Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Atresia esophagus merupakan suatu kelainan congenital dimana esophagus tidak
terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan
terbentuknya hubungan antara esophagus dengan trakea yang disebut fistula
trakeaoesophageal (Tracheoesophageal Fistula/ TEP). Fistula trakeoesofageal (TEF) dan
esophagus atresia (EA) adalah darurat bedah, menyajikan selama pertama saat setelah lahir.
Thomas Gibson adalah yang pertama, yang di 1696 dijelaskan deskrips klinis dan patologis
yang akurat dari anomali yang paling umum, di mana EA dikaitkan dengan TEF. Pada saat
itu penyakit ini dianggap sebagai yang fatalkondisi, yang merupakan tidak fatal lagi
sekarang hari. Utama terobosan terjadi pada tahun 1941, ketika ahli bedah Amerika
Cameron Haight dicapai bertahan hidup dengan sukses anastomosing dua ujung
kerongkongan dan dengan demikian mengatasi obstruksi pada saluran gastro-intestinal.
Prematuritas merupakan hal umum dan lebih dari 50% penderita disertai dengan
beragai kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, kelainan traktus urinarius dan
kelainan traktus gastrointestinal atresi esophagus ataupun fistula trakeoesofageal ditangani
dengan tindakan bedah. Diagnosis ini harus diperhatikan pada setiap neonatus yang
mengeluakan banyak mucus dan saliva, dengan atau tanpa tanda-tanda gangguan
pernapasan.
Atresia esophagus (AE) merupakan kelainan congenital yang ditandai dengan tindak
menyambungnya esophagus bagian proksimal dengan esophagus bagian distal. AE dapat
terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE), yaitu kelainan congenital dimana terjadi
persambungan abnormal antara esophagus dengan trakea.
Atresia Esophagus (AE) merupakan kelaianan kongenital yang cukup sering dengan
insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup.1 Insidensi AE di
Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi bervariasi dari
0,4 – 3,6 per 10.000 kelahiran hidup.2 Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1 kasus
dalam 2500 kelahiran hidup.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Esophageal atresia ?
b. Apa epidemologi Esophageal atresia?

c. Apakah etiologi dari Esophageal atresia?


d. Apa saja klasifikasi Esophageal atresia?
e. Apakah Manifestasi klinis Esophageal atresia?
f. Apa diagnosis dari Esophageal atresia?
g. Apa komplikasi dari Esophageal atresia?
h. Apa patofisiologi Esophageal atresia?
i. Apa saja penatalaksanaan Esophageal atresia?
j. Apakah pengobatan untuk Esophageal atresia?
k. Bagaimana Web of Caution Esophageal atresia?
l. Bagaimana Asuhan keperawatan Esophageal atresia?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari Esophageal atresia
b. Untuk mengetahui epidemologi Esophageal atresia

c. Untuk mengetahui etiologi dari Esophageal atresia


d. Untuk mengetahui klasifikasi Esophageal atresia
e. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Esophageal atresia
f. Untuk mengetahui diagnosis dari Esophageal atresia
g. Untuk mengetahui komplikasi dari Esophageal atresia
h. Untuk mengetahui patofisiologi Esophageal atresia
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan Esophageal atresia
j. Untuk mengetahui pengobatan untuk Esophageal atresia
k. Untuk mengetahui Web of Caution Esophageal atresia
l. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Esophageal atresia
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definsi Esophageal Atrhisia/ Atrisia Esofagus


Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang
atau muara (buntu), pada esofagus. Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung
esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah
berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan
fistula). Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus
untuk mengadakan pasase yang kontinyu. Esophagus mungkin saja membentuk
sambungan dengan trachea (fistula trakheaesofagus).(Wong, Donna L. 2003: 512)

Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus.


Atresia esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan
gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).

Atresia esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan esofagus


untuk mengadakan pasase yang kontinu : esophagus mungkin saja atau mungkin juga tidak
membentuk sambungan dengan trakea ( fistula trakeoesopagus) atau atresia esophagus
adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung
selama perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitu bila sebuah segmen
esofagus mengalami gangguan dalam pertumbuhan nya (congenital) dan tetap sebagai
bagian tipis tanpa lubang saluran.

Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus.
Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain seperti
penyakit jantung congenital. Untuk alasan yang tidak diketahui esophagus dan trakea gagal
untuk berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan kelima.
Atresia Esofagus termasuk kelompok kelainan kongenital terdiri dari gangguan kontuinitas
esofagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trachea.

2.2 Epidemiologi Atresia Esophagus

insiden dari Atresia Esofagus berkisar 1:3000-4500 dari kelahiran hidup, angka ini
makin lama makin menurun dengan sebab yang belum diketahui. Atresia Esofagus 2-3
kali lebih sering pada janin yang kembar. Kecenderungan peningkatan jumlah kasus
atresia esophagus tidak berhubungan dengan ras tertentu. Namun dari suatu penelitian
didapatkan bahwa insiden atresia esophagus paling tinggi ditemukan pada populasi kulit
putih (1 kasus per10.000 kelahiran) dibanding dengan populasi non-kulit putih (0,55 kasus
per 10.000 kelahiran).

Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan untuk mendapatkan kelainan atresia esophagus. Rasio kemungkinan untuk
mendapatkan kelainan esophagus antara laki-laki dan perempuan adalah sebesar 1,26:1.
Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus adalah kelainan kongenital pada neonatus
yang dapat didiagnosis pada waktu-waktu awal kehidupan. Beberapa penelitian
menemukan insiden atresia esophagus lebih tinggi pada ibu yang usianya lebih muda dari
19 tahun dan usianya lebih tua dari 30 tahun, dimana beberapa penelitian lainnya juga
mengemukakan peningkatan resiko atresia esophagus terhadap peningkatan umur ibu.
2.3 Etiologi Atresia Esophagus

Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan
terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2 % jika
salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan
dengan sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini,
teori tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi
berhubungan dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih
terus berlanjut.

Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan esophagus dapat
terganggu. Jika pemisahan trekeoesofageal tidak lengkap maka fistula trakeoesofagus akan
terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu sel bagian depan dan
belakang maka trakea akan membentuk atresia esophagus.

Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus sering ditemukan ketika bayi


memiliki kelainan kelahiran seperti :

 Trisomi
 Gangguan saluran pencernaan lain (seperti hernia diafragmatika, atresia
duodenal, dan anus imperforata).
 Gangguan jantung (seperti ventricular septal defect, tetralogifallot, dan patent
ductus arteriosus).
 Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau horseshoe
kidney, tidak adanya ginjal,dan hipospadia).
 Gangguan Muskuloskeletal
 Sindrom VACTERL (yang termasuk vertebr, anus, candiac,
tracheosofagealfistula, ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening).
 Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esophagus memiliki
kelainan lahir

Atresia Esophagus dapat disebababkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
 Faktor obat => Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital
yaitu thali domine .
 Faktor radiasi => Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat
menimbulkan kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi
pada gen
 Faktor gizi
 Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing –
masing menjadi esopagus dan trachea.
 Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan terjadinya
atresia.
 Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi
fistula trachea esophagus
 Tumor esophagus.
 Kehamilan dengan hidramnion
 Bayi lahir prematur,

Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada alasan
yang tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi dengan tepat
selama gestasi pada minggu ke empat dan ke lima.

2.4 Klasifikasi Atresia Esophagus

Terdapat variasi dalam atresia esofagus berdasar klasifikasi anatomi. Menurut Gross of
Boston, variasi atresia esofagus beserta frekuensinya adalah sebagai berikut:1

 Tipe A – atresia esofagus tanpa fistula atau atresia esofagus murni (10%)
 Tipe B – atresia esofagus dengan TEF proksimal (<1%)
 Tipe C – atresia esofagus dengan TEF distal (85%)
 Tipe D – atresia esofagus dengan TEF proksimal dan distal (<1%)
 Tipe E – TEF tanpa atresia esofagus atau fistula tipe H (4%)
 Tipe F – stenosis esofagus kongenital (<1%)
Gambar 2.1 Variasi Atresia Esofagus

2.5 Manifestasi Klinis Atresia Esophagus

Tanda dan gejala Atresia Esofagus yang mungkin timbul:

 Batuk ketika makan atau minum


 Bayi menunjukkan kurangnya minat terhadap makanan atau ketidakmampuan untuk
menerima nutrisi yang cukup (pemberian makan yang buruk
 Gelembung berbusa putih di mulut bayi
 Memiliki kesulitan bernapas
 Memiliki warna biru atau ungu pada kulit dan membran mukosa karena kekurangan
oksigen (sianosis)
 Meneteskan air liur
 Muntah-muntah
 Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan
frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa
kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus. Bila kateter
terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
 Bila Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di curigai terdapat
atresia esofagus.
 Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi
cairan kedalam jalan nafas.
 Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena
itu bayi sering sianosis

2.6 Diagnosis Atresia Esophagus

Atresia Esophagus dapat di diagnosa dari beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :

 Biasanya disertai denga hydra amnion (60 %) dan hal ini pula yang menyebabkan
kenaikan frekuensi bayi ang lahir premature. Sebaliknya bila dari ananese ditetapkan
keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidraamnion, hendakla dilakukan
kateterisasiesofagus dengan kateter pada jarak kurang dari 10 cm , maka harus didiga
adanya atresia esophagus.
 Bila pada bayi baru lahir timbul sesak napas yang disertai air liur meleleh keluar, harus
dicurigai adanya atresia esfagus.
 Segera setalah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspiasi
cairan kedam jalan nafas.
 Dianosis pasti dapat dibuat denga foto toraks yang akan menunjukkan gambaran kateter
terhenti pada tempat atresia. Pemberian kontras kedalam esophagus dapat memberikan
gambaran yang lebih pasti, tapi cara ini tidak dianjurkan.
 Perlu dibedakan pada pemeriksaan fisis apakah lambung terisi udara atau kosong untuk
menunjang atau menyingkirkan terdapatnya fistula trakeoesofagus. Hal ini dapat terlihat
pada foto abdomen.

2.7 Komplikasi Atresia Esophagus

Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia


esofagus dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :

a) Dismotilitas esophagus => Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin


esophagus. Berbagai tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi
ini terlihat saat bayi sudah mulai makan dan minum.
b) Gastroesofagus refluk => Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana
mengalami gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam
lambung naik atau refluk ke esophagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat
(medical) atau pembedahan.
c) Trakeo esogfagus fistula berulang => Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan
seperti ini.
d) Disfagia atau kesulitan menelan => Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat
esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk
tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
e) Kesulitan bernafas dan tersedak => Komplikasi ini berhubungan dengan proses
menelan makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
f) Batuk kronis => Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia
esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
g) Meningkatnya infeksi saluran pernafasan => Pencegahan keadaan ini adalah dengan
mencegah kontakk dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan
tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.

2.8 Patofisiologi Atresia Esophagus

Biasanya Trakea dan Kerongkongan sepenuhnya lumen terpisah dengan ada


hubungan antara mereka. Oleh karena itu, anak dapat makan dengan baik tanpa pernapasan
apapun distress dan masalah dalam makan

Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion dengan efektif.
Pada janin dengan atresa esofagus dan TEF distal, cairan amnion akan mengalir menuju
trakea, ke fistula kemudian menuju usus. Akibat dari hal ini dapat terjadi polihidramnion.
Polihidramnion sendiri dapat menyebabkan kelahiran prematur. Janin seharusnya dapat
memanfaatkan cairan amnion, sehingga janin dengan atresia esofagus lebih kecil daripada
usia gestasinya.

Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan menghasilkan banyak
air liur. Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila terjadi aspirasi susu, atau liur. Apabila
terdapat TEF distal, paru-paru dapat terpapar asam lambung. Udara dari trakea juga dapat
mengalir ke bawah fistula ketika bayi menangis, atau menerima ventilasi. Hal ini dapat
menyebabkan perforasi gaster akut yang seringkali mematikan. Penelitian mengenai
manipulasi manometrik esofagus menunjukkan esofagus distal seringkali dismotil, dengan
peristaltik yang jelek atau anpa peristaltik. Hal ini akan menimbulkan berbagai derajat
disfagia setelah manipulasi yang berkelanjutan menuju refluks esofagus.

Trakea juga terpengaruh oleh gangguan embriogenesis pada atresia esofagus.


