Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 Tujuan
1. Mengetahui etiologi, patofisiologi dan gejala klinis, serta komplikasi dari abses
2. Mengetahui penatalaksanaan abses peritosil agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Diare akut adakah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 1 minggu. Pada bayi yang minum
ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini
tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama
berat badan bayi meningkat normal, al tersebut tidak tergolong diare, tetapi
merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
oerkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif
definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau
konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti
biasanya. Kadang-kadnag pada seorang anak buang air besar jurang dari 3 kali
per hari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.
2.2 EPIDEMIOLOGI
termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak, terutama usia di bawah lima tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta
anak menunggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut
disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007 diperoleh diare
masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% disbanding
pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2%
kehidupan bayi
Gizi buruk
Imunodefisiensi
Faktor genetic
2.4 ETIOLOGI
Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman-
kuman pathogen telah dapat diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80%
pada kasus yang datang di sarana kesehatan dan sekitar 50% kasus ringan di
masyarakat. Pada saat ini telah dapat diidentifikasikan tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare oada anak dan bayi. Penyebab
infeksi utama timbulnya diare umumnya dalah golongan virus, bakteri, dan
parasit. Dua tipe dasar diare akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory
dan inflammatory. Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui
produksi enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh birus,
perlekatan oleh parasit, perlekatan dan / atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya,
indlammatory diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus
secara kangsung atau memproduksi sitokin. Beberapa penyebab diare akut yang
dapat menyebabkan diare pada manusia adalah:
Golongan bakteri
1. Aeromonas 3. Campylobacter jejuni
2. Bacillus cereus 4. Clostridium perfringens
5.Clostridium defficile 10. Staphylococcus aureus
6. Escherichia coli 11. Vibrio cholera
7. Plesiomonas shigeloides 12. Vibrio parahaemolyticus
8. Salmonella 13. Yersinia enterocolitica
9. Shigella
Golongan virus
1. Astrovirus 5. Rotavirus
2. Calcivirus (Norovirus, 6. Norwalk virus
Sapovirus) 7. Herpes simplex virus*
3. Enteric adenovirus 8. Cytomegalovirus*
4. Coronavirus
Golongan parasit
1. Balantidium coli 5. Giardia lamblia
2. Blastocystis homonis 6. Isopora belli
3. Cryptosporidium parvum 7. Strongyloides stercoralis
4. Entamoeba histolytica 8. Trichuris trichiura
Sumber= Nelson Textbook of Pediatric
*umumnya berhubungan dengan diare hanya pada penderita
imunompromised
2.5 PATOGENESIS
Secara umum, diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses
absorbs atau sekresi. Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
absorbsi dan gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari
dengan etiologi non-infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
etiologi
infeksi
Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme
yang saling tumpang tindih. Menurut mekanisme diare, maka dikenal diare
akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar
daripada kapasitas absorpsi. Di sini diare dapat terjadi akibat kelainan di usus
halus, mengakibatkan absorpsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila
fungsi usus halus normal, diare dapat terjadi akibat absorpsi di kolon menurun
atau sekresi di kolon meningkat. Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan
motilitas, inflamasi, dan imunologi.
2.6 Manifestasi / Gejala Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala
lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologic.
Gejala gastrointestinal berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan
diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida,
dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis netabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan
yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskuler, dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang
terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic, dehidrasi
hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dan
dehidrasi berat.
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik pathogen
antara lain: vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomielitis,
meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis, dan septic trombophlebitis. Gejala
neurologic dari infeksi usus bisa berupa paresthesia (akibat makan ikan, kerang,
monosodium glutamat), hipotoni dan kelemahan otot (C. botulinum).
Manifestasi immune mediated ekstraintestinal biasanya terjadi setelah
diarenya sembuh, contoh:
Tabel 1 Manifestasi immune mediated ekstraintestinal dan enteropatogen terkait
Manifestasi Enteropatogen terkait
Reaktive arthritis Salmonella, Shigella, Yersinia,
Camphylobacter, Clostridium difficile
Guillain Barre Syndrome Camphylobacter
Glomerulonephritis Shigella, Camphylobacter, Salmonella
IgA nephropathy Camphylobacter
Erythema nodusum Yersinia, Camphylobacter, Salmonella
Hemolytic anemia Camphylobacter, Yersinia
Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) S. dysentrie, E. coli
Sumber: Nelson Textbook of Pediatrics
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat
dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare.
Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah
serta rectum menunjukkan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah
symptom yang non spesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena
organism yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti enterik virus,
bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada non-inflammatory diare. Biasanya
penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat,
watery diare, menunjukkan bahwa saluran cerna bagian atas terkena. Oleh
karena pasien immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi
tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit kronis sangat penting.
Tabel 2 Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab.
Gejala Rotavirus Shigella Salmonell ETEC EIEC Kolera
klinik a
Masa 17-72 jam 24-48 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 47-72
tunas jam jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual Sering Jarang Sering + - -
muntah
Nyeri Tenesmus Tenesmu Tenesmus - Tenesmu Sering
perut s kramp kolik s kramp kramp
Nyeri - + + - - -
kepala
Lamanya 5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
sakit
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10/har > Sering sering Sering Terus
i 10x/hari meneru
s
Konsistens Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
i sering
Darah - ± Kadang - + -
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah. Bila
disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang,
atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang
diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti
batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama
anak diare: member oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit
dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu
dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadara, rasa haus, dan turgor kulit
abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung
atau tidak, mata cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa
mulut, dan lidah kering atau basah. Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi
adanya asidosis metabolic. Bisingusus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill
dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara
obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare
dan subyektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria
MMWR, dan lainnya.
