Вы находитесь на странице: 1из 12

Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20171

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session


Karsinoma Nasofaring
Else Gempita Sari, Radhia Ashabul Kahfi Bey, Rani Fajra, Wirza Rahmania Putri

Anatomi

Nasofaring merupakan suatu ruang


berbentuk trapezoid dengan ukuran tinggi kira-kira 4
cm, lebar 4 cm dan anteroposterior 3 cm yang terletak
di belakang hidung. Rongga ini sangat sulit untuk
dilihat, sehingga dahulu disebut “rongga buntu atau
rongga tersembunyi. Batas-batas rongga nasofaring,
di sebelah depan adalah koana (nares posterior).
Sebelah atas, yang juga merupakan atap adalah basis
cranii. Sebelah belakang adalah jaringan mukosa di
depan vertebra servikal. Sebelah bawah adalah ismus
faring dan palatum mole, dan batas lainnya adalah
dua sisi lateral. Dinding anterior dibentuk oleh koana
dan batas posterior septum nasi. Dinding lateral Gambar 1.2 Anatomi Nasofaring
terdapat muara tuba Eustachius. Dinding nasofaring
2. Fosa Nasofaring atau Forniks Nasofaring
diliputi oleh mukosa dengan banyak lipatan atau
Struktur ini berupa lekukan kecil yang
kripta. Secara histologi mukosa nasofaring dibentuk
merupakan tempat predileksi fibroma nasofaring atau
oleh epitel berlapis silindris bersilia (pseudostratified
angiofibroma nasofaring.2
ciliated columnar epithelium) yang ke arah orofaring
akan berubah menjadi epitel gepeng berlapis
3. Torus Tubarius
(stratified squamous epithelium). Di antara keduanya
Merupakan suatu tonjolan tempat muara dari
terdapat epitel peralihan (transitional epithelium) yang
saluran tuba Eustachii (ostium tuba).2
terutama didapatkan pada dinding lateral di daerah
fosa Rosenmuller.1,2 4. Fosa Rosenmulleri
Fossa Rosenmulleri merupakan suatu lekuk
kecil yang terletak di sebelah belakang torus tubarius.
Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai
alur kecil yang disebut sulkus salfingo-faring. Fossa
Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau
pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi
epitel pipih. Tempat pergantian ini dianggap
merupakan predileksi terjadinya keganasan
nasofaring.2

Mukosa atau selaput lendir nasofaring terdiri


dari epitel yang bermacam-macam, yaitu epitel
kolumnar simpleks bersilia, epitel kolumnar berlapis,
epitel kolumnar berlapis bersilia, dan epitel kolumnar
berlapis semu bersilia. Pada tahun 1954, Ackerman
dan Del Regato berpendapat bahwa epitel semu
berlapis pada nasofaring ke arah mulut akan berubah
mejadi epitel pipih berlapis. Demikian juga epitel yang
Gambar 1.1 Bagian-bagian dari Faring ke arah palatum molle, batasnya akan tajam dan jelas
sekali. Yang terpenting di sini adalah pendapat umum
Bangunan-bangunan penting yang terdapat bahwa asal tumor ganas nasofaring itu adalah tempat-
di nasofaring adalah: tempat peralihan atau celah-celah epitel yang masuk
ke jaringan limfe di bawahnya.2
1. Adenoid atau Tonsila Lushka
Bangunan ini hanya terdapat pada anak-anak Walaupun fosa Rosenmulleri atau dinding
usia kurang dari 13 tahun. Pada orang dewasa lateral nasofaring merupakan lokasi keganasan
struktur ini telah mengalami regresi.2 tersering, tapi kenyataannya keganasan dapat juga
terjadi di tempat-tempat lain di nasofaring. Moch.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20172
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Zaman mengemukakan bahwa keganasan nasofaring kelenjar getah bening yang tanpa rasa nyeri paling
dapat juga terjadi pada: mungkin merupakan penyakit keganasan. Daerah
pembesaran kelenjar getah bening yang multipel
1. Dinding atas nasofaring atau basis kranii dan biasanya menunjukkan penyakit sistemik seperti
tempat di mana terdapat adenoid. limfoma, tuberkulosis, atau mononukleois
2. Di bagian depan nasofaring yaitu terdapat di pinggir infeksiosasedangkan kelenjar yang soliter seringkali
atau di luar koana. metastatik. Kelenjar getah bening leher bagian bawah
3. Dinding lateral nasofaring mulai dari fosa paling mungkin berasal dari penyakit keganasan yang
Rosenmulleri sampai dinding faring dan palatum berasal dari bagian tubuh lain selain kepala dan leher,
molle.2 sedangkan kelenjar pada leher bagian atas paling
mungkin sekunder dari kepala dan leher.3

Definisi

Karsinoma nasofaring adalah keganasan


yang berasal dari sel epitel yang melapisi nasofaring.
Pusat pertumbuhan tumor sering berawal dari fossa
Rosenmuller, dari situ tumor mulai meluas kemudian
menginvasi area atau organ lain yang berbatasan
dengan nasofaring.4

Epidemiologi

Pada tahun 2012 tercatat 86.500 kasus


karsinoma nasofaring di seluruh dunia, dengan
persentasi 0.6% dari semua jenis kanker. 71% kasus
baru ditemukan di Asia tenggara dan Asia timur, serta
Gambar 1.3. Kelenjar Limfatik Servikal sebagian kecil di Asia Selatan-Tengah, Afrika Utara
dan Selatan.4

