Вы находитесь на странице: 1из 6

8.

Monitoring :

a. TB Paru

monitoring pengobatan :

- Kategori I : akhir bulan ke 2,5,6


- Kategori II : akhir bulan ke 3,7,8
- Kategori III : akhir bulan ke 2

Kegiatan dan langkah-langkah :

a) penemuan penderita (case finding) secara lintas program dan lintas sector, secara aktif
(misalnya kontak survey) dan pasif
b) prngobatan penderita (case holding)
− pengawasan minum obat, terutama pada tahap intensif oleh puskesmas
− perencanaan termasuk jadwal minum obat, kunjungan rumah pencegahan, DO (drop
out) dsb.
− Pengamatan efek samping :
 Tubuh melemah
 Nafsu makan menurun
 Gatal-gatal
 Sesak nafas
 Mual dan muntah
 Berkeringat
 Dingin dan menggigil
 Gangguan pendengaran dan penglihatan (biru dan merah)

Efek samping obat :

− INH : Neuropati perifer (dapat dikurangi dengan memberikan vitamin B6),


hepatotoksisk/hepatitis
− Rifampisin : syndrome flu hepatotoksis
− Pirazinamid : hiperurisemia, hepatotoksik
− Etambutol : neuritis optic, nefrotoksik, ruam kulit
− Streptomisin : nefrotoksik, gangguan N. VIII

b. Kusta

Pemantauan pengobatan dilakukan oleh petugas puskesmas non PRK dan pasien harus mendapatkan
informasi penting berkaitan dengan pengobatan. Bila pasien mangkir lebih dari 1 bulan perlu dilakukan
pelacakan pasien mangkir.
c. filariasis

kegiatan pemantauan :

- Menyiapkan pos pengobatan, obat, kartu pengobatan


- Mengundang penduduk untuk datang k epos
- Memberikan obat dan minum obat didepan petugas kesehatan
- Mendatangi rumah penduduk yang tidak datang k epos
- Mencatat jenis reaksi pengobatan dan melaporkan kepada petugas puskesma
- Membuat laporan

9. Surveilance (ketiga penyakit diatas termasuk dalam penyakit menular yang tidak berpotensi wabah)

Mekanisme Kegiatan Surveilans Epidemiologi


Mekanisme kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data dan Identifikasi Kasus
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses
data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologis yang
dilaksanakan secara teratur dan terus menerus dan dikumpulkan tepat waktu.
Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang bersumber dari rumah sakit, puskesmas dan
lain-lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan survei. Untuk mengumpulkan data
diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang baik. Secara umum pencatatan di
puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan luar gedung.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap
orang-orang yang dianggap penderita campak atau population at risk melalui kunjungan
rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana
pelayanan kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan
puskesmas desa dan puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di lapangan,
laporan harian dari laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan
lain (pasive surveillance). Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit kesehatan
sendiri dan dari unit kesehatan yang paling rendah, misalnya laporan dari pustu,
posyandu, barkesra, poskesdes. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik
wawancara dan atau pemeriksaan.
Sumber data surveilans epidemiologi meliputi:
1) Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat.
2) Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan
dari kantor pemerintah dan masyarakat.
3) Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan
masyarakat.
4) Data geografi yang dapat diperoleh dari Unit Meteorologi dan Geofisika.
5) Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat.
6) Data Kondisi lingkungan.
7) Laporan wabah.
8) Laporan Penyelidikan wabah/KLB.
9) Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan.
10) Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya.
11) Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat diperoleh dari
unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
12) Laporan kondisi pangan.
13) Data dan informasi penting lainnya.
Tujuan pengumpulan data adalah:
1) Menentukan kelompok high risk
2) Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya)
3) Menentukan reservoir
4) Transmisi
5) Pencatatan kejadian penyakit
6) KLB
b. Perekaman, Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel,
grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan
komputer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya
dengan menggunakan program (software) seperti epid info, SPSS, lotus, excel dan lain-
lain.
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang
masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul
dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya.
Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.

c. Analisis dan Interpretasi Data


Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena akan
dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan pencegahan dan
penanggulangan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti
rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyakit.
Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data bulanan atau
tahun-tahun sebelumnya sehingga diketahui ada peningkatan atau penurunan dan mencari
hubungan faktor keterkaitan suatu penyakit.

