Вы находитесь на странице: 1из 23

MAKALAH

PERAN BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN

Oleh:

Kelompok 1

1. Huri Lailiya AR A241 16 034


2. Mifta khuljannah A241 16 067
3. Moh. Lutfi K. A241 16 112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT., yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga kami kelompok 1 mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar Fisika sudah dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul Peran Bahan Ajar Dalam Pembelajaran tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah taksonomi bloom oleh andersoon, karena tanpa bantuan dan
dukungannya pembuatan makalah ini tidak akan berlangsung sebagaimana
mestinya.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.

Palu, 17 September 2018

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................ iii

1.1. Latar Belakang ........................................................................ iii


1.2. Tujuan ..................................................................................... iv
1.3. Rumusan Masalah ................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 1
2.1. Pengertian Taksonomi Bloom................................................... 1

2.2. Taksonomi Bloom Ranah Kognitif ........................................... 2

2.3. Taksonomi Bloom Revisi ......................................................... 7

2.4. Dimensi Pengetahuan Taksonomi Revisi ................................. 15

BAB III PENUTUP........................................................................... 21


3.1. Kesimpulan ................................................................................ 21
3.2. Saran ........................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 23

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kompotensi mengembangkan bahan ajar khususnya modul perlu
dimiliki guru, mengingat dengan bahan ajar akan lebih mengefektifkan
dan mengefiensiensikan proses pembelajaran. Disamping itu juga bahan
ajar memiliki peran penting bagi guru maupun siswa, dalam pembelajaran
yang dilakukan secara individual, kelompok maupun klasikal.
Pembelajaran menggunakan modul memiliki beberapa ciri, yaitu bersifat
self instruction, pengakuan atas perbedaan individual, memuat tujuan
pembelajaran/ kompetensi, adanya asosiasi, struktur dan uurutan
pengetahuan, penggunaan berbagai multi media, partisipasi aktif siswa,
adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa, adanya evaluasi
terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya.

Kompetensi mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai


guru secara baik, namun pada kenyataannya masih banyak guru yang
belum menguasainya, sehingga dalam melakukan proses pembelajaran
masih banyak yang bersifat konvensional. Dampak dari pembelajaran
konvensional ini antara lain aktivitas guru lebih dominan dan sebaliknya
siswa kurang aktif karena lebih cenderung menjadi pendengar. Disamping
itu pembelajaran yang dilakukannya juga kurang menarik karena
pembelajaran kurang variatif. Melalui tulisan singkat ini akan dipaparkan
tentang bagaimana mengembangkan bahan ajar modul dan pemanfaatannya
dalam proses pembelajaran.

1.2. Tujuan
a. Mengetahui pengertian bahan ajar
b. Mengetahui pengertian pembelajaran
c. Mengetahui peran bahan ajar dalam pembelajaran

iii
1.3. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian bahan ajar?
b. Apakah pengertian pembelajaran?
c. Bagaimana peran bahan ajar dalam pembelajaran?

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bahan Ajar


Bahan ajar merupakan salah satu bagian penting dalam proses
pembelajaran. Sebagaimana Mulyasa (2006: 96) mengemukakan bahwa
bahan ajar merupakan salah satu bagian dari sumber ajar yang dapat diartikan
sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang bersifat khusus
maupun yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembelajaran.

Dick, Carey, dan Carey (2009: 230) menambahkan bahwa


instructional material contain the conten either written, mediated, or
facilitated by an instructor that a student as use to achieve the objective also
include information thet the learners will use to guide the progress.
Berdasarkan ungkapan Dick, Carey, dan Carey dapat diketahui bahwa bahan
ajar berisi konten yang perlu dipelajari oleh siswa baik berbentuk cetak atau
yang difasilitasi oleh pengajar untuk mencapai tujuan tertentu.

Widodo dan Jasmadi dalam Ika Lestari (2013: 1) menyatakan


bahwa bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya. Pengertian ini
menggambarkan bahwa bahan ajar hendaknya dirancang dan ditulis sesuai
dengan kaidah pembelajaran, yakni disesuaikan materi pembelajaran, disusun
berdasarkan atas kebutuhan pembelajaran, terdapat bahan evaluasi, serta
bahan ajar tersebut menarik untuk dipelajari oleh siswa.

