan selama 2 jam, post partum yaitu

untuk memantau perdarahan,tanda tanda vital kontraksi TFU dan

kandung kemih, pada 1 jam pertama pemantauan dilakuan setiap 15

menit sekali,pada 1 jam berikutnya dilakukan setiap 30 menit

sekali.(Asuhan persalinan normal,2008) Observasi kala IV pada Ny,R

yaitu tanda tanda vital dalam batas normal 140/80 MmHg,suhu 36,5 C,

Tinggi pundus uteri setelah plasenta lahir setinggi pusat,kontraksi

baik,konsistensi keras, kandung kemih kosong, lochea rubra

pengeluaran darah selama proses (prawirohardjo,2010)

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teorii

dan praktek karena, pengeluaran darah pada kasus Ny R masih dalam

batas normal persalinan pada Ny R Kala I kala II kala III kala IV,tidak

ada komplikasi

C. NIFAS

Berdasarkan anamneses didapatkan hasil bahwa ibu masih

merasa mules. Hal ini bersifat fisiologis karena pada saat ini uterus
168

secara berlangsung angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil,(varneey,2008)

1. Ny R Di berikan vitamin A 200 unit sebanyak 1 kapsul yang di minum

segera setelah melahirkan dan kapsul kedua di beri selang waktu minimal

24 jam. Ny R Di beri vitamin A 200 unit yang di minum segera setelah

melahirkan dan kapsul ke 2 dengan selang waktu minimal 24 jam teorii

(saifudin,2011)

2. Tablet zat besi harus di minum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin dan pemberian asi mengandung semua

yang di perlukan oleh bayi,mudah di cerna memberikan perlindungan

terhadap infeksi,selalu segar,bersih dan siap untuk di minum memberikan

Ny R tablet penambah darah (FE) 60 mg 1 x 1/hari dan dilanjutkan untuk

menyusui ASI eklusif ibu minum tablet penambah darah dan mau

memberikan ASI eklusif.

Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin dan memberi ASI karna mengandung

semua bahan yang di perlukan oleh bayi,mudah di cerna memberi

perlindungan terhadap infeksi,selalu segar,bersih dan siap untuk

diminum (Prawirohardjo,206)

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara

praktek dan teori karena Ny.R di beri tablet penambah darah (Fe) 60 mg

1 x 1 /hari dan di anjurkan untuk menyusiu ASI eklusif ibu mau minum

tablet penambah darah dan mau memberi ASI.

3. Kunjungan 1-6 jam post partum pada Ny,R Tinggi pundus uteri 2 jari dii

bawah pusat, kontraksi uterus baik,konsitensi uterus baik,kandung kemih

kosong,pengeluaran lochea rubra semua hasil pemantaun tidak ada


169

kelainan tidak terjadi pendarahan,menurut teori bahwa tinggi fundus uteri

pada 6 jam post partum adalah 2 jari di bawah pusat dan terjadi

pengeluaran lockea lubra selama 2 hari pasca pesalinan.( Saleha ,2010).

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek karena hasil pemeriksaan keadaan ibu nifas minggu 1

berjalan normal.

4. Kunjungan II, 6 hari post partum adalah menilai adanya tanda

tanda,infeksi atau pendarahan abnormal memastikan ibu mendapat

cukup makanan,cairan dan istirahat,memastikan ibu menyusui dengan

baik (sitti saleha,2010), hasil pemeriksaan pada Ny R Tinggi pundus uteri

pertengahan antara pusat dan simpisis,kontaksi uterus baik,konsistensi

uterus baik, konsistensi uterus baik,pengeluaran locea sanguinolenta

yang berwarna merah kuning,bau khas konsistensi cair,ibu memakan

makanan bergizi, tidak ada pantangan dan ibu istirahat yang

cukup,pengeluaran ASI lancar ibu menyusui bayinya dengan baik dengan

sesuai dengan kebutuhan bayi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada kesenjangan antara teori

dan paktek ibu nifas minggu ke 2 normal tidak terdapat kelainan seperti

infeksi atau post partum bayi.

5. Kunjunga III 2 Minggu post partum adalah menilai adanya tanda tanda

demam infeksi atau pendarahan abnormal memastikan ibu mendapatkan

cukup makanan cairan istirahat,memastikan ibu menysui dengan baik

(siitti saleha 2010),hasil pemeriksaaan pada Ny.R adalah tinggi fundus

uteri pada 2 minggu postpartum sudah tidak teraba lagi dan pengeluaran

lochea,berwarna kekuningan atau kecoklatan,ibu memakan makanan

bergizi,tidak ada pantangan,selama masa nifas,dan ibu istirahat yang


170

cukup,pengeluaran ASI lancer,ibu menyusi bayinnya dengan baik sesuaii

dengan kebutuhan bayi.

