Вы находитесь на странице: 1из 44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Berat Badan

a. Pengertian

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang

terpenting karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua

kelompok umur. Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami

penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan

lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang

belum diimbangi asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang

belum lancar. Umumnya, berat badan akan kembali mencapai berat

lahir pada hari kesepuluh (Nursalam, 2005).

b. Pengukuran Berat Badan

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil

peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,

misalnya tulang, otot, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat

diketahui status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat

digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang

diperlukan dalam tindakan pengobatan (Hidayat, 2008).

9
10

Rumus Berat Badan menurut umur Behrman (1992) :

1) Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg

2) Berat badan usia 3-12 bulan, menggunakan rumus :

Umur (bulan) + 9 atau n+9


2 2

3) Berat badan usia 1-6 tahun, menggunakan rumus :

(Umur (tahun) x 2) + 8 atau 2n + 8

Keterangan : n adalah usia anak

Untuk menentukan umur anak dalam bulan, bila lebih 15

hari dibulatkan ke atas, sementara bila kurang atau sama dengan 15

hari, dihilangkan. Misalnya, saat ini seorang bayi berumur 5 bulan

25 hari, maka bayi tersebut dianggap berumur 6 bulan. Dengan

demikian, bila menggunakan rumus Behrman, BB bayi

diperkirakan sebesar 7,5 kg. Sedangkan anak yang berumur di atas

satu tahun, bila kelebihannya di atas 6 bulan dibulatkan 1 tahun,

sedangkan kelebihan 6 bulan atau kurang, dihilangkan. Misalnya,

bayi yang saat ini berumur 2 tahun 6 bulan dianggap berusia 2

tahun, sehingga perkiraan berat badannya adalah 12 kg (Nursalam,

2005).

c. Penilaian Berat Badan

Penilaian berat badan berdasarkan usia menurut WHO dengan

standar NCHS (National Center for Health Statistics) yaitu

menggunakan persentil sebagai berikut : persentil kurang atau sama

dengan tiga termasuk kategori malnutrisi. Penilaian berat badan


11

berdasarkan tinggi badan menurut WHO yaitu menggunakan persentase

dari median sebagai berikut : antara 89-100% dikatakan malnutrisi

sedang dan kurang dari 80% dikatakan malnutrisi akut (wasting).

Penilaian berat badan berdasarkan tinggi menurut standar baku NCHS

yaitu menggunakan persentil sebagai berikut persentil 75–25%

dikatakan normal, pesentil 10% dikatakan malnutrisi sedang, dan

kurang dari persentil dikatakan malnutrisi berat (Hidayat, 2008).

d. Penambahan Berat Badan

Tabel 2.1 Penambahan Berat Badan menurut Umur


No Umur Berat Badan
1 Bayi Baru Lahit Rata-rata antara 300 gr s/d 350 gr
2 Minggu 1 Berat badan turun s/d 10% dari berat
badan lahir (merupakan keadaan
fisiologis)
3 Akhir minggu 1 s/d hari ke BB meningkat seperti BB lahir
10 – 14
4 Triwulan 1 Kenaikan BB 150 – 250 gr/minggu
5 Triwulan II Kenaikan BB 500 – 600 gr/bulan
6 Triwulan III Kenaikan BB 300 – 450 gr/bulan
7 Triwulan IV Kenaikan BB 250 – 350 gr/bulan
8 5 bulan 2 x BB lahir
9 1 tahun 3 x BB lahir
10 2 – 2,5 tahun 4 x BB lahir
Sumber : Hidayat (2008).

Sedangkan Kenaikan Berat Minimum menurut Kementrian

Kesehatan RI (2015) yaitu umur 1 bulan bayi mengalami kenaikan

minimum 800 gram, umur 2 bulan 900 gram, umur 3 bulan 800 gram,

umur 4 bulan 600 gram, umur 5 bulan 500 gram, dan umur 6 bulan 400

gram.
12

e. Pemantauan Berat Badan

Pada dasarnya semua informasi atau data bersumber dari data

berat badan hasil penimbangan balita bulanan yang diisikan dalam

Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk di nilai naik atau tidaknya berat

badan tersebut. Ada tiga kegiatan penting dalam pemantauan berat

badan yaitu (Siswanto, 2010) :

1) Ada kegiatan penimbangan yang dilakukan terus menerus secara

teratur.

2) Ada kegiatan pengisian data berat badan ke dalam KMS.

3) Ada penilaian naik atau turunnya berat badan sesuai arah garis

pertumbuhannya.

f. Cara Penimbangan Berat Badan

Berat badan bayi ditimbang dengan timbangan bayi, sedangkan

pada anak dengan timbangan berdiri. Sebelum menimbang, periksa

lebih dahulu apakah alat sudah dalam keadaan seimbang (Jarum

menunjukkan angka nol). Bayi ditimbang dalam posisi berbaring

terlentang atau duduk tanpa baju, sedang anak ditimbang dalam posisi

berdiri tanpa sepatu dengan pakaian minimal (Latief, 2005).

Balita yang akan ditimbang sebaiknya memakai pakaian

seringan mungkin. Baju, sepatu dan topi sebaiknya dilepaskan. Apabila

hal ini tidak memungkinkan, maka hasil penimbangan harus dikoreksi

dengan berat kain balita yang ikut tertimbang. Bila keadaan ini

memaksa dimana anak balita tidak mau ditimbang tanpa ibunya atau
13

orang tua yang menyertainya, maka timbangan dapat dilakukan dengan

menggunakan timbangan injak dengan cara pertama, timbang balita

beserta ibunya. Kedua, timbang ibunya saja. Ketiga, hasil timbangan

dihitung dengan mengurangi berat badan ibu dan anak (Supriasa, 2004).

g. Penilaian Naik atau Tidak Naik pada Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu menuju sehat atau yang sering disingkat dengan KMS

adalah suatu kartu/alat penting yang digunakan untuk memantau

pertumbuhan dan perkembangan anak. KMS yang ada untuk saat ini

adalah KMS Balita, yaitu kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta

indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan

memantau tumbuh kembang balita setiap bulannya, dari sejak lahir

sampai berusia 5 tahun. Dengan demikian, KMS dapat diartikan sebagai

rapor kesehatan dan gizi (catatan riwayat kesehatan dan gizi) balita

(Nursalam, 2005).