1
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2011: 171) mengungkapkan
bahwa bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus diserap
peserta didik melalui pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam penyusunan bahan ajar diharapkan siswa benar-
benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia
mempelajarinya. Yana Wardhana (2010: 29) menambahkan bahwa bahan ajar
merupakan suatu media untuk mencapai keinginan atau tujuan yang akan
dicapai oleh peserta didik. Sedangkan menurut Opara dan Oguzor (2011: 66)
mengungkapkan bahwa instructional materials are the audio visual materials
(software/hardware) which can be used as alternative channels of
communication in the teaching-learning process. Bahan ajar merupakan
sumber belajar berupa visual maupun audiovisual yang dapat digunakan
sebagai saluran alternatif pada komunikasi di dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan kajian di atas, istilah bahan ajar yang digunakan dalam


penelitian ini adalah suatu bahan/ materi pelajaran yang disusun secara
sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di SMP untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2.2. Pengertian pembelajaran


Pengertian Pembelajaran adalah serangkaian proses yang dilakukan
oleh guru agar siswa belajar. Dari sudut pandang siswa, pembelajaran
merupakan proses yang berisi seperangkat aktivitas yang dilakukan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Abidin, 2012: 3). Pembelajaran harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa dapat mencapai tujuan dari
pembelajaran tersebut. Rancangan pembelajaran atau desain pembelajaran
adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk
membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru
dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman
peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan”
berbasis media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini

2
berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis
dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar
berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara
langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan
hanya berupa asumsi. Dalam mengelola pengertian pembelajaran, guru
melaksanakan berbagai langkah kegiatan, salah satunya adalah merancang
pembelajaran dengan perencanaan pembelajaran yang disusun untuk
memenuhi harapan dan tercapainya tujuan pembelajaran.

2.3 Peran Bahan Ajar


Bahan ajar dapat diartikan bahan-bahan atau materi pelajaran yang
disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut sehingga
memudahkan siswa belajar. Di samping itu bahan ajar juga bersifat unik dan
spesifik. Unik maksudnya bahan ajar hanya digunakan untuk sasaran tertentu
dan dalam proses pembelajaran tertentu, dan spesifik artinya isi bahan ajar
dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai kompetensi tertentu dari
sasaran tertentu.
Dalam kegiatan pembelajaran bahan ajar sangat penting artinya
bagi guru dan siswa. Guru akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan
efektivitas pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap.
Begitu pula bagi siswa, tanpa adanya bahan ajar siswa akan mengalami
kesulitan dalam belajarnya. Hal tersebut diperparah lagi jika guru dalam
menjelaskan materi pembelajarannya cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu
bahan ajar merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Bahan ajar pada dasarnya
memiliki beberapa peran baik bagi guru, siswa, dan pada kegiatan
pembelajaran.
Peran bahan ajar dalam proses pembelajaran memiliki peran penting.
Peran tersebut menurut Tian Belawati (2003: 1.4 – 1.9) meliputi peran bagi

3
guru, siswa, dalam pembelajaran klasikal, individual, maupun kelompok.
Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas akan dijelaskan masing-masing
peran sebagai berikut:

Bagi Guru, bahan ajar bagi guru memiliki peran yaitu:

1.Menghemat waktu guru dalam mengajar


Adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu topik
atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan
secara rinci lagi.

2.Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator.


Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran maka guru lebih bersifat
memfasilitasi siswa dari pada penyampai materi pelajaran.

3.Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.


Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena guru
memiliki banyak waktu untuk membimbing siswanya dalam memahami
suatu topik pembelajaran, dan juga metode yang digunakannya lebih variatif
dan interaktif karena guru tidak cenderung berceramah.

Bagi Siswa; bahan ajar bagi siswa memiliki peran yakni:


1.Siswa dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada guru
2.Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki
3.Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.
4.Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.
5. Membantu potensi untuk menjadi pelajar mandiri.

Dalam Pembelajaran Klasikal; bahan ajar memiliki peran yakni:


1.dapat dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama
2.dapat dijadikan pelengkap/suplemen buku utama.
3.dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
4.dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan tentang

4
bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik
dengan topik lainnya.

Dalam Pembelajaran Individual; bahan ajar memiliki peran yakni:


1.sebagai media utama dalam proses pembelajaran
2.alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa
memperoleh informasi.
3.penunjang media pembelajaran individual lainnya.

