Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagi kebanyakan wanita, proses kehamilan dan persalinan adalah proses
yang dilalui dengan kegembiraan dan suka cita. Tetapi 5-10% dari kehamilan
termasuk kehamilan dengan resiko tinggi. Wanita dengan kehamilan resiko tinggi
harus mempersiapkan diri dengan lebih memperhatikan perawatan kesehatannya
dalam menghadapi kehamilan dengan resiko tinggi ini. Karena kehamilan dengan
resiko tinggi, jika tidak ditangani oleh tenaga kesehatan dan pada fasilitas
kesehatan yang tepat akan memperberat resiko kematian ibu dan bayi.
Kematian ibu adalah kematian yang berhubungan dengan kehamilan,
merupakan kejadian yang jarang bila dibandingkan dengan kematian bayi. Angka
yang rendah ini disebabkan oleh sifat kematian ibu yang tersembunyi. Sekitar
99% kematian ibu didunia berasal dari negara berkembang, sering terjadi dirumah
dan tidak pernah tercatat dalam sistem pelayanan kesehatan.WHO memperkirakan
setiap tahunnya 500.000 ibu meninggal sebagai akibat langsung dari kehamilan.
Sebagian kematian itu sebenarnya dapat dicegah. Lima penyebab kematian ibu
saat ini adalah perdarahan, sepsis, hipertensi dalam kehamilan, partus lama, dan
abortus terinfeksi.
Dengan perawatan yang baik, 90-95% ibu hamil yang termasuk kehamilan
dengan resiko tinggi dapat melahirkan dengan selamat dan mendapatkan bayi
yang sehat. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2007 berkisar
228/100.000 kelahiran hidup (KH). Angka ini masih jauh diatas target AKI untuk
MDGs (Millenium Development Goals) sebesar 125/100.000 KH pada tahun
2015. Penyebab tingginya AKI dan AKB salah satunya adalah adanya 3 keterlambatan
yaitu keterlambatan pengambilan keputusan, terlambat merujuk dan terlambat
mendapatkan pertolongan.
Karena latar belakang inilah penulis merasa perlu meneliti tentang
pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh ibu bersalin di wilayah kerja puskesmas
Krueng Barona Jaya.

1
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran pemanfaatan fasilitas
kesehatan oleh ibu bersalin dikecamatan Krueng Barona Jaya?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh ibu bersalin di
kecamatan Krueng Barona Jaya.
.
1.3.2 Tujuan Kusus
1.3.2.1 Mengetahui gambaran pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh ibu
bersalin di Puskesmas Kreung Barona Jaya.
1.3.2.2 Mengetahui tingkat pengetahuan pentingnya faskes saat bersalin di
Puskesmas Kreung Barona Jaya.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritik
1. Dapat menjadi informasi bagi petugas kesehatan dan bahan masukan bagi
pimpinan Puskesmas untuk menentukan langkah dalam meningkatkan
angka kunjungan ibu bersalin di fasilitas kesehatan Krueng Barona Jaya
2. Menjadi bahan masukan bagi Instansi terkait.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk penelitian
selanjutnya

BAB II

2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi Fasilitas Kesehatan


Fasilitas kesehatan adalah fasilitas yang memberikan pelayanan kesehatan
yang dapat digunakan dalam rangka penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan
perorangan, baik secara promotif, peventif, kuratif dan rehabilitatif yang bisa
dilakukan pemerintah atau masyarakat umum.

2.2 Angka Kematian Ibu


Menurunkan kematian ibu akibat komplikasi kehamilan dan persalinan
adalah salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs).
(Bappenas, 2010) Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI), kebijakan
pemerintah adalah meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas,
kegiatan penjangkauan pelayanan di lapangan, peningkatan akses layanan KB
terutama bagi ibu pasca melahirkan dan kelompok unmet need, pelayanan
kesehatan reproduksi terpadu, memperkuat fungsi bidan desa, memperkuat sistem
rujukan, dan mengurangi hambatan finansial. Target MDG’s tentang AKI seperti
tercantum dalam Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium di Indonesia adalah menurunkan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015. (Depkes,
2008)

