Вы находитесь на странице: 1из 11

Teknik-Teknik Manajemen Risiko

Dalam mengelola risiko pada suatu organisasi sangat tergantung dari hasil indentifikasi risiko
yang mungkin muncul/terjadi pada organisasi tersebut, serta berapa nilai kerugian bila hal
tersebut terjadi dan yang terakhir adalah frekuesi (probabilitas) kejadian tersebut
terjadi. Berdasarkan ketiga faktor baru organisasi dapat menentukan teknik apa yang tepat
dalam mengelola risiko tersebut. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat didalam
mengelola risiko juga perlu mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang
diterima, sehinga alternatif yang diambil dalam pengelolaan risiko telah merupakan alternatif
terbaik dengan kriteria manfaat yang paling optimum dengan biaya atau pengeluaran yang
terendah. Berikut ini beberapa alternatif pilihan dalam mengelola suatu risiko dalam dunia
bisnis:

Penghindaran (Risk Avoidance)

Alternatif penghindaran risiko pada umumnya dapat dilakukan pada tahap perencanaan dimana
kemungkinan-kemungkinan risiko yang terjadi dapat diatasi dengan berbagai tindakan
pencegahan. Misalnya risiko kebanjiran yang dapat diatasi dengan mencari lokasi yang bebas
banjir, atau risiko melanggar peraturan pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan dengan
mempersiapkan seluruh dokumen dan persyaratan yang terkait dengan lingkungan atau risiko
adanya penuntutan (komplain) dari konsumen terhadap produk yang dihasilkan dapat
dihindari dengan mencantumkan spesifikasi produk yang jelas dan rinci serta melakukan
berbagai uji coba sebelum produk dipasarkan. Namun untuk risiko murni (Pure Risk) dengan
kemungkinan terjadinya rendah serta sukar diprediksi teknik penghindaran tidak dapat
digunakan.

Menahan atau Menanggung (Risk Retention)

Pada suatu kondisi dengan pertimbangan tertentu perusahaan berani menanggung berbagai
kemungkinan risiko yang terjadi. Namun demikian, perusahaan tetap berupaya agar risiko
itu tidak terealisasi/terjadi atau juga mencadangkan sejumlah anggaran dengan pola
tertentu sebagai antisipasi bila kondisi terburuk terjadi. Berikut ini beberapa bentuk risiko dan
kondisi sehingga perusahaan berani menanggung risiko yang mungkin terjadi.

Penahanan yang direncanakan dan tidak direncanakan


Yang dimaksud dengan penahanan risiko direncanakan adalah dimulai dari upaya untuk
mengetahui seluruh risiko yang mungkin timbul, atau mengindentifikasi risiko yang ada
kemudian menyusun berbagai tindakan yang akan diambil. Pada kondisi ini tindakan yang
diambil menjadi tanggung jawab perusahaan sendiri dan tidak dialihkan pada pihak lain atau
pihak ketiga diluar perusahaan contohnya perusahaan lebih menekankan pada pelatihan
mengemudi dan seleksi pengemudi yang ketat dalam upaya mengantisipasi risiko terjadinya
kerusakan kendaraan akibat kecelakaan. Pada kondisi ini perusahaan lebih memilih
menganggarkan dana untuk meningkatkan ketrampilan mengemudi daripada mengasuransikan
kendaraan.

Sedangkan penahanan risiko tidak direncanakan adalah merupakan bentuk kegagalan


perusahaan dalam mengindentifikasi risiko yang mungkin terjadi sehingga pada saat risiko itu
terjadi perusahaan tidak memiliki anggaran atau tidak memiliki tindakan yang telah terencana
dalam mengatasinya. Misalnya risiko kegagalan peluncuran produk terkait dengan tenaga ahli
yang beralih pada perusahaan lain, atau tuntutan konsumen terhadap produk dll.

