Вы находитесь на странице: 1из 22

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI, 2018

UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR

SKABIES

Oleh :

KULSUMARINA

10542049413

Pembimbing :

DR. dr. Hj. SITTI MUSAFIRAH, Sp. KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Kulsumarina

NIM : 10542 049413

Judul Laporan Kasus : SKABIES

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Makassar, Juli 2018

Pembimbing

(DR. dr. Hj. Sitti Musafirah, Sp.KK)

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan kasus ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda
Besar Nabi Muhammad SAW.
Laporan Kasus berjudul “Skabies” ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Secara khusus penulis
sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada DR. dr. Hj. Sitti
Musafirah, Sp.KK selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi
selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini belum sempurna
adanya dan memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga dapat berjalan dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat
kepada semua orang.
Makassar, Juli 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 5

BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................ 8

ANAMNESIS .............................................................................................. 8

STATUS DERMATOLOGI ........................................................................ 8

DIAGNOSIS BANDING ............................................................................ 9

DIAGNOSIS ............................................................................................... 9

PENATALAKSANAAN ............................................................................ 9

PROGNOSIS .............................................................................................. 9

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................... 11

iii
BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

LAMPIRAN .......................................................................................................... 20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Skabies dari bahasa latin Scabere yang artinya to scratch . Dalam

klasifikasi WHO diklasifikasikan sebagai water-related disease. Skabies adalah

penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh infeksi dan sensitisasi oleh tungau

Sarcoptes scabei var hominis (Sarcoptes sp.) beserta produknya, Skabies dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko seperti rendahnya tingkat ekonomi,

higienisitas yang buruk hunian padat, promiskuitas seksual, tingkat pengetahuan,

usia dan kontak dengan penderita baik langsung (kulit dengan kulit) maupun tidak

langsung (pakaian , tempat tidur bersama).1,2,3

Kelangsungan hidup Sarcoptes scabei sangat bergantung pada kemampuan

meletakan telur , larva dan nimfa di dalam startum korneum, oleh karena itu

parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki startum korneum yang lebih

longgar dan tipis. Skabies dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko seperti

rendahnya tingkat ekonomi, higenitas yang buruk, hunian yang padat,

promiskuitas seksual tingkat pengtahuan dan kontak langsung dengan penderita

baik langsung maupun tidak langsung, Tanda kardinal penyakit skabies yaitu

pertama gatal di malam hari karena aktivitas tungau skabies meningkat di suhu

yang lebih lembab dan panas, kedua penyakit ini menyerang manusia secara

kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota akan

terkena infeksi ini. Ketiga, adanya terowongan pada tempat-tempat predileksi

yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok dan

5
pada ujung terowongan ditemukan atau vesikel. Ke empat, menemukan tungau

yang merupakan hal penentu diagnostik. 1,3

Skabies dapat menjangkiti semua orang pada semua umur, ras, dan tingkat

ekonomi sosial. Sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan setiap

tahunnya. Menurut Depkes RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia

pada tahun 2008, angka kejadian skabies adalah 5,6%-12,95%. Skabies di

Indonesia menduduki urutan ke tiga dari dua belas penyakit kulit tersering.Skabies

merupakan penyakit kulit endemis diwilayah beriklim tropis. 4,5

Prevalensi penyakit skabies di Indonesia masih cukup tinggi karena

termasuk negara tropis. Penyakit ini banyak ditemukan pada tempat dengan

penghuni padat seperti asrama tentara, penjara dan pondok pesantren. Tempat

yang berpenghuni padat ditambah lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya

akan memudahkan transmisi dan penularan tungau scabies.Di Indonesia sebagai

negara mayoritas muslim terdapat 14.798 pondok pesantren dengan prevalensi

skabies yang tinggi, Prevalensi penyakit skabies di Indonesia sebesar 4.60 –

12.95% saja, Sedangkan angka kejadian penderita scabies pada santri IMMIM

Putra Makassar yaitu sebesar 42 orang penderita selama 1 tahun terakhir dari

bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2012. Kejadian penyakit

skabies tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian penyakit skabies

di Negara berkembang yang hanya 6% - 27%. Scabies identik dengan pesantren

dan banyak terjadi pada tingkat penduduk yang padat, penyakit skabies ini terjadi

