Вы находитесь на странице: 1из 13

Kandang Alternative Untuk Ayam Petelur yang Sesuai dengan

Animal Welfare

Pendahuluan

Unggas merupakan salah satu ternak yang memiliki tingkat toleransi yang

rendah terhadap temperatur yang tinggi. Ayam memerlukan suhu optimum untuk

pertumbuhan dan produksi pada kisaran 15–25oC (Esmay, 1978). Ayam petelur adalah

ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara dengan tujuan untuk diambil telurnya. Fase

pemeliharaan ayam petelur dibagi menjadi 3 yakni: fase starter, fase grower, dan fase

layer. Rahmadi (2009) mengungkapkan bahwa ayam petelur fase layer merupakan

ayam yang berumur antara 20 hingga 80 minggu (afkir). Ayam pada akhir masa

produksi tergolong dalam fase layer, yakni pada umur 50 minggu ke atas. Ayam pada

akhir masa produksi biasa disebut ayam tua. Boling, et al. (2000) menyatakan bahwa

ayam tua adalah ayam yang berumur 70 sampai 76 minggu.

Berdasarkan sistem pemeliharannya ayam petelur dibagi menjadi 2 yakni

sistem pemeliharaan ekstensif dan intensif. Pemeliharaan intensif adalah sistem

pemeliharaan dengan cara mengkandangkan ayam, di Indonesia khususnya cenderung

menggunakan kandang baterai bertingkat. Sedangkan pemeliharaan secara ekstensif

adalah sistem pemeliharaan dengan cara mengumbar

ayam di padang pengembalaan. Dalam hal ini dikenal dengan istilah free-range. Pada

peternakan rakyat umumnya masih mempertahankan sistem pemeliharaan intensif,

karena sistem itulah yang mereka peroleh secara turun temurun dari nenek moyang

mereka.

Pemeliharaan ayam ras petelur pada umumnya dilakukan dengan sistem

intensif, yaitu ayam ditempatkan dalam cage dengan ukuran 30 x 30 x 40 cm yang diisi
dua ekor. Kondisi tersebut bertujuan untuk memacu peningkatan produksi dengan cara

mengurangi aktifitas ternak. Pola pemeliharaan intensif dengan sistem perkandagaan

cage banyak diterapkan oleh peternak karena diyakini lebih memudahkan secara

manajemen dan efisien dalam penggunaan lahan (Greenet al., 2009).

Sistem pemeliharaan secara intensif akan menyebabkan stress serta

menurunkan tingkat welfare (kesejahtraan) ayam yang akan berdampak pada

menurunya tingkat kesehatan, produksi, dan hasil produksi (Yakubuet al., 2007). Pada

umumnya, sistem pemeliharaan yang berbasis welfare yaitu menyediakan tempat pada

ayam untuk melakukan insting alaminya. Sistem pemeliharaan ayam yang

berbasis welfare menurut laporan Wall dan Tauson (2002) yaitu memiliki tempat

bertengger, mandi debu, serta komponen lain yang tidak membatasi perilaku alami

ternak.

Pola pemeliharaan ayam ras petelur alternatif berbasis animal welfare yang

banyak dilakukan adalah sistem free range. Sistem free range adalah sistem

pemeliharaan ayam yang diumbar pada padang pengembalaan (Miaoet al., 2005).

Sistem pemeliharaan tersebut akan memberikan ruang gerak yang luas kepada ayam.

Selain itu, ayam juga dapat memperoleh makanan tambahan dilingkungan

pemeliharaan seperti hijauan, biji-bijian, dan serangga. Lebih lanjut Layet al. (2011)

menjelaskan bahwa pemeliharaan dengan sistem free range dapat memberikan

kesempatan kepada ayam untuk melakukan insting alaminya dan untuk

meningkatkan welfare ayam tersebut. Tingkat welfare ayam berdasarkan laporan

Layet al. (2011) dapat diketahui dari tingkat stress, kesehatan, dan produksi.
Pembahasan

Welfare

Welfare (kesejahteraan) pada hewan berarti menghindari kekerasan dan

eksploitasi hewan yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan tertentu (Bousfield dan

Brown, 2010). Eksploitasi yang sering dilakukan oleh manusia adalah peningkan

jumlah produksi untuk mendapatkan keutungan yang maksimal (Yakubuet al., 2007).