Karsinoma nasofaring merupakan tumor


ganas daerah kepala-leher terbanyak ditemukan di
Indonesia, yaitu hampir meliputi 60%. Berdasarkan
data Laboratorium Patologi Anatomi karsinoma
nasofaring selalu berada dalam peringkat lima besar
dari tumor ganas di seluruh tubuh manusia.5

Etiologi Dan Faktor Resiko

Ada banyak faktor resiko dan etiologi yang


dapat dikaitkan dengan karsinoma nasofaring. Hasil
penelitian terhadap penduduk Cina Selatan
menunjukkan bahwa ikan asin merupakan salah satu
faktor penyebab munculnya karsinoma nasofaring.
Faktor lainnya adalah konsumsi alkohol, merokok,
paparan debu, asap, dan formaldehida. Di daerah
endemik, Epstein-Barr Virus (EBV) berkaitan erat
dengan perkembangan karsinoma nasofaring. Infeksi
Gambar 1.4 Level KGB leher10
EBV ditemukan pada 90%-100% kasus karsinoma
Kelenjar getah bening leher terdiri dari nasofaring di daerah endemik.6
beberapa level, dimana masing-masing level tersebut
1.Virus Epstein Barr
dapat menjadi petunjuk metastasis tumor primer di
EBV merupakan faktor risiko mayor
daerah kepala dan leher. Pada tumor nasofaring yang
karsinoma nasofaring. Sebagian besar infeksi EBV
sudah bermetastasis regional akan memunculkan
tidak menimbulkan gejala. EBV menginfeksi dan
pembesaran kelenjer getah bening leher level II. 10
menetap secara laten pada 90% populasi dunia. Di
Letak pembesaran kelenjar getah bening Hong Kong, 80% anak terinfeksi pada umur 6 tahun,
merupakan petunjuk penting dari letak penyakit hampir 100% mengalami serokonversi pada umur 10
primer.Terdapat beberapa petunjuk umum yang tahun. Infeksi EBV primer biasanya subklinis.
mungkin membanfu dalam penilaian kelenjar getah Transmisi utama melalui saliva, biasanya pada Negara
bening leher. Kelenjar gerah bening leher yang nyeri berkembang yang kehidupannya padat dan kurang
mungkin berasal dari penyakit infeksius, sedangkan bersih. Limfosit B adalah targetutama EBV, jalur

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20173
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

masuk EBV ke sel epitel masih belum jelas, replikasi Selatan dan Afrika Utara disebabkan karena asap dari
EBV dapat terjadi di sel epitel orofaring. Virus Epstein- pembakaran kayu bakar. Sembilan puluh tiga persen
Barr dapat memasuki sel-sel epitel orofaring, bersifat penderita karsinoma nasofaring tinggal di rumah
menetap (persisten), tersembunyi (laten) dan dengan ventilasi buruk dan mempunyai riwayat
sepanjang masa (life-long). Antibodi Anti-EBV terkena asap hasil bakaran kayu bakar. Pajanan asap
ditemukan lebih tinggi pada pasien karsinoma hasil kayu bakar lebih dari 10 tahun meningkatkan 6
nasofaring, pada pasien karsinoma nasofaring terjadi kali lipat terkena karsinoma nasofaring. 7
peningkatan antibody IgG dan IgA, hal ini dijadikan 6. Alkohol
pedoman tes skrining karsinoma nasofaring pada Konsumsi alkohol tidak berhubungan dengan
populasi dengan risiko tinggi.7 peningkatan risiko karsinoma nasofaring. 7
2. Ikan asin 7. Obat Herbal
Paparan non-viral yang paling konsisten dan Pada populasi Asia, beberapa penelitian
berhubungan kuat dengan risiko karsinoma nasofaring melaporkan 2 sampai 4 kali lipat peningkatan risiko
adalah konsumsi ikan asin. Konsumsi ikan asin karsinoma nasofaring karena penggunaan obat herbal
meningkatkan risiko 1,7 sampai 7,5 kali lebih tinggi tradisional, tetapi tiga penelitian di Cina Selatan tidak
dibanding yang tidak mengkonsumsi. Diet konsumsi menemukan hubungan obat herbal dengan karsinoma
ikan asin lebih dari tiga kali sebulan meningkatkan nasofaring. Di Filipina, penggunaan obat herbal
risiko karsinoma nasofaring. Potensi karsinogenik ikan tradisional meningkatkan risiko karsinoma nasofaring,