Dalam Pembelajaran Kelompok; bahan ajar memiliki peran yakni:


1.sebagai bahan terintegrasi dengan proses belajar kelompok.
2.sebagai bahan pendukung bahan belajar utama

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL


a. Arti dan Karakteristik Modul
Sebagai salah satu bahan ajar cetak, modul merupakan suatu paket belajar
yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran. Dengan modul siswa dapat
mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan belajar secara
individual. Peserta belajar tidak dapat melanjutkan ke suatu unit pelajaran
berikutnya sebelum menyelesaikan secara tuntas materi belajarnya. Dengan
modul siswa dapat mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya. Modul
dapat dipelajari di mana saja. Lama penggunaan sebuah modul tidak tertentu,
meskipun di dalam kemasan modul juga disebutkan waktu yang dibutuhkan
untuk mempelajari materi tertentu. Akan tetapi keleluasaan siswa mengelola
waktu tersebut sangat fleksibel, dapat beberapa menit dan dapat pula
beberapa jam, dan dapat dilakukan secara tersendiri atau diberi variasi dengan
metode lain.
Pembelajaran dengan modul memiliki ciri-ciri (Vembriarto, 1985: 27) sebagai
berikut:
1) Bersifat self-instructional.
Pengajaran modul menggunakan paket pelajaran yang memuat satu konsep
atau unit dari bahan pelajaran. Sementara, pendekatan yang digunakan dalam

5
pengajaran modul menggunakan pengalaman belajar siswa melalui berbagai
macam penginderaan, melalui pengalaman mana siswa terlibat secara aktif
belajar.
2) Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual
Pembelajaran melalui modul sangat sesuai untuk menanggapi perbedaan
individual siswa, karena modul pada dasarnya disusun untuk diselesaikan
oleh siswa secara perorangan. Oleh karena itu pembelajaran melalui modul,
siswa diberi kesempatan belajar sesuai irama dan kecepatan masing-masing.
3). Memuat rumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar secara eksplisit.
Tiap-tiap modul memuat rumusan tujuan pengajaran/kompetensi dasar secara
spesifik dan eksplisit. Hal ini sangat berguna bagi berbagai pihak seperti bagi
penyusun modul, guru, dan bagi siswa. Bagi penyusun modul, tujuan yang
spesifik berguna untuk menentukan media dan kegiatan belajar yang harus
direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bagi guru tujuan itu berguna
untuk memahami isi pelajaran. Bagi siswa berguna untuk menyadarkan
mereka tentang apa yang diharapkan.
4) Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan
Proses asosiasi terjadi karena dengan modul siswa dapat membaca teks dan
melihat diagram-diagram darn buku modulnya. Sedangkan struktur dan
urutan maksudnya materi pada buku modul itu dapat disusun mengikuti
struktur pengetahuan secara hirarkis. Dengan demikian siswa dapat mengikuti
urutan kegiatan belajar secara teratur.
5) Penggunaan berbagai macam media (multi media)
Pembelajaran dengan modul memungkinkan digunakannya berbagai macam
media pembelajaran. Hal ini dikarenakan karakteristik siswa berbeda-beda
terhadap kepekaannya terhadap media. Oleh karena itu dalam belajar
menggunakan modul bisa saja divariasikan dengan media lain seperti radio
atau televisi.
6) Partisipasi aktif dari siswa
Modul disusun sedemikian rupa sehingga bahan-bahan pembelajaran yang
ada dalam modul tersebut bersifat self instructional, sehingga akan terjadi

6
keaktifan belajar yang tinggi.
7) Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa
Respon yang diberikan siswa mendapat konfirmasi atas jawaban yang benar,
dan mendapat koreksi langsung atas kesalahan jawaban yang dilakukan. Hal
ini dilakukan dengan cara mencocokkan hasil pekerjaannya dengan kunci
jawaban yang telah disediakan.
8). Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya
Dalam pembelajaran modul dilengkapi pula dengan adanya kegiatan evaluasi,
sehingga darn hasil evaluasi ini dapat diketahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi yang telah dipelajarinya. Untuk mengetahui siswa berada
pada tingkat penguasaan yang mana, dalam suatu modul juga dilengkapi
tentang cara perhitungannya dan patokannya.
Karakteristik modul dapat diketahui dari formatnya yang disusun atas dasar:
1) prinsip-prinsip desain pembelajaran yang berorientasi kepada tujuan
(objective model)
2) prinsip belajar mandiri
3) prinsip belajar maju berkelanjutan (continuous progress)
4) penataan materi secara modular yang utuh dan lengkap (self contained)
5) prinsip rujuk silang (cross referencing) antar modul dalarn rnata pelajaran
6) penilaian belajar mandiri terhadap kemajuan belajar (self-evaluation).