Bousfield dan Brown (2010) dalam tulisannya menjelaskan bahwa hewan harus

mendapat lima kebebasan yaitu (1) bebas dari rasa haus dan kelaparan, (2) kebebasan

dari ketidaknyamanan, (3) kebebasan dari rasa sakit, (4) kebebasan untuk

mengekspresikan perilaku normal, (5) bebas dari rasa takut dan tertekan.

Layet al. (2011) melaporkan bahwa standar welfare ayam ras petelur yaitu

bebas dari penyakit, bebas untuk melakukan tingkah laku alamiah, bebas dari stress

yang berasal dari lingkungan dan menempati lingkungan pemeliharaan yang

nyaman.Sedangkan Singhet al. (2009) berpendapat bahwa standar welfare ayam yaitu

berada pada lingkungan pemeliharaan yang tidak membatasi insting alamiah ayam

seperti bertengger, mengais, mandi debu, berjalan dan tingkah laku alami yang lain.

Penurunan tingkat welfare yang terjadi pada ayam umumnya disebabkan oleh

sistem pemeliharaan yang membatasi ayam untuk mengekspresikan insting alaminya

(Greenet al., 2009). Sistem pemeliharaan yang dapat menurukan tingkat welfare ayam

sudah ditinggalkan oleh Negara-negara maju seperti Amerika and Eropa (Wall dan

Tauson, 2002). Atas dasar animal welfare, sistem pemeliharaan ayam yang

berkembang saat ini adalah sistem pemeliharaan yang umumnya menggunakan area

yang luas dan tidak membatasi aktifitas alami ayam (Miao et al., 2005).
Pada pemeliharaan free-range dengan mengumbar ayam untuk memperoleh

makanan tambahan seperti hijauan turut dipengaruhi oleh ketersediian cahaya

matahari yang membantu pertumbuhan hijauan. Pemanfaatan rumput paitan

(Axonopus Contertus) sebagai pakan ternak dianggap sebagai sumber daya pakan yang

sangat berkelanjutan dan alami yang telah memperoleh perhatian yang meningkat

dalam peningkatan produksi unggas.

Sistem Pemeliharaan Free Range

Pemeliharaan ayam dengan sistem free range merupakan suatu pola

pemeliharaan yang menyediakan ruang gerak yang lebih bebas untuk ayam (Glatzet

al., 2005). Sedangkan Goldenet al. (2012) mengemukakan bahwa sistem free

range merupakan suatu sistem pemeliharaan yang memberi kebebasan kepada ayam

untuk mengekspresikan insting alaminya. Insting alami ayam berdasarkan laporan

Mishraet al. (2005) yaitu makan, minum, istirahat, berjalan, bersarang, mandi debu,

mangais-ngais, merumput, dan lain-lain.

Integrasi antara ayam dengan padang rumput (Gambar 2) merupakan pola

yang banyak digunakan dalam pemeliharaan sistem free range, sehingga

memungkinkan ayam untuk melakukan aktifitas merumput (grazing) (Glatz and Ru,

2002). Pistekova et al. (2006) melaporkan bahwa pola merumput ayam pada padang

rumput ada dua yaitu rotational grazing dan continuous grazing.

Layout sistem pemeliharaan free range (Mahboub, 2004)


Ayam yang dipemeliharaan dengan sistem free range akan memiliki

tingkat welfare tinggi yang dapat dilihat dari rendahnya tingkat stress and tingkat

kesehatan yang baik (Sosnowka-Czajka et al., 2007). Tingkat stress and kesehatan

ayam dapat diketahui dari aktifitas and nilai rasio heterofil : limposit (Layet al., 2011).