d. Investigasi Penyakit berpotensi KLB atau Studi Epidemiologi


Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih
dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit. Dengan investigator
membawa ceklis/format pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini
adalah penyakit dan bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium. Setelah
melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah
terjadi KLB yang perlu mengambil tindakan atau sebaliknya.

e. Penyebarluasan Informasi
Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ke tingkat atas maupun ke bawah.
Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan
masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang
informatif agar mudah dipahami terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan.
Data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans epidemiologi
penyakit campak disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan
penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan, pusat-pusat
penelitian dan pusat-pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans
epidemiologi agar diketahui terjadinya peningkatan atau penurunan kasus penyakit.
Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang
mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya
pengendalian serta evaluasi program yang dilakukan. Cara penyebarluasan informasi
yang dilakukan yaitu membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada
atasan, membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat suatu tulisan di
majalah rutin, memanfaatkan media internet yang setiap saat dapat di akses dengan
mudah.

f. Tindakan Penanggulangan atau Rekomendasi Tindak Lanjut


Berdasarkan hasil investigasi/penyelidikan epidemiologi tersebut maka segera
dilakukan tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu:
1) Pengobatan segera pada penderita yang sakit
2) Melakukan rujukan penderita yang tergolong berat
3) Melakukan penyuluhan mengenai penyakit kepada masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari
penyakit tersebut
4) Melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai
penularan.

g. Evaluasi
Setiap program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk mengevaluasi
manfaatnya. Sistem dapat berguna apabila secara memuaskan memenuhi paling tidak
salah satu dari pernyataan berikut:
1) Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan yang
mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus penyakit
2) Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemik kejadian penyakit di
wilayah tersebut
3) Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di
wilayah tersebut
4) Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan kejadian penyakit
5) Apakah program surveilans tersebut dapat menilai efek tindakan
pengendalian.
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan
tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program
dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil
kegiatan.

h. Umpan balik (Follow Up)


Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima
laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan yang
melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa
laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan memberi petunjuk tentang
laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan berikutnya akan
tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara pemberian umpan balik dapat melalui surat
umpan balik, penjelasan pada saat pertemuan serta pada saat melakukan
pembinaan/suvervisi.

10. surveilans malaria


Pengertian :
Surveilans malaria dapat diartikan sebagai kegiatan yang terus menerus, teratur dan
sistematis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis dan interprestasi data malaria untuk
menghasilkan informasi yang akurat yang dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai
dasar untuk melaksanakan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan
dengan kondisi setempat (Menkes, 2007).
Surveilans dalam program pemberantasan malaria bertujuan :
1. Melakukan pengamatan dini (SKD) malaria di Puskesmas dan unit Pelayanan Kesehatan
lainnya dalam rangka mencegah KLB malaria.
2. Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.
3. Penanggulangan KLB malaria secara dini.
4. Mendapatkan trend penyakit malaria dari waktu ke waktu.
5. Mendapatkan gambaran distribusi penyakit malaria menurut orang, tempat dan waktu
(Menkes, 2007).
Kegiatan surveilans Malaria :
Kegiatan surveilans malaria terbagi menjadi 3 periode, yaitu:
1. Surveilans periode kewaspadaan sebelum Kejadian Luar Biasa (KLB) atau surveilans
Periode Peringatan Dini (PPD): Suatu kegiatan untuk memantau secara terartur
perkembangan penyakit malaria di suatu wilayah dan mengambil tindakan pendahuluan
untuk mencegah timbulnya KLB.
2. Surveilans Periode KLB: Kegiatan yang dilakukan dalam periode dimana kasus malaria
menunjukan proporsi kenaikan dua kali atau lebih dari biasanya/sebelumnya dan terjadi
peningkatan yang bermakna baik penderita malaria klinis maupun penderita malaria
positif atau dijumpai keadaan penderita plasmodium falciparum dominan atau ada kasus
bayi positif baik disertai ada kematian karena atau diduga malaria dan adanya keresahan
masyarakat karena malaria.
3. Surveilans Paska KLB: Kegiatannya sama seperti pada periode peringatan dini. Monitoring
dilakukan dengan cara pengamatan rutin atau melakukan survei secara periodik pada lokasi
KLB (MFSatau MS) juga melakukan survei vektor dan lingkungan.

Вам также может понравиться