6. Kunjungan IV, 6minggu adalah menanyakan pada ibu tentang penyulitn

penyulit yang ibu rasakan dan bayi alami.memberikan konseling untuk KB

secara dini (saleha,2010) berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik, hasil pemeriksaan pada Ny R

adalah tinggi fundusuteri sudah tidak teraba lagi dan mengeluarkan

lochea alba yang berwarna keputihan menganjurkan ibu ber KB dan ibu

ingin memasang Implat

D. BAYI BARU LAHIR

Bayi Ny R lahir cukup bulan masa 12 38 minggu lebih 2 hari lahir

spontan lahir 06.00 tidak ada di temukan masalah menagis

spontan,kuat,tonus otot positif (+) warna kulit kemerahan jenis kelamin

perempuan anus(+) dan tidak ada cacat bawaan pada bayi lahir yaitu jaga

kehangatan,bersihkan jalan napas,keringkan dan tetap jaga

kehangatan,potong Dan ikat tali pusat tanpa memenuhi apapun, lakukan

inisisasi menyusui dini dengan cara kontak kulit bayi dengan ibu,beri salap

mata eritromisin o,5% pada kedua mata,suntikan vitamin neo K 1Mg/05 cc

intramuscular di 1/3 paha bagian luar sebelah kiri anterolateral setelah inisiasi

menyusui dini,( Asuhan persalinan Normal,2008)


171

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan laporan tugas akhir kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir dan kb pada Ny. R G3 P2 A0 di BPM M

Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2016, maka penulis

dapat menyimpulkan bahwa.

1. Pada masa kehamilan ibu menjalani kehamilan dengan sehat dan normal

hingga masa persalinan

2. Ibu menjalani persalinan dengan baik dan kondisi ibu serta bayinya

normal serta sehat

3. Pada masa nifas ibu dalam kondisi baik dan normal serta tidak terdapat

tanda bahaya pada masa nifas

4. Bayi baru lahir berada dalam kondisi sehat dan normal dan ibu

memberiukan ASI kepada bayinya

5. Ibu menggunakan alat kontrasepsi suntik untuk mencegah terjadinya

kehamilan

B. Saran

1. Bagi peneliti berikutnya

Hasil tinjauan kasus yang diperoleh sangat bermanfaat untuk

tindakan selanjutnya khususnya mengenai asuhan kebidanan laporan

tugas akhir kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan kb.

172
172

2. Bagi ibu

Diharapkan kepada Ibu agar lebih meningkatkan pengetahuan

tentang asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir

dan KB.

3. Bagi petugas kesehatan

Diharapkan kepada petugas kesehatan terutama bidan untuk lebih

meningkatkan kegiatan penyuluhan dan mengadakan konsultasi sebagai

media utama Ibu dan suami guna mendapatkan informasi yang benar dan

tepat terutama tentang asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, nifas,

bayi baru lahir dan kb.

4. Institusi pendidikan

Sebagai masukan kepada pendidikan agar dapat menambah

persediaan buku-buku mengenai asuhan kebidanan kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir dan kb. Sehingga dapat menambah

pengetahuan bagi siswi AKBID di institusi pendidikan.


173

DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah, S.Si.T, MKM dkk (2012), Asuhan Kebidanan III (Nifas),

Jakarta : CV. Trans Info Media

Ai Yeyeh Rukiyah S.Si.T, dkk (2009). Asuhan Kebidanan I (kehamilan). Jakarta:

CV. Trans Info Media

Hani, Ummi, dkk (2010). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:

Salemba Medika

Hidayati, Ratna (2009). Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan

Patologis. Jakarta: Salemba Medika

Hj. Saminem, SKM, M.Kes (2010), Dokumentasi Asuhan Kebidanan Konsep dan

Praktik. Jakarta : EGC

Marimbi, Hanum (2010). Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono (2010). Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Jakarta: P.T.

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Kusmiyati, Yuni, dkk (2009), perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil).

Yogyakarta: Fitramaya

Vivian Nanny Lia Dewi (2013), Asuhan Neonatus Bayi Anak Balita, Jakarta :

Salemba Medika

Jenny J.S. Sondakh, M.Clin.Mid (2013) Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi

Baru Lahir, Jakarta : ERLANGGA

Rochmah K.M., S.Pd, SKM dkk (2011), Asuhan Neoatus Bayi & Balita, Jakarta :

EGC

Vivian Nanniy Lia Dewi & Tri Sunarsih (2011) Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas,

Jakarta : Salemba Medika


174

Yuni Kusmiyati, S.ST (2009) Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil)

Yogyakarta : Fitramaya

Meilani, Niken dkk (2012), Pelayanan Keluarga Berencana (dilengkapi dengan

penuntun belajar), Yogyakarta : Fitramaya

Sujiyatini, S.SiT, M.keb dkk (2011), Asuhan Kebidanan II (Persalinan),

Yoyakarta : Rohima Press

Depkes, 2010, panduan kehamilan, Unicef, Jakarta

Dinkes RI, 2010, Asuhan Antenatal Dalam Konteks Keluarga

Profil Provinsi Aceh, 2013

Profil Dinkes Aceh Tengah, 2013

Profil DinKes, Prov. SumateraUtara, 2013

WHO, 2014, http://blogspot.com/AngkaKejadian SC di dunia (Kutipan Tanggal 23

April 2016)

Вам также может понравиться