Pendanaan risiko yang ditahan

Seperti tersebut diatas, dalam menerapkan risk retension(menahan risiko) perusahaan tetap
membutuhkan angaran walaupun dalam jumlah yang lebih sedikit jika dibandingkan harus
melakukan risk transfer. Pada jenis usaha tertentu pembebanan dalam menerapkan retensison
risk dapat dialihkan kepada konsumen melalui penambahan sejumlah biaya tertentu dari
produk yang dihasilkan perusahaan. Namun penerapa metode ini perlu mempertimbangkan
agar penambahan biaya tidak mengurangi daya saing perusahaan ditinjau dari harga yang
ditawarkan. Misalnya risiko kehilangan atau rusak dari produk yang ditawarkan pada
perusahaan retail (supermarket). Hal ini dapat diketahui dari adanya perbedaan harga yang
ditawarkan untuk item yang sama pada supermarket yang berbeda (perbedaan ini juga
dimungkinkan dari diskon yang diberikan rekanan pada supermarket tersebut).

Berikut ini beberapa model pendanaan untuk risk retension:

a. Dana Cadangan

Dana cadangan merupakan pengalokasian atau penyisihan dana tertentu dapat dari
keuntungan perusahaan atau yang lain secara periodik dengan tujuan untuk pembiayaan
kerugian yang mungkin. Misalnya saja sebesar 1 % dari laba ditahan dialokasikan untuk
pengelolaan risiko.
b. Self Insurance

Self insurance dilakukan dengan cara menyisingkan atau membayarkan sejumlah dana tertentu
(berdasarkan hasil perhitungan) kepada pihak didalam perusahaan yang ditugaskan untuk
mengelola risiko. Yang perlu diperhatikan dalam self insurance adalaheksposure diperusahaan
cukup besar dan risiko dapat diprediksi dengan baik. Keuntungan dari metode ini adalah bila
kejadian tidak terjadi maka tidak menimbulkan biaya tambahan. Bayangkan bila hal ini terjadi
dan kita telah membayar premi asuransi yang tidak mungkin ditarik kembali. Sedangkan
kerugian atau keterbatasan dari konsep self insurance adalah jumlah eksposurennya yang harus
tinggi sehingga memenuhi skala ekonominya.

c. Captive Insurance

Captive insurance sebenarnya tidak jauh berbeda dengan self insurance dimana perusahaan
membayarkan atau mengalokasikan sejumlah dana tertentu kepada pihak didalam perusahaan
(pengelola risiko). Namun untuk captive insurance pihak pengelola risiko mendirikan
perusahaan lain yangmerupakan anak perusahaannya.

q Risk Transfer

Bila skala ekonomis tidak terpenuhi, serta merasa tidak memilki kompetensi dan waktu untuk
mengelola risiko maka alternatif yang dapat dipilih dalam mengelola risiko adalah melakukan
trnsfer risiko atau risk transfer. Pada kondisi ini dengan mengalokasikan sejumlah biaya
tertentu (biaya lebih rendah jika dibandingkan biaya yang mungkin dikeluarkan bila risiko
terjadi) pada pihak lain yang memilki kemampuan dan kapasitas untuk mengumpulkan
eksposure sehingga mencapai kondisi ekonomi. Berikut ini beberapa cara dalam risk
transfer.

o Asuransi

Prinsip bisnis asuransi didasarkan pada upaya mengumpulkan (pool) sumberdaya, bukannya
mengumpulkan risiko. Melalui premi yang diterima perusahaan asuransi, sampai pada skala
ekonomisnya akan memperkecil probabilitas tidak bisa memenuhi kewajibannya. Pada kondisi
ini pihak asuransi dapat menghitung tingkaat biaya yang akan dibebankan mengingat mereka
sudah dapat menghilangkan risiko ketidak pastiannya.

Asuransi merupakan kontrak perjanjian antara yang diasuransikan (insured) dan perusahaan
asuransi (insurer), dimana insurer bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang
dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer) memperoleh premi
asuransi sebagai balasannya. Ada empat hal yang diperlukan dalam transaksi asuransi: (1)
perjanjian kontrak, (2) pembayaran premi, (3) tanggungan (benefit) yang dibayarkan jika
terjadi kerugian seperti yang disebutkan dalam kontrak, dan (4) penggabungan (pool)
sumberdaya oleh perusahaan asuransi yang diperlukan untuk membayar tanggungan.