6
setiap tahunnya di Pesantren IMMIM dengan prevalensi yang berbeda-beda

(PONPES IMMIM).1,5,6

Skabies sering terdapat pada negara-negara berkembang, dengan iklim

panas dan beriklim tropis, endemik terutama dilingkungan padat penduduk dan

sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa, namun sebenarnya skabies dapat

menimbulkan komplikasi yang berbahaya, skabies menimbulkan

ketidaknyamanan karena menimbulkan lesi yang sangat gatal , akibatnya

penderita sering menggaruk dan mengakibatkan infeksi sekunder.3,4,5

7
BAB II

LAPORAN KASUS

Anamnesis

Seorang Anak Laki-Laki berusia 15 tahun dan diantar oleh ibunya datang

ke Balai Kesehatan Kulit Kelamin dan Kosmetika dengan keluhan gatal pada

bagian lipatan paha kiri dan kanan (kedua kaki) dan selah- selah jari tangan,

dirasakan gatal utamanya pada malam hari, Dialami sudah sejak 1 bulan yang

lalu, Awalnya pasien merasakan gatal pada bagian lipatan paha kiri dan kanan

kemudian di selah-selah jari tangan, sebelumnya ada teman yang menderita hal

yang sama dan ada kontak kulit, Riwayat demam disangkal, Riwayat Alergi

terhadap makanan (-) Riwayat Penyakit Sebelumnya (-) , Riwayat Konsumsi Obat

sebelumnya (-) Riwayat gigitan serangga (-).

Pemeriksaan Klinis

Keadaan Umum : Sakit (ringan, sedang, berat)

Kesadaran (composmentis/uncomposmentis)

Status Dermatologi

Lokasi : Di daerah lipatan paha kedua kaki dan bagian selah-selah jari

Efloresensi : Makula hiperpegmentasi disertai eksoriasi dengan ukuran lentikular.

8
Gambar 1 : Tampak vesikel , makula hiperpegmentasi dengan ukuran lentikular
pada bagian lipatan paha

Gambar 2: Tampak vesikel, makula hiperpegmentasi disertai esksoriasi dengan


ukuran lentikular pada bagian selah-selah jari tangan

Diagnosis Banding

1. Prurigo Nodular

2. Pedikulosis Korporis

9
Diagnosis

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien di diagnosa dengan

Skabies.

Penatalaksanaan

Terapi Topikal

1. Asam salisilat 2% Sulfur 4 % Betamethasone

2. Permethrin 5% (scabimite)

Terapi Sistemik

3. Cetrizine 1 x 1

Prognosis

1. Quo ad vitam : bonam

2. Quo ad function : bonam

3. Quo ad sanationam : dubia ad bonam

10
BAB III

PEMBAHASAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi tungau

sarcoptes scabei var hominis yang mampu menggali terowongan di bawah kulit

dan menyebabkan rasa gatal. skabies terjadi pada laki-laki maupun perempuan

semua kelompok usia,ras dan kelas sosial. mengenai sekelompok orang,

dikarenakan penularan parasit Sarcoptes Scabies Var. Hominis dengan kontak

langsung misalnya dalam sebuah keluarga atau perkumpulan lingkungan

pertemanan yang tinggal dan hidup bersama biasanya anggota keluarga atau

teman terkena infeksi oleh tungau tersebut secara tidak langsung misalnya

memakai pakaian, handuk, seprei dan bantal yang sama ataupun secara langsung

kulit dengan kulit,1,2,3 Berdasarkan anamamnesis pasien dimana sebelumnya ada

teman yang menderita hal yang sama dan terjadi kontak kulit dengan kulit.

Pruritus memburuk di malam hari , pruritus nokturna, artinya gatal pada

malam hari yang disebabkan oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang

lebih lembab dan panas. Seseorang mengalami gejala skabies ketika tungau masuk

ke dalam lapisan kulitnya.2,3 Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada

pasien mengeluhkan semakin gatal yang dirasakan terutama pada malam hari.