2.3. Ibu Hamil Berisiko Tinggi


Ibu hamil yang diutamakan untuk mendapatkan pelayanan dan fasilitas
kesehatan adalah meraka yang berisiko tinggi. Diantaranya :
1. Kelompok faktor risiko I (Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO)
a. Terlalu muda hamil/primi muda (≤16 tahun)
b. Terlalu lambat hamil pertama setelah kawin ≥ 4 tahun.
c. Terlalu tua hamil pertama/primi tua (hamil ≥35 tahun)
d. Terlalu cepat hamil lagi (<2 tahun).
e. Terlalu lama hamil lagi/primi tua sekunder (≥10 tahun)
f. Terlalu banyak anak (>4 anak)
g. Terlalu tua (umur ≥35 tahun)
h. Terlalu pendek (tinggi badan ≤145 cm)

3
i. Pernah gagal kehamilan/riwayat obstetri jelek (hamil pertama gagal
atau hamil ketiga/lebih sudah gagal 2 kali): Keguguran, prematur,
cacat bawaan, lahir mati
j. Pernah melahirkan dengan: vakum, uri dirogoh, infus/transfusi.
k. Pernah operasi SC

2. Kelompok faktor risiko II: Ada Gawat Obstetrik (AGO)


a. Penyakit pada ibu hamil: Kurang darah/anemia, malaria, TB paru,
penyakit jantung, diabetes, penyakit menular seksual
b. Preeklampsia
c. Hamil kembar
d. Hidramnion atau kembar air
e. Janin mati di kandungan
f. Kehamilan lebih bulan
g. Letak sungsang atau lintang

3. Kelompok faktor risiko III: Ada Gawat Darurat Obstetrik (AGDO)


a. Perdarahan antepartum
b. Preeklampsia berat atau eklampsia

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

4
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan desain
cross sectional study yaitu suatu cara pengumpulan data dan pengukuran variabel
yang dilakukan sekaligus pada satu waktu.

3.2 Tempat dan Waktu Projek


Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2017 di Poli KIA Puskesmas
Kreung Barona Jaya

3.3 Populasi dan Sampel Projek

3.3.1 Populasi
Populasi projek ini adalah seluruh ibu melahirkan di fasilitas kesehatan
pada wilayah kerja puskesmas Kreung Barona Jaya
3.3.2 Sampel
Sampel yang akan digunakan dalam proyek ini adalah ibu-ibu yang
melahirkan di fasilitas kesehatan wilayah kerja Puskesmas Kreung Barona Jaya

3.3.3 Kriteria Inklusi


Kriteria inklusi yang digunakan pada projek ini adalah:
a. Responden ibu bersalin di fasilitas kesehatan wilayah Krueng Barona Jaya
b. Ibu merupakan penduduk wilayah Krueng Barona Jaya

3.3.4 Kriteria Ekslusi


Kriteria ekslusi yang digunakan pada proyek ini adalah tidak bersedia
menjadi responden.

3.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Skala pengukuran Skala


ukur

5
1. Jenis Kuantitas ibu hail yang Kuesioner a. Puskesmas Nominal
Fasilitas melahirkan di faskes b. RS/klinik
Bersalin c. Mantri, dukun
dll (non faskes)

2. Pengetahuan Kemampuan ibu Kuesioner a. Baik Nominal


b. Cukup
menjelaskan tentang
c. Kurang
pentingnya besalin
difaskes

Tabel 3.1 Definisi Operasional

3.5 Alur Projek

Alur kerja dari projek ini digambarkan seperti Gambar 3.1 di bawah ini.

Kunjungan ke KIA dan bidan


desa

Responden mengisi kuesioner

Pengolahan data

Pelaporan hasil

Gambar 3.1 Alur penelitian

3.6 Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada ibu-


ibu yang berkunjung ke poli KIA Puskesmas Krueng Barona Jaya.