asin didukung dengan penelitian pada tikus terutama pada orang yang mempunyai titer antibodi
disebabkan proses pengawetan dengan garam tidak anti-HBV tinggi. 7
efisien sehingga terjadi akumulasi nitrosamin yang 8. Pajanan Pekerjaan
dikenal karsinogen pada hewan. Enam puluh dua Pajanan pekerjaan terhadap fume, asap,
persen pasien karsinoma nasofaring mengkonsumsi debu atau bahan kimia lain meningkatkan risiko
secara rutin makanan fermentasi yang diawetkan. karsinoma nasofaring 2 sampai 6 kali lipat.
Tingginya konsumsi nitrosamin dan nitrit dari daging, Peningkatan risiko karsinoma nasofaring karena
ikan dan sayuran yang berpengawet selama masa pajanan kerja terhadap formaldehid sekitar 2 sampai 4
kecil meningkatkan risiko karsinoma nasofaring. kali lipat. Namun sebuah meta-analisis dari 47
Delapan puluh delapan persen penderita karsinoma penelitian tidak mendukung hubungan formaldehid
nasofaring mempunyai riwayat konsumsi daging asap dengan karsinoma nasofaring. Stimulasi dan inflamasi
secara rutin. 7 jalan nafas kronik, berkurangnya pembersihan
3. Buah dan Sayuran Segar mukosiliar, dan perubahan sel epitel mengikuti
Konsumsi buah dan sayuran segar seperti tertumpuknya debu kayu di nasofaring memicu
wortel, kobis, sayuran berdaun segar, produk kedelai karsinoma nasofaring, paparan ke pelarut dan
segar, jeruk, konsumsi vitamin E atau C, karoten pengawet kayu, seperti klorofenol juga memicu
terutama pada saat anak-anak, menurunkan risiko karsinoma nasofaring. Paparan debu kayu yang hebat
karsinoma nasofaring. Efek protektif ini berhubungan meningkatkan risiko karsinoma nasofaring karena
dengan efek antioksidan dan pencegahan iritasi dan inflamasinasofaring langsung atau melalui
pembentukan nitrosamin. 7 endotoksin bakteri. Paparan tempat kerja yang panas
4. Tembakau atau produk bakaran meningkatkan dua kali lipat risiko
Sejak tahun 1950 sudah dinyatakan bahwa terkena karsinoma nasofaring. Paparan debu kayu di
merokok menyebabkan kanker. Merokok tempat kerja lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko
menyebabkan kematian sekitar 4 sampai 5 juta per terkena karsinoma nasofaring. 7
tahunnya dan diperkirakan menjadi 10 juta per Penelitian lain juga menjelasskan bahwa
tahunnya pada 2030. Rokok mempunyai lebih dari pesisida termasuk kedalam 15 variabel yang
4000 bahan karsinogenik, termasuk nitrosamin yang berhubungan secara langsung dengan terjadinya
meningkatkan risiko terkena karsinoma nasofaring. karsinoma nassoaring. 13
Kebanyakan penelitian menunjukkan merokok 9. Pajanan Lain
meningkatkan risiko karsinoma nasofaring sebanyak 2 Riwayat infeksi kronik telinga, hidung,
sampai 6 kali. Perokok lebih dari 30 bungkus per tenggorok dan saluran napas bawah meningkatkan
tahun mempunyai risiko besar terkena karsinoma risiko karsinoma nasofaring sebanyak dua kali lipat.
nasofaring. Kebanyakan penderita karsinoma Bakteri yang menginfeksi saluran nafas dapat
nasofaring merokok selama minimal 15 tahun (51%) mengurai nitrat menjadi nitrit, kemudian dapat
dan mengkonsumsi tembakau dalam bentuk lain membentuk bahan N-nitroso yang karsinogenik. Di
(47%). Merokok lebih dari 25 tahun meningkatkan Taiwan, kebiasaan mengunyah betel nut (Areca
risiko karsinoma nasofaring. Merokok lebih dari 40 catechu) selama lebih dari 20 tahun berhubungan
tahun meningkatkan 2 kali lipat risiko karsinoma dengan peningkatan 70% risiko karsinoma nasofaring.
nasofaring. 7 Sebuah penelitian ekologi di Cina Selatan menemukan
5. Asap lain 2 sampai 3 kali lipat kadar nikel di nasi, air minum, dan
Beberapa peneliti menyatakan bahwa rambut penduduk yang tinggal di wilayah yang tinggi
insidens karsinoma nasofaring yang tinggi di Cina insiden karsinoma nasofaringnya. Penelitian lain