Lebih lanjut Singhet al. (2009) menjelaskan bahwa tingkat welfare ayam ras petelur
dapat dikatahui dari performan and kualias telur yang dihasilkan.

Pemeliharaan ayam petelur dengan sistem free range

Berdasarkan hasil penelitian Castellini et al. (2002) memperlihatkan bahwa

ayam dengan kondisi pemeliharaan yang lebih alami dan mengalami peningkatan

aktifitas mempunyai kadar lemak, kolesterol and residu antibiotik yang rendah. Selain

itu, integrasi ayam dengan lahan pasture akan memperbaiki kesuburan tanah (Lomu et

al., 2004).

Sistem pemeliharaan free range akan memberikan kesempatan kepada ternak untuk
melakukan insting alaminya karena ayam akan mendapatkan ruang gerak yang lebih
luas. Sedangkan sistem pemeliharaan intensif akan membatasi aktifitas ayam karena
ruang gerak yang sempit. Kondisi pemeliharaan free range akan memberi ayam
kebebasan untuk beraktifitas sehingga tingkat stress dapat berkurang.
Kandang Baterai
Kandang baterai ayam petelur adalah kandang bentuk sangkar empat persegi
panjang disusun berderet memanjang bertingkat dua atau lebih, setiap sangkar dapat
menampung 1 atau 2 ayam dewasa. Lantai kandang terbuat dari bambu atau kawat
disusun tidak rapat agar kotoran ayam dapat langsung jatuh ke tanah. Model kandang
baterai ini cocok dan efektif pada lahan sempit dan daerah panas seperti di Indonesia.
Keuntungan kandang baterai
1. Sirkulasi udara lancar
Kandang baterai umumnya dibuat menggunakan bahan kayu reng, bilahan
bambu, atau kawat, dengan susunan yang jarang-jarang sehingga membuat
udara keluar masuk lebih lancar.
2. Tidak memakan tempat,

Karena kandang model ini bisa dibuat bertingkat, jadi tidak menghabiskan
banyak tempat jika dibandingkan kandang model liter atau kandang umbaran
yang biasa digunakan untuk ternak ayam kampung atau ternak ayam potong.
3. Mudah dalam pengawasan dan pemanenan,
Kandang baterai lebih memudahkan dalam pengawasan serta penanganan
apabila ada ayam yang sakit, juga lebih memudahkan untuk pengambilan telur
saat panen, karena posisinya miring, dan telur dalam keadaan bersih.
4. Produktifitas lebih tinggi,
Untuk produksinya tentu lebih maksimal, karena tidak banyak mengahbiskan
energy untuk bergerak dalam kondisi kandang yang sempit.
5. Takaran makanan dapat tercukupi,
Karena posisinya 1 ekor ayam dalam 1 kandang, tentu tidak akan berebut
makanan dan ayam tidak mungkin berantem atau patok-patokan, sehingga
lebih mudah untuk memenuhi asupan nutrisi yang dibutuhkan dari takaran
makanan. Baca juga cara membuat makanan alternative ayam.
6. Mudah untuk menjaga kebersihan,
Keuntungan lain kandang baterai adalah lebih mudah untuk membersihkan
kandang dan kotoran ayam, karena kotoran tidak berceceran kemana-mana.

