Вы находитесь на странице: 1из 19

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 8
MODUL 3
SENDI TEMPORO MANDIBULAR & BIOMEKANIKA PERGERAKAN GIGI

KELOMPOK 4
Tutor: drg. Ummul Azmi

Ketua : - Dian Syahira


Sekretaris Papan : - Suci Ramadhani
Sekretaris Meja : - Khazana Rahmatika
Anggota : - Brilianti Vica Dewi A.S
- Putri Aisyah H
- Anisa Raudhatul Husna
- Nabilla Rahmadhanty
- Putri Habci Amran
- Zhafirah Fidinina

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2018
MODUL 3
SENDI TEMPORO MANDIBULAR & BIOMEKANIKA PERGERAKAN GIGI

Skenario 3:
Mulutku tidak bisa dibuka..?

Ugan (20 tahun) dating ke drg Bonar dengan keluhan mulutnya tidak bisa dibuka lebar,
kadang terasa sakit berdenyut sampai eling. Pemeriksaan klinis menunjukkan trismus 2 jari.
Pemeriksaan intra oral ada periocoronitis gigi molar tiga bawah kanan dan scissor bite regio kanan.
Drg Bonar melakukan pemeriksaan gerakan membuka dan menutup rahang sambil meraba
daerah bawah telinga. Drg Bonar menganjurkan rontgen foto panoramik dan temporo mandibular
serta menyarankan perawatan lebih intensif untuk menghilangkan keluhan yang dialami Ugan.
Bagaimana saudara menjelaskan kasus di atas?
I. TERMINOLOGI
1. Trismus
 Gangguan membuka mulut disebabkan otot pengunyahan
 Kontraksi yang tidak sadar dari satu atau sekelompk otot
 Kekakuan sendi menyebabkan gangguan dalam membuka mulut yang bersifat
tidak sementara
 Keterbatasan pembukaan rahang akibat sendi/otot otot yag menggerakkannya
2. Scissor Bite
Disebut juga gigitan silang yaitu salah satu gigi atas terdapat di palatal atau lingual gigi
bawah
3. Sendi temporo mandibular
Persendian kondilus mandibular dengan fossa glenoid pada tulang temporal merupakan
sendi pada cranium yang berfungsi untuk mengunyah, menguap dan bicara
4. Pericoronitis
Peri : sekitar
Corona : mahkota
It is : inflamasi
Jadi pericoronitis adalah gangguan pada ulut yaitu jaringan gigi membengkak
melibatkan gusi didekitas m3 terjadi bila gigi mengalami erupsi gigi sebagian

II. IDENTIFIKASI MASALAH


1. Bagaimana anatomi TMJ?
2. Bagaimana pergerakan TMJ?
3. Bagaimana gejala gangguan TMJ?
4. Bagaimana pemeriksaan pada orang yang kelainan TMJ?
5. Apa pilihan treatment yang cocok untuk pasien?
6. Apa penyebab dari trismus secara umum?
7. Mengapa pasien mengalami telinga berdenyut?
8. Bagian penting apa yang dilihat saat foto rontgen?
9. Bagaimana mekanisme dari pergerakan gigi?
III. ANALISA MASALAH
1. TMJ terdiri dari
- Kapsul artikularis berguna untuk membatasi pergerakan sendi
- Diskus artikularis
- Kondilus merupakan bagian dari mandibular
- Rongga senovial mengahasilkan cairan yang berguna sebagai pelumas terdiri dari
dua rongga yaitu superior dan inferior
Komponen dari system stogmatognasi yaitu terdiri terdiri tulang, otot, gigi dan ligament
Pada system stogmatognasi terdapat ligament yaitu ligament temporo mandibular, speno
mandibular dan stilo mandibular dikendalikan oleh otot otot mastikasi

2. Pergerakan pada TMJ terdiri dari dua yaitu


- Rotasi : kaput dari processus condilaris bergerak dalam kompartemen sendi bagian
bawah, gerakan rotasi ini untuk membuka mulut dalam keadaan kecil
- Translasi: kaput mandibulla dan dikus temporalisbergerakdisepanjang permukaan
bawah os. Temporal, gerakan ini digunakan untuk membuka mulut dalam keadaan
besar
Selain itu juga ada gerakan protusi dan retrusi dimana gerakan protusi merupakan
gerakan proyeksi kea rah anterior oleh m.pterigoideus lateralis sedangkan retrusi
merupakan gerakan kea rah posterior yang dilakukan oleh m. temporalis