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20174
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

menyatakan bahwa kandungan nikel, zinc dan 2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing


cadmium pada air minum lebih tinggi di wilayah yang Carcinoma).
tinggi insiden karsinoma nasofaringnya. Kadar nikel Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi,
pada air minum, kadar elemen alkali seperti tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa tanpa
magnesium, kalsium, strontium yang rendah pada jembatan intersel. Pada umumnya batas sel cukup
tanah, dan tingginya kadar radioaktif seperti thorium jelas.
dan uranium pada tanah berperan pada mortalitas
karsinoma nasofaring, namun masih perlu dibuktikan 3. Karsinoma tidak berdiferensiasi (Undifferentiated
dengan penelitian epidemiologi analitik. Risiko Carcinoma).
karsinoma nasofaring juga meningkat berhubungan Pada tipe ini sel tumor secara individu
dengan makanan berpengawet lain seperti daging, memperlihatkan inti yang vesikuler, berbentuk oval
telur, buah dan sayur terutama di Cina Selatan, Asia atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya
Tenggara, Afrika Utara/Timur Tengah dan penduduk batas sel tidak terlihat dengan jelas.
asli Artik. 7 Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi
10. Familial Clustering mempunyai sifat yang sama, yaitu bersifat
Kerabat pertama, kedua, ketiga pasien radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi
karsinoma nasofaring lebih berisiko terkena karsinoma tidak begitu radiosensitif.
nasofaring. Orang yang mempunyai keluarga tingkat Penentuan stadium untuk karsinoma
pertama karsinoma nasofaring mempunyai risiko nasofaring digunakan sistem menurut American Joint
empat sampai sepuluh kali dibanding yang tidak. Committee on Cancer (AJCC) edisi ke-7 tahun 2010.
Risiko kanker kelenjar air liur dan serviks uterus juga
meningkat pada keluarga dengan kasus karsinoma Klasifikasi TNM menurut AJCC 2010:
nasofaring. Faktor risiko lingkungan seperti ikan asin,
Tumor Primer (T)
merokok dan paparan pada produk kayu
meningkatkan level antibodi anti- EBV dan beberapa
Tx :Tumor primer tidak dapat dinilai
polimorfasi genetik. Kasus familial biasanya pada tipe
II dan III, sedangkan tipe I non familial. 7 T0 :Tidak terbukti adanya tumor primer
11. Human Leukocyte Antigen Genes
Di Cina Selatan dan populasi Asia lain, Tis :Karsinoma in situ
Human Leukocyte Antigen-A2-B46 dan B-17
berhubungan dengan peningkatan dua sampai tiga T1: Tumor terbatas di nasofaring atau tumor meluas
kali lipat risiko karsinoma nasofaring. Sebaliknya ke orofaring dan /kavum nasi tanpa perluasan ke
Human LeukocyteAntigen-A11 menurunkan 30%-50% parafaring.
risiko terkena karsinoma nasofaring pada ras Kulit
T2 :Tumor dengan perluasan ke daerah parafaring.
Putih dan Cina, B13 pada ras Cina, dan A2 pada ras
Kulit Putih. Sebuah meta analisis pada populasi di
T3 :Tumor melibatkan struktur tulang dasar tengkorak
Cina Selatan menunjukkan peningkatan karsinoma
dan/atau sinus paranasal
nasofaring pada HLAA2, B14 dan B46, dan penurunan
karsinoma nasofaring pada HLA-A11, B13 dan T4 :Tumor dengan perluasan intrakranial dan/atau
B22.10. 7 terlibatnya saraf kranial, hipofaring, orbita atau dengan
12. Variasi Genetik Lain perluasan ke fossa infratemporal / ruang mastikator.
Polimorfi di sitokrom P450 2E1 (CYP2E1)
dan CYP2A6 dan ketiadaan Glutation S-transferase KGB Regional (N)
M1 (GSTM1) dan atau GSTT1 berhubungan dengan
peningkatan risiko dua sampai lima kali lipat terkena NX : KGB regional tidak dapat dinilai
karsinoma nasofaring. Di Thailand dan Cina, polimorfi
pada polymericimmunoglobulin receptor (PIGR), N0 :Tidak ada metastasis ke KGB regional
sebuah reseptor permukaan sel memudahkan
N1: Metastasis kelenjar getah bening leher unilateral
masuknya EBV masuk ke epitel hidung dan
dengan diameter terbesar 6 cm atau kurang, di atas
meningkatkan risiko karsinoma nasofaring. 7
fossa supraklavikular, dan/atau unilateral atau bilateral
Klasifikasi Dan Stadium
kelenjar getah bening retrofaring dengan diameter
Klasifikasi gambaran histopatologi yang terbesar 6 cm atau kurang.
direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
N2: Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan
(WHO), dibagi atas 3 tipe, yaitu :4
diameter terbesar 6 cm atau kurang, di atas fossa
1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
supraklavikular.
(Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).
Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi N3: Metastasis pada kelenjar getah bening diatas 6
baik, sedang dan buruk. cm dan/atau pada fossa supraklavikular:

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20175
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

N3a: Diameter terbesar lebih dari 6 cm Diagnosis ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
N3b :Meluas ke fossa supraklavikular penunjang. Dari anamnesis didapatkan keluhan
penderita karsinoma nasofaring sangat bervariasi.
Metastasis Jauh (M) Pada stadium dini keluhan sering tidak menimbulkan
kecurigaan atas adanya tumor ini. Keluhan tersebut
M0: Tanpa metastasis jauh
biasanya berupa keluhan telinga, hidung atau
keduanya. Pada stadium lanjut, kecurigaan pada
M1 :Metastasis jauh
penyakit ini akan mudah timbul dan sering ditemukan
ialah pembesaran kelenjar limfe leher, gejala kelainan
Stadium T N M
saraf kranial atau gejala akibat metastase jauh yang
I T1 N0 M0
II T1 N1 M0 sangat berat dirasakan pasien.8
III T2 N0-1 M0
IVA T1-2 N2 M0 Pemeriksaan fisik nasofaring secara
IVB T3 N0-2 M0 konvensional adalah dengan menggunakan kaca
IVC T4 N0-2 M0 rinoskopi posterior. Pemeriksaan yang lebih sempurna
Semua T N3 M0 adalah dengan menggunakan nasofaringoskopi baik
Semua T Semua N M1 yang fleksibel maupun yang kaku. 8
Tabel 1. Stadium KNF berdasarkan AJCC 2010
Persoalan diagnostik sudah dapat
dipecahkan dengan pemeriksaan CT-Scan daerah
Gejala Klinis kepala dan leher sehingga tumor primer yang
tersembunyi pun dapat ditemukan. Diagnosis pasti
Gejala karsinoma nasoaring dapat dibagi ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring.
dalam 4 kelompok, yaitu gejala nasoaring, gejala Biopsi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dari
telinga, gejala mata dan sara, serta metastasis atau hidung atau dari mulut, dipandu dengan menggunakan
gejala di leher. Gejala nasoaring berupa epistaksis nasofaringoskop. Biopsi tumor nasofaring umumnya
ringan atau sumbatan hidung. 10 dilakukan dengan analgesia topikal xylocain 10%.5

