Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Diare merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas


anak di dunia yang menyebakan 1,6 -2,5 juta kematian pada anak tiap tahunnya,
serta merupakan 1/5 dari seluruh penyebab kematian. Survei Kesehatan Rumah
Tangga di Indonesia menunjukkan penurunan angka kematian bayi akibat diare
dari 15,5% (1986) menjadi 13,95% (1995). Penurunan angka kematian akibat
diare juga didapatkan pada kelompok balita berdasarkan survey serupa, yaitu
40% (1972), menjadi 16% (1986) dan 7,5% (2001). Tetapi, penurunan angka
mortalitas akibat diare tidak sebanding dengan penurunan angka morbiditasnya.
Penurunan mortalitas ini merupakan salah satu wujud keberhasilan ORS
(Oral Rehydration Solution) untuk manajemen diare. Diare terbagi menjadi diare
akut dan kronik. Diare akut berdurasi dua minggu atau kurang, sedangkan diare
kronis lamanya lebih dari 2 minggu. Diare akut masih merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang. Terdapat banyak
penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah
infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit, akan
tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk
sindroma malabsorpsi. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan
elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolic karena kehilangan basa.
Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode diare
dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan
berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya
berkepanjangan akan berdampak terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui etiologi, patofisiologi dan gejala klinis, serta komplikasi dari abses

peritosil agar dapat dilakukan deteksi dini pasien.

2. Mengetahui penatalaksanaan abses peritosil agar dapat dilakukan tindak lanjut yang

tepat untuk pasien.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Diare akut adakah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 1 minggu. Pada bayi yang minum
ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini
tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama
berat badan bayi meningkat normal, al tersebut tidak tergolong diare, tetapi
merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
oerkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif
definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau
konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti
biasanya. Kadang-kadnag pada seorang anak buang air besar jurang dari 3 kali
per hari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.

2.2 EPIDEMIOLOGI

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang

termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan

tertinggi pada anak, terutama usia di bawah lima tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta

anak menunggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut

terjadi di negara berkembang, Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia

disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007 diperoleh diare

masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% disbanding

pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2%

disbanding pneumonia 15,5%.

2.3 FAKTOR RESIKO


Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat.Singkatnya, dapat dikatakan melalui “4F” yakni
Ifinger (jari), flies (lalat), fluid (cairan), dan field (lingkungan).
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara
lain:
 Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4- 6 bulan pertama

kehidupan bayi

 Tidak memadainya penyediaan air bersih Pencemaran air oleh tinja

 Kurangnya sarana kebersihan (MCK)

 Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

 Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis

 Gizi buruk

 Imunodefisiensi

 Berkurangnya asam lambung

 menurunnya motilitas usus

 menderita campak dalam 4 minggu terakhir

 Faktor genetic

2.4 ETIOLOGI
Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman-
kuman pathogen telah dapat diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80%
pada kasus yang datang di sarana kesehatan dan sekitar 50% kasus ringan di
masyarakat. Pada saat ini telah dapat diidentifikasikan tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare oada anak dan bayi. Penyebab
infeksi utama timbulnya diare umumnya dalah golongan virus, bakteri, dan
parasit. Dua tipe dasar diare akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory
dan inflammatory. Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui
produksi enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh birus,
perlekatan oleh parasit, perlekatan dan / atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya,
indlammatory diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus
secara kangsung atau memproduksi sitokin. Beberapa penyebab diare akut yang
dapat menyebabkan diare pada manusia adalah:
Golongan bakteri
1. Aeromonas 3. Campylobacter jejuni
2. Bacillus cereus 4. Clostridium perfringens
5.Clostridium defficile 10. Staphylococcus aureus
6. Escherichia coli 11. Vibrio cholera
7. Plesiomonas shigeloides 12. Vibrio parahaemolyticus
8. Salmonella 13. Yersinia enterocolitica
9. Shigella
Golongan virus
1. Astrovirus 5. Rotavirus
2. Calcivirus (Norovirus, 6. Norwalk virus
Sapovirus) 7. Herpes simplex virus*
3. Enteric adenovirus 8. Cytomegalovirus*
4. Coronavirus
Golongan parasit
1. Balantidium coli 5. Giardia lamblia
2. Blastocystis homonis 6. Isopora belli
3. Cryptosporidium parvum 7. Strongyloides stercoralis
4. Entamoeba histolytica 8. Trichuris trichiura
Sumber= Nelson Textbook of Pediatric
*umumnya berhubungan dengan diare hanya pada penderita
imunompromised

Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut pada


anak-anak yaitu Rotavirus, Escherichia coli, Shigella, Campylobacter jejuni, dan
Cryptosporidium. Patogenesis terjadingan diare yang disebabkan virus yaitu
virus yang menyebabkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan
menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus pada usus halus. Biopsi usu halus
menunjukkan berbagai tingkat penumpulan villus dan infiltrasi sel bundar pada
lamina propia. Perubahan-perubahan patologis yang diamati tidak berkorelasi
dengan keparahan gejala-gejala klinis dan biasanya sembuh sebelum
penyembuhan diare. Mukosa lambung tidak terkena walaupun biasanya
dugunakan istilah “gastroenteritis”, walaupun pengosongan lambung tertunda
telah didokumentasikan selama infeksi virus Norwalk.

2.5 PATOGENESIS
Secara umum, diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses
absorbs atau sekresi. Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
absorbsi dan gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari
dengan etiologi non-infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
etiologi
infeksi
Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme
yang saling tumpang tindih. Menurut mekanisme diare, maka dikenal diare
akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar
daripada kapasitas absorpsi. Di sini diare dapat terjadi akibat kelainan di usus
halus, mengakibatkan absorpsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila
fungsi usus halus normal, diare dapat terjadi akibat absorpsi di kolon menurun
atau sekresi di kolon meningkat. Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan
motilitas, inflamasi, dan imunologi.
2.6 Manifestasi / Gejala Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala
lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologic.
Gejala gastrointestinal berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan
diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida,
dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis netabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan
yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskuler, dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang
terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic, dehidrasi
hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dan
dehidrasi berat.
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik pathogen
antara lain: vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomielitis,
meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis, dan septic trombophlebitis. Gejala
neurologic dari infeksi usus bisa berupa paresthesia (akibat makan ikan, kerang,
monosodium glutamat), hipotoni dan kelemahan otot (C. botulinum).
Manifestasi immune mediated ekstraintestinal biasanya terjadi setelah
diarenya sembuh, contoh:
Tabel 1 Manifestasi immune mediated ekstraintestinal dan enteropatogen terkait
Manifestasi Enteropatogen terkait
Reaktive arthritis Salmonella, Shigella, Yersinia,
Camphylobacter, Clostridium difficile
Guillain Barre Syndrome Camphylobacter
Glomerulonephritis Shigella, Camphylobacter, Salmonella
IgA nephropathy Camphylobacter
Erythema nodusum Yersinia, Camphylobacter, Salmonella
Hemolytic anemia Camphylobacter, Yersinia
Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) S. dysentrie, E. coli
Sumber: Nelson Textbook of Pediatrics
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat
dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare.
Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah
serta rectum menunjukkan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah
symptom yang non spesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena
organism yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti enterik virus,
bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada non-inflammatory diare. Biasanya
penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat,
watery diare, menunjukkan bahwa saluran cerna bagian atas terkena. Oleh
karena pasien immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi
tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit kronis sangat penting.
Tabel 2 Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab.
Gejala Rotavirus Shigella Salmonell ETEC EIEC Kolera
klinik a
Masa 17-72 jam 24-48 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 47-72
tunas jam jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual Sering Jarang Sering + - -
muntah
Nyeri Tenesmus Tenesmu Tenesmus - Tenesmu Sering
perut s kramp kolik s kramp kramp
Nyeri - + + - - -
kepala
Lamanya 5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
sakit
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10/har > Sering sering Sering Terus
i 10x/hari meneru
s
Konsistens Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
i sering
Darah - ± Kadang - + -

Bau Langu Busuk + - Amis


khas
Warna Kuning Merah Kehijauan Tak Merah- Seperti
hijau hijau berwarna hijau air
cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain anoreksia Kejang Sepsis + Meteorismu Infeksi ±
± s sistemik

2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah. Bila
disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang,
atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang
diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti
batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama
anak diare: member oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit
dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu
dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadara, rasa haus, dan turgor kulit
abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung
atau tidak, mata cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa
mulut, dan lidah kering atau basah. Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi
adanya asidosis metabolic. Bisingusus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill
dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara
obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare
dan subyektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria
MMWR, dan lainnya.
Tabel 3 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003
Simptom Minimal atau Dehidrasi Ringan Dehidrasi Berat,
tanpa dehidrasi, – Sedang, Kehilangan BB >
Kehilangan BB < Kehilangan BB 3- 9%
3% 9%
Kesadaran Baik Normal, lelah, Apatis, letargi,
gelisah, irritable tidak sadar
Denyut Jantung Normal Normal - Takikardi,
meningkat bradikardia pada
kasus berat
Kualitas nadi Normal Normal – melemah Lemah, kecil, tidak
teraba
Pernafasan Normal Normal – cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Cubitan kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik
Capillary refill Normal Memanjang Memanjang,
minimal
Ekstremitas Normal Dingin Dingin, mottled,
sianotik
Kencing Normal Berkurang Minimal

