Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dan paling sering bermanifestasi di paru. Mikrobakterium ini
ditransmisikan melalui droplet di udara, sehingga seorang penderita tuberkulosis paru merupakan
sumber penyebab penularan tuberkulosis paru pada populasi di sekitarnya Tuberkulosis atau TB
paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob
yang dapat hidup terutama diparu atau diberbagai organ tubuh lainnya.TB paru dapat menyebar
ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe dan lainnya
(Smeltzer&Bare, 2015).
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita TB Paru
dengan kematian 3 juta orang.Di Negara berkembang, kematian karena TB merupakan 25% dari
seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penderita TB berada di
Negara berkembang dan 75% penderita TB adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun).
WHO menyatakan bahwa setiap detik satu orang terinfeksi TB dan setiap sepuluh detik satu
orang meninggal karena TB. (Bambang Ruswanto,2010).
Beberapa negara berkembang di dunia, 10 sampai 15% dari morbiditas atau kesakitan
berbagai penyakit anak dibawah umur 6 tahun adalah penyakit TB paru. Saat ini TB paru
merupakan penyakit yang menjadi perhatian global, dengan berbagai upaya pengendalian yang
dilakukan insidens dan kematian akibat TB paru telahmenurun, namun TB paru diperkirakan
masih menyerang 9,6 juta orangdan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014 (WHO,
2015).
Angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2014 sebesar 81,3% sedangkan WHO menetapkan
standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Sementara Kementerian Kesehatan
menetapkan target minimal 88% untuk angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2014.Dengan
demikian pada tahun 2014, Indonesia tidak mencapai standar angka keberhasilan pengobatan
pada kasus TB paru.Berdasarkan hal tersebut, pencapaian angka keberhasilan pengobatan tahun
2014 tidak memenuhi target rentra tahun 2014 (Kemenkes RI. 2015).
1.1 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan Keperawatan pada Ny.M dengan

Gangguan Sistem Pernapasan TB Paru di ruang RA 5 RSUP H Adam Malik Medan

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa Mampu Melaksanakan Pengkajian pada Ny.M dengan Gangguan

Sistem Pernapasan TB paru di ruang RA 5 RSUP H Adam Malik Medan

b. Mahasiswa Mampu Menegakkan Diagnosa Keperawatan pada Ny.M dengan

Gangguan Sistem Pernapasan TB paru di ruang RA 5 RSUP H Adam Malik

Medan

c. Mahasiswa Mampu Menyusun Perencanaan Keperawatan Intervensi pada Ny.M

dengan Gangguan Sistem Pernapasan TB paru di ruang RA 5 RSUP H Adam

Malik Medan

d. Mahasiswa Mampu Melaksanakan Pelaksanaan Keperawatan pada Ny.M

dengan Gangguan Sistem Pernapasan TB paru di ruang RA 5 RSUP H Adam

Malik Medan.

e. Mahasiswa Mampu Melaksanakan Evaluasi Pada Ny.M dengan Gangguan

Sistem Pernapasan TB paru di ruang RA 5 RSUP H Adam Malik Medan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Pengertian
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.TB paru dapat menyebar
ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare,
2015).Selain itu TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis,yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organtubuh
lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (TabraniRab, 2010). Pada manusia
TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu:
(1) tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali
(2) tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah
bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tubercolusis dewasa (Somantri,2009).
1.1.2 Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan
ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme.Individu yang rentan
menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak
diri.Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan
jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare,2015).
Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja
keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar
matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet
bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang
terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat,
maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk tertular virus tuberculosis
adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan
HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan etnik dan ras
minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa muda antara yang berusia 15
sampai 44 tahun).
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,gagal ginjal kronis,
silikosis, penyimpangan gizi).
f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan
aktivitasyang beresiko tinggi.
2.1.3 Klasifikasi TB Paru
TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013 yaitu:
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).
b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif,
non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun
kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
2) Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar tidak lebih dari sepertiga
bagian 1 paru.
3) Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced tuberkulosis.
Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,radiologik, dan riwayat
pengobatan sebelumnya.Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan
untuk menentukan strategi terapi.
2.1.4. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan,dan
luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi
droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang – orang yang
terinfeksi. TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai sel.
Selefektor adalah makrofag, dan limfosit( biasanya sel T) adalah sel imunresponsif. Tipe
imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh
limfosit dan limfokinnya.Respons ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas seluler (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai unit yang terdiri
dari satu sampai tiga basil.Gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung
dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruangan
alveolus,biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah, biasanya
dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah,basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan.Leukositpolimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah hari- hari
pertama,leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi, dan
timbulkan pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus difagosit atau berkembang biak
dalam di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening
regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjangdan sebagian bersatu
sehingga membentuk seltuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit.Reaksi ini biasanya
membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
2.1.5 Pathway
2.1.6 Manifestasi Klinik