Gangguan pada telinga timbul karena tempat Pemerikaan IgA anti EA dan IgA anti VCA
asal tumor dekat muara eustachius (fosssa untuk infeksi virus EBV menunjukkan kmajuan dalam
rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus, rasa mendeteksi karsinoma nasofaring. 10
tidak nyaman hingga nyeri pada telinga. 10
Diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsi
Penjalaran melalui foramen laserum akan nasoaring. Biopsi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
mengenai saa otak ke III, IV, VI dan dapat pula ke V, dari hidung tanpa melihat jenis tumornya (blind
sehingga pasien datang sering dengan gejala diplopia. biopsy), dan dari mulut dengan kateter nelaton. 10
Neuralgia trigeminal, atau hipoastesi juga sering
ditemukan. Pada karsinoma yang lanjut akan Diagnosis banding
mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika
penjalaran melalui foramen jugular. 10 a. hipertrofi adenoid, namun biasanya adenoid
memiliki permukaan licin,alur longitudinal,
Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk dan letaknya di tengah nasofaring.
benjolan di leher merupakan salah attu gejala yang b. Pada laki-laki remaja dapat pula
mendorong pasien untuk pergi berobat. 10 dibandingkan dengan angiofibroma
juvenil,hal ini dapat dikonfirmasi dengan
Gejala-gejala yang sering muncul adalah endoskopi dan pemeriksaan MRI.
terdapat massa di leher pada 41% kasus, keluhan c. Tumor lain di nasofaring di antaranya seperti
telinga (termasuk berkurangnya pendengaran dan limfoma9
gangguan drainase) pada 27% kasus, sumbatan atau
perdarahan hidung pada 21% kasus, defisit saraf Tatalaksana
kranial pada 8% kasus, dan gejala lain yang tidak
spesifik pada 8% kasus. Perbesaran kelenjar getah Terapi pada karsinoma nasofaring diberikan
bening di level VA biasanya ada (pada 54% pasien), sesuai dengan stadium tumor yaitu:10
kemudian di level II paa 49% pasien, level III pada
24% pasien, di inferior VA/superior VB pada 22%. a. Stadium I : radioterapi
Perbesaran KGB di level IV, inferior VB dan b. Stadium II dan III: kemoradiasi
supraklavikular jarang ada, hanya sekitar 10-13%. c. Stadium IV dengan N < 6 cm: kemoradiasi
Perluasan tumor juga dapat menimbulkan gangguan d. Stadium IV dengan N > 6 cm: kemoterapi
pada nevus VI.6 dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi

Diagnosis Radioterapi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20176
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

c. Stadium III: 62%


Radioterapi merupakan terapi utama pada d. Stadium IV: 38%
karsinoma nasofaring yang belum ada metastasis
jauh. Angka kesembuhan radioterapi pada stadium
awal penyakit mencapai lebih 90 persen. Kombinasi LAPORAN KASUS
dengan kemoterapi baik sebelum, selama ataupun
setelah radioterapi meningkatkan angka kesembuhan IDENTITAS PASIEN
bagi pasien. Kemoterapi adalah penggunaan obat
Nama : Ny. P
sitotoksik untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Kemoterapi dapat ditambahkan pada radioterapi untuk Umur : 42 tahun
efek lokal terhadap tumor ataupun untuk metastasis
jauhnya.11 Jenis Kelamin : perempuan

Kemoterapi No MR : 989434

Kemoterapi neoadjuvan Alamat : Rao, Pasaman Timur

Kemoterapi neoadjuvan adalah pemberian ANAMNESIS


obat-obatan sitotoksik sebelum radioterapi.
Keuntungan dari jenis kemoterapi ini adalah Keluhan Utama :
kesempatan untuk mengeradikasi metastasis mikro
lebih besar dan progresifitas tumor dapat dikontrol.11 - Nyeri kepala yang hilang timbul sejak lebih
kurang 8 bulan yang lalu
Kemoterapi adjuvan

Kemoterapi yang diberikan setelah Riwayat Penyakit Sekarang :


radioterapi tidak menunda ataupun mengganggu
pengobatan lokal namun seringkali kurang ditolerir - Nyeri kepala yang hilang timbul sejak lebih
setelah adanya terapi lokal yang intensif.11 kurang 8 bulan yang lalu
- Pasien sudah 3x berobat berobat ke bagian
Kemoterapi concurrent neurologi RSAM karena sakit kepalanya dan
pasien mendapatkan obat berupa pil. Namun
Efek kemoterapi selama pemberian radiasi keluhan tidak berkurang, pada kunjungan
yaitu dapat menigkatkan kontrol lokoregional.11 yang ketiga dilakukan CT Scan kepala
dengan kesan massa di nasofaring, lalu
Pembedahan pasien dikonsulkan ke bagian THT. Dilakukan
teropong hidung dan terlihat massa di
Pengobatan pembedahan diseksi leher
nasofaring kemudian pasien dibiopsi,
radikal dilakukan terhdap benjolan di leher yang tidak
didapatkan kesan mencurigakan displasia
menghilang pada penyinaran (residu) atau timbul
ringan. Dianjurkan untuk dirujuk ke RSUP Dr.
kembali setelah penyinaran selesai, tapi dengan
M. Djamil Padang, namun pasien dan
syarat tumor induknya sudah hilang yang dibuktikan
keluarganya menolak. Akhirnya pasien mau
dengan Pemeriksaan radiologi dan serologi, serta
dirujuk ke M Djamil pada bulan September
tidak ditemukan adanya metastasis jauh.10
2017 (lebih kurang 3 minggu yang lalu)
Pencegahan karena keluhan tetap tidak berkurang.
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang - Telinga kanan berdenging dan terasa
bertempat tinggal di daerah dengan risiko tinggi. berdenyut dan penuh, hilang timbul sejak
Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah serta lebih kurang 8 bulan yang lalu.
mengubah cara memasak makanan untuk mencegah - Riwayat penglihatan ganda dan pandangan
akibat buruk yang timbul dari bahan-bahan yang kabur ada lebih kurang 7 bulan yang lalu,
berbahaya. Penyuluhan mengenai lingkungan hidup kemudian diikuti dengan kelopak mata kanan
yang tidak sehat, meningkatkan keadaan sosial- yang turun menutupi mata (ptosis). Pasien
ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan pernah mengonsumsi obat yang didapatkan
kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab.10 dari SpM di RSAM selama 1 bulan dan
ptosisnya hilang, namun pandangan tetap
Prognosis ganda, 2 bulan kemudian pasien kembali
mengalami ptosis sampai sekarang.
Menurut AJCC tahun 2010, relative five year survival - Wajah terasa kebas ada (wajah bagian
rates pada karsinoma nasofaring adalah:12 kanan) sejak lebih kurang 7 bulan yang lalu.
- Riwayat hidung berdarah ada dari kedua
a. Stadium I: 72% lubang hidung (1x) lebih kurang 4 bulan yang
b. Stadium II: 64%