Kekurangan kandang model baterai


1. Modal awal lebih besar,
Biasanya kita akan mengeluarkan biaya awal yang lebih besar untuk
pembuatan kandang baterai dibanding dengan kandang model lainnya, tetapi
pembuatan kandang ini termasuk investasi karena bisa digunakan berkali-kali.
2. Ayam bisa mengalami kelumpuhan,
Karena ruang gerak yang terbatas terkadang bisa mengakibatkan ayam
mengalami kelumpuhan, biasanya disebabkan karena ayam belum waktunya
(masih muda), tapi sudah dimasukkan kedalam kandang baterai.
3. Bau kotoran yang tajam,
Hal ini bisa terjadi apabila kotoran terlambat dibersihkan, sehingga
menimbulkan bau yang menyengat dan mengundang banyak lalat. Untuk
membuat kandang baterai, usahakan dinding tidak ditutup rapat supaya udara
bisa masuk dan bau yang timbul dari kotoran dapat tertiup angin, serta lantai
biarkan terbuat dari tanah agar dapat menyerap kotoran yang basah.
Deep Litter
Pada kandang berlantai tanah biasanya lantai ditaburi/dialasi dengan sekam.
Ketebalan yang diperlukan antara 5 s/d 10 cm, dan digunakan untuk memelihara ayam
broiler dari umur 1 hari sampai panen. Jika basah/lembab sekam dibalik atau diganti
yang baru. Pada kandang panggung lantai dialasi plastik/terpal dulu. Setelah itu baru
ditebar sekam dan digunakan untuk memelihara ayam dari umur 1 s/d 14 hari. Hal ini
untuk menghindari kaki ayam terperosok. Setelah itu alas plastik/ terpal dikeluarkan
sehingga kotoran jatuh ke tanah. Untuk bahan alas lantai kandang ayam modern yang
biasa digunakan peternak adalah sekam. Mungkin alasan utama adalah murah dan
mudah didapat. Namun karena sekam sekarang bersaing dengan usaha industri batu
bata, maka harga meningkat. Dan sampai peternak di Kedu Temanggung kesulitan
sekam dan mengancam kelangsungan usaha peternakannya.
Sebenarnya peternak dapat menggunakan bahan alas lantai kandang ayam
modern (litter) tidak harus sekam, boleh dari bahan lain karena hakikatnya bahan yang
dipakai harus mempunyai daya serap terhadap air tinggi. Menurut Brake (1992) bahwa
bahan litter yang baik adalah bahan yang :
1. Bersifat absorben (Absorben adalah mempunyai daya serap terhadap air tinggi
sehingga kotoran cepat kering)
2. Bebas debu (Bebas debu maksudnya jika sudah ditempatinya ayam tidak
mengeluarkan debu yang dapat menyebabkan iritasi pada mata ayam maupun
pekerja)
3. Sukar untuk dimakan ayam (Sukar untuk dimakan ayam maksudnya ukuran
partikel bahan litter lebih besar dibanding ukuran partikel pakan terutama di
awal pemeliharaan)
4. Tidak beracun (Tidak beracun maksudnya jika bahan litter ada yang termakan
oleh ayam tidak akan mematikan ayam)
5. Murah/berlimpah (Murah dan mudah didapat maksudnya bahan yang dipakai
tidak menjadikan biaya produksi jadi meningkat tajam dan ketersediaannya
kontinyu)
6. Mudah diangkut/diganti (Mudah diangkut/diganti maksudnya jika di dalam
kandang litter basah/lembab sekam dibalik atau diganti yang baru)
Sudah banyak penelitian bahan untuk lantai kandang ayam modern seperti,
sekam dilaporkan oleh Haque dan Chowdhury (1994), potongan kertas dan tatal kayu
halus dilakukan oleh Lien et al (1992), kulit kacang oleh Lien et al (1998) semua
hasilnya tidak mempengaruhi karakteristik produksi dan kesehatan, kematian, berat
badan, konsumsi pakan, konversi pakan, hasil karkas, kasus lepuh dada ataupun
kelainan kaki pada ayam broiler. Bahan selain sekam semestinya dapat digunakan oleh
peternak kita untuk bahan litter. Seperti : serbuk gergaji, serpihan kayu, kulit kacang,