Diagnosis TB paru dipastikan berdasarkan uji kepekaan oleh Semua suspek TB paru

diperiksa dahaknya untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Jika hasil

uji kepekaaan terdapat M.tuberculosis yang rrsisten minmal terhadap rifampisi dan INH maka

dapat ditegakkan diagnosis TB paru Diagnosis dan pengobatan yang cepat dan tepat untuk TB

paru didukung oleh :

1. Pengenalan factor risiko untuk TB Paru

2. Pengenalan kegagalan obat secara dini

3. Uji kepekaan obat

 Pengenalan kegagalan pengobatan secara dini :

1) Batuk tidak membaik yang seharusnya membaik dalam waktu 2 minggu pertama

setelah pengobatan

2) Tanda kegagalan : sputum tidak konversi , batuk tidak berkurang , demam , berat

badan menurun atau tetap

 Hasil uji kepekaan diperlukan :

1) Untuk diagnosis resistensi

2) Sebagai acuan pengobatan

3) Bila kecurigaan resistensi sangat kuat kirim sampel sputum ke laborstorium untuk

uji resitensi kemudian rujuk ke pakar.


2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Radiologi :

Gambaran thorax menunjukkan adanya lesi berupa infiltrat, fibroinfiltrat/ fibrosis,

konsolidasi/ kalsivikasi, tuberkuloma, dan kavitas.

2. Bronchografi :

Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan

paru karena TB.

3. Laboratorium :

 Darah : leukositosis/ leukopenia, LED meningkat

 Sputum : BTA S/P/S, kultur sputum gram sensitivity, sputum media LJ, DST,

Gene-Xpert

 Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

Saat ini uji kepekaan M.tuberculosis secara tepat ( rapid test ) sudah direkomendasikan

oleh WHO untuk digunakan sebagai penampisan.

 Metode yang tersedia adalah:

a.Line probe assey ( LPA )

 Pemeriksaan molekuler yang di dasarkan pada PCA

 Dikenal dengan Hain test/ Genotiype TB plus

 Hasil pemeriksaan dapat di peroleh dalam waktu kurang lebih 24 jam


2.1.8 Penatalaksanaan

Pada dasarnya strategi pengobatan pasien TB paru mengacu kepada strategi

1. Semua pasien yang sudah terbukti sebagai TB paru dipastikan dapat mengakses

pengobatan TB paru yang baku dan bermutu.

2. Paduan OAT untuk pasien TB paru adalah paduan standar yang mengandung

OAT lini kedua. Paduan OAT tersebut dapat disesuaikan bila terjadi perubahan

hasil uji kepekaan M. tuberculosis dengan paduan baru yang ditetapkan oleh

TAK.

Bila diagnosis TB paru telah ditegakkan, sebelum pengobatan dimulai, akan dlakukan

persiapan awal, termasuk pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk

mengetahui data awal berbagai fungsi organ (ginjal, hati, jantung) dan elekrolit. Jenis

pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah sama dengan jenis pemeriksaan untuk

pemantauan efek samping obat.

 Persiapan sebelum pengobatan dimulai adalah:

1.Pemeriksaan fisik:

a. Anamnesa ulang untuk memastikan kemungkinan adanya riwayat dan kecenderungan

alergi obat tertentu, riwayat penyakit terdahulu seperti sakit kuning (hepatitis), diabetes mellitus,

gangguan ginjal, gangguan kejiwaan, kejang, kesemutan sebagai gejala kelainan saraf tepi

(neuropati perifer). dll.

b. Pemeriksaan fisik diagnostik termasuk berat badan, fungsi penglihatan, pendengaran,

tanda-tanda kehamilan. Bila perlu dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya saat pasien

berstatus sebagai suspek TB paru


2. Pemeriksaan kejiwaan.

Pastikan kondisi kejiwaan pasien sebelum pengobatan TB paru dimulai, hal ini berguna

untuk menetapkan strategi konseling yang harus dilaksanakan sebelum, selama dan setelah

pengobatan pasien selesai.

3. Pemeriksaan penunjang :

a. Pemeriksaan dahak mikroskopis, biakan dan uji kepekaan M.tuberculosis.

b. Pemeriksaan darah tepi lengkap, termasuk kadar hemoglobin (Hb), jumlah lekosit.

a. Pemeriksaan kimia darah:

 Faal ginjal: ureum, kreatinin

 Faal hati: SGOT, SGPT.

 Serum kalium

 Asam Urat

 Gula Darah

 Pemeriksaan hormon bila diperlukan: Tiroid stimulating hormon (TSH)

 Tes kehamilan.

 Foto dada/ toraks.

 Tes pendengaran ( pemeriksanaan audiometri)

 Pemeriksaan EKG

Вам также может понравиться