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20177
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

- lalu, dapat berhenti sendiri dan membasahi Wajah : tidak ditemukan kelainan
sebanyak lebih kurang 1 lembar tisu.
- Riwayat pingsan ada lebih kurang 10 hari Thorax : paru dan jantung dalam
yang lalu, sebelumnya pasien muntah batas normal
sebanyak ¾ gelas aqua. Pasien dirawat di
RSUD Lubuk Sikaping selama 2 hari karena Abdomen : dalam batas normal
pingsannya.
Extremitas : akral hangat dan refilling
- Penurunan berat badan ada dari 45 kg
kapiler <2”
menjadi 39 kg dalam 6 bulan terakhir.
- Hidung tersumbat tidak ada, riwayat hidung
tersumbat tidak ada Status Lokalis THT
- Bengkak pada leher tidak ada
- Penurunan pendengaran tidak ada. Telinga
- Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
- Riwayat demam lama tidak ada Pemerik Kelainan Dekstra Sinistra
saan
Riwayat penyakit dahulu : Kel kongenital Tidak Tidak
Daun ada ada
- Riwayat keganasan pada bagian tubuh lain
telinga Trauma Tidak Tidak
tidak ada
ada ada
- Riwayat hipertensi tidak ada.
Radang Tidak Tidak
- Riwayat diabetes melitus tidak ada
ada ada
Kel. Metabolik Tidak Tidak
ada ada
Riwayat penyakit keluarga : Nyeri tarik Tidak Tidak
ada ada
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita Nyeri tekan Tidak Tidak
keganasan. tragus ada ada
Cukup lapang Cukup Cukup
Dinding (N) lapang lapang
Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan : liang Sempit - -
telinga Hiperemis Tidak Tidak
 Pasien seorang petani ada ada
 Pasien tidak merokok Edema Tidak Tidak
ada ada
 Pasien terpapar dengan pestisida sejak lebih Massa Tidak Tidak
kurang 30 tahun yang lalu ada ada
 Pasien jarang mengonsumsi ikan asin Ada / Tidak Ada Ada
Sekret/s Bau Tidak Tidak
erumen ada ada
PEMERIKSAAN FISIK Warna kekunin Kekunin
gan gan
Status Generalis Jumlah Sedikit Sedikit
Jenis Kering Kering
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis kooperatif Membran timpani


Warna Putih Putih,
Tekanan darah : 120/80 mmHg
mutiara mutiara
Utuh Reflek cahaya Ada , Ada,
Frekuensi nadi : 88 x/menit
arah arah
Frekuensi nafas : 20 x/menit jam 5 jam 7
Bulging Tidak Tidak
Suhu : afebris ada ada
Retraksi Tidak Tidak
Pemeriksaan Sistemik ada ada

Kepala : normochepal Atrofi Tidak Tidak


ada ada
Mata : konjungtiva tidak anemis, Jumlah perforasi - -
sklera tidak ikterik Jenis - -
Kwadran - -

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20178
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Perfora Pinggir - - Cukup Cukup lurus


si lurus/devi
Tanda radang Tidak Tidak asi
ada ada Septum Permukaa Licin
Mastoid Fistel Tidak Tidak n
ada ada Warna Merah muda
Sikatrik Tidak Tidak Spina Tidak ada
ada ada Krista Tidak ada
Nyeri tekan Tidak Tidak Abses Tidak ada
ada ada Perforasi Tidak ada
Nyeri ketok Tidak Tidak Lokasi - -
ada ada Bentuk - -
Rinne Negatif Negatif Ukuran - -
Permukaa - -
Tes Schwabach Sama Sama
Massa n
garpu dengan dengan
Warna - -
tala pemerik pemerik
Konsisten - -
sa sa
si
Tidak ada
Mudah - -
lateralisasi
digoyang
Weber Pengaruh - -
Kesimpulan Tidak dapat
vasokonst
disimpulkan
riktor
Audiometri -
Gambar Rinoskopi
(7/1/2016)
Anterior

Sinus paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada Rinoskopi Posterior ( sulit dilakukan, pasien tidak
kooperatif)
Rinoskopi Anterior Pemeriksaan Kelaina Dekstra Sinistra
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra n
Vestibulum Vibrise Ada Ada Koana Cukup
Radang Tidak Tidak ada lapang
ada (N)
Cukup - - Sempit
Cavum nasi lapang Lapang
Mukosa Warna
(N)
Edema
Sempit + +
Lapang - -
Lokasi Dinding Dinding Jaringa
Sekret lateral lateral n
nasal nasal granula
Jenis Serosa Serosa si
Jumlah Sedikit Sedikit Konka Ukuran
Bau - - superior
Konka Ukuran Hipertrof Hipertrofi Warna
inferior i Permuk
Warna Livid Livid aan
Permukaa Licin Licin Edema
n Adenoid Ada/
Edema Ada Ada tidak
Konka media Ukuran Sulit Sulit Muara tuba Tertutu
dinilai dinilai eustachius p secret
Warna Sulit Sulit Massa Lokasi
dinilai dinilai Ukuran
Permukaa Sulit Sulit Bentuk
n dinilai dinilai
Edema Sulit Sulit Post nasal drip
dinilai dinilai