b. Teknik Pengembangan Modul


Mengembangkan modul berarti mengajarkan suatu mata pelajaran melalui
tulisan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang digunakan dalam
mengembangkan modul sama dengan yang digunakan dalam pembelajaran
biasa. Bedanya adalah, bahasa yang digunakan bersifat setengah formal dan
setengah lisan, bukan bahasa buku teks yang bersifat sangat formal.
Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam menyusun modul. Ketiga teknik
tersebut menurut Sungkono, dkk.(2003: 10), yaitu menuulis sendiri,
pengemasan kembali informasi, dan penataan informasi:
1. Menulis Sendiri (Starting from Scratch)

7
Penulis/guru dapat menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran. Asumsi yang mendasari cara ini adalah bahwa guru adalah
pakar yang berkompeten dalam bidang ilmunya, mempunyai kemampuan
menulis, dan mengetahui kebutuhan siswa dalam bidang ilmu tersebut. Untuk
menulis modul sendiri, di samping penguasaan bidang ilmu, juga diperlukan
kemampuan menulis modul sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu
selalu berlandaskan kebutuhan peserta belajar, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Pengetahuan itu dapat
diperoleh melalui analisis pembelajaran, dan silabus. Jadi, materi yang
disajikan dalam modul adalah pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang
tercantum dalam silabus.
2. Pengemasan Kembali Informasi (Information Repackaging)
Penulis/guru tidak menulis modul sendiri, tetapi memanfaatkan buku-buku
teks dan informasi yang telah ada di pasaran untuk dikemas kembali menjadi
modul yang memenuhi karakteristik modul yang baik. Modul atau informasi
yang sudah ada dikumpulkan berdasarkan kebutuhan (sesuai dengan
kompetensi, silabus dan RPP/SAP), kemudian disusun kembali dengan gaya
bahasa yang sesuai. Selain itu juga diberi tambahan keterampilan atau
kompetensi yang akan dicapai, latihan, tes formatif, dan umpan balik.
3. Penataan Informasi (Compilation)
Cara ini mirip dengan cara kedua, tetapi dalam penataan informasi tidak ada
perubahan yang dilakukan terhadap modul yang diambil dari buku teks, jurnal
ilmiah, artikel, dan lain-lain. Dengan kata lain, materi-materi tersebut
dikumpulkan, digandakan dan digunakan secara langsung. Materi-materi
tersebut dipilih, dipilah dan disusun berdasarkan kompetensi yang akan
dicapai dan silabus yang hendak digunakan.

c. Komponen-komponen Modul
Komponen-komponen utama yang perlu tersedia di dalam modul, yaitu
tinjauan mata pelajaran, pendahuluan, kegiatan belajar, latihan; rambu-rambu
jawaban latihan, rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban tes formatif

8
Kedelapan komponen tersebut akan dijelaskan satu persatu dalam bagian
selanjutnya.
1. Tinjauan Mata Pelajaran
Tinjauan mata pelajaran adalah paparan umum mengenai keseluruhan pokok-
pokok isi mata pelajaran yang mencakup:
a. Deskripsi mata pelajaran
b. Kegunaaan mata pelajaran
c. Kompetensi dasar
d. Bahan pendukung lainnya (kaset, kit, dll)
e. Petunjuk Belajar
Petunjuk memuat antara lain penjelasan tentang berbagai macam kegiatan
yang harus dilakukan, alat-alat yang perlu disediakan, dan prosedur yang
dilakukan.
Perlu dipahami bahwa letak atau posisi tinjauan mata pelajaran di dalam
modul sangat tergantung kepada pembagian pokok bahasan dalam mata
pelajaran. Mungkin saja satu mata pelajaran terdiri atas beberapa pokok
bahasan, sehingga tinjauan mata pelajaran terletak pada modul pertama saja.
Contohnya, pada modul 1 terdapat tinjauan mata pelajaran, sementara modul
2, dan 3 dst tidak terdapat tinjauan mata pelajaran karena sudah terletak pada
modul 1. Tetapi tidak menutup kemungkinan pada setiap modul disertakan
tinjauan mata pelajaran untuk menuntun siswa dalam memahami kegunaan
mata pelajaran.