6
3.7 Pengolahan data

Data mentah yang didapat dari hasil angket yang diolah ke dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dengan menggunakan komputer dengan beberapa langkah
sebagai berikut (Basuki, 2002):

a. Tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas


maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi
sesuai petunjuk.
b. Tahap ketiga coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada jawaban
kuesioner untuk mempermudah waktu entry data.
c. Tahap keempat berupa memasukkan data ke komputer untuk melakukan
tabulasi dan análisis.
d. Tahap kelima adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang
telah di entry untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Umum Puskesmas

7
Krueng Barona Jaya adalah salah satu dari 23 kecamatan di Kabupaten
Aceh Besar, Provinsi Aceh, Indonesia. Kecamatan ini terletak di dekat wilayah
Ulee Kareng, Banda Aceh.Kecamatan Krueng Barona Jaya terdiri dari 12 Desa
dan 3 Mukim, yaitu Kemukiman Ulee Kareng/Lamreung yang terdiri dari 3 desa
(Lueng Ie, Meunasah Papeun, dan Meunasah Baktrieng). Kemukiman Lam Ujong
yang terdiri dari 6 desa (Meunasah Baet, Meunasah Intan, Meunasah Manyang,
Gla Meunasah Baro, Rumpet dan Lamgapang),dan Kemukiman Pango yang
terdiri dari 3 desa (Miruk, Gla Deyah dan Lampermai). Lamreung dikenal sebagai
kampung halaman seorang pahlawan nasional Aceh, yaitu Teuku Nyak Arief yang
dimakamkan di wilayah tersebut. 5

Sejak 1 Januari 2014, Puskesmas Krueng Barona Jaya Aceh Besar


melayani pasien umum, pasien ASKES, JAMKESMAS maupun JKA di mana
semuanya mendapatkan pengobatan secara gratis dalam program Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS). 5

Secara administrasi Puskesmas Krueng Barona Jaya Kecamatan Krueng


Barona Jaya merupakan salah satu kecamatan dalam kabupaten Aceh Besar yang
berada dalam wilayah Provinsi Aceh dan merupakan Pemekaran di wilayah
Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar Bulan Maret tahun 2005. 5

Jumlah tenaga kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Krueng Barona


Jaya adalah 73 orang. Distribusi tenaga kesehatan terdiri dari berbagai disiplin
ilmu untuk melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdiri
dari pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai tidak tetap (PTT).

4.2 Hasil Penelitian

Pengumpulan data telah dilakukan selama 3 bulan, yaitu dari tanggal 01


Mei 2017-Juli 2017 di Wilayah kerja Kreung Barona Jaya. Jumlah sampel
didapatkan 16 responden yang selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa
data.

4.2.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Fasilitas Kesehatan

8
Distribusi frekuensi responden berdasarkan fasilitas kesehatan yang dipilih
ibu bersalin di Puskesmas Kreung Barona Jaya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Jenis Fasilitas Frekuensi Persentase (%)


PKM/Bidan desa 9 56,25
RS/Klinik 6 43,75
Non Faskes (mantri, dukun) 0 0
Total 16 100,0

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan fasilitas kesehatan yang dipilih
ibu bersalin di Puskesmas Kreung Barona Jaya

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa distribusi fasilitas kesehatan yang peling
banyak yaitu puskesmas sebesar 9 orang (56,25%).

4.2.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Bersalin

Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahun ibu bersalin


terhadap pentingnya bersalin difaskes Puskesmas Kreung Barona Jaya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini

Umur Ibu Frekuensi Persentase (%)


Baik 10 62,5
Cukup 6 37,5
Kurang 0 0
Total 17 100,0

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu bersalin di Puskesmas Kreung
Barona Jaya

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa distribusi tingkat pengetahuan yang


paling banyak yaitu baik sebanyak 10 orang (62,5%).

4.3 Pembahasan

4.3.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Bersalin tentang Fasilitas


Kesehatan untuk Melahirkan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa distribusi tingkat pengetahuan
tentang pentingnya bersalin difasilitas kesehatan terbanyak yaitu baik sebesar