Orofaring dan mulut

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 20179
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pemeriksaa Kelainan Dekstr Sinistra Pinggir


n a medial
Simetris/tidak Simetris Massa
Palatum Warna Merah muda Subglotis/ Massa
mole + Edem Tidak ada trakea
Arkus Bercak/eksud Sekret
at Tidak ada
Faring ada /
Dinding Warna Merah muda tidak
faring Permukaan - Sinus Massa
Ukuran T1 T1 piriformis
Warna Merah Merah Sekret
muda muda Valekulae Massa
Permukaan Licin Licin Sekret
Tonsil Muara kripti Tidak Tidak (jenisnya)
Meleba Meleba
r r Nasoendoskopi
Detritus Tidak Tidak dektra sinistra
ada ada Kavum nasi sempit sempit
Eksudat Tidak Tidak Konka inferior edema Edema
ada ada Warna KI Merah muda Merah
Perlengketan Tidak Tidak muda
dengan pilar ada ada Konka media eutrofi Eutrofi
Warna Merah Merah Meatus media terbuka Terbuka
Peritonsil muda muda Sekret (+) serosa (+) serosa
Edema Tidak Tidak Krusta - -
Septum deviasi - -
ada ada
Nasofaring Massa (+) Massa (+)
Abses Tidak Tidak
ada ada
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
Lokasi Tidak
ada  Dextra I : tidak terlihat pembesaran KGB
Tumor Bentuk - leher, tanda radang (-).
Ukuran - P :tidak teraba pembesaran KGB
Permukaan - leher, nyeri tekan (-)
Konsistensi -
Gigi Karies/Radiks - -  Sinistra I : tidak terlihat pembesaran KGB
Kesan - leher, tanda radang (-).
Warna Merah muda P :teraba tidak teraba pembesaran
Bentuk Normal KGB leher, nyeri tekan (-)
Lidah Deviasi Tidak ada
Massa Tidak ada Pemeriksaan penunjang

Laringiskopi Indirek  Laboratorium (8/9/2017)


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Parameter Hasil
Epiglotis Bentuk Tenang Tenang Hb 14,5 g/dl
Warna Merah Merah leukosit 10.310 /mm3
muda muda trombositt 375.000/mm3
Edema Tidak Tidak ht 41%
ada ada PT 9,8 dtk
Pinggir Rata Rata APTT 28,4 dtk
rata/ GDS 90 mg/dl
tidak Ureum 39 mg/dl
Kreatinin 0,8 mg/dl
Massa Tidak Tidak
Natrium 129 mmol/L
ada ada
Kalium 2,9 mmol/L
Aritenoid Warna
Klorida 88 mmol/l
Edema
SGOT 45 u/l
Massa
SGPT 28 u/l
Gerakan
Alkali 68 u/l
Ventrikular Warna
fosfatase
band
Kesan: leukositosis, hiponatremi, hipokalemi,
Edema
Massa Cl , SGOT ↑
Plika vokalis Warna
Gerakan Hasil CT Scan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 201710
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Quo ad functionam : dubia ad malam

Quo ad sanationam : dubia ad malam

Diskusi

Dilaporkan seorang pasien perempuan


berusia 42 tahun datang RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tanggal 27 September 2017 dengan diagnosis
suspek karsinoma nasofaring. Karsinoma nasofaring
(KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah
nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller
dan atap nasofaring.4

Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala


yang hilang timbul sejak 8 bulan yang lalu. Nyeri
kepala dapat disebabkan oleh banyak hal, yaitu nyeri
kepala primer; nyeri kepala sekunder seperti tumor
intrakranial, penyakit pada THT, mata, gangguan
serebrovaskular, dan lain-lain; kemudian nyeri kepala
karna gangguan psikis.14 Pada pasien ini, keluhan
tidak berkurang setelah diobati di bagian neurologi dan
juga diikuti dengan keluhan telinga berdenging. Hal ini
dapat dicurigai nyeri kepala berhubungan dengan
THT.

Pada pasien kanker nasofaring, keluhan


pada telinga timbul karena biasanya tumor tumbuh
didekat muara tuba eustachius, sehingga timbul gejala
10
tinitus dan telinga terasa penuh. Hal tersebut sesuai
dengan keluhan yang dirasakan oleh pasien ini.

Pasien juga mengeluhkan pipi kanan terasa


kebas. Pada karsinoma nasofaring, dapat tejadi gejala
saraf seperti pada pasien ini akibat parese nervus V
cabang I. 10

Penglihatan ganda lebih kurang 7 bulan yang


Pemeriksaana Anjuran :
lalu, hal ini dapat terjadi karena kelumpuhan III, IV, VI
- Biopsi yang penjalarannya melalui foramen laserum yang
mengalami lesi akibat perluasan tumor, seperti pada
Diagnosis : suspek tumor nasofaring
tumor nasofaring. Selain itu pasien juga ptosis yang
Diagnosis banding: limfoma dapat tejadi akibat parese nervus III. 10
Diagnosis tambahan: -

Tatalaksana:

- MST 1x1
- Vit. B komplek 2x1
Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad malam