Penilaian A B C
Lihat:
* Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau tidak
*mata Normal Cekung sadar
*air mata Ada Tidak ada Sangat cekung dan
*mulut dan lidah Basah Kering kering
*rasa haus Minum biasa Haus, ingin Kering
(tidak haus) minum banyak Sangat kering
Malas minum atau
tidak bisa minum
Periksa : turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
kulit
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan- Dehidrasi berat
sedang
Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi Rencana Terapi C
B

3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat, contohnya pemeriksaan darah lengkap, kultur
urin, dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium
yang kadang-kadang diperlukan diare akut:
 Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
 Urin: urin lengkap, kultur, dan tes kepekaan terhadap antibiotika
 Tinja Pemeriksaan makroskopik Pemeriksaan makroskopik tinja
perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare meskipun
pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan
tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin
virus, protozoa, atau disebabkan oleh infeksi di luar saluran
gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa
disebakan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri
enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit
usus seperti: E. histolytica, B. coli, dan T. trichiura. Apabila
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi
E. histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada
infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang
berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,
Crytosporidium, dan Strongyloides.
Tes Laboratorium Organisme diduga/identifikasi
Mikroskopik: lekosit pada tinja Invasif atau bakteri yang
memproduksi sitotoksin
Trophozoit, kista,oocysts, G. lamblia, E. histolytika,
spora Cryptosporidium, I. belli,
Cyclospora
Rhabditiform lava Strongyloides
Spiral atau basil gram (-) Campylobacter jejuni
berbentuk S
Kultur tinja: Standard E. coli, Shigella, Salmonella,
Camphylobacter jejuni
Kultur tinja: Spesial Y. enterocolitica, V. cholera, V.
parahaemolyticus, C. difficile,
E.coli, O157:H7
Enzym immunoassay atau latex Rotavirus, G. lamblia, enteric
aglutinasi adenovirus, C. difficile
Serotyping E. coli, O 157 : H7, EHEC, EPEC
Latex aglutinasi setelah broth Salmonella, Shigella
enrichment
Test yang dilakukan di Bakteri yang memproduksi toksin,
laboratorium riset EIEC, EAEC, PCR untuk genus
virulen
Sumber: Supraoto
 Pemeriksaan mikroskopik Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya

leukosit dapat memberikan informasi tentang penyebab diare, letak

anatomis serta adanya proses peradangan mukosa. Leukosit dalam tinja

diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon.

Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman

invasive atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti Shigella,

Salmonella, C. jejuni, EIEC, C.difficile, Y. enterolytica, V.

parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P. shigelloides.


Leukosut yang ditemukan pada umumnya adalah leukosit PMN, kecuali

pada S. typhii leukosit mononuklear. Tidak semua penderita kolitis terdapat

leukosit pada tinjanya, pasien yang terinfeksi dengan E. hystolitica pada

umumnya leukosit pada tinja minimal. Parasit yang menyebabkan diare

pada umumnya tidak memproduksi leukosit dalam jumlah banyak.

Normalnya tidak diperlukan pemeriksaan untuk mencari telur atau parait

kecuali terdapat riwayat baru saja bepergian ke daerah resiko tinggi, kultur

tinja negative untuk enteropatogen, diare lebih dari 1 minggu atau pada

pasien immunocompromised. Pasien yang dicurigai menderita diare yang

disebabkan giardiasis, cryptosporidiosis, isosporiasis, dan strongylodiasis di

mana pemeriksaan tinja negatif, aspirasi atau biopsi duodenum atau

yeyunum bagian atas mungkin diperlukan. Karena organism ini hidup di

saluran cerna bagian atas, prosedur ini lebih tepat daripada pemeriksaan

tinja. Biopsi duodenum adalah metoda yang spesifik dan sensitive untuk

diagnosis giardiasis, strongylodiasis dan protozoa yang membentuk spora.

E. hystolitica dapat didiagnosis dengan cara pemeriksaan mikroskopik tinja

segar. Trophozoit biasanya ditemukan pada tinja cair sedangkan kista

ditemukan pada tinja yang berbentuk. Tehnik konsentrasi dapat membantu

untuk menemukan kista amuba. Pemeriksaan serial mungkin diperlukan

oleh karena ekskresi kista sering terjadi intermitten. Sejumlah tes serologis

amubiasis untuk mendeteksi tipe dan konsentrasi antibody juga tersedia.