o Hedging

Merupakan salah satu bentuk risk transfer dengan melibatkan pihak lain sebagai penanggung
jawab bila terjadi kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Hedging biasanya terkait dengan
perlindungan terhadap kewajiban membayar atau kebutuhan akan uang asing. Misalnya
kewajiban untuk dapat membayar hutang dalam dolar atau dalam mata uang asing lainnya, atau
juga kewajiban untuk membayar pembelian bahan baku dalam mata uang asing seperti dolar
atau pounstreling dan yen. Perubahan kurs mata uang asing terhadap rupiah misalnya dapat
menimbulkan kerugian yang sangat besar misalnya saja waktu kejadian kerusuhan Mei 1998
yang mendorong dollar terapresiasi terhadap rupiah yang mencapai 500%. Pada kondisi ini
perusahaan yang melakukan hedging dengan kepemilikan atau opsi membeli dollar dimasa
depan akan sangat tertolong mengingat sesuai dengan perjanjian forward atau future yang
bersangkutan tidak harus membeli pada kurs yang akan datang tetapi berdasarkan kesepakatan
yang berlaku dalam kontrak. Untuk kondisi seperti ini hedging sangat mirip dengan asuransi.

o Incoporated

Incoporated merupakan bentuk transfer risiko bagi individu mengingat dengan pembentukan
perusahaan kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal
yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai ke kekayaan pribadi. Secara efektif,
sebagian risiko perusahaan ditransfer ke pihak lain, dalam hal ini biasanya kreditur (pemegang
hutang). Jika perusahaan bangkrut, maka pemgang saham dan pemegang hutang akan
menanggung risiko bersama, meskipun dengan tingkatan yang berbeda. Pemegang hutang
biasanya mempunyai prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang saham.
Misalkan perusahaan bangkrut, asetnya dijual, hasil penjualan aset tersebut akan diberikan ke
pemegang hutang. Jika masih ada sisa, pemegang saham baru bisa memperoleh bagiannya.

Saudara mahasiswa dari uraian di atas, ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan yaitu
penentuan suatu bentuk pengeloaan resiko sangat terkait pada 2 hal yaitu (1) berapa besar
kemungkinan risiko itu terjadi, (2) berapa besar dampak dari risiko tersebut. Berikut ini
keputusan yang dapat diambil terhadap risiko yang mungkin terjadi.

Frekuensi (Probabilitas) Severity (Keseriusan) Tehnik Yang Dipilih

Rendah Rendah Ditahan

Tinggi Rendah Ditahan

Rendah Tinggi Ditransfer

Tinggi Tinggi Dihindari

Contoh:

Jangan pernah membeli atau membangun rumah pada lokasi banjir mengingat frekuensi banjir
sangat sering terjadi di Indonesia terkait dengan kondisi musim yaitu musim hujan dan
kemarau, serta kerusakan akibat banjir yang sangat serius bahkan dapat mengakibatkan
kematian. Solusi terbaik adalah dihindari

Kehilangan produk dalam gudang dengan frekuesi yang rendah dan keseriusan yang rendah
dapat diatasi dengan bentuk pengelolaan risiko ditahan.

Untuk frekuensi tinggi dan keseriusan yang rendah serta frekuensi rendah dengan keseriusan
atau dampak yang tinggi silahkan Saudara bayangkan contoh yang sesuai.

Disamping itu ada hal yang perlu kita ketahui terkait dengan pernyataan jangan pernah
menarauh telur dalam satu keranjang.

Diversifikasi

Konsep diversifikasi pada dasarnya dilakukan untuk mengurangi resiko yang terjadi dengan
cara mengalokasikan modal atau sumberdaya keuangan pada berbagai unit usaha atau saham
sehingga terbentuk suatu portofolio. Dengan terbentuknya suatu portofolio dengan jumlah aset
yang semakin banyak maka aspek risiko yang mungkin terjadi semakin kecil atau bahkan nol
untuk yang tidak terhingga. Berikut ini penjelasan mengapa hal tersebut terjadi.
Misalkan kita mempunyai portofolio dengan N aset yang independen satu sama lain. Risiko
aset diukur dengan standar deviasi, sehingga tingkat keuntungan aset yang diharapkan dan
risiko aset tersebut adalah:

Tingkat keuntungan yang diharapkan = E(Ri) = E(R1), …, E(RN)

Risiko aset = si = s1, …, sN

Misalkan aset tersebut mempunyai ukuran yang sama satu sama lainnya, Tingkat keuntungan
yang diharapkan untuk portofolio tersebut dan risikonya adalah:

E(RP) = (1/N) R1 + ….. + (1/N) RN

= (R1 + ….. + RN ) / N

sP2 = (1/N)2 s12 + .. + (1/N)2 sN2 + 2 (1/N) (1/N) s12 + .. + 2 (1/N) (1/N) sij dimana
i≠j

Keterangan:

E(RP) = tingkat keuntungan yang diharapkan untuk portofolio

R1..N = tingkat keuntungan aset 1 sampai N

sP2 = varians portofolio atau standar deviasi dikuadratkan

sij = kovarians antara saham i dengan j

N = jumlah aset

Karena aset tersebut independent satu sama lain, maka kovarians antar aset sama dengan nol.
Dengan demikian formula di atas bisa disederhanakan lagi menjadi:

sP2 = (1/N)2 s12 + .. + (1/N)2 sN2

sP2 = (1/N)2 ( s12 + .. + sN2 )

Misalkan aset tersebut sama satu sama lainnya (identically distributed), maka risiko tersebut
sama, dan bisa dituliskan sebagai berikut ini.

s12 = s22 = sN2 = s2

sehingga risiko portofolio bisa dituliskan sebagai berikut ini.

sP2 = (1/N)2 ( Ns12 )


sP2 = (s2 / N)

Risiko portofolio (diukur melalui variansnya) adalah varians aset individual dibagi dengan
jumlah aset (N) dalam portofolio. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika N menjadi semakin
besar, maka risiko portofolio akan semakin turun. Jika N mendekati tidak terhingga (N → ∞),
maka risiko portofolio akan menjadi nol. Dengan kata lain, kita mempunyai portofolio dengan
tingkat keuntungan yang pasti (tidak ada kemungkinan penyimpangan).

Misalkan kita akan melakukan investasi di suatu aset. Distribusi perolehan aset tersebut terlihat
berikut ini.

Probabilitas Keuntungan (Rp)

(1) (2) (3) = (1) x (2) (4) = (1) x ((3) – 475))2

A 0,25 200 50 18.906,25

B 0,5 500 250 312,5

C 0,25 700 175 12.656,25

1,00 475 31.875

Standar deviasi = 178,5357

Jika tahun depan kondisi ekonomi baik (kondisi C) dengan probabilitas 0,25, maka tingkat
keuntungan investasi tersebut adalah Rp700. Ada dua kondisi lain yaitu sedang (B), dan jelek
(A). Tingkat keuntungan yang diharapkan bisa dilihat pada kolom (3), yaitu sebesar
475. Perhitungan varians diperoleh pada kolom (4) baris kedua dari bawah yaitu 31.875.
Standar deviasi adalah akar dari 31.875 yaitu = 178,5

Tabel berikut ini menunjukkan efek diversifikasi, risiko dengan satu aset, kemudian portofolio
dimulai dengan 10 aset sampai dengan jumlah aset yang tidak terhingga.

Jumlah Aset Risiko Risiko


(standar deviasi) (Varians)

1 178,5357 31.875

10 17,85357 3.187,5

100 1,785357 318,75

1000 0,178536 31,875

10000 0,017854 3,1875

100000 0,001785 0,31875

Tidak terhingga 0 0

Tabel tersebut menunjukkan bahwa jika aset independen satu sama lain, risiko akan cenderung
nol jika kita memperluas aset menjadi tidak terhingga jumlahnya. Bagan berikut ini
menggambarkan hasil pada tabel di atas.

Aset Yang Tidak Independen

Kembali ke permasalahan di muka, yaitu kita mempunyai portofolio yang terdiri dari N aset,
tetapi aset tersebut berkaitan (berkorelasi, atau tidak independen) satu sama lain. Kita ingin
melihat tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko dari portofolio tersebut. Sama seperti
sebelumnya, aset-aset tersebut mempunyai ukuran yang sama, distribusi yang sama, dengan
risiko yang sama.

Tingkat keuntungan dan risiko bisa dituliskan sebagai berikut ini.