Secara umum KMS berisi gambar kurva berat badan terhadap

umur untuk anak berusia 0-5 tahun, atribut penyuluhan, dan catatan

yang penting untuk diperhatikan oleh petugas dan orang tua, seperti

riwayat kelahiran anak, pemberian ASI dan makanan tambahan,

pemberian imunisasi dan vitamin A, penatalaksanaan diare di rumah,

serta patokan sederhana tentang perkembangan psikomotorik anak

(Nursalam, 2005).

Menurut Kemenkes RI (2015) pertumbuhan balita dapat

diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di


14

KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan

lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis.

1) Balita naik berat badannya bila :

a) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna.

b) Grafik pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna

diatasnya.

Gambar 2.1 Berat Badan Naik

c) Balita tidak naik berat badannya bila :

1)) Garis pertumbuhan turun atau garis pertumbuhannya

mendatar.

2)) Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna

dibawahnya.

Gambar 2.2 Berat Badan Tidak Naik


15

d) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan

balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu pehatian

khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/

Rumah Sakit.

e) Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T),

artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga

harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

f) Balita tumbuh baik bila : garis berat badan anak setiap

bulannya.

Sementara Wijono (2009) membagi interprestasi

pertumbuhan balita dengan KMS sebagai berikut : Tetap pada pita

warna yang sama atau berpindah ke pita warna yang lebih atas.

a) Pertumbuhan tidak baik : bila berat badan bulan ini bertambah

tetapi grafik di KMS berpindah ke pita yang lebih rendah.

b) Pertumbuhan tidak baik bila berat badan ini dibandingkan

dengan bulan lalu : sama nilainya (tetap) atau lebih rendah

(berkurang).

2. ASI

a. Pengertian

Menurut WHO (World Health Organization) ASI eksklusif ialah

bayi hanya menerima ASI dari ibu atau pengasuh, yang diminta

memberikan ASI dari ibu tanpa penambahan cairan atau makanan padat

lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat. Air
16

Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan

makanan atau minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral.

ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber makanan alamiah berupa

cairan dengan kandungan zat gizi yang sesuai untuk kebutuhan bayi dan

merupakan makanan yang paling sempurna. Zat-zat gizi yang

berkualitas tinggi pada ASI banyak terdapat dalam kolostrum.

Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama setelah bayi

lahir, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental dimana banyak

mengandung nilai gizi yang tinggi seperti protein, vitamin A,

karbohidrat dan lemak rendah. ASI mengandung asam amino essensial

yang sangat penting untuk meningkatkan jumlah sel otak bayi yang

berkaitan dengan kecerdasan bayi dan sangat baik untuk kesehatan

karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit. Bayi yang diberi

susu selain ASI, mempunyai 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3

sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran

pernafasan (ISPA) salah satu faktor adalah karena buruknya pemberian

ASI Eksklusif (Depkes RI, 2008).

b. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

1) Faktor Internal

Teori kognitif sosial membagi faktor internal menjadi

beberapa dimensi seperti biologis, kognitif, dan afektif (William et


17

al, 2011). Ketiga dimensi dalam faktor internal ini berpengaruh

terhadap pemberian ASI eksklusif. Bagian dari dimensi biologis

yang akan dibahas mencakup usia dan kondisi kesehatan, kognitif

mencakup pengetahuan, dan afektif yang mencakup persepsi yang

berkaitan dengan ASI Eksklusif.

a) Usia

Produksi ASI berubah seiring dengan perubahan usia.

Ibu yang berusia 19-23 tahun umumnya memiliki produksi

ASI yang lebih cukup dibanding ibu yang berusia lebih tua.

Hal ini teradi karena adanya pembesaran payudara setiap siklus

ovulasi mulai awal terjadinya menstruasi sampai usia 30 tahun,

namun terjadi degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI

(alveoli) secara keseluruhan setelah usia 30 tahun (Novita,

2008).

b) Kondisi Kesehatan

Model kontinum sehat-sakit menurut Potter & Perry

(2005) yaitu mendefinisikan sehat sebagai sebuah keadaan

dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan

adaptasi seseorang terhadap berbagai perubahan yang ada di

lingkungan internal dan eksternalnya. Adaptasi penting

dilakukan untuk menghindari terjadinya perubahan dan

penurunan dibanding kondisi sebelumnya. Adaptasi terjadi


18

untuk mempertahankan kondisi fisik, emosional, intelektual,

sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.

Dua kondisi yang penting dipertahankan karena

berpengaruh terhadap pemberian ASI yaitu kondisi fisik dan

emosional. Kondisi fisik perlu dipertahankan agar seseorang

tidak mengalami masalah kesehatan, tidak terkecuali pada ibu

menyusui.

c) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana

dalam urutan perilaku kognitif. Seseorang dapat mendapatkan

pengetahuan dari fakta atau informasi baru dan dapat diingat

kembali. Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari

pengalaman hidup yang dapat mempengaruhi perilaku

seseorang dalam mempelajari informasi yang penting (Potter

& Perry, 2005).

Informasi maupun pengalaman yang didapat seseorang

terkait pemberian ASI eksklusif dapat mempengaruhi perilaku

orang tersebut dalam memberikan ASI eksklusif hal ini telah

dibuktikan oleh Yuliandarin (2009) dalam penelitiannya, yaitu

ibu yang memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 5,47 kali

lebih besar untuk menyusui secara eksklusif. Asmijati (2005)

juga mendapatkan hasil serupa pada penelitiannya. Ibu yang

memiliki pengetahuan yang baik memiliki kemungkinan


19

6,7941 kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dari

ibu yang memiliki pengetahuan rendah.

d) Persepsi

Persepsi negatif yang sering ditemukan pada ibu,

menurut Siregar (2004), yaitu sindroma ASI kurang. Pada

kasus sindroma ASI kurang ibu merasa ASI yang ia produksi

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Ibu sering

merasa payudara sudah tidak memproduksi ASI karena

ketegangannya berkurang. Salah satu penyebab munculnya

persepsi negatif ini karena bayi sering menangis saat minta

disusui. Hal tersebut terjadi karena semakin bertambahnya usia

bayi, kebutuhan cairan bayi meningkat, sehingga bayi lebih

sering minta disusui. Selain itu, ASI cepat dicerna sehingga

perut bayi cepat menjadi kosong. Hal tersebut membuat ibu

beranggapan bayi perlu diberikan minuman tambahan bahkan

dikenalkan dengan makanan padat.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI dibagi

menjadi beberapa dimensi yaitu institusi, sosial, dan sosial

demograf. Dimensi institusi yaitu fasilitas kesehatan, sosial yaitu

dukungan petugas kesehatan, dukungan orang terdekat dan promosi

susu formula; dan sosial demografi seperti pendidikan, pekerjaan,

dan suku/budaya.
20

a) Pendidikan

Novita (2008) dalam penelitiannya menyebutkan

semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah

ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya. Hal ini

dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki

kesibukan di luar rumah sehingga cenderung meninggalkan

bayinya, sedangkan ibu yang berpendidikan rendah lebih

banyak tinggal di rumah sehingga memiliki lebih banyak

kesempatan untuk menyusui bayinya. Hal ini didukung oleh

penelitian Nurjanah (2007) yang menemukan proporsi

pemberian ASI pada ibu yang berpendidikan rendah lebih

besar dari ibu yang berpendidikan tinggi.

