Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir
semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya
menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing
yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala
macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat dan bidan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik
pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang
tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan
saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter
anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor
pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan
pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan
mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami.
Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam
setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perioperatif yang berkesinambungan
dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan
pasien.
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERIOPERATIF
1. Persiapan Fisik
2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin)
dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan
jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di
rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan
penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami
sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
3
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal.
Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar
natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5
mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan
elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi
ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut
maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada
kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4
6. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh
yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi
pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan
untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene
secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan
personal hygiene.
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti
: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang
diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang
mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga
ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.
Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif
sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir
atau sekret tersebut.
5
c. Latihan Gerak Sendi,
keuntungan:
Lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih
cepat kentut/flatus
9. Persiapan Penunjang
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan
pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap
pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh
pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain :
6
dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu
fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Berikut pemeriksaan
ASA :
a) ASA grade I
b) ASA grade ii
d) ASA grade iv
Mortality (%) : 25
e) ASA grade V
7
10. Inform Consent
Setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat
pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek
etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib
untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun
tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga
mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara
lain :
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal
(body image)
g. Gelisah
8
h. Menayakan pertanyaan yang sama berulang kali
i. Sulit tidur
j. Sering berkemih
c. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun
penunjang
e. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post operasi)
9
d. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang
segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga
untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
e. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain
karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti
valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan
dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
f. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi,
petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien
merasa lebih tenang.
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan
premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat
yang cukup.
Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi
pasien.
C. PERAWATAN PREOPERATIF
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh. Pengkajian pasien Pre operatif meliputi:
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus.
10
b. Integritas ego
c. Makanan / cairan
d. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga
tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek
dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat
transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan / Pembelajaran
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas
11
D. PERAWATAN INTRAOPERATIF
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup
aktivitas keperawatan mencakup :
a. Pemasangan IV cath
Perawat yang bekerja di kamar bedah harus telah mengambil program proregristation
education courses in anasthetic and operating theater nursing. Dalam pembedahan
perawat disebut scrubbed nurse yang bertindak sebagai asisten ahli bedah.
Perawat bertanggung jawab akan pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan
instrument dan menjamin ketersediaan peralatan ahli bedah untuk terlaksananya
pembedahan yang direncanakan. Circulating nurse bertanggung jawab untuk
menjamin terpenuhinya perlengkapan yang dibutuhkan oleh scrubbed nurse dan
bertanggung jawab terhadap observasi dan perawatan pasien tanpa menimbulkan
kontaminasi daerah steril.
1. TAHAP INTRAOPERATIF
12
b. Kedatangan ke Ruang Operasi
Perawat ruang opersi identifikasi dan kardeks klien, melihat kembali lembar
persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, dan berbagai
hasil pemeriksaan. Pastikan bahwa alat prostese dan barang berharga telah dilepas
dan memeriksa kembali rencana perawatan preoperatif yang berkaitan dengan
intraoperatif.
c. Pemberian Anestesi
1) Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluluh sensasi dan
kesadarannya. Relaksasi mempermudah manipulasi anggota tubuh. Klien
juga mengalami amnesia tentang seluruh proses yang terjadi selama
pembedahan yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur
mayor, yang membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.
2) Anestesi Regional
3) Anestesi Lokal
13
d. Pengaturan Posisi Klien Selama Pembedahan
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
e) Hal-hal yang dilakukan oleh perawat terkait dengan pengaturan posisi pasien
meliputi :
f) Kesejajaran fungsional
Maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang
berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula. Contoh :
Lithotomy : posisi ini mengekspose area perineal dan rectal dan biasanya
digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan kuretase dan pembedahan rectal
seperti : Hemmoiroidektomy
14
f. Peran Perawat Selama Pembedahan
2) Perawat Sirkulator
a. Pengkajian Keperawatan
Salah satu hal yang perlu di kaji dalam intra bedah adalah pengaturan posisi pasien.
Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauan
fisiologis, perubahan tanda vital, system, kardiovaskular keseimbnagan cairan, dan
pernafasan.
b. Diagnosis Keperawatan
c. Perencanaan Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil :
15
Rencana tindakan :
Gunakan semua alat atau instrument untuk tindakan pembedahan seperti pemakaian
baju bedah, tutup kepala, masker, penutup sepatu, celemek, dan sarung tangan, serta
penyucian tangan.
Penggunaan baju seragam bedah didesain secara khusus dengan harapan dapat
mencegah kontaminasi dari luar, berprinsip bahwa semua baju dari luar diganti
dengan baju bedah yang steril, atau baju harus dimasukan kedalam celana, atau
harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, dan gunakan
tutup kepala, masker, sarung tangan, serta celemek steril.