2. Pendahuluan
Pendahuluan suatu modul merupakan pembukaan pembelajaran suatu modul.
Oleh karena itu, dalam pendahuluan seyogyanya memuat hal-hal sebagai
berikut:
a. Cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat
b. Indikator yang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan modul
c. Deskripsi perilaku awal (entry behaviour) yang memuat pengetahuan dan
keterampilan yang sebelumnya sudah diperoleh atau seyogyanya sudah

9
dimiliki sebagai pijakan (anchoring) dari pembahasan modal itu.
d. Relevansi, yang terdiri atas:
1) Keterkaitan pembahasan materi dan kegiatan dalam modul itu dengan
mateni dan kegiatan dalam modul lain dalarn satu mata pelajaran atau dalam
mata pelajaran (cross reference)
2) Pentingnya mempelajari materi modul itu dalam pengembangan dan
pelaksanaan tugas guru secara profesional
e. Urutan butir sajian modul (kegiatan belajar) secara logis
f. Petunjuk belajar berisi panduan teknis mempelajari modul itu agar berhasil
dikuasai dengan baik.
Pendahuluan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Memenuhi dan merangsang rasa ingin tahu
b. Urutan sajian yang logis
c. Mudah dicerna dan enak dibaca

3. Kegiatan Belajar
Bagian ini merupakan “daging” atau inti dalam pemaparan materi pelajaran.
Bagian ini terbagi menjadi beberapa sub bagian yang disebut Kegiatan
Belajar. Bagian ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai siswa.
Materi tersebut disusun sedemikian rupa, sehingga dengan mempelajari
materi tersebu, tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Agar materi
pelajaran mudah diterima siswa, maka perlu disusun secara sisternatis.
Di dalam kegiatan belajar terdapat uraian atau penjelasan secara rinci tentang
isi pelajaran yang diikuti dengan contoh-contoh konkrit dan non contoh.
Sedapat mungkin uraian ini diikuti gambar, bagan atau grafik. Urutan
penyajian seperti ini yang dimulai dengan penjelasan kemudian diikuti
dengan contoh. Urutan penyajian dapat pula dimulai dengan contoh dan non
contoh, atau kasus-kasus kemudian diikuti dengan penjelasan tentang konsep
yang dimaksud.
Sajian materi modul memperhatikan elemen uraian dan contoh yang
dirancang untuk menumbuhkan proses belajar dalarn diri pembaca. Berikut

10
akan dijelaskan kedua elemen dasar yang ada dalarn sajian materi modul.
a. Uraian
Uraian dalarn sajian materi modul adalah paparan materi-materi pelajaran
berupa: fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, nilai,
prosedur/metode, keterampilan, hukum, dan masalah.
Paparan tersebut disajikan secara naratif atau piktorial yang berfungsi untuk
merangsang dan mengkondisikan tumbuhnya pengalaman belajar (learning
experiences). Pengalaman belajar diupayakan menampilkan variasi proses
yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman konkret, observasi
reflektif, konseptualisasi abstrak, dan ekperimentasi aktif Jenis pengalaman
pelajaran disesuaikan dengan kekhususan setiap mata pelajaran, misalnya
untuk mata pelajaran yang bersifat keterampilan berbeda dengan yang bersifat
pengetahuan. Prinsip dalam penyajian uraian harus memenuhi syarat-syarat:
1) materi harus relevan dengan esensi kompetensi.
2) Materi berada dalam cakupan topik inti
3) Penyajiannya bersifat logis, sistematis, komunikatif/interaktif, dan tidak
kaku
4) Memperhatikan latar/setting kondisi siswa
5) Menggunakan teknik, metode penyajian yang menarik dan menantang
b. Contoh
Contoh adalah benda, ilustrasi, angka, gambar dan lain-lain yang
mewakili/mendukung konsep yang disajikan. Contoh bertujuan untuk
memantapkan pemahaman pembaca tentang fakta/data, konsep, prinsip,
generalisasi/dalil, hukum, teori, nilai, prosedur/metode, keterampilan dan
masalah.
Prinsip dalam penyajian contoh hendaknya:
a. Relevan dengan isi uraian
b. Konsistensi istilah, konsep, dalil, dan peran
c. Jumlah dan jenisnya memadai
d. Logis (masuk akal)
e. Sesuai dengan realitas