3. Gejala gejala pada gangguan TMJ yaitu:


- Sakit pada rahang
- Sakit pada dalam telinga
- Sakit pada wajah
- Adanya bunyi klik
- Sakit kepala
- Sakit pada otot
- Sakit pada belakang mata
- Susah membuka & menutup mulut
- Kikling hands
4. Pemeriksaan fisik yaitu:
Mengukur jarakperpindahan mandibula, palpasi, deteksi bunyi, sendi
Pemeriksaan penunjang:
Rontgen dan radio panografi

5. Treatment pertama yang dilakukan yaitu dikompres terlebih dahulu lalu diberikan obat
penghilang rasa nyeri rasa nyeri dan obat dan untuk merelaksasi otot lalu setelah itu barulah
diangkat perikoronitisnya

6. Intraartikuler : ankylosis
Ekstraartikuler: non odontogen
Trauma : fraktur mandibular

7. Karena adanya kontraksi otot yang berlebihanyang dipersarafi oleh saraf yang sama yaitu
n.trigerminus

8. Mandibula ( kondilus) Ciri ciri adanya keausandari emensia artikularis


Retrodiskal adanya perubahan/ gerakan di retrodiskal tissue
Processus steloideus memanjang dan membesar

9. Mekanisme pergerakan gigi


a. Fase inisial jangka pendek & berhenti
b. Fase lag tidak terjadi pergerakan gigi
c. Fase postlag  pergerakan gigi secara cepat
IV. SKEMA

Ugan
20 th

Drg Bonar Keluhan:


Mulut tidak bisa dibuka
lebar, kadang terasa sakit
berdenyut sampai telinga

Trismus 2 jari ada


pericoronitis gigi m3
bawah kanan dan
scissor bite region kanan

Sandi temporomandibula
& biomekanika
pergerakan gigi

Anatomi Mekanisme Gejala dan Treatment


pergerakan gangguan
V. LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang anatomi dari TMJ
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang mekanisme pergerakan
TMJ
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang mekanisme pergerakan
gigi
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang gejala dan gangguan TMJ
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang treatment gangguan TMJ

VI. BELAJAR MANDIRI

VII. SINTESA DAN UJI INFORMASI

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang anatomi TMJ


TMJ dibentuk oleh kondilus yang terletak pada tulang mandibula dan fossa pada
tulang temporal. Kedua tulang ini dipisahkan oleh discus artikularis 9. Sendi kiri dan
kanan pada mandibula dihubungkan oleh ligamen dan otot yang menghasilkan
hubungan bilateral antara satu bagian mandibula dengan kranium yang disebut
Craniomandibular Articulation.
Struktur sendi temporomandibula terdiri dari fossa glenoidales, processus
kondilodeus, eminentia artikularis, kapsula arikularis, diskus artikularis, dan membran
sinovial.

Gambar 1. Struktur Sendi Temporomandibula


Kondilus mandibula adalah tulang dengan struktur elipsoid melekat pada
ramus mandibula. Berbentuk cembung pada seluruh permukaan, walaupun
sedikit terlihat datar pada permukaan bagian posterior, dan berbentuk seperti
tombol lebih lebar pada daerah mediolateral daripada anteroposterior. Kondilus
berbentuk lonjong dan mempunyai poros yang berorientasi mediolateral.
Permukaan tulang artikular terdiri atas cekungan fossa artikular dan bagian dari
eminensia artikular. Meniskus adalah suatu suatu jaringan fibrosa, berbentuk
pelana yang merupakan struktur yang memisahkan kondilus dan tulang
temporal.