9
62,5%. Hal ini menunjukkan adanya tingkat pengetahuan yang baik pada ibu-ibu
yang telah bersalin di wilayah Puskesmas Krueng Barona Jaya. Banyaknya tenaga
kesehatan dan informasi yang diberikan pada ibu hamil sebelum melahirkan
tentulah sangat mendukung keberhasilan edukasi pada masyarakat ini. Dewasa ini,
informasi tidak hanya didapat dari orang lain, tetapi juga dari internet, surat kabar
maupun media elektronik lain seperti televisi. Inilah yang menunjang pergesaran
paradigma masyarakat tentang bagaimana seharusnya momen bersalin dilakukan.
Dengan segala resikonya, masyarakat mulai memahami bahwa bersalin
seharusnya difasilitas kesehatan dan dibantu oleh tenaga kesehatan. Hal ini dapat
didukung pendapat dari Notoatmodjo (2003), bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah informasi. Informasi yang diperoleh baik dari
pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Pemberian informasi baik berupa penyuluhan, pendidikan formal
maupun non formal berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu.

4.3.2 Gambaran Fasilitas Kesehatan Pilihan Ibu untuk Bersalin


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi fasilitas kesehatan yang
dipilih ibu bersalin paling banyak yaitu dipuskesmas dengan bidan desa sebesar
56,25%. Berdasarkan hasil jawaban responden tersebut didapatkan gambaran
bahwa bersalin di fasilitas kesehatan telah menjadi pilihan para ibu hamil di
wilayah Krueng Barona Jaya. Perilaku ini telah sesuai dengan hal yang akan
dicapai pada program keluarga sehat oleh puskesmas. Sesuai dengan teori yang
mendefinisikan perilaku itu oleh Rakhmat (2009) bahwa perilaku merupakan
suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek
tersebut. Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap
lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu
akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku manusia adalah aktivitas
yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung.
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Ekowatiningsih (2015) di
Kabupaten Kendal, ditemukan bahwa para ibu bersalin cenderung bersalin pada

10
tenaga kesehatan. Ibu bersalin yang tidak melahirkan ditolong oleh tenaga
kesehatan dikarenakan jarak fasilitas kesehatan yang jauh. Perilaku kebanyakan
ibu bersalin ini dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dukungan nakes, dukungan
keluarga dan dukungan masyarakat. Penelitian lain yang mendukung dilakukan
oeh Adriana (2014) bahwa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan akses
kesehatan yang baik pada ibu bersalin adalah pengetahuan, sikap, akses pelayanan
kesehatan, intensitas informasi dan dukungan keluarga.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pelaksanaan mini projek dapat disimpulkan bahwa :
pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh ibu bersalin di Kreung Barona Jaya dalam
kategori baik dan tingkat pengetahuan tentang hal tersebut juga baik.

11
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan adalah
sebagai berikut :
1. Bagi ibu hamil agar tetap memperbaharui informai dan kontrol kehamilan ke
tenaga kesehatan terdekat.
2. Bagi Puskesmas diharapkan dapat melakukan berbagai penyuluhan dan
pemberdayaan masyarakat terkait khususnya kelompok ibu hamil terutama
yang memiliki resiko tinggi.
3. Hasil penelitian ini banyak kekurangan, kerena ada faktor yang tidak diteliti.
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya bisa memperbaiki atau
menyempurnakan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, N. 2014. Akses Pelayanan Kesehatan Berhubungan dengan Pemanfaatan


Fasilitas Persalinan yang Memadai di Puskesmas Kawangu. Public Health
and Preventive Medicine Archive Jour. Jakarta 2:2
BAPPENAS. Ringkasan Peta Jalan Pembangunan Milenium di Indonesia Ringkasan.
Jakarta: BAPPENAS; 2010
Budiarto. Eko. 2001. Biostatika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Editor : Palupi W; Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Mencapai MDG’s.
Jakarta; 2008.

12
Ekowatiningsih. 2015. Analisis Perbedaan Faktor Determinan Pemilihan Tempat
Persalinan Ibu (Fasilitas Kesehatan dan Non Fasilitas Kesehatan) di
Kabupaten Kendal. Universitas Diponegoro : Semarang.
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Irmayanti. 2007. Pengetahuan. (http: id.wikipedia.org., diakses Juni 2011).
Machfoedz, Ircham. 2005. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang
Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Profil Kesehatan Puskesmas Krueng Barona Jaya, 2017.
Program Studi Pendidikan Dokter. 2011. Buku Pedoman Penulisan dan
Pelaksanaan Tugas Akhir .Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

13

Вам также может понравиться