kulit kedele, tongkol jagung, ampas tebu, potongan jerami, perca kertas dll. Karena
bahan ini di Indonesia ada dan berlimpah.
Ini artinya peternak tidak perlu memaksakan memakai sekam untuk bahan litter.
Tetapi bisa diganti bahan lain jika sekam sulit dan mahal. Atau peternak dapat
menggunakan bahan litter secara bercampur (mixing materials), lebih baik lagi jika
ditambah kotoran sapi kering, sebab akan meningkatkan kandungan vitamin B12
karena vitamin tersebut tidak dapat disintesa di dalam tubuh ayam.
Furnished Cages
Desain kandang untuk ayam petelur telah berubah untuk meningkatkan
performa ekonomi. Yang terbaru juga banyak dimodifikasi khususnya untuk
mengatasi masalah kesejahteraan. Penyediaan tempat bertengger bisa mendorong sifat
untuk bertengger (Tauson, 1984; Elson, 1985). Berdasarkan pada desain,
kemungkinan bisa mengurangi masalah kaki dan lemah tulang (Hughes dan Appleby,
1989). Desain kandang juga bisa meningkatkan jumlah telur yang pecah dan kotor.
Perlu diperhatikan juga uuntuk mengurangi pertumbuhan kuku.
Desain kandang meliputi akses masuk ke kandang, yang memungkinkan adanya
tempat bertengger dan kotak sarang dan kebebasan untuk bergerak baik secara vertikal
maupun horizontal.
Akan tetapi dengan pengelompokan kira-kira 60 jenis unggas, agresifitas dan
mematuk bulu yang sering terjadi dengan sangat keras, dan masalah kebersihan
dimana unggas sering membuang feses dang mengenai unggas lain yang ada di
kandang. Pekerjaan yang berikutnya adalah menekan pembatasan kesejahteraan ternak
dalam kandang konvensional dengan : kandang yang kecil dan bersih.
Beberapa model komersial dari kandang furnish sudah banyak tersedia tetapi
masih butuh pengkajian supaya desainnya lebih sesua lagi. Salah satu percobaan
kandang skala-besar yang diberi sarang tiruan dari rumput hasilnya sangat baik, ayam
pre-laying sangat tertarik dengan sarang tersebut dan menghasilkan produksi telur
sampai 93%. Tingkah laku yang tidak dibatasi dan bervariasi, dan keadaan fisiknya
lebih baik di dalam kandang furnish disbanding yang ada di kandang konvensional. Di
kandang furnish juga tidak ditemukan adanya kanibalisme. Akan tetapi biaya untuk
memproduksi telur akan lebih tinggi, karena produksi menurun dan juga karena total
modal. Area litter harus sesuai dengan pintu masuk dimana ayam tidak bisa membuka
dari sisi yang lain, untuk mencegah ayam bertengger dan bersarang, tetapi pintu masuk
ke kotak sarang yang sudah disediakan tidak berfungsi (Appleby et al., 2002).
Pada tahun 1996, komite hewan ilmiah dari komisi eropa terdaftar manfaat
kesejahteraan dan kekurangan kandang dan sistem non-kandang dan menyimpulkan
bahwa: Untuk mempertahankan keuntungan dari kandang dan mengatasi kekurangan
sebagian besar perilaku diubah kandang diperkaya menunjukkan potensi yang baik
dalam hubungannya dengan baik kesejahteraan dan produksi.
Atas dasar ini, komisi itu mengeluarkan instruksi yang mewajibkan bahwa
pada tahun 2012 semua kandang petelur harus 'diperkaya', menyediakan setidaknya
berikut: 750cm per ayam, yang 600 cm adalah 45 cm tinggi, sarang, sebuah arca
berserakan untuk scatching dan mematuk, 15 cm hinggap dan 12 cm melalui makanan
per ayam, dan perangkat cakar-shortening. Komite, sekarang Komite Ilmiah untuk
kesejahteraan hewan dan kesehatan hewan, akan melaporkan kepada komisi pada
tahun 2004 pada prospek untuk pelaksanaan direktif.
Kesimpulan