Gambar 2 . Tulang kranial dan Tulang Mandibula 3

Kapsula artikularis merupakan jaringan ikat fibrous tipis berada di


sekeliling sendi temporomandibula dan secara anatomi dan fungsi membatasi
pergerakan sendi temporomandibula. Kapsula melekat di posterior pada tulang
temporal dan di inferior pada leher kondilus. Membran sinovial menghasilkan
cairan sinovial yang masuk kedalam celah sendi melalui permukaan dalam
kapsula. Fungsi lain kapsula artikularis adalah membatasi cairan sinovial yang
masuk kedalam permukaan artikular. Kapsula diperkuat oleh ligamen
temporomandibula pada saat sendi bergerak ke arah lateral.
Diskus Artikularis disusun oleh jaringan ikat fibrous avaskuler dan di
sekeliling diskus terdapat sedikit persarafan 8. Bila diskus artikularis yang
normal dipotong secara sagital maka akan terlihat gambaran bikonkaf. Pada
penampang sagital, diskus artikularis dapat dibagi menjadi 3 bagian
berdasarkan ketebalannya. Daerah tengah merupakan daerah paling tipis dan
disebut zona intermediat, yang berfungsi sebagai tempat perlekatan permukaan
artikularis dari kondilus.

Gambar 3. Posisi Normal Diskus Artkularis Adalah Posisi jam 12, Posisi
Diskus Artikularis Berhimpit dengan Puncak Kondilus pd Satu Garis Lurus

Ketebalan diskus sesuai antara zona anterior dan posterior pada zona
intermediat. Zona posterior sedikit lebih tebal dibandingkan zona anterior.
Diskus artikularis terletak di antara kepala kondilus dan fossa artikularis. Pada
keadaan normal, permukaan artikular kondilus terletak pada zona intermediat
diskus artikularis, dan dibatasi oleh ketebalan bagian anterior dan posterior .
Perlekatan pada bagian posterior diskus artikularis terletak pada jaringan
ikat longgar yang memiliki lebih banyak pembuluh darah dan persarafan. Hal
ini dikenal dengan retrodiskal tissue atau perlekatan posterior. Bagian atas
disebut juga lamina superior, mengandung lebih banyak elastin. Lamina
superior melekat pada plat timpani. Bagian bawah perlekatan posterior ini juga
disebut lamina inferior. Bagian lateral dan medial dari diskus artikularis
menempel pada sisi kondilus untuk membantu menahan gerakan pasif yang
mungkin terjadi pada kondilus dan diskus artikularis.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang mekanisme pergerakan TMJ


