Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Abstract
This study aims to: (1) develop a model of a single moment for ages 9-12 years, (2)
determine the effectiveness of the development of a single moment of Pencak
Silat. This study is a research and development is done in 5 steps by adapting the
research and development according to Sugiyono model consists of: needs
assessment, analysis of product development, variations of exercises to develop
proper stance models, designing and testing products, and revise product. Validate
the contents of the product is carried out by several experts in coaching martial arts
moves, child development and learning of motion. Tryout products involved 20
athletes bebera college students to the fundamentals of martial arts in Jakarta. The
use of experiments involving 30 elementary school student athletes from Jakarta.
Data collection instruments such as interview guides general, field studies,
validation and observation sheet for the model, assessment rubrics, and the ability
of a single moment. The result of this study is a model of a single moment of
martial arts for elementary school students aged 9 -12 years. According to experts,
the art of martial arts trainer (stance), and the test results, it can be concluded that
the model of a single moment for primary school students aged 9-12 is more
effective to improve the basic stance on age.
Keywords: development, single Kick, Pencak Silat, aged 9-12 years
Pendahuluan
Pencak Silat adalah cabang olahraga beladiri yang berasal dari Indonesia, yang
sampai saat ini terus mengalami perkembangan, baik dari segi organisasi maupun
dalam peraturan pertandingan. Diakomodirnya peraturan pertandingan usia pra-remaja
usia 9-13 tahun, menandakan PB IPSI terus mengatisipasi minat masyarakat akan
pertandingan Pencak silat. Kesiapan PB IPSI ini harus didukung terhadap oleh
perkembangan yang ada dengan tidak melupakan prinsip-prinsip pertumbuhan dan
perkembangan anak. Jurus tunggal yang dipertandingakan saat ini adalah jurus baku,
istilah Baku memberi pengertian bahwa jurus tersebut merupakan satu bentuk
1Penulis adalah pengajar di Universitas Nasional Jakarta dan saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang
Pembinaan Prestasi KONI Pusat
1
April 2016
keterampilan yang kompleks yang terdiri dari berbagai macam gerak dan jurus, baik
tangan kosong maupun senjata. Sedangkan di dalam jurus tunggal jurus baku itu terdiri
dari 7 jurus tangan kosong, 3 jurus senjata golok dan 4 jurus senjata tongkat, dengan
waktu penampilan 3 menit. Sama gerakannya dengan usia remaja dan dewasa.
Anak usia pra remaja adalah usia anak SD yang berkisar antara 6 – 12 tahun
menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan :1) Perkembangan fisik ;
2) Perkembangan Kognitif; 3) Perkembangan Psikososial; Perkembangan Fisik
menurut sumantri (2005) adalah hal tersebut mencakup pertumbuhan biologis misalnya
pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada usia 10 tahun baik laki-laki maupun
perempuan tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah
usia remaja yaitu 12 -13 tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki-
laki.mBerdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: Bagaimana pengembangan jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat
usia 9 – 12 tahun?
Landasan Teori
Pengembangan model merupakan rangkaian proses yang berkelanjutan yang
berkaitan dengan model sebelumnya, evaluasi atlet saat ini, dan fondasi keilmuan yang
sangat kuat. Salah satu penelitian yang relevan dan dapat selalu digunakan yaitu
penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian dan
Pengembangan merupakan penelitian yang tidak digunakan untuk menguji teori. Apa
yang dihasilkan diuji dilapangan kemudian direvisi sampai hasilnya memuaskan.
Menurut Sugiyo (2009) penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya
Research and Development adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
Kemudian menurut Sukmadinata (2005) dan Dwiyogo (2004) dikatakan
penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,
yang dapat dipertanggung jawabkan. juga memberikan pendapat bahwa penelitian
pengembangan merupakan penelitian yang berorientasi untuk menghasilkan atau
mengembangkan produk, misalnya mengembangkan model sekolah olahraga,
mengembangkan kurikulum pendidikan jasmani, mengembangkan strategi/ metode
2
April 2016
3
April 2016
Metodologi Penelitian
Tujuan penelitian dan pengembangan jurus tunggal untuk cabang olahraga
pencak silat, secara khusus memiliki beberapa tujuan antara lain:
Mengembangkan jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar
pada usia 9 – 12 tahun.