b) Dukungan Petugas Kesehatan

Menurut Nurjanah (2007) edukasi mengenai pemberian

makan yang dilakukan di klinik berperan penting dalam

pemilihan menyusui secara dini. Edukasi mengenai pemberian

ASI sangat penting dilakukan sebelum atau selama kehamilan

dan dilanjutkan setelah melahirkan. Persepsi dari tenaga

kesehatan sangat penting karena mereka persepsi tersebut

dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat ibu.


21

c) Dukungan Orang Terdekat

Keputusan untuk memberikan ASI sering dipengaruhi

oleh keluarga terutama suami dan orangtua, teman, dan

lingkungan sosial ibu daripada pengetahuan ibu. Dukungan

keduanya telah terbukti berpengaruh terhadap pemberian ASI

eksklusif.

d) Promosi Susu Formula

Negara-negara di kawasan barat merupakan tempat

berdirinya usaha pemerahan susu. Susu sapi dimodifikasi dan

diproses menjadi susu formula yang menjadi asupan untuk

bayi. Secara kuantitas, susu hewan mungkin bernilai sama

dengan susu manusia, namun secara kualitas keduanya

berbeda. Banyaknya iklan susu formula di televisi yang

bersaing dalam memberikan nutrisi unggulan untuk bayi,

memberikan dampak negatif bagi pemberian ASI eksklusif.

Nurjanah (2007) mengemukakan beberapa alasan ibu

dalam memilih susu formula. Alasan yang pertama kali

ditemui adalah ibu memilih susu formula agar dapat

meneruskan sekolah atau bekerja dan orang lain dapat

mengurus bayinya. Alasan lain berhubungan dengan penyakit

yang diderita ibu, yaitu ibu tidak ingin menularkan penyakit

yang diderita melalui ASI. Alasan terkahir ibu berpendapat ia


22

memilih susu formula yaitu pemerintah memberikannya secara

cuma-cuma.

e) Budaya

Budaya sebagai hal yang dianut secara turun-temurun

dalam suatu masyarakat memiliki pengaruh pada perilaku

menyusui secara eksklusif. Sebagian besar hasil studi yang

dilakukan di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan

praktik pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jarang

dilakukan karena pengaruh budaya yang dianut. Biasanya hal

yang menghambat keberhasilan ASI eksklusif adalah praktik

pemberian makan yang seharusnya belum dilakukan pada bayi

di bawah enam bulan.

f) Status Pekerjaan

Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan

dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja

tidak hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan,

tidak terkeculi ibu menyusui. Jumlah partisipasi ibu menyusui

yang bekerja menyebabkan turunnya angka dan lama

menyusui (Siregar, 2004).

g) Tempat bersalin

Tempat bersalin memiliki peranan dalam pencapaian

pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan Kusnadi

(2007) menunjukkan proporsi pemberian ASI eksklusif pada


23

ibu yang melakukan persalinan menggunakan fasilitas

kesehatan lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang tidak

menggunakan fasilitas kesehatan. Hal ini dapat disebabkan

oleh, ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

mendapatkan info lebih baik tentang ASI eksklusif daripada

yang bersalin di fasilitas non kesehatan.

c. Komposisi ASI

1) Air

ASI mengandung 88,1% air sehingga ASI yang diminum

bayi sudah mencukupi kebutuhan dan sesuai dengan kesehatan

bayi. ASI dengan kandungan air yang lebih banyak biasanya akan

keluar pada hari ketiga atau keempat.

2) Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian

meningkat kadarnya. Lemak ASI meningkat kadarnya setiap kali

diisap oleh bayi yang setiap kali terjadi secara otomatis. Komposisi

lemak pada 5 menit pertama isapan, akan berbeda pada 10 menit

kemudian. Kadar lemak hari pertama berbeda dengan hari kedua

dan akan berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan

energi yang dibutuhkan bayi. Selain jumlahnya mencukupi, jenis

lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang

merupakan lemak kebutuhan jaringan otak dan sangat mudah

dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi, dalam bentuk


24

Omega 3, Omega 6, DHA (docoso hexaconic acid) dan

achachidonid acid dimana ini adalah komponen penting untuk

mielinasi.

Lemak selain diperlukan dalam jumlah sedikit sebagai

energi, juga digunakan oleh otak untuk membuat mielin, sedangkan

mielin adalah zat yang mengelilingi sel saraf otak dan akson agar

tidak mudah rusak bila terkena rangsangan. Seluruh asam lemak

dapat dibuat oleh tubuh dari protein dan karbohidrat, kecuali satu

yaitu asam linoleat. Tanpa asam linoleat, otak tidak dapat

memperbaiki mielin dan dapat mengakibatkan hilangnya

koordinasi, daya ingat, gangguan paranoia, apatis, gemetar dan

halusinasi. Asam linoleat ada di dalam ASI dan jumlahnya cukup

tinggi, lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI

mengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigleserida

menjadi digliserida sehingga sedikit sekali lemak yang tidak

diserap oleh sistem pencernaan bayi.

Kolestrol adalah bagian dari lemak yang juga memiliki

peran yang sangat penting, dimana dari hasil penelitian di luar

ngeri pada tahun 2010 oleh para ahli ilmuwan menunjukan bahwa,

bayi yang diberi ASI eksklusif mempunyai kadar kolestrol yang

tinggi. Hal ini menguntungkan bagi bayi karena sejak dini sistem

peredaran darah bayi sudah beradaptasi mengolah kolestrol.

Kolestrol sendiri membentuk enzim yang akan memetabolisme


25

kolestrol yang akan mengendalikan kolestrol dikemudian hari

sehingga dapat mencegah serangan jantung dan penebalan

pembuluh darah (arteriosklerosis) pada usia muda.

3) Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun

kadarnya relatif rendah namun cukup untuk bayi sampai usia 6

bulan, Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang

sangat stabil, dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Pada

ibu menyusui yang bekerja diharapkan tetap mampu memberikan

ASI bagi bayinya, mengingat kadar mineral dalam ASI yang sangat

bagus untuk bayi, sehingga bagi ibu bekerja tidak lantas melakukan

tindakan stop ASI.

4) Karbohidrat

Karbohidrat terbanyak dalam ASI adalah laktosa yang

berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Laktosa

juga berperan membantu penyerapan kalsium yang berguna untuk

pembentukan tulang. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI

hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu

sapi atau susu formula.

5) Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya

berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein

dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan Casein.
26

Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang

lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih

banyak mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh

usus bayi. Jumlah protein Casein yang terdapat dalam ASI hanya

30% dibanding susu sapi yang mengandung protein ini dalam

jumlah tinggi (80%). ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok

berbagai jenis senyawa organic yang tersusun dari 3 jenis yaitu

basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding dengan susu sapi

yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Nukleotida ini

mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan

kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam

usus dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh.

6) Karnitin

Karnitin ini mempunyai peran membantu proses

pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan

metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi

terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam

kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin

bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang

mendapat susu formula.

7) Laktoferin

Laktoferin banyak dalam ASI (1-6mg/ml), tapi tidak

terdapat dalam susu sapi. Laktoferin bekerja sama dengan IgA


27

untuk menyerap zat besi dari pencernaan sehingga menyebabkan

terhindarnya suplai zat besi yang di butuhakan organisme

patogenik, seperti Eschericia coli (E. Coli) dan Candida albikans.

Oleh karena itu, pemberian suplemen zat besi kepada bayi

menyusui harus lebih dipertimbangkan.

8) Lisozim

Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal,

antiinflamasi, dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih

tinggi dari pada susu sapi. Lisozim dapat melawan serangan E.Coli

dan Salmonela serta lebih unik dibandingkan antibodi lain karena

jika yang lain menurun maka kadar lisoszim akan meningkat di

ASI setelah bayi berumur di atas 6 bulan – saat bayi sudah di

berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Oleh karena itu

kemungkinan terkena infeksi akan lebih tinggi.

9) Taurin

Taurin adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua

dan tidak terdapat dalam susu sapi. Berfungsi sebagai

neurotransmitter dan berperan penting dalam maturasi otak bayi.

Karena itu, susu formula bayi kebanyakan berusaha menambah

taurin di dalam formulanya.

Selain berbagai komposisi ASI diatas, berikut ini adalah

berbagai perbandingan komposisi ASI dibandingkan dengan susu

sapi.
28

Tabel 2.2 Perbandingan Komposisi Gizi ASI


Unsur Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi
Air (g) - 88 88
Laktosa (g) 5,3 6,8 3
Protein (g) 2,7 1,2 3,3
Lemak (g) 2,9 3,8 3
Laktobulin (g) - 1,2 3,1
Asam Linoleat (g) -92 8,3 1,6
Natrium (g) 55 15 1,6
Kalium (g) 117 55 1,38
Klorida (g) 31 43 103
Kalsium (g) 4 33 125
Magnsium(g) 14 4 12
Fosfor (g) 0,09 15 100
Zat besi (g) 89 0,15 0,1
Vitamin A (g) - 53 34
Vitamin D (g) 15 0,03 0,06
Tiamin (g) 30 16 42
Riboflavin (g) 75 43 157
Asam Nikotinat (g) 4,4 172 85
Asam Askorbat (g) 4,3 1,6
Laktoferin (g)
Lisozim (g)
Taurin (g)
40

Sumber : Purwanti (2004).

Dari tabel diatas diketahui bahwa dalam ASI terdapat 200

unsur zat yang masing - masing berfungsi untuk membentuk dan

mengembangkan berbagai sel tubuh yang tidak dapat dipenuhi oleh

susu sapi. Dengan tidak memberikan ASI berarti kita memberi

bahan yang sulit dicerna oleh sistem pencernaan bayi dan membuat

beban pada sistem pencernaan bayi (Purwanti, 2004).


29

d. Manfaat ASI Bagi Bayi

Bayak sekali manfaat ASI bagi bayi khususnya manfaat

pemberian ASI Eksklusif sampai usia bayi 6 bulan, dimana manfaat itu

terdiri atas :

1) ASI Sebagai Nutrisi

Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk

mempunyai sepasang atau lebih kelenjar air susu. Pada saat

melahirkan kelenjar ini akan memproduksi air susu khusus sebagai

makanan untuk bayinya. ASI merupakan sumber gizi yang sangat

ideal dngan kompoisi yang seimbang dan disesuaikan dengan

kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang

paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya dengan

tatalaksana menyusui yang benar. ASI sebagai makanan tunggal

akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia

6 bulan.

2) ASI Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mndapatkan

immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari –

ari. Namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah

bayi lahir, badan bayi sendiri baru akan membuat zat kekebalan

cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu

berusia 9 – 12 bulan. Pada saat zat kekebalan bawaan menurun

sedangkan yang dibentuk badan bayi belum mncukupi maka akan


30

terjadi kesenjangan zat kekebalan bayi. Kesenjangan akan hilang

apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang

mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari

berbagai penyakit seperti infeksi bakteri, virus, parasit dan juga

jamur.

3) Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang

Manfaat ASI juga dapat meningkatkan jalinan kasih dan

sayang antara seorang ibu dan anak, dimana pada saat proses

menyusui terjadi kontak mata sehingga terjadilah hubungan batin

yang kuat antara ibu dan anak.

4) ASI mudah diserap dan mencegah karies karena mengandung

mineral selenium (Darmayanti, 2009).

e. Manfaat ASI Bagi Ibu

1) Mengurangi Perdarahan Setelah Melahirkan

Apabila bayi disusui segera setalah dilahirkan maka kemungkinan

terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang. Ini

karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan oksitosin yang

berguna juga untuk konstriski/penutupan pembuluh darah sehingga

perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan

angka kematian ibu.


31

2) Mengurangi Terjadi Anemia

Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau

anemia karena kekurangan zat besi. Menyusui mengurangi

perdarahan.

3) Mengatur Jarak Kehamilan

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan

cukup berhasil. Selama ibu memberikan ASI eksklusif dan belum

haid, 98 % tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah

melahirkan dan 96 % tidak akan hamil sampai bayi berusia 12

bulan.

4) Mengurangi Kemungkinan Menderita Kanker

Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan

menderita kanker payudara dan indung telur berkurang. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi

kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila

semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2

tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan

berkurang sampai sekitar 25%. Sedangkan resiko terkena kanker

indung telur pada ibu menyusui berkurang sampai 20-25%.