E(RP) = (1/N) R1 + ….. + (1/N) RN

= (R1 + ….. + RN ) / N

sP2 = (1/N)2 s12 + .. + (1/N)2 sN2 + 2 (1/N) (1/N) s12 + .. + 2 (1/N) (1/N) sij dimana i≠j

Perhatikan bahwa karena aset-aset tersebut tidak independen satu sama lain, maka ada
kovarians atau korelasi antar aset. Karena itu, term kedua (yang memuat kovarians antar aset)
tidak bisa dihilangkan. Risiko portofolio dalam situasi adalah penjumlahan dari varians setiap
aset dengan kovarians antar aset. Bagan berikut membantu visualisasi risiko portofolio
tersebut.
s12 s12 s13 s13 s14

s22 s23 s24 s25

s32 s34 s35

s42 s45

s52

Misalkan kita mempunyai portofolio yang terdiri dari lima aset. Total risiko aset tersebut bisa
dituliskan sebagai berikut ini (dimana N=5).

sP2 = [ (1/N)2 s12 + (1/N)2 s22 + (1/N)2 s32 + (1/N)2 s42 + (1/N)2 s52 ] +

[2 (1/N) (1/N) s12 + 2 (1/N) (1/N) s13 + 2 (1/N) (1/N) s14 +2 (1/N) (1/N) s15+2 (1/N)
(1/N) s23 + 2 (1/N) (1/N) s24 +2 (1/N) (1/N) s25 +2 (1/N) (1/N) s34+2 (1/N) (1/N) s35 + 2
(1/N) (1/N) s45 ]

Perhatikan jumlah komponen dalam risiko portofolio tersebut adalah 5 varians dan 20
kovarians. Misalkan varians dan kovarians tersebut adalah sama besarnya, maka formula di
atas bisa disederhanakan menjadi berikut ini.
sP2 = [ (1/5)2 (5s2) ] + [ 2 (1/5)2 (10 sij ) ]

Dengan kata lain, risiko portofolio tersebut terdiri dari lima varians dan dua puluh dua
kovarians. Formula di atas bisa digeneralisir untuk portofolio dengan N aset. Risiko portofolio
dengan N aset bisa dituliskan sebagai berikut ini.

sP2 = [ (1/N)2 (N si2) ] + [ 2 (1/N)2 (N(N – 1)/2) sij ) ]

Perhatikan bahwa jika N=5, maka risiko portofolio terdiri dari lima varians, dan dua puluh
kovarians {(5 (5 – 1)/2) = 10) x 2}, sama seperti perhitungan dengan menggunakan bagan 2 di
atas. Jika aset tersebut independent satu sama lain, kovarians akan sama dengan nol, dan
dengan demikian term yang terakhir dari formula di atas akan menjadi nol. Risiko portofolio
akan sama dengan formula risiko portofolio dengan aset independen yang dibicarakan di muka.

Formula di atas bisa disederhanakan lebih lanjut menjadi berikut ini.

sP2 = [ (1/N) si2 ] + [ (N – 1)/N) sij ) ]

Jika N → ∞ (semakin besar), maka komponen pertama akan mendekati nol, karena nilai 1/N
akan mendekati nol. Tetapi nilai [(N – 1)/N] akan mendekati 1 jika N semakin besar (N → ∞
). Dengan kata lain, jika N semakin besar, untuk portofolio dengan aset yang berkorelasi satu
sama lain, risiko portofolio tersebut tidak menjadi nol, tetapi akan mendekati konstanta
tertentu, yaitu rata-rata kovarians antar saham.

Misalkan portofolio yang terdiri dari aset yang sama risikonya, korelasi antar aset juga sama,
seperti berikut ini.

si = 50

rij = 0,1

Kovarians = sij = rij x si x sj = 0,1 x 50 x 50 = 250

Risiko portofolio untuk beberapa aset bisa dihitung sebagai berikut ini.

Jumlah Aset Term Pertama Term Kedua Varians Total


[ (1/N) si2 ] [ (N – 1)/N) sij ) ]

1 2.500 0 2500

10 250 225 475

100 25 247,5 272,5

1.000 2,5 249,75 252,25

10.000 0,25 249,975 250,225

100.000 0,025 249,9975 250,0225

Tidak terhingga 0 250 250

Tabel di atas menunjukkan bahwa jika risiko portofolio yang terdiri dari aset yang berkorelasi
satu sama lain akan turun sampai nilai tertentu, yaitu kovarians antar saham. Risiko tersebut
tidak akan bisa diturunkan lebih lanjut. Bagan berikut ini menunjukkan situasi tersebut.

Вам также может понравиться