Mekanisme pergerakan TMJ:
a. Gerak membuka
M pterygoideus lateralis berfungsi menarik proc. Kondilusdeus berfungsi
menarik proc. Kondiloideus e depan menuju artikularis
Pada saat bersamaan, serabut posterior m. temporalis harus relaks dan
keadaan ini kan diikuti dengan relaksasi M. masseter
b. Gerak menutup
Penggerak utama adalah M.masseter, M. Temporalis, dan M. Pterygoideus
Medualis
Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi
protusi penuh sampai menutup pada keadaan proc. Kondioideus pada posisi
paling posterior dalam fossa gleinoidalis.\
c. Protrusi
Pada kasus protusi bilateral, kedua proc.kondiloideus bergerak ke depan dan ke
bawah pada emenensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak
meluncur yang tertutup.
d. Retrusi
Selama pergerakan, kaput mandibular bersama dengan discus artikularisnya
akan meluncur kea rah fossa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior
M. temporalis
e. Gerak lateral
Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya untuk
mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar,
proc. Kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibular yang bergerak akan
ditahan pada posisi istirahat oleh serabut posterior M. temporalis sedangkan
tonus konstraksinya aka tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain
yang terdapat pada sisi tersebut.
Pada gerak lateral, caput mandibular pada sisi lateral, kea rah sisi gerakan,
kan tetap ditahan dalam fossa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput
mandibular dari sisi kontralateral akan bergerak translasional le depan.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang mekanisme pergerakan gigi
Mekanisme Pergerakan Gigi Burstone membagi fase-fase pergerakan gigi menjadi 3
tahap, yaitu :
a. Fase Inisial.
Selama fase ini, pergerakan gigi terjadi pada jarak yang pendek yang kemudian
berhenti. Pergerakan ini mengakibatkan pergerakan gigi di dalam ruang
membrane periodontal dan memungkinkan membelokkan tulang alveolar pada
suatu jarak yang luas.. Baik gaya ringan dan gaya berat dapat memindahkan
gigi pada taraf yang sama.
b. Fase Lag.
Selama fase ini, tidak ada pergerakan gigi, jika ada hanya dalam jarak yang
kecil, Fase ini dikarakteristikkan dengan pembentukan jaringan hyaline dalam
ligament periodontal yang akan diresorbsi sebelum terjadi pergerakan gigi lebih
lanjut. Durasi fase ini tergantung pada tekanan yang diberikan untuk
menggerakkan gigi. Ika gayanya ringan, maka area hyalinisasinya kecil dan
terjadi resorpsi frontal. Jika gayanya besar, maka area hyalinisasinya juga besar
dan resorpsi undermining terjadi. Lama periode fase lag bergantung pada
pengeliminasian jaringan hyalin. Fase ini biasanya terjadi 2-3 minggu tapi bisa
mencapai 10 minggu. Durasi fase ini bergantung pada faktor densitas tulang,
umur pasien, dan luas jaringan hyalin.
c. Fase Post Lag. Setelah fase lag, pergerakan gigi terjadi secara cepat setelah
daerah hyalin telah dihilangkan dan tulang mulai mengalami resorpsi. Selama
fase ini osteoklas akan ditemukan pada daerah permukaan yang menghasilkan
langsung resorpsi pada permukaan tulang yang menghadang ligamen
periodontal.
Adapun macam-macam pergerakan gigi yang bertujuan utama perawatan
ortodonti adalah untuk menggerakkan gigi ke posisi yang lebih baik dan benar.
Dalam proses untuk mendapatkan tujuan ini, gigi akan mengalami berbagai
pergerakan dalam 3 bidang; sagital, coronal, dan transversal. Pergerakan gigi
dalam rongga mulut adalah sebagai berikut:
a. Tipping. Merupakan tipe sederhana pergerakan gigi dimana gaya
diberikan pada satu sisi mahkota yang akan menghasilkan pergerakan
mahkota kea rah gaya dan akar kea rah yang berlawanan. Tipping
merupakan pergerakan gigi yang paling sederhana.
Tipping terbagi menjadi 2, yaitu:
a) Controlled tipping : terjadi ketika ujung gigi disekitar pusat
rotasi akar. Terdapat pergerakan ke lingual pada mahkota
dengan pergerakan minimal akar ke arah labial.
b) Uncontrolled tipping : menjelaskan pergerakan gigi yang
terjadi disekitar pusat rotasi apikal terhadap dan sangat dekat
dengan pusat resistensi. Dikarakteristikkan dengan pergerakan
mahkota ke satu arah sedangkan akar bergerak ke arah yang
berlawanan.
b. Bodily movement. Jika garis aksi dari gaya yang diberikan melewati
pusat resistensi gigi, semua titik pada gigi akan bergerak dalam jarak
yang sama dan dalam arah yang sama menandakan perpindahan bodily.
Hal ini disebut dengan translasi.
c. Intrusion. Pegerakan bodily (keseluruhan) gigi sepanjang sumbunya ke
arah apikal.
d. Extrusion. Merupakan pergerakan keseluruhan gigi sepanjang
sumbunya ke arah oklusal.
e. Rotation. Merupakan pergerakan ke labial atau ke lingual dari gigi
mengelilingi sumbu panjangnya.
f. Torquing. Dapat dikatakan sebagai kebalikan tipping yang
dikarakteristikkan dengan pergerakan ke lingual dari akar.
g. Uprighting. Selama perawatan ortodonti, mahkota dari beberapa gigi
akan digerakkan ke arah mesio-distal dengan akar yang adigerakkan ke
arah yang berlawanan. Membuat akar kembali untuk mendapatkan
orientasi paralel dinamakan uprighting.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang gejala dan gangguan dari TMJ
Gangguan pada TMJ
Etiologi sendi temporomandibula multifaktural. Secara umum dibagi menjadi
kelainan structural dan gangguan fungsional. Kelainan structural adalah kelainan yang
disebabkan perubahan struktur persendian akibat gangguan pertumbuhan ,trauma
eksternal, dan infeksi. Gangguan fungsional adalah masalah TMJ yang timbul akibat
fungsi yang menyimpang karena adanya kelainan pada posisi atau fungsi gigi geligi dan
otot kunyah.
Makro trauma adalah tekanan yang terjadi secara langsung, dapat menyebbkan
perubahan pada bagian discus articularis dan processus condylaris. Hal ini
mengakibatkan penurunan fungsi pada saat pergerakan, dan pada gangguan fungsiona
posisi discus articularis dan processus condylaris dapat berubah secara perlahan lahan
yang dapat menimbulkan gejala kickling.