5) Memberi Kepuasan Bagi Ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan

kepuasan, kebanggaan dan kebahagian yang mendalam.


32

6) Praktis

Mudah di bawa kemana-mana (portabel) sehingga saat bepergian

alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa alat

listrik untuk memasak atau menghangatkan susu. Air susu ibu

dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan siap

diminum, serta dalam suhu yang selalu tepat.

f. Manfaat ASI Bagi Keluarga

1) Aspek Ekonomis

Penggunaan ASI akan mengurangi pengeluaran keluarga

karena tidak hanya mengurangi pengeluaran untuk membeli susu

formula dan perlengkapan membuatnya, tetapi juga biaya

kesehatan untuk bayi. Bayi yang diberikan ASI secara eksklusif

telah terbukti hampir tidak pernah sakit dibanding dengan bayi

yang diberikan susu formula.

2) Aspek Psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih

jarang sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan

hubungan bayi dengan keluarga.

3) Aspek Kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana

saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapakan air

masak botol, dan dot yang terus dibersihkan serta minta

pertolongan orang lain (Baskoro, 2010).


33

g. Cara Tepat Pemberian ASI

Ibu yang menginginkan manfaat optimal dari pemberian ASI,

pertama-tama harus paham bahwa untuk itu diperlukan dua syarat

utama yaitu pemberian ASI harus dilakukan dengan baik sehingga

terjadi keberhasilan menyusui, dan juga pemberian ASI harus dilakukan

secara eksklusif paling sedikit selama empat bulan dan lebih baik lagi

sampai dengan enam bulan.

Pemberian ASI yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi

(on demand). Apabila ASI diberikan pada saat anak menangis,

sebenarnya itu sudah terlambat, karena sudah terlalu lama, jadi

keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu

yang tepat untuk pemberian ASI. Jika diperhatikan dengan baik,

sebelum menangis bayi bisa memberikan tanda – tanda kebutuhannya

akan ASI misalnya, berupa gerakan – gerakan memainkan mulut dan

lidah atau memainkan tangan di mulut. Namun, ketepatan waktu saja

tidak cukup, tak jarang kegagalan dalam menyusui masih terjadi, jika

hal itu terjadi ibu sebaiknya jangan berputus asa.

Harus dipahami bahwa kegagalan biasanya disebabkan teknik

dan posisi menyusui yang kurang tepat, bukan karena produksi ASI

yang sedikit. ASI sendiri sebenarnya tak pernah kurang, karena

produksinya akan disesuaikan dengan kebutuhan bayi, bahkan ada ibu

yang produksi ASI nya bisa mencapai dua liter per hari. Di luar itu,

kondisi psikologis ibu juga harus menunjang karena pengaruhnya


34

terhadap keberhasilan atau kegagalan menyusui sangat besar. Ada ibu

yang terlalu khawatir bahwa irinya tidak akan bisa menyusui, padahal

sebenarnya ibu tidak bermasalah justru karena ibu terlalu khawatir,

maka proses menyusui itu tidak akan berhasil, padahal jika ibu yakin

untuk menyusui maka tak akan ada masalah.

Jika ibu dilanda kecemasan seperti itu, contoh akibatnya yang

jelas antara lain hormon oksitosin ibu tidak akan keluar padahal

hormone ini adalah salah satu hormon yang beerperan dalam proses

produksi ASI. Sebaliknya, jika ibu merasa tenang maka hormone

oksitosin akan bekerja dengan baik. Okstosin berpengaruh dalam proses

pengeluaran ASI dari kelenjar susu, dengan adanya hormone ini akan

membuat saluran ASI berkontraksi sehingga ASI dalam kelenjar susu

bisa keluar ke ujung salurannya untuk kemudian dihisap bayi dengan

mudah, sebaliknya selama ASI digunakan produksi oksitosin akan

berlangsung terus. Bagi ibu manfaat oksitosin sangat banyak selain

mengerutkan otot – otot saluran untuk pengeluaran ASI, hormon ini

juga mengakibatkan otot – otot polos rahim berikut pembuluh darahnya

mengkerut, dimana efek ini akan bekerja maksimal jika setelah

melahirkan ibu langsung menyusui bayinya karena dengan begitu

penyempitan pembuluh darah yang terbuka saat melahirkan bisa

dipercepat.

Di Indonesia, angka kematian ibu saat melahirkan sangat tinggi

dan salah satu penyebabnya adalah perdarahan setelah melahirkan,


35

padahal sebenarnya jika ibu melakukan pemberian ASI dengan baik

kejadian perdarahan bisa dikurangi dan resiko kematian bisa dipekecil.

3. Susu Formula

a. Pengertian

Susu formula merupakan pengganti ASI atau dapat juga sebagai

pelengkap ASI. Tetapi harus diingat, tak satupun susu yang komposisi

zat gizinya bisa menyamai ASI. Untuk memilih susu formula, harap

diperhatikan kandungan gizi yang tertera pada kemasan. Penting untuk

selalu membaca label zat gizi pada makanan atau minuman kemasan

sebelum membelinya, terutama produk bayi dan anak. Susu formula

yang beredar di pasaran bermacam-macam. Ada yang mengandung

Omega DHA, AA/ARA, prebiotik FOS, laktoferin, laktulosa, dan lain-

lain. Semuanya ini memberikan manfaat lebih bagi kesehatan bayi dan

anak. Untuk bayi dengan kondisi tertentu sebaiknya pemilihan susu

formula dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis anak

atau ahli gizi (Bulan, 2007).

Menurut Dewi (2016) kelompok bayi yang diberi susu formula

memiliki angka kenaikan berat badan lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu sebesar 775 gram per

bulan. Disamping itu berbagai keadaan tidak memungkinkan Ibu untuk

memberi ASI pada bayinya walaupun produksinya cukup, seperti :


36

1) Penyakit yang dilarang oleh dokter untuk menyusui, baik untuk

kepentingan Ibu (seperti penyakit: gagal jantung) maupun untuk

bayinya (seperti penyakit menular yang diderita Ibu).

2) Bayi dilahirkan dengan kelainan metabolik bawaan yang akan

bereaksi jelek jika bayi tersebut mendapat ASI.

3) Ibu dirawat di rumah sakit dan dipisahkan dari bayinya.

4) Ibu bekerja atau berdagang, sedangkan tempat kerja atau tokonya

terletak jauh dari tempat tinggalnya (Pudjiadi, 2005).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Susu Formula

Arifin (2004), menjelaskan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan yaitu :

1) Faktor pendidikan

Seseorang yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan

luas akan lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI

eksklusif karena pola pikirnya yang lebih realistis dibandingkan

yang tingkat pendidikan rendah.

2) Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif adalah hal yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang, salah satunya kurang

memadainya pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI yang

menjadikan penyebab atau masalah dalam peningkatan pemberian

ASI.
37

3) Pekerjaan

Bertambahnya pendapatan keluarga atau status ekonomi

yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan

dengan cepatnya pemberian susu botol. Artinya mengurangi

kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama.

(Amirudin, 2006). Penelitian Erfiana (2012), ibu yang tidak

memberikan susu formula sebagian besar oleh ibu yang tidak

bekerja sehingga status pekerjaan dapat mempengaruhi pemberian

susu formula pada bayi.

4) Ekonomi

Hubungan antara pemberian ASI dengan ekonomi/

penghasilan ibu dimana ibu yang mempunyai ekonomi rendah

mempunyai peluang lebih memilih untuk memberikan ASI

dibanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi kerena ibu yang

ekonominya rendah akan berfikir jika ASI nya keluar maka tidak

perlu diberikan susu formula karena pemborosan.

5) Budaya

Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru

negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya

dan memilih air susu buatan atau susu formula sebagai jalan

keluarnya.
38

6) Psikologis

Ibu yang mengalami stres dapat menghambat produksi ASI

sehingga ibu kurang percaya diri untuk menyusui bayinya. Ibu

yang tidak memberikan susu formula sebagian besar dilakukan oleh

ibu yang kondisi psikologi baik sehingga psikologis ibu

mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi (Erfiani, 2012).

7) Informasi susu formula

Ibu yang tidak memberikan susu formula sebagian besar

yang tidak terpapar produk susu formula sehingga iklan produk

susu formula dapat mempengaruhi pemberian susu formula.

8) Kesehatan

Ibu yang menderita sakit tertentu seperti ginjal atau jantung

sehingga harus mengkonsumsi obat-obatan yang dikhawatirkan

dapat mengganggu pertumbuhan sel-sel bayi, bagi ibu yang sakit

tetapi masih bisa menyusui maka diperbolehkan untuk menyusui

bayinya.

9) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita

Terdapat anggapan bahwa ibu yang menyusui akan merusak

penampilan. Padahal setiap ibu yang mempunyai bayi selalu

mengalami perubahan payudara, walaupun menyusui atau tidak

menyusui.
39

10) Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI

Cara menyusui yang benar dan pemasaran yang dilancarkan

secara agresif oleh para produsen susu formula merupakan faktor

penghambat terbentuknya kesadaran orang tua dalam memberikan

ASI eksklusif.

11) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan

susu botol.

Persepsi masyarakat gaya hidup mewah membawa dampak

menurutnya kesediaan menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi

kalangan tertentu bahwa susu botol sangat cocok untuk bayi dan

dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu ingin meniru orang lain

(Khasanah, 2011).

12) Peran petugas kesehatan

Masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan

tentang manfaat pemberian ASI.

c. Jenis

Jenis-jenis Susu Formula menurut Bulan (2007).

1) Starting formula (complete infant formula), yaitu formula awal (0-6

bulan) yang terdiri dari :

a) Complete starting formula

Untuk bayi lahir normal tanpa ada syarat khusus.


40

b) Adapted starting formula

Untuk bayi yang lahir dengan pertimbangan khusus untuk

fisiologisnya dengan syarat rendah mineral, digunakan lemak

tumbuhan sebagai sumber energy, dan susunan zat gizi yang

mendekati ASI. Susu jenis ini merupakan jenis yang paling

banyak mengalami penyesuaian dan banyak beredar di

pasaran.

2) Follow up formula (6-12 bulan)

3) Special formula (formula diet)

a) Susu bebas laktosa

b) Susu ini untuk bayi yang mengalami intoleransi laktosa,

dimana kondisi pencernaan bayi tidak tahan terhadap laktosa.

c) Susu dengan protein hidrolisate dan lemak sederhana. Susu ini

ditujukan untuk bayi dengan diare akut/kronis.

d) Susu formula bayi premature dan BBLR (Berat Badan Lahir

Rendah <2500).

e) Susu penambah energy

f) Susu ini dikategorikan sebagai menu tambahan atau

pelengkap. Bisa dikatakan juga sebagai pengganti makanan,

karena kandungan gizinya cukup komplet. Biasanya diberikan

pada anak yang sulit makan dan nafsu makannya kurang.


41

Hal yang perlu diingat dalam memberikan susu formula yakni

botol susu harus dalam keadaan steril (untuk mencegah diare) dan susu

diberikan dalam keadaan hangat agar bayi tidak mudah kembung. Oleh

karena itu, jangan pernah memberikan sisa susu formula kepada bayi

jika lebih dari 2,5 jam karena akan menyebabkan bayi terkena diare,

sisa susu sebaiknya dIbuang dan berikan susu yang baru dIbuat jika

bayi lapar (Bulan, 2007).

d. Manfaat Susu Formula

Menurut Eissenberg (2004) ada 2 manfaat susu formula, yaitu

manfaat bagi bayi dan manfaat susu formula bagi Ibu, dalam bukunya

mengenai “Susu Formula”, Manfaat Pemberian Susu Formula adalah

sebagai berikut :

1) Manfaat Susu Formula Bagi Bayi

Bagi bayi, susu formula bermanfaat untuk memberikan

kepuasan yang lebih lama karena formula susu sapi yang di buat

dari susu sapi lebih sulit dicerna dari pada ASI, dan endapan besar

sehingga meningalkan rasa kenyang pada bayi yang lebih lama.

Ada 2 fungsi susu formula, yaitu

a) Sebagai Nutrisi

Susu Formula dengan jumlah kalori, vitamin dan mineral yang

sesuai, dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak dan

membantu pencapaian tumbuh kembang yang optimal.

Penggunaan merek susu formula yang sesuai usia anak selama


42

tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh dalam hal ini

saluran cerna adalah susu yang terbaik.

b) Meningkatkan Kecerdasan

Penambahan AA, DHA, Spingomielin pada susu formula

sebenarnya tidak merupakan pertimbangan utama pemilihan

susu yang terbaik. Penambahan zat yang diharap berpengaruh

terhadap kecerdasan anak memang masih sangat kontroversial.

Terdapat dua faktor penentu kecerdasan anak, yaitu faktor

genetika dan faktor lingkungan.