11
f. Bermakna
4. Latihan
Latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh
siswa setelah membaca uraian sebelumnya. Gunanya untuk memantapkan
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/data, konsep,
prinsip, generalisasi/dalil, teori, prosedur, dan metode. Tujuan latihan ini agar
siswa benar-benar belajar secara aktif dan akhirnya menguasai konsep yang
sedang dibahas dalam kegiatan belajar tersebut. Latihan disajikan secara
kreatif sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Latihan dapat
ditempatkan di sela-sela uraian atau di akhir uraian.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan latihan:
a. Relevan dengan materi yang disajikan
b. Sesuai dengan kemampuan siswa
c. Bentuknya bervariasi, misalnya tes, tugas, eksperimen, dsb
d. Bermakna (bermanfaat)
e. Menantang siswa untuk berpikir dan bersikap kritis
f. Penyajiannya sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran

5. Rambu-rambu Jawaban latihan


Rambu-rambu jawaban latihan merupakan hal-hal yang harus diperhatikan
oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan. Kegunaan rambu-rambu
jawaban ini adalah untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang jawaban
yang diharapkan dari pertanyaan atau tugas dalam latihan dalam mendukung
tercapainya kompetensi pembelajaran.
6. Rangkuman
Rangkuman adalah inti dari uraian materi yang disajikan pada kegiatan
belajar dari suatu modul, yang berfungsi menyimpulkan dan memantapkan
pengalaman belajar (isi dan proses) yang dapat mengkondisikan tumbuhnya
konsep atau skemata baru dalam pikiran siswa.
Rangkuman hendaknya memenuhi ketentuan:
a) Berisi ide pokok yang telah disajikan

12
b) Disajikan secara berurutan
c) Disajikan secara ringkas
d) Bersifat menyimpulkan
e) Dapat dipahami dengan mudah (komunikatif)
f) Memantapkan pemahaman pembaca
g) Rangkuman diletakkan sebelum tes fonnatif pada setiap kegiatan belajar
h) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan tidak menggunakan kata-
kata yang sulit dipahami.
7. Tes Formatif
Pada setiap modul selalu disertai lembar evaluasi (evaluasi formatif) yang
biasanya berupa tes. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur apakah tujuan
yang dirumuskan telah tercapai atau belum. Tes formatif merupakan tes untuk
mengukur penguasaan siswa setelah suatu pokok bahasan selesai dipaparkan
dalam satu kegiatan belajar berakhir. Tes formatif ini bertujuan untuk
mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi sesuai dengan indikator
yang telah ditetapkan. Hasil tes formatif digunakan sebagai dasar untuk
melanjutkan ke pokok bahasan selanjutnya. Tes formatif secara prinsip harus
memenuhi syarat-syarat:
a) Mengukur kompetensi dan indikator yang sudah dirumuskan
b) Materi tes benar dan logis, baik dari segi pokok masalah yang
dikemukakan maupun dart pilihan jawaban yang ditawarkan
c) Pokok masalah yang ditanyakan cukup penting
d) Butir tes harus memenuhi syarat-syarat penulisan butir soal
8. Kunci Jawaban Tes Formatif dan Tindak Lanjut
Kunci jawaban tes formatif pada umumnya diletakkan di bagian paling akhir
suatu modul. Jika kegiatan belajar berjumlah 2 buah, maka kunci jawaban tes
formatif terletak setelah tes formatif kegiatan belajar 2, dengan halaman
tersendiri. Tujuannya agar siswa benar-benar berusaha mengerjakan tes tanpa
melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Lembar ini berisi jawaban dari soal-
soal yang telah diberikan. Jawaban siswa terhadap tes yang ada diketahui
benar atau salah dapat dilakukan dengan cara mencocokkannya dengan kunci