Tujuan akhir dari penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan produk berupa
jurus tunggal usia pra-remaja 9-12 tahun yang dibuat dalam bentuk buku pedoman
yang berisikan gerakan jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat,
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Padepokan TMII dan Sekolah SD antara
lain: SD SD, Waktu Penelitian ini direncanakan selama 4 (dua) bulan yaitu pada bulan
Agustus-Nopember 2014. Sasaran dalam penelitian pengembangan jurus tunggal
untuk usia sekolah dasar atau pra-remaja usia 9-12 tahun.
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode Research & Development
(R&D) untuk mengembangkan dan memvalidasi produk berupa jurus tunggal untuk
cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar SD. Menurut Sugiyono (2009; 407)
penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
Metode penelitian dan pengembangan yang digunakan dari sugiyono yang
memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
5
April 2016
Rentangan skor pada angket validasi produk ada lima, yaitu: (1) skor 1 untuk
penilaian sangat tidak sesuai, (2) skor 2 untuk penilaian tidak sesuai, (3) skor 3 untuk
penilaian cukup sesuai, (4) skor 4 untuk penilaian sesuai, dan (5) skor 5 untuk
penilaian sangat sesuai. variasi jurus tunggal yang disusun dianggap layak untuk
diujicobakan uji coba produk maupun uji coba pemakaian apabila secara kuantitatif.
Rumus untuk menghitung hasil validasi oleh ahli untuk produk yang
dikembangkan adalah sebagai berikut:
1) Rumus untuk mengolah data secara keseluruhan ahli.
P = ΣX x 100 %
ΣXi
Keterangan:
P = Persentase hasil validitas ahli
Σ X = Jumlah keseluruhan jawaban ahli
Σ Xi = Jumlah keseluruhan skor maksimal
100% = Konstanta
6
April 2016
5. Merevisi Produk
Dari satu kali uji coba diperoleh draf produk awal, sehingga bentuk produk masih
dianggap belum final. Hasil penilaian dan saran perbaikan terhadap hasil uji coba skala
besar serta catatan lapangan digunakan sebagai materi revisi produk untuk menyusun
produk akhir. Produk akhir yang dihasilkan berupa jurus tunggal untuk cabang olahraga
tingkat pelajar SD. Produk akhir nantinya akan dirangkum dalam bentuk buku pedoman
pelaksanaan jurus tunggal untuk atlet pencak silat pelajar.
Hasil Penelitian
Secara keseluruhan terdapat tiga tujuan umum yang hendak diungkap dalam
studi pendahuluan atau analisis kebutuhan, yaitu: (1) seberapa mampu siswa pelajar
usia 9-12 tahun menguasai jurus tunggal; (2) seberapa penting pengembangan model
jurus tunggal untuk siswa pelajar 9-12 tahun; dan (3) kendala dan dukungan apakah
yang dijumpai dalam pengembangan model jurus tunggal untuk usia 9-12 tahun.
Berdasarkan tujuan umum tersebut maka peneliti melakukan studi pendahuluan
dengan menggunakan instrumen wawancara yang mendalam (in-depth interview)
kepada pelatih pencaksilat khususnya pelatih seni serta melakukan survei karena
tujuan utamanya adalah melakukan persiapan teknis dengan menjajaki lebih dahulu
karakteristik subyek penelitian dan tempat yang akan dilakukan penelitian dan
pengembangan.
Hasil studi pendahuluan atau temuan lapangan selanjutnya dideskripsikan dan
dianalisis sehingga dapat diperoleh suatu rumusan hasil data yang telah dikumpulkan.
Rumusan hasil ini bersifat deskriptif dan analitis, dengan mengacu kepada tujuan studi
pendahuluan. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil analisis kebutuhan dan
temuan lapangan yang diperoleh peneliti
7
April 2016
8
April 2016
9
April 2016
membantu meningkatkan kemampuan belajar jurus tunggal atlet, (2) menambah variasi
model latihan jurus cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar, (3) memotivasi atlet
untuk melakukan latihan silat, dan (4) membantu pelatih dalam meningkatkan kondisi
kebugaran siswa.