Tabel 3 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003
Simptom Minimal atau Dehidrasi Ringan Dehidrasi Berat,
tanpa dehidrasi, – Sedang, Kehilangan BB >
Kehilangan BB < Kehilangan BB 3- 9%
3% 9%
Kesadaran Baik Normal, lelah, Apatis, letargi,
gelisah, irritable tidak sadar
Denyut Jantung Normal Normal - Takikardi,
meningkat bradikardia pada
kasus berat
Kualitas nadi Normal Normal – melemah Lemah, kecil, tidak
teraba
Pernafasan Normal Normal – cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Cubitan kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik
Capillary refill Normal Memanjang Memanjang,
minimal
Ekstremitas Normal Dingin Dingin, mottled,
sianotik
Kencing Normal Berkurang Minimal
Penilaian A B C
Lihat:
* Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau tidak
*mata Normal Cekung sadar
*air mata Ada Tidak ada Sangat cekung dan
*mulut dan lidah Basah Kering kering
*rasa haus Minum biasa Haus, ingin Kering
(tidak haus) minum banyak Sangat kering
Malas minum atau
tidak bisa minum
Periksa : turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
kulit
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan- Dehidrasi berat
sedang
Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi Rencana Terapi C
B
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat, contohnya pemeriksaan darah lengkap, kultur
urin, dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium
yang kadang-kadang diperlukan diare akut:
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Urin: urin lengkap, kultur, dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Tinja Pemeriksaan makroskopik Pemeriksaan makroskopik tinja
perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare meskipun
pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan
tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin
virus, protozoa, atau disebabkan oleh infeksi di luar saluran
gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa
disebakan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri
enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit
usus seperti: E. histolytica, B. coli, dan T. trichiura. Apabila
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi
E. histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada
infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang
berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,
Crytosporidium, dan Strongyloides.
Tes Laboratorium Organisme diduga/identifikasi
Mikroskopik: lekosit pada tinja Invasif atau bakteri yang
memproduksi sitotoksin
Trophozoit, kista,oocysts, G. lamblia, E. histolytika,
spora Cryptosporidium, I. belli,
Cyclospora
Rhabditiform lava Strongyloides
Spiral atau basil gram (-) Campylobacter jejuni
berbentuk S
Kultur tinja: Standard E. coli, Shigella, Salmonella,
Camphylobacter jejuni
Kultur tinja: Spesial Y. enterocolitica, V. cholera, V.
parahaemolyticus, C. difficile,
E.coli, O157:H7
Enzym immunoassay atau latex Rotavirus, G. lamblia, enteric
aglutinasi adenovirus, C. difficile
Serotyping E. coli, O 157 : H7, EHEC, EPEC
Latex aglutinasi setelah broth Salmonella, Shigella
enrichment
Test yang dilakukan di Bakteri yang memproduksi toksin,
laboratorium riset EIEC, EAEC, PCR untuk genus
virulen
Sumber: Supraoto
Pemeriksaan mikroskopik Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya
kecuali terdapat riwayat baru saja bepergian ke daerah resiko tinggi, kultur
tinja negative untuk enteropatogen, diare lebih dari 1 minggu atau pada
saluran cerna bagian atas, prosedur ini lebih tepat daripada pemeriksaan
tinja. Biopsi duodenum adalah metoda yang spesifik dan sensitive untuk
oleh karena ekskresi kista sering terjadi intermitten. Sejumlah tes serologis
Serologis test untuk amuba hamper selalu positif pada disentri amuba akut
2.8 PENATALAKSANAAN
Oralit
Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan
oralit ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya
lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini
juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi
pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF
untuk diare akut non-kolera pada anak.
Tabel 7 Komposisi Oralit Baru
Oralit Baru Osmolaritas Rendah Mmol/liter
Natrium 75
Klorida 65
Glucose, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total Osmolaritas 245
b. Hiperglikemia
d. Hipervitaminosis K
diare)
h. Aspirasi
o Cairan
Tabel 13 Kebutuhan cairan sesuai umur (Ament ME, 1993)
Berat Badan Kebutuhan cairan (ml/kg)
<10 kg 100 ml
10-20 kg 1.000 ml + 50 ml/kg untuk setiap kg > 10kg
<20 kg 1.500 ml + 20 ml/kg untuk setiap kg > 20
kg
o Terapi farmakologis
Terapi antibiotik rutin tidak direkomendasikan karena terbukti tidak efektif.
Antibiotik diberikan hanya jika terdapat tanda-tanda infeksi, baik infeksi
intestinal maupun ekstra-intestinal. Jika dalam tinja didapatkan darah,
segera diberikan antibiotic yang sensitive untuk shigellosis. Metronidazole
oral (50mg/kg dalam 3 dosis terbagi) diberikan pada kondisi adanya
trofozoit Entamoeba histolytica dalam sel darah, adanya trofozoit Giardia
lamblia pada tinja, atau jika tidak didapatkan perbaikan klinis pada
pemberian dua antibiotic berbeda yang biasanya efektif untuk Shigella. Jika
dicurigai penyebab adalah infeksi lainnya, antibiotic disesuaikan dengan
hasil biakan tinja dan sensitivitas.
o Elektrolit
Tabel 15 Kebutuhan elektrolit intravena (Ament ME, 1993):
Elektrolit Dosis anak Dosis Bayi
(mEq/kg/24 jam) (mEq/kg/24 jam)
Na 3–4 2 –8
K 2–3 2 –6
Cl 2–4 0 –6
Ca 0,5 – 1 0,9 – 2,3
Fosfat 2 1 – 1,5
Mg 0,25 – 0,5 0,25 – 0,5