Membran trakea seringkali melebar dengan bentuk D, bukan C seperti biasa. Perubahan ini
menyebabkan kelemahan sekunder ada struktur anteroposterior trakea atau trakeomalacia.
Kelemahan ini akan menyebabkan gejala batuk kering dan dapat terjadi kolaps parsial pada
eksirasi penuh. Sekret sulit untuk dibersihkan dan dapat menjurus ke pnemona berulang.
Trakea juga dapat kolaps secara parsial ketika makan, setelah manipulasi, atau ketika
terjadi refluks gastroesofagus; yang daat menjurus ke kegagalan nafas; hipoksia, bakan
apnea.

Menurut Price, Sylvia A. 2005. Atresia esophagus merupakan penyakit pada bayi baru
lahir dan merupakan kelainan bawaan. Resiko tinggi terhadap atresia esophagus yaitu bayi
baru lahir secara premature dan menangis terus disertai batuk-batuk sampai adanya
sianosis. Malformasi struktur trakhea menyebabkan bayi mengalami kesulitan dalam
menelan serta bayi dapat mengalami aspirasi berat apabila dalam pemberian makan tidak
diperhatikan.

Pada perkembangan jaringan,terjadi gangguan pemisahan antara trakhea dan esopagus


pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 kehidupan embryonal. Resiko tinggi dapat terjadi
pada ibu hamil dengan hidramnion yaitu amniosentesis harus dicurigai. Bayi dengan
hipersalivasi ; berbuih, sulit bernafas, batuk dan sianosis. Tindakan pembedahannya segera
dilakukan pembedahan torakotomi kanan retro pleural.

2.9 Penatalaksanaan pada Atresia Esophagus

A. Tindakan Sebelum Operasi

Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk bayi
baru lahir mulai umur 1 hari antara lain :

a. Cairan intravena mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.


b.Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena.
c. Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine dengan
posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45o.
d.NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction rutin.
e. Monitor vital signs.

Pada bayi premature dengan kesulitan benapas, diperlukan perhatian khusus. Jelas
diperlukan pemasangan endotracheal tube dan ventilator mekanik. Sebagai tambahan, ada
resiko terjadinya distensi berlebihan ataupun rupture lambung apabila udara respirasi
masuk kedalam lambung melalui fistula karena adanya resistensi pulmonal. Keadaan ini
dapat diminimalisasi dengan memasukkan ujung endotracheal tube sampai kepintu masuk
fistula dan dengan memberikan ventilasi dengan tekanan rendah.

Echochardiography atau pemerikksaan EKG pada bayi dengan atresia esophagus


penting untuk dilakukan agar segera dapat mengetahui apabila terdapat adanya kelainan
kardiovaskular yang memerlukan penanganan segera.

B. Tindakan Selama Operasi

Pada umumnya operasi perbaikan atresia esophagus tidak dianggap sebagai hal
yang darurat. Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi premature dengan gangguan
respiratorik yang memerlukan dukungan ventilatorik. Udara pernapasan yang keluar
melalui distal fistula akan menimbulkan distensi lambung yang akan mengganggu fungsi
pernapasan. Distensi lambung yang terus-menerus kemudian bisa menyebabkan rupture
dari lambung sehingga mengakibatkan tension pneumoperitoneum yang akan lebih lagi
memperberat fungsi pernapasan.

Pada keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan
melakukan ligasi terhadap fistula trakeaesofageal dan menunda tindakan thoratocomi
sampai masalah gangguan respiratorik pada bayi benar-benar teratasi. Targetnya ialah
operasi dilakukan 8-10 hari kemuudian untuk memisahkan fistula dari memperbaiki
esophagus. Pada prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki abnormalitas
anatomi.

Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan akses vaskuler


yang baik dan menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga tidak
menybabkan distensi lambung. Bronkoskopi pra-operatif berguuna untuk mengidentifikasi
dan mengetahui lokasi fistula.

Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada
untuk dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada H-fistula, operasi dilakukan
melalui leher karena hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiiki esophagus. esophagus.

Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan
dijahit kemudian dibuat anastomisis esophageal antara kedua ujung proximal dan distal
dan esophagus.

Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir selalu jarak antara
esofagus proksimal dan distal dapat disambung langsung ini disebut dengan primary
repairyaitu apabila jarak kedua ujung esofagus dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3,6
ruas vertebra, dilakukan delaved primary repair. Operasi ditunda paling lama 12 minggu,
sambil dilakukan cuction rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy, maka jarak
kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian dilakukan primary repair. Apabiila jarak
kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas vertebra, maka dijoba dilakukan tindakan diatas,
apabila tidak bisa juga makaesofagus disambung dengan menggunakan sebagai kolon.

C. Tindakan Setelah Operasi

Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara
rutin. Selang kateter untuk suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan
mengenai bekas operasi tempat anastomisis agar tidak menimbulkan kerusakan. Setelah
hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.

Pemberian minum baik oral/enteral merupakan kontra indikasi mutlak untuk bayi
ini. Bayi sebaiknya ditidurkan dengan posisi “prone”/ telungkup, dengan posisi kepala 30o
lebih tinggi. Dilakukan pengisapan lendir secara berkala, sebaiknya dipasang sonde
nasogastrik untuk mengosongkan the blind-end pouch. Bila perlu bayi diberikan dot agar
tidak gelisah atau menangis berkepanjangan.
2.10 Pengobatan pada Atresia Esophagus

Penderita atresia esophagus seharusnya ditengkurapkan untuk mengurangi


kemungkinan isi lambung masuk ke dalam paru-paru. Kantong esophagus harus secara
teratur dikosongkan dengan pompa untuk mencegah aspirasi sekret. Perhatian yang cermat
harus diberikan terhadap pengendalian suhu, fungsi respirasi dan pengelolaan anomaly
penyerta kadang-kadang, kondisi penderita mengharuskan operasi tersebut dilakukan
secara bertahap:

Tahap pertama biasanya adalah pengikatan fistula dan pemasukan pipa gastrotomi
untuk memasukkan makanan,

Tahap kedua adalah anastomosis primer, makanan lewat mulut biasanya dapat
diterima. Esofagografi pada hari ke 10 akan menolong menilai keberhasilan anastomosis.
Malformasi struktur trakhea sering ditemukan pada penderita atresia dan fistula esophagus.
Trakeomalasia, pneumonia aspirasi berulang, dan penyakit saluran nafas reaktif sering
ditemukan. Perkembangan trakheanya normal jika ada fistula, stenosis esophagus dan
refluks gastroesofagus berat lebih sering pada penderita ini.
2.11 WOC Atresia Esophagus

Kelainan Bawaan

Atresia Esofagus Faktor lain : - Factor gen


Kerongkongan Buntu - Defisiensi vitamin
- Obat-obatan
- Alcohol
- Paparan virus
- Bahan kimia

MK :
Udara mengalir Kesulitan menelan Mengeluarkan air liur
Ansietas
ke fistula
MK : Pneumonia aspirasi
Gangguan
Gaster perforasi akut Menelan

Reflux gastrofageal Perut kembung Pneumonia berulang Batuk, sesak


nafas membuncit
Anoreksia
Kegagalan nafas MK :
- Ketidakefektifan pola nafas
Sianosis MK : Ketidakefektifan
MK : - Ketidakefetifan bersihan jalan
pola nafas
Ketidakseimbangan nafas
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ESOFAGUS

I. Pengkajian

Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah berdasarkan tahapan-
tahapan pada proses keperawatan. tahap pengkajian merupakan tahap awal, disini perawat
mengumpulkan semua imformasi baik dari klien dengan cara observasi dan dari keluarganya.
Lakukan penkajian bayi baru lahir.observasi manipestasi atresia esophagus dan fistula.
Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat, sianosis, apneu.