Temporomandibula Disorders (TMD)


TMD adalah suatu gangguan atau ketidakberfungsian sendi temporomandibula
Tanda dan gejala TMD
Tanda dan gejala klinis tentang TMD dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori
menurut struktur yang terpengaruhi, yaitu: otot, TMJ dan gigi geligi.
a. Gangguan fungsional pada otot
Gangguan fungsional pada otot pengunyah mungkin merupakan keluhan
TMD yang paling umum. Umumnya gangguan fungsional pada otot
dikelompokkan dalam kategori besar yang disebut masticatory muscle
disorder, berupa dua gejala utama yang dapat diamati yaitu rasa sakit
dan disfungsi.
Keluhan yang paling umum dari pasien masticatory muscle disorder
adalah rasa sakit pada otot, yang berkisar dari ketidaknyamanan ringan
hingga berat. Rasa sakit yang dirasakan pada jaringan otot disebut
myalgia. Myalgia dapat diakibatkan oleh meningkatnya penggunaan otot.
Gejala sering berkaitan dengan perasaan lelah otot dan ketegangan otot, yang
dikaitkan dengan vasokontriksi arteri nutrien yang relevan dan akumulasi
produk-produk limbah metabolik dalam jaringan otot (muscle). Di
daerah (iscemik otot melepaskan zat algogenic (bradykinin,
prostaglandin) yang menyebabkan sakit pada otot. Disfungsi
adalah gejala klinis umum yang berkaitan dengan masticatory muscle
disorder biasanya disfungsi dianggap sebagai berkurangnya kisaran gerakan
mandibula. Jika jaringan otot digunakan secara berlebihan,
maka kontraksi akan meningkatkan rasa sakit. Oleh karena
itu, untuk mempertahankan kenyamanan pasien membatasi gerakan dalam
kisaran yang tidak meningkatkan rasa sakit. Secara klinis ini disebut
sebagai ketidakmampuan untuk membuka lebar. Pada beberapa penyakit
myalgia, pasien masih dapat membuka lebar secara perlahan, rasa sakit masih
terjadi dan mungkin menjadi semakin memburuk.
Keseluruhan masticatory muscle disorder secara klinis memberikan
gambaran yang tidak sama, perawatan pada masing-masing jenis juga
berbeda. Kebanyakan gangguan otot ini terjadi dan berkembang dalam
waktu relatif pendek. Jika kondisi-kondisi itu tidak diatasi, bisa banyak
terjadi gangguan sakit kronis. Masticatory muscle disorder kronis
menjadi lebih rumit, dan perawatannya berbeda dibanding yang
akut. Oleh karena itu, penting untuk mampu mengidentifikasi gangguan
otot akut dan gangguan otot kronis sehingga dapat dilakukan
terapi dengan tepat. Fibromyalgia adalah salah satu contoh gangguan
myalgic cronics yang terjadi sebagai masalah penyakit
muskuloskeletal sistemik, ini perlu diketahui oleh dokter gigi dan
ditangani dengan baik melalui rujukan ke staf medis yang ahli.
b. Gangguan Fungsional pada TMJ
Gangguan fungsional TMJ mungkin merupakan temuan yang paling
banyak ketika melakukan pemeriksaan pasien atas disfungsi otot
pengunyahan. Kebanyakan gangguan fungsional TMJ tidak menimbulkan
rasa sakit, sehingga pasien membiarkannya. Dua gejala utama masalah TMJ
adalah nyeri dan disfungsi.Timbulnya bunyi pada sendi merupakan
disfungsi TMJ yang dapat dibagi atas dua jenis, yaitu rubbing sound,
dan clicking sound. Pada kebanyakan kasus suara kliking pada TMJ
70-80 % disebabkan oleh disk displacement dengan berbagai tingkatan
dan arah, tetapi sebagian besar pada arah anteromedial.Fenomena ini dapat
digambarkan sebagai suatu interferensi terhadap gerak translatori
kondilus dan meniscus (diskus) Stomatognatic selama gerakan menutup
dan membuka mandibula. Lingir superior pada kondilus
memungkinkan terjadinya interfensi antara kondilus dan meniscus
sewaktu keduanya bergerak. Normalnya , aktifitas otot adalah sedemikian
sehingga meniscus yang fleksibel bergerak mulus antara kondilus
dan eminentia. Jika posisi awal kondilus berubah (misal akibat perubahan
pola oklusi), arah gerakannya bisa berubah dan zona posterior yang lebih
tebal sementara terjebak antara kondilus dan eminentia. Respon
neuromuskular biasanya menghasilkan gerak adaptasi yang dibutuhkan
untuk menyempurnakan gerak membuka mulut. Penyimpangan gerak
untuk menghindari kliking akan terjadi dan muncul rentetan lebih lanjut dari
kliking dan gerak adaptasi, pada kelompok yang mengalami kliking terdapat
penyimpangan pola gerakan dibanding pada kelompok sehat. Tidak
adanya serabut nyeri pada meniskus, membuat kliking jarang sekali
menimbulkan nyeri, tetapi jika resistensi meningkat (misalnya viskositas
cairan sinovial), melanjutkan gerak membuka bisa mengakibatkan
robeknya serabut otot (pterigoideus lateralis), sehingga timbul nyeri
dan kekakuan sebagai gejala yang menyertainya.
Kliking umumnya terjadi selama gerak membuka mulut, tetapi juga
bisa terjadisesaat sebelum menutup mulut ketika diskus bergerak kebelakang
pada arah yang sudah berubah. Kliking dapat dihilangkan dengan membuka
atau menutup mandibula pada sumbu retrusi atau dengan meletakkan
bidang gigit (bite plane) berkontak dengan gigi incisivus bawah tepat
sebelum gerak menutup. Perubahan pola oklusi adalah salah satu penyebab
terjadinya kliking. Penyebab lainnya adalah gerak mandibula yang
berlebihan dan mendadak yang mengakibatkan pergerseran
diskus atau clenching pada gigi yang berkepanjangan sehingga
pembukaan berubah akibat kelelahan otot. Kliking juga bisa terjadi
secara intermiten pada remaja akibat gerak adaptasi waktu
pertumbuhan sedang berlangsung, keadaan ini bisa dihindari
dengan menutup dan membuka pada sumbu retrusi.
Watt mengklasifikasikan bunyi sendi menjadi kliking dan krepitus,
kemudian keduanya dikelompokkan menjadi lunak dan keras tergantung
kualitasnya. Selanjutnya juga diklasifikasikan menjadi initial,
intermediate dan terminal, tergantung posisi rahang pada saat terjadinya
kliking. Kliking keras mungkin mengindikasikan adanya kelainan
sendi yang biasa diikuti dengan krepitus keras yang menunjukkan
adanya cacat spesifik pada permukaan sendi.Berdasarkan penyebab
terjadinya kliking menurut dapat dibedakan/ diklasifikasikan menjadi :
1) Kelompok 1 :
a. Lateral dan/atau medial ligament
b. Hipermobilitas diskus.
2) Kelompok 2 :
a. Partial disk displacement.
b. Total disk displacement
3) Kelompok 3 :
a. Disk displacement dengan perlengketan.
b. Hipertropi cartilage
4) Kelompok 4 :
a. Disk displacement dengan reposisi terminal.
b. Hipermobilitas kondilus