Serologis test untuk amuba hamper selalu positif pada disentri amuba akut

dan amubiasis hati.

2.8 PENATALAKSANAAN
Oralit
Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan
oralit ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya
lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini
juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi
pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF
untuk diare akut non-kolera pada anak.
Tabel 7 Komposisi Oralit Baru
Oralit Baru Osmolaritas Rendah Mmol/liter
Natrium 75
Klorida 65
Glucose, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total Osmolaritas 245

Ketentuan pemberian oralit formula baru


a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air
matang untuk persediaan 24 jam
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air
besar, dengan ketentuan:
 Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap
kali BAB
 Untuk anak 2 tahun atau lebih: berikan 100-200ml tiap
BAB

d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa,

maka sisa larutan harus dibuang.

e. Zinc diberikan selama 10 hari berturur-turut


Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Penggunaan zinc ini memang
popular beberapa tahun terakhir karena memilik evidence based yang
bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya. Pemberian zinc yang
dilakukan di awal masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan
menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan
bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat
menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan.
Nutrisi enteral
o Kandungan formula yang ditetapkan meliputi
i. Karbohidrat
Karbohidrat akan dipecah oleh enzim oligosakaridase dalam mikrovili
menjadi monosakarida yang akan diabsorbsi ke dalam enterosit. Terdapat
4 enzim oligosakaridase yang berbeda dalam mikrovili yaitu maltase
(glukosa), amylase (glukosa a-dekstrinase), lactase, dan trehalase. Semua
enzim ini berkurang pada penyakit yang mengenai mukosa usus halus.
Lactase merupakan enzim yang paling peka dan paling akhir pulih
apabila terjadi kerusakan mukosa.
ii. Lemak
Lemak merupakan mikronutrien yang paling padat kandungan
kalorinya. Pemberian lemak pada penderita diare kronik sangat penting
karena sering disertai keterbatasan pemasukan kalori.
iii. Protein
Kebutuhan anak akan protein dapat dipenuhi dengan penggunaan
protein utuh, protein hidrosilat, asam amino, atau gabungan.
iv. Vitamin dan mineral
Kekurangan vitamin dan mineral dapat terjadi pada anak kedatipun dan
pemasukan kalori yang cukup apabila terdapat malabsorbsi lemak atau
terjadi interaksi obat/nutrient dengan
diet yang sangat khusus
o Formula yang paling baik diberikan pada diare kronik ialah yang
mengandung glukosa primer, bebas laktosa mengandung protein
hidrolisat, medium chain triglyceride, osmolaritas kurang sedikit dari 600
mOsm/l dan bersiat hipoalergik atau yang mengandung short chain
peptide
o Menaikkan jumlah formula dilakukan perlahan-lahan, mula-mula dianjurkan
konsentrasi 1/3 IV, selanjutnya dinaikkan menjadi 2/3 oral : 1/3 IV dan bila
keadaan sudah cukup baik (kenaikan BB minimal 1kg) diberikan pregestimil
dalam konsentrasi penuh
o Pemberian melalui pipa nasogastrik diperlukan apabila bayi/anak tidak
mampu atau tidak mau menerima makanan secara oral, namun keadaan
saluran gastrointestinalnya masih berfungsi. Pemberian nutrisi dilakukan
dengan meningkatkan kecepatan dan kadar formula secara
bertahap sampai mencapai kebutuhan nutrisi anak.
o Komplikasi nutrisi enteral:
a. Hidrasi berlebih

b. Hiperglikemia

c. Azotemia (konsumsi protein berlebih)

d. Hipervitaminosis K

e. Dehidrai sekunder karena diare

f. Gangguan elektrolit dan mineral (terutama akibat muntah dan

diare)