1)) Faktor genetika

Faktor genetika atau faktor bawaan menentukan apakah

potensi genetika atau bawaan yang diturunkan oleh orang

tua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa.

2)) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan apakah

faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal. Faktor

ini mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi atau

direkayasa.

2) Manfaat Pemberian Susu Formula Pada Bayi Untuk Ibu

Pemberian susu formula pada bayi ditahun pertama

biasanya dilakukan karena keadaan – keadaan yang terjadi pada Ibu

yaitu puting rata, puting lecet, payudara bengkak, saluran susu


43

tersumbat, infeksi payudara, abses payudara, dan pekerjaan

(Prawirohardjo, 2005).

Manfaat pemberian susu formula pada bayi untuk Ibu antara

lain memudahkan pemantauan jumlah susu yang di berikan pada

bayi, lebih sedikitnya tuntutan pada Ibu, tidak menganggu model

baju, lebih sedikit pembatasan dalam metode keluarga berencana,

lebih sedikit tuntutan batasan diet, tidak merasa tertekan bila

memberi susu di depan umum, dan tidak menganggu kegiatan

bercinta (Eissenberg, 2004).

e. Komposisi Susu Formula

Komposisi zat gizi susu formula selalu sama untuk setiap kali

minum (sesuai aturan pakai), hanya sedikit mengandung imunoglobulin

yang sebagian besar merupakan jenis yang “salah” (tidak diperlukan

oleh tubuh). Selain itu, tidak mengandung sel-sel darah putih dan sel-sel

lain dalam keadaan hidup (Khasanah, 2011).

1) Lemak

Kadar lemak disarankan antara 2.7 – 4.1 g tiap 100 ml. Komposisi

asam lemaknya harus sedemikian hingga bayi umur 1 bulan dapat

menyerap sedikitnya 85%.

2) Protein

Kadar protein harus berkisar antara 1.2 dan 1.9 g/100 ml, dengan

rasio laktalbumin/kasein kurang-lebih 60/40. Oleh karena

kandungan protein daripada formula ini relatif rendah maka


44

komposisi asam aminonya harus identik atau hampir indentik

dengan yang terdapat dalam protein ASI. Protein demikianlah yang

dapat dipergunakan seluruhnya oleh bayi pada minggu pertama

setelah dilahirkan. Pemberian protein yang terlalu tinggi dapat

menyebabkan meningginya kadar ureum, amoniak, serta asam

amino tertentu dalam darah. Perbedaan antara protein ASI dan susu

formula terletak pada kandungannya (susu formula mengandung

3.3 g/100 ml.) dan rasio antara protein whey dan kaseinnya: pada

ASI 60/40, sedangkan pada susu sapi 20/80. Bayi baru lahir dan

terutama yang dilahirkan sebagai prematur dapat megubah asam

amino metionin menjadi sistein, hingga pemberian susu sapi tanpa

diubah dahulu dapat menyebabkan kekurangan relatif sistein.

Penambahan protein whey akan memperbaiki susunan asam

aminonya hingga mendekati kandungan sistein yang terdapat dalam

ASI. Beberapa produsen susu menambahkan taurin pada produk

formula susu bayinya.

3) Karbohidrat

Kandungan karbohidrat yang disarankan pada susu formula antara

5.4 dan 8.2 g bagi tiap 100 ml. Sehingga, dianjurkan supaya

karbohidrat hanya atau hampir seluruhnya memakai laktosa,

selebihnya glukosa atau destrin-maltosa, tidak dibenarkan pada

pembuatan formula ini untuk memakai tepung atau madu, maupun


45

diasamkan (acidified) karena belum diketahui efek sampingnya

dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

4) Mineral

Mineral dalam susu sapi seperti natrium, kalium, kalsium, fosfor,

magnesium, khlorida, lebih tinggi 3 sampai 4 kali dibandingkan

dengan mineral yang terdapat dalam ASI. Pada pembuatan susu

formula adaptasi kandungan berbagai mineral harus diturunkan

hingga jumlahnya berkisar antara 0.25 dan 0.34 g bagi tiap 100 ml.

Kandungan mineral dalam susu formula adaptasi memang rendah

dan mendekati yang terdapat pada ASI Penurunan kadar mineral

sangat diperlukan oleh karena bayi baru lahir belum dapat

mengekresi dengan sempurna kelebihannya.

5) Energi

Banyaknya energi dalam formula demikian biasanya disesuaikan

dengan jumlah energi yang terdapat pada ASI.

f. Kelemahan Susu Formula

Praptiani (2012) menjelaskan telah teridentifikasi adanya

kerugian berikut ini untuk bayi yang diberikan susu formula yaitu:

1) Susu formula kurang mengandung beberapa senyawa nutrien.

2) Sel-sel yang penting dalam melindungi bayi dari berbagi jenis

patogen.

3) Faktor antibodi, antibakteri dan antivirus (misalnya IgA, IgG, IgM

dan laktoferin).
46

4) Hormon (misalnya hormon prolaktin dan hormon tiroid).

5) Enzim dan prostaglandin.

Anggraini (2010) menjelaskan susu formula mempunyai

beberapa kelemahan, antara lain; kurang praktis karena harus

dipersiapkan terlebih dahulu, tidak dapat bertahan lama, mahal dan

tidak selalu tersedia, cara penyajian harus tepat dapat menyebabkan

alergi.

Susu formula banyak kelemahannya karena terbuat dari susu

sapi sehingga dijelaskan Khasanah (2011) antara lain; kandungan susu

formula tidak selengkap ASI, pengenceran yang salah, kontaminasi

mikroorganisme, menyebabkan alergi, bayi bisa diare dan sering

muntah, menyebabkan bayi terkena infeksi, obesitas atau kegemukan,

pemborosan, kekurangan zat besi dan vitamin, mengandung banyak

garam.

g. Dampak negative/kerugian pemberian susu formula

Roesli (2008) menjelaskan berbagai dampak negatif yang terjadi

pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain :

1) Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare)

Judarwanto (2007) menjelaskan bahwa anak yang diberi

susu formula lebih sering muntah/gumoh, kembung, “cegukan”,

sering buang angin, sering rewel, susah tidur terutama malam hari.

Saluran pencernaan bayi dapat terganggu akibat dari pengenceran

susu formula yang kurang tepat, sedangkan susu yang terlalu kental
47

dapat membuat usus bayi susah mencerna, sehingga sebelum susu

dicerna oleh usus akan dikeluarkan kembali melalui anus yang

mengakibatkan bayi mengalami diare.