c. Gangguan fungsional pada gigi - geligi


Seperti halnya otot dan sendi, gigi geligi juga dapat menunjukkan tanda
dan gejala gangguan fungsional. Salah satunya adalah kerusakan pada struktur
pendukung gigi geligi. Tanda yang timbul berupa mobilitas gigi yang
terlihat secara klinis sebagai gerakan tidak biasa dari gigi terhadap
soketnya. Hali ini dapat disebabkan oleh hilangnya tulang pendukung dan
tekanan oklusal yang tidak wajar.
Hingga saat ini tanda yang paling umum berhubungan dengan
gangguan fungsional gigi adalah tooth wear. Ditandai dengan area mendatar
yang mengkilat pada gigi yang tidak sesuai dengan bentuk alami oklusal gigi.
Area ini disebut wear facet. Meskipun wear facet sering ditemukan pada
pasien, tetapi jarang dilaporkan. Tooth wear merupakan bentuk predominan
dari aktivitas parafungsional, dapat ditentukan dengan observasi lokasi
terbanyak wear facet. Jika tooth wear dihubungkan dengan aktivitas
parafungsional, maka secara logika akan ditemukan pada permukaan gigi
fungsional (seperti cusp lingual maxilla, cusp buccal mandibula). Melalui
pemeriksaan pada pasien ditemukan bahwa kebanyakan tooth wear berasal
dari kontak eksentrik gigi yang dihasilkan oleh tipe bruxing.