Ulangi lagi beberapa kali : dengan selam 10 menit ; dengan larutan desinfektan
standar selama 3-5 menit
Ambil handuk tangan steril, keringkan urut mulai tangan, pergelangan, hingga
siku, lalu jatuhkan handuk.
16
5) Pembersihan dan Persiapan Kulit
Pelaksanaan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah bebas dari
kotoran dan lemak kulit serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakn
dalam pembersihan kulit ini harus memiliki spectrum khasiat, memiliki kecepatan
khasiat, atau memiliki potensi yang baik serta tidak menurun bila adanya kadar
alcohol, sabun detergen, atau bahan organik lainya.
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan doek steril agar daerah
seputar bedah tetap steril dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara
daerah yang steril dan tidak.
7) Pelaksanaan Anestesi
8) Pelaksanaan Pembedahan
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti normalnya tanda vital,
kardiovaskular, pernapasan, ginjal, dan lain-lain.
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama
periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada
keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan
komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali
pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit perawatan
pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) memerlukan pertimbangan-
pertimbangan khusus. Pertimbangan itu diantaranya adalah letak incisi bedah,
perubahan vaskuler dan pemajanan. Letak incisi bedah harus selalu
dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operatif dipidahkan. Banyak luka ditutup
17
dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah
regangan sutura lebih lanjut. Selain itu pasien diposisikan sehingga ia tidak
berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang drainase.
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu posisi
ke posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi
lateral ke posisi terlentang. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianastesi ke
brankard dapat menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien
harus dipindahkan secara perlahan dan cermat. Segera setelah pasien dipindahkan
ke barankard atau tempat tidur, gaun pasien yang basah (karena darah atau cairan
lainnnya) harus segera diganti dengan gaun yang kering untuk menghindari
kontaminasi. Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti dan
diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk
mencegah terjadi resiko injury. Selain hal tersebut diatas untuk mempertahankan
keamanan dan kenyamanan pasien. Selang dan peralatan drainase harus ditangani
dengan cermat agar dapat berfungsi dengan optimal. Proses transportasi ini
merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan
koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung jawab.
Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat bantu
pernafasan : oksigen, laringoskop, set trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter
nasal, ventilator mekanik dan peralatan suction. Selain itu di ruang ini juga harus
terdapat alat yang digunakan untuk memantau status hemodinamika dan alat-alat
untuk mengatasi permasalahan hemodinamika, seperti : apparatus tekanan darah,
peralatan parenteral, plasma ekspander, set intravena, set pembuka jahitan,
defibrilator, kateter vena, torniquet. Bahan-bahan balutan bedah, narkotika dan
medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi dan peralatan drainase.
Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga harus ditempatkan pada
tempat tidur khusus yang nyaman dan aman serta memudahkan akses bagi pasien,
seperti : pemindahan darurat. Dan dilengkapi dengan kelengkapan yang digunakan
untuk mempermudah perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat tidur beroda,
dan rak penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap berada dalam
PACU sampai pulih sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan darah stabil,
fungsi pernafasan adekuat, saturasi oksigen minimal 95% dan tingkat kesadaran
18
yang baik. Kriteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien
untuk dikeluarkan dari PACU adalah :
Nyeri minimal
a) Perencanaan
Bukan sembarang orang yang bisa melakukan prosedur ini. Orang yang boleh
melakukan proses transfer pasien adalah orang yang bisa menangani keadaan
kegawatdaruratan yang mungkin terjadi sselama transportasi. Perhatikan juga
perbandingan ukuran tubuh pasien dan perawat. Harus seimbang.
c) Equipment (peralatan)
d) Prosedur
Untuk beberapa pasien setelah operasi harus ke bagian radiologi dulu dan
sebagainya. Sehingga hendaknya sekali jalan saja. Prosedur-prosedur
pemindahan pasien dan posisioning pasien harus benar-benar diperhatikan
demi keamanan dan kenyamanan pasien.
19
e) Passage (jalur lintasan)
Hendaknya memilih jalan yang aman, nyaman dan yang paling singkat. Ekstra
waspada terhadap kejadian lift yang macet dan sebagainya.
Ketika pasien sudah mencapai bangsal, maka hal yang harus kita lakukan, yaitu :
b) Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan
jahitan.
c) Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga
batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler
dan mengeluarkan sekret dan lendir.
d) Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali.
Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan
untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
e) Discharge Planning
Untuk perawat
Untuk pasien
20
1. Home Care Preparation
2. Client/Family Education
Beri edukasi tentang kondisi klien. Cara merawat luka dan hal-hal
yang harus dilakukan atau dihindari
3. Psychososial Preparation
1. Pengkajian
Nyeri akut
TINJAUAN KASUS
A. Biodata
Nama : An.W
Umur : 13 tahun
Alamat : kedaleman kulon puring
Ruang : teratai
21
Dx medis : fraktur femu tertutup dextra
B. Pengkajian
1. Keluhan utama:
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan dan tidak bisa digerakan.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien dengan post jatuh dari olahraga (volley). Ps sadar, mengeluh sakit pada
kaki kanan, sakit sekali dan tidak bisa digerakan,Dalam pemeriksaaan ada tanda
fungsiolesa, deformasi, bengkak dan terbalut spalk. Pernah dipijat 1 bln yang lalu
ditempat yang sama
3. Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien blm pernah mengalami patah tulang(fraktur) sebelumnya, tidak
mempunyai riwayat hipertensi ataupun DM
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yg mempunyai penyakit hipertensi ataupun DM
5. Pemeriksaan fisik
KU : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
TD : 132/92 mmHg
S : 37 0 C
N : 102 x/mnt
R : 22 x/mnt
Head to toe:
Kepala : bentuk mesochepal
Rambut : rambut agak kotor
Mata : anemis, sklera tak ikterik
Telinga : tidak ada discharge
Hidung :Hidung tidak ada discharge,
Gigi dan mulut : mukosa bibir kering, gigi agak kotor
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada : dinding dada simetris, tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Paru : suara paru vesikuler, wheezing, sonor diseluruh lapang paru
Jantung : cor: reguler, gallop dan murmur tdk ada
Abdomen : dinding perut datar, supel, tympani, bising usus 5x/mnt
22
Punggung : tidak ada luka dekubitus atau yang lain
Genitalia : jenis kelamin laki-laki
Anggota gerak atas : tidak ada fraktur, kedua tangan mampu digerakkan
Anggota gerak bawah : tidak dapat digerakan,hasil radiologi terdapat fraktur
femur
Turgor kulit : baik
6. Data Penunjang
a. Diagnosa medis: Fraktur femur tertutup dextra
b. Hasil pemeriksaan radiologi
- Rontgen terdapat fraktur femur tertutup dextra
c. Hasil Laboratorium (14-11-2011)
Pemeriksaan Hasil Normal
Hb 10 g/dL 11.7 – 17.3
RBC 3.46 x 106 /uL 3.80 – 5.90
35.0 – 52.0
HCT 28.6 %
1. PRE OPERASI
a. Analisa Data
NO Data Pathway Etiologi Masalah
1 DS : Klien mengatakan kaki cedera jaringan Diskontinuitas Nyeri akut
kanan nya sakit sekali, P: Nyeri kulit dan tulang tulang
bertambah ketika kaki
digerakan ,nyeri berkurang saat diskontinuitas
diimobilisasi, Q: Nyeri seperti tulang
diiris, R: area femur, S: 8 , T:
Saat digerakan sampai selesai
diimobilisasi
proses inflamasi
DO: - ps terlihat meringis
menahan nyeri, merintih,
bengkak, px. rontgen fraktur
femur dextra, RR: 22 x/mnt , menekan ujung
102 x/mnt
23
nosiseptor
Nyeri akut
2. DS: Pasien mengatakan kaki Kerusakan Kerusakan Kelemahan
kanan tidak bisa digerakan . musculoskeletal musculo skeletal fisik
DO: dalam pemeriksaan
didapatkan hasil adanya Mempersempit
fungsialesa, deformitas, Px. ruang gerak
Radiologi diperoleh hasil
fraktur femur dextra, sudah Fungsialesa
terpasang spalk.