1. Lakukan pengkajian pada bayi baru lahir


 Saliva berlebihan dan mengiler
 Tersedak
 Sianosis
 Apnea
 Peningkatan distres pernapasan setelah makan
 Distensi abdomen
2. Observasi, Manifestasi atresia esofagus
3. Bantu dengan prosedur diagnostik misalnya : Radiografi dada dan abdomen, kateter
dengan perlahan dimasukkan kedalam esofagus yang membentuk tahanan bila lumen
tersebut tersumbat.
4. Pantau dengan sering tanda-tanda distres pernapasan
5. Laringospasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantung
buntu

II. Diagnosa Keperawatan


a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara
esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
b. Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, dan ketidaknyamanan
c. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
III. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
NO Diagnosa Keperawtan Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1 Bersihan jalan napas tidak NOC NIC
efektif berhubungan dengan  Respiratory status:
Airway suction
lubang abnormal antara ventilation
 Pastikan kebutuhan oral/tracheal
esophagus dan trakea atau  Respiratory status:
suctioning
obstruksi untuk menelan airway patency
 Auskultasi suara nafas sebelum dan
sekresi. Kriteria hasil:
sesudah suctioning
 Mendemonstrasikan
 Informasikan pada klien dan
bentuk efektif dan
keluarga rentang suction
suara nafas yang
 Minta klien nafas dalam sebelum
bersih, tidak ada
suction dilakukan
sianosis dan
 Berikan O2 dengan menggubakan
dyspnea (mampu
nasal untuk memfasilitasi suction
mengeluarkan
nasotrakeal
sputum, mampu
 Monitor status oksigen pasien
bernafas dengan
 Ajarkan keluarga bagaimana cara
mudah , tidak ada
melakukan suksion
pursed lips)
 Menunjukkan jalan  Hentikan suksion dan berikan

nafas yang oksigen apabila pasien menunjukkan

paten(klien tidak bradikardi, peningkatan saturasi

merasa tercekik, O2,dll.

frekuensi Airway Management

pernafasan dalam  Buka jalan nafas,gunakan teknik

rentang normal, chin lift atau jaw thrust bila perlu

tidak ada suara  Posisikan pasien untuk

nafas abnormal) memaksimalkan ventilasi


 Mampu  Identifikasi pasien perlunya
mengidentifikasi pemasangan alat jalan nafas buatan
dan mencegah  Pasang mayo bila perlu
factor yang dapat  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
menghambat jalan  Keluarkan secret dengan batuk atau
nafas suction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
 Lakukan suction pada mayo
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara kassa basah
NaCl lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
 Monitor respirasi dan status O2
2 e. Ansietas NOC NIC
berhubungan
 Anxiety self control  Gunakan pendekatan yang
dengan kesulitan
 Anxiety level menenangkan pasien
menelan, dan
Kriteria Hasil  Nyatakan dengan jelas harapan
ketidaknyamanan
terhadap pelaku pasien
 Klien mampu
mengidentifikasi pasien  Jelaskan semua prosedur dan apa yang

dan mengungkapkan dirasakan selama prosedur

gejala cemas  Pahami prespektif pasien terhadap

 Mengidentifikasi, situasi stree

mengungkapkan dan  Temani pasien untuk memberikan

menunjukkan teknik kenyamanan dan megurangi takut

untuk mengontrol cemas


 Vital sign dalam batas
normal
 Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
3 Gangguan menelan NOC NIC
berhubungan dengan  Pencegahan aspirasi
Aspiration Precautions
obstruksi mekanis  Ketidakefektifan
polamenyusui
 Memantau tingkat kesadaran, reflex
 Statusmenelan:
batuk, reflex muntah, dan
tindakan pribadi untuk
kemampuan menelan
mencegah pengeluaran
 Memonitor status paru
cairan dan partikel
 Menjaga/mempertahanakan jalan
padat kedalam paru
nafas
 Status menelan: fase
 Posisi tegak 90 derajat atau sejauh
esophagus: penyaluran
mungkin
cairan atau partikel
 Jauhkan manset trake meningkat
padat dari faring ke
 Jauhkan pengaturan hisap yang
lambung
tersedia
 Status menelan: fase
 Menyuapkan makanan dalam jumlah
oral: persiapan,
kecil
penahanan,dan
 Periksa penempatan tabung NG atau
pergerakan cairan atau
gastrotomy sebelum menyusui
partikel padat kearah
posterior dimulut  Periksa tabung NG atau gastrotomy