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 201711
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Dinding tumor biasanya rapuh karena terjadi karna adanya gejala endokrin paraneuplastik
kekurangan suplai darah sehingga mudah terjadi pada pasien kanker ketika sel kanker menghasilkan
perdarahan. Hal inilah mungkin penyebab epistaksis homon atau peptida yang menyebabkan gangguan
pada pasien ini. Epistaksis merupakan salah satu metabolik.15
10
gejala nasofaring. Pasien pernah mengalami
Tatalaksana pasien ini yaitu dengan
pingsan 10 hari yang lalu, kemungkinan disebabkan
pemberian MST dan Vit.B komplek untuk gejala
peluasan tumor ke intakanial.
simptomatik sambil menunggu hasil biopsi unuk
Penurunan berat badan ada dari 45 kg tatalaksana lebih lanjut.
menjadi 39 kg dalam 6 bulan terakhir. Keadaan
DAFTAR PUSTAKA
tersebut merupakan salah satu gejala paraneoplastik
pada seseorang yang menderita keganasan. Pasien 1. Firdaus, M.A & Prijadi, J. 2013. Kemoterapi
adalah seorang petani dan sudah tepapar pestisida Neoadjuvan pada Karsinoma Nasofaring. Diakses
dari www.repository.unand.ac.id pada tanggal 30
sjak 30 tahun yang lalu. Pestisida merupakan salah September 2017 pukul 22.00 WIB
satu variabel yang berhubungan secara langsung 2. Maulana A.S dkk. 2010. Kasus Karsinoma
terjadinya carsinoma nasoaring. 13 Nasofaring di RSD dr. Soebandi Jember Periode
2009-2010. Jember: Fakultas Kedokteran
Universitas Jember
Pada pemeriksaan fisik ditemukan, 3. Adams GL, Boeis LR, dan Higler PH. Boies : Buku
pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan kavum nasi Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. 2015.
4. Chua MLK, Wee JTS, Hui EP. 2015.
dextra dan sinistra sempit. Sekret sedikit pada dinding Nasopharingeal carcinoma.
lateral nasal dextra dan inistra. Konka inferior dextra http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(15)00055-0.
Diunduh pada 1 Oktober 2017.
dan sinistra tampak hipertrofi berwarna livid, 5. Roezin A & Adham M. 2012. Karsinoma
permukaan licin dan udema.Pada rinoskopi posterior, Nasofaring, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher, Balai Penerbit
sulit dinilai. Diagnosis karsinoma nasofaring dapat FK-UI, Edisi Ketujuh, Jakarta, pp.158-163
ditegakkan berdasarkan hasil biopsi. Namun pada 6. Kamran SC, Riaz NR, Lee N. 2015.
pasien ini biopsi di RSAM hanya menunjukkan Nasopharingeal carcinoma.
http://dx.doi.org/10.1016/j.soc.2015.03.008.
displasia ringan, sehingga dibutuhkan pemeriksaan Diunduh pada 1 Oktober 2017.
ulang di RSUP DR M.Djamil untuk menentukan terapi 7. Ariwibowo H. 2013. Faktor Risiko Karsinoma
Nasofaring. CDK-204. Vol. 40. No. 5.
lebih lanjut. Pemeriksaan CT-scan kepala di RSAM 8. Ryan M dan Permana PH. 2016. Case Report:
Bukittinggi ditemukan massa pada nasofaring dextra Karsinoma Nasofaring. Bagian THT-KL RSUP dr.
M Djamil Fakultas Kedokteran Universitas
pasien ini. Pemeriksaan nasoendoskopi menunjukkan Andalas.
bahwa tampak massa pada nasofaring. Jadi, dari 9. Wijaya FO, Soeseno B. Deteksi Dini dan
Diagnosis Karsinoma Nasofaring. Departemen
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeiksaan Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok
penunjang, dapat ditegakkan suspek kanker Bedah Kepala Leher. Universitas Padjadjaran.
2017:44(7).
nasofaring.
10. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Pada pasien ini tidak ditemukan pembesaran Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas
KGB leher, hal tersebut menunjukkan bahwa belum Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2012.
11. Hui EP, Chan ATC. The Evolving Role Of
ada metastasis regional. Pada karsinoma nasofaring Systemic Therapy In Nasopharyngeal Carcinoma:
yang sudah melibatkan KGB biasanya akan ditemukan Current Strategies And Perspectives. Dalam:
Busson P. Nasopharyngeal Carcinoma. Keys For
pembesaran KGB leher pada level II.10 Translational Medicine And Biology. Springer.
2013
Hasil CT Scan kepala pada pasien ini 12. American Cancer Society. Survival Rates for
menunjukkan adanya massa di daerah nasofaring. Hal Nasopharyngeal Cancer By Stage. 2016.
13. Auseam, Alex, Sergio RdM, Mrily C. 2012.
tersebut semakin mengarahkan bahwa terdapat suatu Analysis of nasopharyngeal carcinoma risk factors
tumor didaerah nasofaring. with Bayesian networks. Artificial Intelligence in
Medicine: page 53– 62.
Hasil laboratorium pada pasien ini 14. Aulina, Susi, Kurnia B, Jumraini T, Faisal I. 2016.
Modul Problem Based Learning Nyeri Kepala.
menunjukkan hipokalemi dan hiponatremi. Hal ini Fakultas Kedokteran Univeritas Hasanuddin :

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode September-Oktober 201712
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Makasar
15. Arleen N, Suryatenggara, Dalima A, Astrawinata.
2012. Sindrom Hormon Antidiuretik Berlebih
dalam Indonesian Journal of Clinical Pathology
and Medical Laboratory. Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Klinik Indonesia : Surabaya.
Vol 18 No 22

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)

Вам также может понравиться