2) Infeksi saluran pernapasan

Gangguan saluran pencernaan yang terjadi dalam jangka

panjang dapat mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang sehingga

mudah terserang infeksi terutama ISPA (Judarwanto, 2007). Susu

sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibiotik sebagai

perlindungan tubuh dari infeksi. Proses penyiapan susu formula

yang kurang steril dapat menyebabkan bakteri mudah masuk.

3) Meningkatkan resiko serangan asma

ASI dapat melindungi bayi dari penyakit langka botulism,

penyakit ini merusak fungsi saraf, menimbulkan berbagai penyakit

pernapasan dan kelumpuhan otot (Nasir, 2011). Peneliti sudah

mengevaluasi efek perlindungan dari pemberian ASI, bahwa

pemberian ASI melindungi terhadap asma dan penyakit alergi lain.

Sebaliknya, pemberian susu formula dapat meningkatkan resiko

tersebut. (Roesli, 2008).

4) Meningkatkan kejadian karies gigi susu

Kebiasaan bayi minum susu formula dengan botol saat

menjelang tidur dapat menyebabkan karies gigi. (Retno, 2011). ASI

mengurangi penyakit gigi berlubang pada anak (tidak berlaku pada

ASI dengan botol), karena menyusui lewat payudara ada seperti


48

keran, jika bayi berhenti menghisap, otomatis ASI juga akan

berhenti dan tidak seperti susu botol. Sehingga ASI tidak akan

mengumpul pada gigi da menyebabkan karies gigi. (Nasir, 2011).

4) Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif

Susu formula mengandung glutamate (MSG-Asam amino)

yang merusak fungsi hypothalamus pada otak – glutamate adalah

salah satu zat yang dicurigai menjadi penyebab autis (Nasir, 2011).

Menurut Roesli (2008) bayi yang tidak diberi ASI

mempunyai nilai lebih rendah dalam semua fungsi intelektual,

kemampuan verbal dan kemampuan visual motorik dibandingkan

dengan bayi yang diberi ASI.

6) Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas)

Kelebihan berat badan pada bayi yang mendapatkan susu

formula diperkirakan karena kelebihan air dan komposisi lemak

tubuh yang berbeda dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI

(Khasanah, 2011).

7) Meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah

ASI membantu tubuh bayi untuk mendapat kolesterol baik,

artinya melindungi bayi dari penyakit jantung pada saat sudah

dewasa. ASI mengandung kolesterol tinggi (fatty acid) yang

bermanfaat untuk bayi dalam membangun jaringan-jaringan saraf

dan otak. Susu yang berasal dari sapi tidak mengandung kolesterol

ini (Nasir, 2011).


49

8) Meningkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula yang

tercemar

Pembuatan susu formula di rumah tidak menjamin bebas

dari kontaminasi mikroorganisme patogen. Penelitian menunjukkan

bahwa banyak susu formula yang terkontaminasi oleh

mikroorganisme patogen (Sidi, 2004).

9) Meningkatkan kurang gizi

Pemberian susu formula yang encer untuk menghemat

pengeluaran dapat mengakibatkan kekurangan gizi karena asupan

kurang pada bayi secara tidak langsung. Kurang gizi juga akan

terjadi jika anak sering sakit, terutama diare dan radang pernafasan

(Roesli, 2008).

10) Meningkatkan resiko kematian

Bayi yang tidak pernah diberi ASI berisiko meninggal 25%

lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran daripada bayi yang

mendapat ASI. Pemberian ASI yang lebih lama akan menurunkan

resiko kematian bayi. Praptiani (2012), menyusui adalah tindakan

terbaik karena memberikan susu melalui botol dapat meningkatkan

resiko kesehatan yang berhubungan dengan pemberian susu

formula diantaranya yaitu; Peningkatan infeksi lambung, infeksi

otitis media, infeksi perkemihan, resiko penyakit atopik pada

keluarga yang mengalami riwayat penyakit ini, resiko kematian


50

bayi secara mendadak, resiko diabetes melitus bergantung insulin.

Penyakit kanker dimasa kanak-kanak.


51

B. KERANGKA TEORI

Manfaat bagi bayi :


1. Sebagai Nutrisi
2. Meningkatkan daya tahan tubuh
3. Meningkatkan jalinan kasih sayang
4. ASI mudah diserap dan mencegah karies

Faktor yang
mempengaruhi ASI
pemberian ASI
Perbedaan
peningkatan BB
bayi
Susu Formula
Faktor Internal : Faktor Eksternal :
1.Usia 1. Pendidikan
2.Pengetahuan 2. Pekerjaan
3.Kondisi Kesehatan 3. Fasilitas kesehatan
4.Presepsi 4. Dukungan petugas
kesehatan Peningkatan BB bayi
5. Dukungan orang normal :
terdekat 1. BBL : 300-350 gr
2. 1 mg : BB turun
Manfaat bagi bayi : 10%
1. Sebagai Nutrisi 3. Hr 10-14 : BB
2. Meningkatkan kecerdasan meningkat
4. Trw 1 : 150-250
gr/mg
Faktor yang mempengaruhi 5. Trw 2 : 500-600
pemberian susu formula : gr/mg
1. Pendidikan 6. Trw 3 : 300-450
2. Pengetahuan gr/mg
Kerugian : 7. Trw 4 : 250-350
3. Pekerjaan
1. Gangguan saluran pernafasan gr/mg
4. Ekonomi
2. Infeksi saluran pernafasan 8. 5 bl : 2 x BB
5. Budaya
3. Meningkatkan resiko serangan asma lahir
6. Psikologis
4. Meningkatkan kejadian karies gigi susu 9. 1 th : 3 BB lahir
7. Informasi susu formula
5. Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif 10. 2-2,5 th : 4 x BB
8. Kesehatan
6. Obesitas lahir
9. Takut kehilangan daya
7. Meningkatkan resiko penyakit jantung
tarik sebagai wanita
8. Meningkatkan resiko infeksi
10. Ketidaktahuan ibu tentang
9. Meningkatkan kurang gizi
pentingnya ASI
10. Meningkatkan resiko kematian
11. Meniru teman
12. Peran petugas kesehatan

Bagan 2.3
Sumber : Arifin (2004), Darmayanti (2009), Dewi (2016),
Setiawan (2014), Roesli (2008), dan William (2011)
52

C. KERANGKA KONSEP

ASI
Peningkatan
Berat Badan Bayi

Susu Usia 0-6 Bulan

Formula

Bagan 2.4 Kerangka Konsep

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha)

yaitu ada Perbedaan Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan antara

Bayi yang mendapat Asi dengan Susu Formula.

Вам также может понравиться