 Status menelan: fase sisa sebelum makan

faring: penyaluran  Hindari makan, jika residu tinggi

cairan dan partikel tempat “pewarna” dalam tabung

padat dari mulut ke pengisi NG

esophagus
Kriteria Hasil:  Hindari cairan atau menggunakan
 Dapat zat pengental
mempertahankan  Penawaran makanan atau cairan
makanan didalam dapat dibentuk menjadi bolus
mulut sebelum menelan
 Kemampuan menelan  Potong makanan menjadi potongan
adekuat kecil
 Pengiriman bolus ke  Permintaaan obat dalam bentuk
hipofaring selaras mujarab
dengan reflex  Istirahat atau menghancurkan pil
menelan sebelum pemberian
 Kemampuan untuk  Jauhkan kepala tempat tidur atau
mengosongkan ditinggikan 30-45 menit stelah
rongga mulut makan
 Mampu mengontrol  Sarankan pidato/berbicara sesuai
mualdan muntah
patologi berkonsultasi
 Imobilitas
 Sarankan barium menelan kue atau
konsekuensi:
video fluoroskopi
fisiologis
 Pengetahuan tentang
prosedur pengobatan
 Tidak ada kerusakan
otot tenggorokan atau
otot wajah, menelan,
menggerakkan lidah,
atau reflex muntah
 Pemulihan pasca
prosedur pengobatan
 Kondisi pernafasan,
ventilasi adekuat
 Mampu melkaukan
perawatan terhadap
non pengobatan
parenteral
 Mengidentifikasi
factor emosi atau
psikologis yang
menghambat
menelan
 Dapat mentolerasnsi
ingesti makanan
tanpa tersedak atau
aspirasi
 Menyusui adekuat
 Kondisi menelan bayi
 Memelihara kondisi
gizi: makanan dan
asupan cairan ibu dan
bayi
 Hidrasi tidak
ditemukan
 Pengetahui mengenai
cara menyusui
 Kondisi pernafasan
adekuat
 Tidak terjadi
gangguan neurologis
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang darikebutuhan tubuh
 Nutritional status: food Nutrition Management
and fluid  Kaji adanya alergi mnakanan
berhubungan dengan  Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
anoreksia  Nutritional status: menentukan jumlah kaloriu dan nutrisi
nutrient intake yang dibutuhkan pasien
 Weight control  Anjurkan pasien untukmeningkatkan
Kriteria hasil: intake Fe
 Adanya peningkatan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
berat badan sesuai intake protein dan vitamin
dengantujuan  Berikan substansi gula
 Berat badan ideal sesuai  Yakinkan diet yang dimakan
dengan tinggin badan mengandung serat untukmecegah
 Mampu konstipasi
mengidentifikasi  Brikan makanan yang terpilih(sudah
kebutuhan nutrisi konsultasi dengan ahli gizi)
 Tidak ada tanda-tanda
 Ajarkan pasien bagaiaman membuat
malnutrisi catatan makanan harian
 Menunjukkan
 Monitor jumlah nutrisi dankandungan
peningkatan fungsi
kalori
pengecapan dan
 Berikan informasi tentang kebutuyhan
menelan
nutrisi
 Tidak terjadi penurunan
 Kaji kemampuanpasien untuk
berat badan yang berarti
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan BB
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yangbiasa dilakukan
 Monitor interaksi anak atau orang
tua selama makan
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
 Monitor kulit kering danperubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekringan,rambut kusam
dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin,total
protein,HB, Dan kadar Ht
 Monitor pertumbuhan
danperkembangan
 Monitor pucat,kemerahan,dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori danintake nmutrisi
 Catat adanya
edema,hiperemik,hipertonik,papilla
lidah, dan cavitas oral
 Catat bila lidah
berwarnamagenta,scarlet

IV. EVALUASI

Pada tahap ini perawat mengkaji kembali hal-hal pernah dilakukan, berdasarkan pada kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Apabila terdapat masalah–masalah klien yang belum teratasi, perawat
hendaknya mengkaji kembali hal–hal yang berkenaan dengan masalah tersebut dan kembali
melakukan intrvensi keperawatan.
Sebaliknya bila masalah klien telah teratasi maka perlu dilakukan pengawasan dan pengontrolan
yang teratur untuk mencegah timbulnya serangan atau gejala – gejala yang memicu terjadinya
serangan

Вам также может понравиться