1. Draf Produk Awal
Draf produk awal pengembangan variasi model latihan jurus terdiri dari 7
rangkaian jurus tangan kosong yaitu digambarkan lebih detai alur gerak, nama gerak
dan posisi sudut gerak dan manfaatnya.
2. Hasil Validasi Ahli (Expert Judgement)
Validasi ahli atau evaluasi produk awal dilakukan untuk mengevaluasi produk
awal, memberikan masukan untuk perbaikan dengan melakukan analisis konseptual
yang selanjutnya dilakukan revisi dan divalidasi. Dalam penelitian ini expert judgement
dilakukan untuk mendapatkan masukan tentang rancangan awal draf awal model
variasi latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar 9-12tahun.
Validasi dilakukan oleh tiga orang ahli materi yaitu (1) Tulus Pribadi, Pelatih jurus
Nasional, (2) Hendro Wardowo, Dosen Pencak silat dan (3) Eko Wahyudi ahli pencak
silat (pelatih pencak silat). Validasi dilakukan untuk mendapatkan masukan tentang
draf awal variasi model latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar
yang akan dikembangkan.
Evaluasi dilakukan dengan cara memperlihatkan draf rancangan variasi model
latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar, dengan disertai lembar
evaluasi untuk ahli. Lembar evaluasi berupa angket yang berisi kisi-kisi model, angket
penilaian dan saran serta komentar terhadap rancangan variasi model latihan jurus
untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar yang dikembangkan. Hasil evaluasi
berupa nilai untuk kwalitas variasi model dan masukan serta komentar terhadap
rancangan variasi model latihan JURUS untuk cabang olahraga pencak silat tingkat
pelajar menggunakan skala likert 1-5. Skor dan kriteria yang digunakan adalah sebagai
berikut: (1) skor 5 apabila jawaban yang diberikan "sangat sesuai"; (2) skor 4 apabila
jawaban yang diberikan "sesuai"; (3) skor 3 apabila jawaban yang diberikan "cukup
sesuai"; (4) skor 2 apabila jawaban yang diberikan "tidak sesuai" dan skor 1 apabila
jawaban yang diberikan “sangat tidak sesuai”.
10
April 2016
3. Revisi Desain
Setelah mendapatkan rancangan variasi model latihan jurus untuk cabang
olahraga pencak silat tingkat pelajar yang valid selanjutnya akan di uji cobakan pada
kelompok yang terbatas dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah variasi
model latihan jurus tersebut efektif untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot
atlet pencak silat tingkat pelajar.
Berdasarkan data di atas kemudian dilakukan analisis uji-t amatan ulangan
untuk mengetahui efektifitas variasi model latihan jurus. Sebelum melakukan analisis
data uji-t amatan ulangan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan uji
homogenitas. Statistik uji yang digunakan adalah uji normalitas Lilliefors Kolmogorov-
Smirnov dan Shapiro-Wilk dan uji homogenitas Levene. Hasil uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji-t amatan ulangan data tes awal dan tes akhir setiap tes adalah
sebagai berikut.
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi hitung (p-value) hasil uji
normalitas Lilliefors Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk untuk tes awal kemantapan
gerak secara berturut-turut adalah 0.200 dan 0.096, sedangkan p-value tes akhir
kemantapan gerak secara berturut-turut adalah 0.115 dan 0.071. Jadi, p-value uji
normalitas untuk data tes awal dan tes akhir lebih besar dari pada 0.05, artinya kedua
data berasal dari populasi yang menyebar normal.
11
April 2016
Berdasar
kemantapan gerak 0.019 1 38 0.892
Mean
Dari tabel 3 nampak bahwa pada data kemantapan gerak memiliki nilai
signifikansi hitung sebesar 0.892. Jadi, nilai signifikansi hitung data kemantapan gerak
lebih besar dari pada 0.05, artinya data tersebut memiliki varian yang homogen.