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang treatment pada gangguan


TMJ
Terapi TMD Terapi oklusal (Occlusal Appliance Therapy) Occlusal
appliancetherapy disebut juga sebagai a bite guard, a night guard, an interocclusal
appliance atau alat orthopedic, merupakan alat lepasan yang biasanya dibuat dari
akrilik keras dapat dipasang pas pada pemukaan oklusal dan incisal gigi pada salah
satu lengkung, menciptakan kontak oklusal yang tepat dengan gigi-gigi antagonisnya.
Alat-alat akrilik lepasan yang menutupi gigi ini dipakai untuk penatalaksanaan
TMD dengan cara mengubah hubungan oklusal dan menata kembali distribusi gaya-
gaya oklusal. Terapi oklusal terdiri dari banyak model yang telah digunakan untuk
perawatan kelainan-kelainan TMJ. Dua yang paling sering dipakai adalah:
1) Stabilization appliance (Alat stabilisasi)
Alat stabilisasi kadang-kadang disebut muscle relaxation appliance karena
pemakaian utamanya adalah untuk mereduksi / mengurangi rasa sakit pada
otot.
2) Anterior positioning appliance (Alat reposisi).
The anterior positioning appliance kadang-kadang disebut sebagai orthopedic-
repositioning appliance karena tujuannya adalah untuk merubah posisi dari
mandibula dalam hubungannya dengan kranium.

Tipe lain dari alat-alat oklusal adalah anterior bite plane, the posterior bite
plane, the pivoting appliance, dan the soft or resilient appliance. Pemilihan alat
disesuaikan dengan jenis penanganan yang diarahkan terhadap perubahan posisi
mandibular, pola oklusi, atau keduanya.

Terapi oklusal dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu :

i. Reversibel
Terapi oklusal reversibel secara temporer mengubah kondisi oklusal
pasien dan paling baik di lakukan dengan alat oklusal, yang dipakai
untuk menciptakan perubahan posisi mandibula dan pola oklusi. Posisi
mandibula dan pola oklusi akan bergantung pada penyebab dari
kelainan.
Ketika dilakukan penanganan aktivitas parafungsional, maka alat
oklusal akan menjadikan posisi mandibula dan oklusi dalam hubungan
yang optimum sesuai dengan kriteria. Maka ketika alat itu dikenakan,
pola kontak oklusal dibuat sesuai dengan hubungan kondile-diskus-
fossa pasien. Dengan demikian alat oklusal memberikan stabilitas
ortopedik. Tipe alat ini telah digunakan untuk menurunkan berbagai
gejala TMD dan menurunkan aktivitas parafungsional. Tentu saja
stabilitas ortopedik dipertahankan hanya ketika alat itu dikenakan,
sehingga dengan demikian ini dianggap penanganan reversibel. Ketika
alat dilepas maka kondisi akan kembali seperti sebelumnya.
ii. Ireversibel. Stomatognatic
Terapi oklusal ireversibel adalah penanganan yang mengubah
secara permanen kondisi oklusal, posisi mandibula atau keduanya.
Contohnya adalah menggertakan selektif dari gigi dan prosedur
restoratif yang memodifikasi kondisi oklusal. Contoh lain adalah
penanganan ortodontik dan prosedur bedah yang bertujuan mengubah
oklusi, posisi mandibular, atau keduanya. Alat yang dirancang unuk
mengubah pertumbuhan atau reposisi permanen mandibula juga
dipandang terapi oklusal ireversibel. Penanganan TMD harus
mempertimbangkan kompleksitas dari banyak TMD. Khususnya ketika
berhadapan dengan hiperaktivitas otot, maka mustahil untuk pasti
menangani sebab utama.

Вам также может понравиться