Kelemahan fisik
b. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Planing
O
1. Nyeri NOC: Pengkajian
akutb.d.Disko- Tingkt - Minta pasien untuk menilai nyeri/ketidaknyamanan pada skala 0-10
ntinuitas kenyamanan (0=tdk ada nyeri, 10= sangat nyeri)
tulang - perilaku - Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan dn lingkungan terhadap
mengendalikn nyeri nyeri dan respon pasien
- Tingkt nyeri;jmlh
- Lakukan pengkajian nyeri yg komprehensif meliputi lokasi,
nyeri yg dilaporkankarakteristik, durasi, frek, kualitas, intenistas/keprhn nyeri,faktor
atau ditunjukkn presipitasi
- Nyeri: - Observasi isyarat ktdknyamanan nonverbal,khususnya ps yg tdk
efekmerusak: mampu berkomunikasi scr verbal
perilaku yg
- Hadir di dpn ps dn klg untk memenuhi keb.rasa nyamn& aktivitas
diamati/dilaporkan lain untuk membantu relaksasi
Tujuan/Kriteria
24
evaluasi:
- Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x 24 pasien
mampu
mempertahankn
tingkt nyeri pd skala
3
- Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2x 24 pasien
menunjukkn nyeri:
efek merusak
dibuktikan dg
indikator nilai 5
yaitu tidak ada
gangguanditunjukkn
dari ekspresi nyeri
lisan atau pada
wajah,kegelisahan
atau gangguan otot
25
1. Persiapan pasien
Posisi pasien : supinasi
Anestesi : general anestesi
TD :132/92 mmHg
Nadi : 102x/menit
RR :22x/menit
Pemasangan : bed side monitor
Waktu :-
Operator : Dr. Eko
Asisten : Rini
Instrumen : Fauzi
2. Persiapan alat
Basic set Jmlh Alat tambahan Jmlh
o Gunting kassa 1 Jas operasi 4
o Gunting jaringan 1 Handscoon 4
o Klem 10 Duk besar 3
o Pinset anatomis (besar/kecil) 2 Duk sedang/sarung kaki 1
o Pinset cirugis (besar/kecil) Canul suction 1
o Kocher 2 Selang suction 1
o Dukklem 4 Kassa 5
o Nail fuder 5 Pisturi no. 22 1
o Scuple (no 4) 2 Cutter 1
o Kom 2 Benang: crumic 2/0, side 2/0, plain 2/0 1
o Bengkok 2 Jarum: taper no: 24, cutting no 30
2 Set ORIF: 1
Bone klem
Reduction 2
Raspatorium 2
Kuret 1
Mata bor 1
Screw driver 3,5 1
Plate 1/3 tubuler 6 whole 1
1 set
26
3. Penatalakasanaan/instrumen
No Tindakan Peralatan
1 Desinfeksi Kom, betadin, alcohol, klempanjang, kassa
2 Drapping Duk besar, duk lubang, duk klem
3 Menandai daerah sayatan Pisau, klem, kassa
4 Melakukan sayatan pada kulit sampai otot Pisau, kassa, klem arteri,
Pinset cirugis, gunting
5 Mempertahankan hemostatis Kassa klem cutter, suction
6 Membersihkan area fraktur Kuret
7 Reposisi fraktur menahan area fraktur Raspatorium
8 Fiksasi fraktur Bone klem, Raspatorium
9 Bor 6 whole area fraktur Bor, mata bor
10 Memasang plate Plate, screw driver
11 Mencuci daerah operasi NaCL
12 Hecting otot Plain 2/0, taper no 30
13 Hecting sub cutis Chromic 2/0, taper no 24
14 Hecting kulit Side 2/0, cuting no 30
15 Desinfeksi Kassa betadin
16 Balut luka Kassa steril, kassa betadin dan hipafix
2. INTRA OPERASI
a. ANALISA DATA
No Waktu Data Fokus Etiologi Masalah
1. 14.20 Subjektif : - Perdarahan akibatResiko syok hipovolemik
Objektif : pembedahan
Insisi ± 20 cm
Perdarahan ± 750 cc
TD : 128/90 mmHg
Nadi : 78x/menit
RR : 18x/menit
b. MASALAH KEPERAWATAN
Resiko syock hipovolomic b.d Perdarahan akibat pembedahan
27
c. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi
3. POST OPERASI
a. ANALISA DATA
No Waktu Data Etiologi Masalah
b. MASALAH KEPERAWATAN
Resiko tinggi cedera b.d Proses pemindahan brankar
c. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intevensi
1. Resiko tinggiSetelah dilakukan asuhan Perhatikan posisi pasien
cedera b.d Proseskeperawatan diharapkan resiko Mendekatkan bed di samping
pemindahan cedera tidak terjadi. pasien
28
brankar. Dengan kriteria hasil: Melindungi organ vital pasien
Tidak terjadi abserasi kulit Kolaborasi dengan 2-3
karena pemindahan pasien. perawat yang ada
Mengakat pasien secara
Pasien dapat dipindahkanbersamaan
dengan aman dan nyaman. Memberikan penyangga di
tempat tidur pasien
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
29
anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif.
Tindakan prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat dan
berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.
B. SARAN
Mahasiswa hendaknya dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran
tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan
penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/320885170/LAPORAN-PENDAHULUAN-Pre-Intra-
Post-Operatif-doc
https://www.scribd.com/doc/141585824/Asuhan-Keperawatan-Pre-Intra-Post-Op
http://fani-fawuz.blogspot.com/2014/02/makalah-asuhan-pada-pasien-pre-intra.html
30