Siklus hidup tungau ini, setelah ovulasi (perkawinan) yang terjadi diatas

kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari

dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi

menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mili-meter

11
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai

jumlah 40 atau 50. Telur akan menetas dan menjadi larva lalu menjadi nimfa yang

mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Masa inkubasi

skabies 4-6 minggu , Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan

stratum korneum yang tipis, yaitu diselah-selah jari, lipatan ketiak, area

umbilikus, area bokong dan genetalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah.

Effloresensi berupa papul, vesikel disertai eksoriasi.2,3,4,7 Berdasarkan hasil

pemeriksaan fisik yang telah dilakukan didapatkan lesi berupa vesikel disertai

eksoriasi dengan ukuran lentikuler terdapat diselah-selah jari tangan dan di

daerah lipatan bawah , lipatan paha .

Gambar 3 :Tempat predileksi (selah-selah jari).3


.

Diagnosis skabies sebagian besar bergantung pada riwayat kontak,

anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien. Diagnosis pasti bergantung pada

identifikasi tungau, telur, cangkang telur, atau pelet tungau. Beberapa sampel kulit

superfisial harus diperoleh dari lesi karakteristik khusus, liang atau papula dan

vesikel. Beberapa cara untuk menemukan tungau dengan cara kerokan kulit,

Mengambil tungau dengan jarum dan tes tinta pada terowongan (Burrow Link
12
Test) , membuat biopsi irisan (Epidermal Shave biopsy) , Biopsi irisan dengan

HE. Awalnya mencari terowongan kemudian pada ujung yang terlihat papul atau

vesikel dicongkel dengan jarum , dan diletakan diatas sebuah kaca objek lalu

ditutup dengan kaca objek lalu dilihat dimikroskop cahaya, Dengan cara disikat

oleh sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca

pembesar, Dengan membuat biopsi irisan caranya lesi dijepit dengan 2 jari

kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa di mikroskop cahaya,

Dengan biopsi eksisional dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). 2,3,8

Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan Mikroskopi, Disarankan

untuk mendapatkan beberapa sampel kulit dangkal dari lesi khas - khususnya, dari

liang atau papula dan vesikula di ujung liang. Lesi harus dikikis secara lateral di

seluruh kulit dengan pisau, idealnya menggunakan minyak, yang membantu

material yang dikeruk untuk melekat pada pisau. Spesimen harus diperiksa di

bawah mikroskop cahaya dengan daya rendah. Kalium hidroksida melarutkan

keratin dan memberikan visualisasi yang jelas dari themites dan telur tetapi dapat

melarutkan pelet tungau. Yang terakhir mungkin lebih baik divisualisasikan

menggunakan garam atau minyak mineral. Karena rata-rata dari 10-12 tungau

betina hidup pada inang yang terinfeksi kudis berklasik, kegagalan untuk

menemukan tungau adalah hal yang umum dan tidak mengeluarkan kudis.

Metode alternatif untuk mikroskopi adalah uji tinta liang Dengan metode ini, liang

menyerap tinta dan mudah terlihat. Video-dermatoskopi dengan magnifica-tions

hingga 600 kali sangat cocok untuk membuat diagnosis skabies pada kasus

atipikal. Satu penelitian menunjukkan bahwa keakuratan diagnostik teknik

13
menggores kulit bisa meningkat ketika dikombinasikan dengan dermatoskopi,

terutama pasien rawat inap di mana steroid telah digunakan sebelumnya, tinjauan

sistematis metode diagnostik untuk scabies found rasio kemungkinan positif

menggunakan dermatoskopi dari 6,5 dan rasio kemungkinan negatif 0,1, bila

dibandingkan dengan menggores kulit. Dermatoskopi juga dapat digunakan untuk

monitoring pengobatan dan waktu optimal dari aplikasi obat topikal. Bahkan

dengan semua teknik diagnostik ini, diagnosis scabies masih menantang.