Kandang merupakan tempat ternak untuk berlindung, bereproduksi dan


berproduksi. Setiap ternak membutuhkan kenyamanan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Ternak tidak boleh terganggu dan merasa terancam karena
hal ini dapat membahayakan proses produksi ternak yang diakibatkan tingkah laku
yang tidak sewajarnya. Terdapat berbagai jenis kandang bagi ayam petelur, namun
tidak semua kandang dapat memenuhi kebutuhan ayam petelur.
Kandang yang baik bagi ternak adalah kandang yang dapat memenuhi
kebutuhan tingkah laku ternak itu sendiri. Tipe kandang yang cocok bagi ayam petelur
saat ini adalah jenis free range. Kandang tipe ini telah memenuhi kebutuhan tingkah
laku ayam petelur dan cocok untuk iklim di Indonesia. Tipe kandang yang tidak cocok
bagi ayam petelur yaitu jenis furnished cage. Bahkan, kandnag ini telah dilarang untuk
digunakan di Eropa.
Pemeliharaan ayam petelur dengan sistem free range sangat baik. System
tersebut dapat mengurangi kondisi stress pada ayam sehingga dapat meningkatkan
produksi ternak. Kondisi hidup alami ayam terpenuhi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Dapat mengurangi output dari segi pakan. Pakan alami yang diperoleh
memilikki kandungan nutrisi yang cukup tinggi.
Daftar Pustaka

Anshori, S. 2017. Perbandingan produksi telur dengan penggunaan kandang open


house dan close house semi otomatis di Prayogo Farm Kecamatan Kandat
Kediri. Simki-Techsain Vol 1 (1) : 1-10.
Bousfield, B. and R. Brown. 2010. Animal Welfare. Veterinary Bulletin - Agriculture,
Fisheries and Conservation Department NewsletterVolume. No. 1 Issue No. 4.

Castellini, C., C. Mugnai, and A.D. Bosco. 2002. Effect of organic production system
on broiler carcass and meat quality. Meat Science 60 : 219-225.

Glatz, P.C. and Y.J. Ru. 2002. Free range poultry in a pasture/crop rotation sytem.
Proceeding 2002 Poultry Information Exchange 14-16 April 2002. Poultry
Information Exchange Association Inc. Caboolture Queensland, Australia.

Glatz, P.C., Y.J. Ru, Z.H. Miao, S.K. Wyatt andB.J. Rodda. 2005. Integrating Poultry
into a Crop and Pasture Farming System. Inter. J. Poult. Sci. 4 (4): 187-191.

Miao, Z.H., P.C. Glatz and Y.J. Ru. 2005. Free-range poultry production - a review.
Asian-aust. J. Anim. Sci. 2005. Vol. 18 : 113-132.

Mishra, A., P. Kaone, W. Schouten, B. Sprujit, P. Van Beek, and J. H. M. Metz, 2005.
Temporal and sequential structure of behaviour and facility usage of laying
Hens In An Enriched Environment. Poult. Sci. 84:979-991.
Padgett, D.A. and R. Glaser. 2003. How stress influences the immune
response. Trends Immunol. 24:444-448.

Pavlovski Z., Z. Skrabic, M. Lukic, V.L. Petricevic,and S. Trenkovski, 2009.The effect


of genotype and housing system on production results offattening chickens.
Biotechnology in Animal Husbandry 25(2-4), 221-229.
Sosnowka-Czajka, E., I. Skomorucha, E. Herbut, and R. Muchaka R. 2007.Effect of
management systems and flock size on the behavior of broilerchickens. Annals
of Animal Science 7(2), 329-335.
Wall, H, and Tauson, R. 2002. Egg quality in furnished cages for laying
hens effect of crack reduction measures and hybrid. Poult. Sci. 81 : 340-
348.

Вам также может понравиться