13
jawaban yang ada pada lembar ini. Tujuannya adalah agar siswa mengetahui
tingkat penguasaannya terhadap isi kegiatan belajar tersebut. Di samping itu,
pada bagian ini berisi petunjuk tentang cara siswa memberi nilai sendiri pada
hasil jawabannya.
Tindak lanjut
Di dalam kunci jawaban tes formatif, terdapat bagian tindak lanjut yang berisi
kegiatan yang harus dilakukan siswa atas dasar tes formatifnya. Siswa diberi
petunjuk untuk melakukan kegiatan lanjutan, seperti: Terus mempelajari
kegiatan belajar berikutnya bila ia berhasil dengan baik yaitu mencapai
tingkat penguasaan 80 % dalam tes formatif yang lalu, atau mengulang
kembali mempelajari kegiatan belajar tersebut bila hasilnya masih di bawah
80 % dari skor maksimum.

d. Pemanfaatan Modul dalam Pembelajaran di Kelas


Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pada dasarnya
menggunakan sistem belajar secara individual. Namun dapat pula digunakan
pada sistem pembelajaran klasikal. Jika pembelajaran bersifat individual
maka siswa akan belajar dari modul satu ke modul berikutnya sesuai dengan
kecepatannya masing-masing. Mengingat kecepatan masing-masing siswa
tidak sama, maka dalam perjalanan belajarnya dari hari ke hari, jarak antara
siswa yang pandai dengan siswa yang lamban makin lama makin besar.
Teknik ini akan mudah bila di suatu kelas siswanya sedikit, namun jika
jumlah siswa dalam suatu kelas jumlahnya banyak, dan juga mata pelajaran
yang dipelajarinya jumlahnya banyak maka pelaksanaan pembelajarannya
menjadi lebih rumit.
Pembelajaran dengan sistem modul jika diterapkan untuk pembelajaran
secara klasikal, maka siswa akan belajar dalam waktu bersamaan dan untuk
melanjutkan ke modul berikutnya juga dapat bersamaan. Kepada siswa-siswa
yang selesainya lebih cepat dari pada teman-temannya, maka siswa tersebut
akan memperoleh modul pengayaan untuk dipelajarinya dalam sisa waktu

14
yang tersedia. Kemudian setelah itu dilakukan evaluasi yang dapat dikerjakan
secara individual maupun secara klasikal.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-
ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk
klasifikasi tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan
pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar. Taksonomi tujuan
instruksional ialah adanya hierarki yang dimulai dari tujuan instruksional
pada jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Dengan kata lain, tujuan
pada jenjang yang lebih tinggi tidak dapat dicapai sebelum tercapai tujuan
pada jenjang di bawahnya.

15
Taksonomi Bloom ranah kognitif merupakan salah satu kerangka
dasar untuk pengkategorian tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan
kurikulum. Tingkatan taksonomi Bloom yakni: (1) pengetahuan
(knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application);
(4) analisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi (evaluation).
Tingkatan-tingkatan dalam taksonomi tersebut telah digunakan hampir
setengah abad sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan,
penyusunan tes dan kurikulum.
Revisi dilakukan terhadap Taksonomi Bloom, yakni perubahan dari
kata benda (dalam Taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi
revisi). Perubahan ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.
Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan dapat
melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Revisi
dilakukan oleh Kratwohl dan Anderson, taksonomi menjadi: (1) mengingat
(remember); (2) memahami (understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4)
menganalisis (analyze); (5) mengevaluasi (evaluate); dan (6) mencipta
(create).

3.2. Saran
Menurut kami, di Indonesia masih banyak yang belum menerapakan
taksonomi Bloom dengan tepat. Sehingga Tujuan-tujuan pendidikan yang
mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja)
dengan sesuatu (kata benda) belum tercapai dengan maksimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives.
New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Widodo, Suryo, Penilaian Hasil Belajar Matematika berdasarkan Kriteria Senk, Jurnal
Ilmiah “CAKRAWALA PENDIDIKAN” ISSN :1410-9883 Vol. 5 April 2003 Hal
74-87

Masriyah.2012. Pengembangan Pedoman Guru SMP/MTs untuk


Mengembangkan Asesmen Autentik dengan Memanfaatkan Hasil Revisi

17
Taksonomi Bloom untuk Pembelajaran Matematika. Makalah hasil
penelitian. PPs Unesa Surabaya.

18

Вам также может понравиться