g. Gagal tumbuh sekunder akibat pemasukan energy tidak cukup

h. Aspirasi

i. Defisiensi nutrisi sekunder karena kesalahan formula

o Cairan
Tabel 13 Kebutuhan cairan sesuai umur (Ament ME, 1993)
Berat Badan Kebutuhan cairan (ml/kg)
<10 kg 100 ml
10-20 kg 1.000 ml + 50 ml/kg untuk setiap kg > 10kg
<20 kg 1.500 ml + 20 ml/kg untuk setiap kg > 20
kg
o Terapi farmakologis
Terapi antibiotik rutin tidak direkomendasikan karena terbukti tidak efektif.
Antibiotik diberikan hanya jika terdapat tanda-tanda infeksi, baik infeksi
intestinal maupun ekstra-intestinal. Jika dalam tinja didapatkan darah,
segera diberikan antibiotic yang sensitive untuk shigellosis. Metronidazole
oral (50mg/kg dalam 3 dosis terbagi) diberikan pada kondisi adanya
trofozoit Entamoeba histolytica dalam sel darah, adanya trofozoit Giardia
lamblia pada tinja, atau jika tidak didapatkan perbaikan klinis pada
pemberian dua antibiotic berbeda yang biasanya efektif untuk Shigella. Jika
dicurigai penyebab adalah infeksi lainnya, antibiotic disesuaikan dengan
hasil biakan tinja dan sensitivitas.
o Elektrolit
Tabel 15 Kebutuhan elektrolit intravena (Ament ME, 1993):
Elektrolit Dosis anak Dosis Bayi
(mEq/kg/24 jam) (mEq/kg/24 jam)
Na 3–4 2 –8
K 2–3 2 –6
Cl 2–4 0 –6
Ca 0,5 – 1 0,9 – 2,3
Fosfat 2 1 – 1,5
Mg 0,25 – 0,5 0,25 – 0,5

Вам также может понравиться

  • 1295 2654 1 SM PDF
    1295 2654 1 SM PDF
    Документ8 страниц
    1295 2654 1 SM PDF
    DeaGtie Ituue Deewiee
    Оценок пока нет
  • Bab 7
    Bab 7
    Документ2 страницы
    Bab 7
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ5 страниц
    Bab I
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang
    Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang
    Документ2 страницы
    Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Ilma Sudah Kompre 111
    Ilma Sudah Kompre 111
    Документ87 страниц
    Ilma Sudah Kompre 111
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Diare Berat
    Diare Berat
    Документ3 страницы
    Diare Berat
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Документ17 страниц
    Bab Iv
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ6 страниц
    Bab I
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ6 страниц
    Bab I
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Diare Berat II
    Diare Berat II
    Документ3 страницы
    Diare Berat II
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Surat Kuasa
    Surat Kuasa
    Документ1 страница
    Surat Kuasa
    Ilma Amalia
    Оценок пока нет
  • Laily Ira F Responsi SMK
    Laily Ira F Responsi SMK
    Документ37 страниц
    Laily Ira F Responsi SMK
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ6 страниц
    Bab I
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • TEAR FILM
    TEAR FILM
    Документ24 страницы
    TEAR FILM
    onyotz
    100% (1)
  • Bab 5
    Bab 5
    Документ6 страниц
    Bab 5
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Bab 6
    Bab 6
    Документ4 страницы
    Bab 6
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • 8 - Adverse Drug Reaction
    8 - Adverse Drug Reaction
    Документ9 страниц
    8 - Adverse Drug Reaction
    Aan Mi'dad
    Оценок пока нет
  • Aaa
    Aaa
    Документ5 страниц
    Aaa
    Beny Syamsol Arifin
    Оценок пока нет
  • Lapsus Abortus Inkomplit
    Lapsus Abortus Inkomplit
    Документ30 страниц
    Lapsus Abortus Inkomplit
    yunick rahma
    Оценок пока нет
  • Gangguan Panik
    Gangguan Panik
    Документ15 страниц
    Gangguan Panik
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Referat Trauma Tumpul Abdomen
    Referat Trauma Tumpul Abdomen
    Документ52 страницы
    Referat Trauma Tumpul Abdomen
    Gilbert Richard Sulivan Tapilatu
    Оценок пока нет
  • Gangguan Panik
    Gangguan Panik
    Документ15 страниц
    Gangguan Panik
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Gangguan Panik
    Gangguan Panik
    Документ15 страниц
    Gangguan Panik
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Refarat Pneumonia Anak
    Refarat Pneumonia Anak
    Документ17 страниц
    Refarat Pneumonia Anak
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Ilma Mau Kompre
    Ilma Mau Kompre
    Документ70 страниц
    Ilma Mau Kompre
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Bab 5
    Bab 5
    Документ6 страниц
    Bab 5
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • 8 - Adverse Drug Reaction
    8 - Adverse Drug Reaction
    Документ9 страниц
    8 - Adverse Drug Reaction
    Aan Mi'dad
    Оценок пока нет
  • Bab Vii
    Bab Vii
    Документ2 страницы
    Bab Vii
    Giga Ardiansyah
    Оценок пока нет
  • Sari Pediatric
    Sari Pediatric
    Документ7 страниц
    Sari Pediatric
    Fitri Maya Anggraini
    Оценок пока нет