Setelah diketahui bahwa data tes awal dan tes akhir kemantapan gerak
berdistribusi normal dan homogen, uji-t amatan ulangan dapat diterapkan. Analisis uji-t
amatan ulangan tes kemantapan gerak adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan Tes Kemantapan gerak
Paired Differences
95%
Std. Confidence
Std.
Mean Error Interval of the
Deviation Difference
Mean Sig.
Lower Upper t df (2-tailed)
Tes
Kemantapan 6.900 2.017 0.451 5.956 7.844 15.299 19 .000
gerak
Dari tabel 4 diketahui bahwa nilai t hitung dari uji-t amatan ulangan adalah
15.299 pada taraf signifikansi 5%, nilai ini lebih besar dari t-tabel yaitu 2,093 (t hitung =
15.299 > t tabel = 2,093). Jadi, terdapat perbedaan yang signifikan antara tes akhir dan
tes awal kemantapan gerak. Dengan demikian, variasi model latihan jurus untuk
cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar efektif untuk meningkatkan kemantapan
gerak pada pada atlet pencak silat tingkat pelajar.
Pembahasan
12
April 2016
Kesimpulan
Berdasar pada hasil penelitian, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu,
menghasilkan draf produk berupa jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat
tingkat pelajar usia 9-12 tahun. yang terdiri atas 7 jurus tangan kosong. Adapun jurus
tersebut adalah; (1) jurus 1 rangkaian gerak maju kedepan (2) jurus 2 rangkaian maju
13
April 2016
samping kanan (3) jurus 3 rangkaian gerak maju ke depan (4) jurus 4 rangkaian gerak
maju ke samping kiri (5) jurus 5 rangkaian gerakan pada posisi di tempat (6) jurus 6
rangkaian gerakan maju kedepan dan melompat mundur ke belakang (7) jurus ke 7
rangkaian gerakan sapuan di tempat dan tending belakang. Pada akhir tahap penelitian
dapat ditarik pula kesimpulan bahwa jurus tangan kosong cabang olahraga pencak silat
tingkat pelajar efektif untuk meningkatkan penguasaan hapalan dan makna gerakan.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji coba produk dengan menggunakan metode
eksperimen. Pada perhitugan hasil tes penguasaan gerakan yang dilakukan dengan
uji-t amatan ulang, 100% hasil t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel). Hal
tersebut berarti bahwa ada peningkatan yang signifikan antara tes awal dan tes akhir.
Artinya, penguasaan jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar
9-12tahun efektif untuk meningkatkan penguasaan jurus tunggal pada atlet pencak silat
tingkat pelajar 9-12tahun.
Implikasi pada pengembangan model jurus tunggal dalam meningkatkan
kemampuan jurus tunggal atlet tingkat pelajar. Ada beberapa implikasi dari hasil
penelitian ini yang dapat dikemukakan sebagai berikut.
Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan
kemampuan belajar jurus tunggal atlet dengan menggunakan jurus tunggal tangan
kosong untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar. Hasil penelitian ini
berimplikasi pada beberapa hal di antaranya adalah pentingnya pemberian latihan
yang benar dan sesuai dengan karakteristik pelajar usia 9-12 tahun.. Kedua, perlunya
variasi model latihan jurus tunggal perlu dikembangan untuk gerak lokomotor dan non
lokomotor. Sedangkan untuk jurus senjata di tiadakan.
14
April 2016
DAFTAR PUSTAKA
Baker, Robert L. dan Richard E. Schutz. Instructional Product Research. New York: D.
Van Nostrand Company, 1972.
Bompa, Tudor O. Total Training for Young Champions, New York: Versa Press, 2000.
Husdarta, J.S. dan Nurlan Kusmaedi. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta, 2010.
Lee, Kisik and Robert de Bondt. Total Archery. Samick Sports CO.,LTD 2005.
Sajoto. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan kondisi fisik dalam olahraga. Jakarta:
Dahara Prize, 1999.
15
April 2016
--------. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 2009.
Sunarto dan Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta,
2006.
Walter, Dick, Lou Carey, James O. Carey. The Systematic Design of Instruction. Ohio:
Pearson New Jersey Columbus, 2009.
16