Pendekatan baru untuk diagnosis skabies adalah pengujian serologis. Satu

penelitian menggunakan polymerase chainreaction yang diikuti oleh ELISA untuk

mendeteksi S. scabiei DNA dari sisik pada pasien yang terinfeksi. Tes yang sama

ini negatif 2 minggu setelah pengobatan, menunjukkan bahwa tes ini dapat

digunakan untuk memantau kemanjuran terapi. Rama dan rekan mengembangkan

antibodi IgE spesifik terhadap antigen scabies rekombinan. Dalam penelitian ini,

sensitivitas dan spesifisitas untuk mendiagnosis skabies adalah 100% dan 93,75%,

masing-masing, Dalam laporan dari daerah dengan prevalensi skabies sekitar

13%, adanya gatal difus, visiblelesions di setidaknya dua lokasi yang khas, atau

rumah tangga dengan gatal memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 97% untuk

diagnosis skabies. Dalam Upaya preventif perlu dilakukan edukasi pada pasien

tentang penyakit skabies perjalanan penyakit , penularan cara eradikasi tungau

skabies menjaga higiene pribadi dan tata cara pengolesan obat rasa gatal

terkadang tetap berlangsung walapun kulit sudah bersih, dengan memperhatikan

pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan

14
faktor predisposisi antara lain higiene maka penyakit ini dapat diberantas dan

prognosis baik.2,3,9

Pilihan Terapi pada scabies :

Berdasarkan Teori pemberian terapi yang diberikan pada pasien ini sesuai

dengan teori yaitu pemberian Permethrin yaitu target utama pengobatan adalah

membran sel skabies, Obat membuat ion Cl masuk kedalam sel secara berlebihan,

membuat sel saraf sulit depolarisasi dan parasit akan paralisis/lumpuh. Obat ini

efektif untuk membunuh parasit , tapi tidak efektif untuk telur oleh karena itu

penggunaan permethrin hingga 3 kali pemberian sesuai siklus hidup tungau,

pemberian yang kedua dan ketiga dapat membunuh tungau yang baru menetas.

Obat antipruritus seperti obat antihistamin dalam hal ini pemberian cetrizine dapat

mengurangi gatal yang menetap, dengan cara menghalangi kerja senyawa

antihistamin yang diproduksi oleh tubuh. dan pemberian Asam salisilat yang

merupakan zat keratolitik yang berefek untuk mengurangi proliferasi epitel dan

menormalisasi epitel yang terganggu. dan pemberian sulfur bersifat antiseboroik,

antiakne dan antiskabies,antibakteri Gram positif dan jamur. dan pemberian

Betamethasone , kortikosteroid topikal yang mempunyai khasiat sebagai anti

inflamasi , anti alergi , anti mitotik dan vasokontriksi.

Syarat obat yang ideal adalah

1 . Harus efektif terhadap semua stadium tungau

2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik

3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian

4. Mudah diperoleh dan harganya murah.

15
• Permetrin 5% krim dioleskan dari kepala hingga ujung kaki dan dicuci

setelah 8–12 jam. Perawatan harus diulang setelah 7–14 hari.

• Ivermectin oral 200 mikrogram / kg . Utamanya bagi yang persisten permetrin.

• Benzyl benzoate lotion 10–25% diterapkan satu kali setiap hari pada malam hari

pada 2 hari berturut-turut dengan aplikasi ulang pada 7 hari.2,3,10

Edukasi atau Pencegahan Pada Skabies

Dalam Upaya preventif, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang penyakit

skabies , perjalanan penyakit dan penularan penyakit cara eradikasi tungau skabies

dan menjaga higiene pribadi, Jadi Pada pasien dijelaskan bahwa perlengkapan

yang digunakan seperti seprei, selimut yang digunakan agar di cuci atau diganti

rutin untuk menjaga kebersihan begitu pula dengan handuk dan pakaian yang

digunakan dicuci bersih lalu di jemur dibawah terik matahari. bahkan pada

pakaian yang dipakai 3 hari terakhir dapat dicuci dan dibilas menggunakan air

yang panas agar tungau yang menempel di pakaian dapat hilang. Dan juga untuk

menghindari pemakaian alat atau perlengkapan sehari-hari seperti pakaian,

handuk , dll untuk tidak dipakai bersama , mengingat penularan dapat terjadi

karena kontak langsung kulit dengan kulit ataupun kontak tidak langsung seperti

penggunaan alat atau perlengkapan sehari-hari seperti pakaian , handuk , dll

secara kelompok atau bersama-sama.

16
BAB IV
KESIMPULAN

Skabies merupakan penyakit infeksi oleh Sarcoptes Scabei var. hominis.

Penyakit ini sering terjadi kepada orang atau kelompok dengan higenitas yang

rendah. Gejala yang paling sering ditimbulkan adalah gatal yang semakin

bertambah saat malam hari. Lesi berupa eritema, krusta, eksoriasi, papul, dan

nodul yang sering ditemukan disela-sela jari aspek volar dan pergelangan tangan,

siku, aksila , jika ada infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorf (pustul ,

eksoriasi dll). Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, anamnesis,

jika perlu pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan Mikroskopik

Penatalaksanaan pada scabies dengan cara pemeberian terapi topikal dan sistemik

yang tepat dan memerlukan edukasi yang lebih untuk pasien.

Edukasi higenitas terhadap orang atau kelompok penting mengingat

transmisi skabies melalui kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya

berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual, kontak tak langsung

misalnya benda yang digunakan bersama seperti bantal, seprei, handuk, pakaian

dan lain-lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Hilma UD , Ghazali L. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Skabies,

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.2014.H 149-150.

2. Sri Linuwih SW Menaldi , Ilmu Penyakit Kulit Kelamin Edisi Ketujuh ,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , Jakarta , 2017 , H 137-140

3. Sukmawati Tansil Tan, Jessica Angelina , Krisnataligan, Skabies, Fakultas

Kedokteran Universitas Tarumanegara, Jakarta,2017,Vol 44 H 508

4. Hanna Mutiara, Firza Syailindra, Skabies, Bagian Parasitologi Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung. Lampung. 2016. H 37

5. Amajida Fadia ratnasari , Saleha Sungkar , Prevalensi Skabies, Fakultas

Kedokteran Univeristas Indonesia, Departemen Parasitologi Universitas

Indonesia , Jakarta,2014, Vol 2 H 8.

6. Rispan, Sukriadi, Darwis. Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian

Penyakit Skabies Di Pondok Pesantren IMMIM Putra Makassar,

Kemenkes Makassar,2014.Vol 5 No 4.H 443

7. Repository.usu.ac.id/bitsstream/handle/chapter2011,Universitas Sumatera

Utara, 2011.

8. Oliver Chosidow M.D PhD , Scabies, University Piere et Marie

Curie,2016,H 1719-1720.

9. Luis Shimose, L Silvia Munoz, Diagnosis Prevention and Treatment of

scabies, Department of Meidicine University of Miami USA,2013,H 7-9.


18
10. CM Calavastru, MJ Boffa, M.Janier , Guidline for management Scabies,

Department of Dermathology, Hospital Henry Monro,France,2017.H 2.

19
LAMPIRAN

1. IDENTITAS PASIEN

Nama :MI

Jenis kelamin : Laki-Laki

Umur : 15 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jl.Moha , Antang

Tanggal pemeriksaan : 4 Juli 2018

2. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara langsung kepada pasien pada tanggal 4 Juli 2018 di

Balai Kesehatan Kulit kelamin dan kosmetika,

Seorang Anak Laki-Laki berusia 15 tahun dan diantar oleh ibunya datang ke Balai

Kesehatan Kulit Kelamin dan Kosmetika dengan keluhan gatal pada bagian

lipatan paha kiri dan kanan (kedua kaki) dan selah- selah jari tangan, dirasakan

gatal utamanya pada malam hari, Dialami sudah sejak 1 bulan yang lalu, Awalnya

pasien merasakan gatal pada bagian lipatan paha kiri dan kanan kemudian di

selah-selah jari tangan, sebelumnya ada teman yang menderita hal yang sama dan

ada kontak kulit, Riwayat demam disangkal, Riwayat Alergi terhadap makanan (-)

Riwayat Penyakit Sebelumnya (-) , Riwayat Konsumsi Obat sebelumnya (-)

Riwayat gigitan serangga (-)

20
3. PEMERIKSAAN FISIS

Status Pasien
Keadaan Umum
- Sakit : Ringan
- Kesadaran : Composmentis

Status Dermatologi

- Lokasi : Lipatan Paha kiri dan kanan (kedua kaki) dan sela jari
- Efloresensi: Tampak Vesikel , Makula hiperpigmentasi, Eksoriasi,
dengan bentuk lentikular

21

Вам также может понравиться