Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dalam ritus politik, ada banyak cara yang diambil oleh pemimpin untuk
mencapai hasrat yang dimimpikannya. Entah itu cara yang halal atau sebaliknya.
Namun, sebenarnya inti persoalan ini berkaitan dengan potret buram sosok
pemimpin di Lembata. Pemimpin yang dipilih rakyat dinilai aneh (FP 18/4). Oleh
karena keanehan pemimpin, maka para pedagang sempat melontarkan teriakan,
hujatan, bahkan ada makian yang dialamatkan kepada bupati. Menarik untuk
dicermati di sini, di manakah posisi pemimpin?
Kedua, serangan dari para pedagang dilihat sebagai perilaku politik yang
biasa-biasa saja. Jadi, untuk apa digubris, tidak ada keuntungan yang diperoleh,
apalagi rakyat tidak tahu berpolitik. Jika demikian, ini tidak dibenarkan.
Sangat jelas terbaca kalau ada dinamika untung dan rugi. Saat rakyat
angkat bicara, pemimpin diam. Saat pemimpin bicara, rakyat diam. Dalam
kenyataan, pemimpin tidak bicara. Jelas, rakyat merasa dirugikan, bahkan
mungkin merasa sangat bersalah karena sudah memilih pemimpin dengan
mentalitas yang demikian. Pada tataran ini, potret pemimpin yang dimimpikan
rakyat Lembata tidak ada. Dengan kata lain, Lembata sedang mengalami
ketiadaan pemimpin.
Lalu, rakyat Lembata memimpikan pemimpin seperti apa pada saat ini.
Pertama, pemimpin yang buka mulut dan mau berdialog. Kisruh masalah pasar
ini dapat diselesaikan kalau pemimpin (baca: bupati) hadir dalam undangan rapat
kerja dengan DPRD Lembata. Rapat kerja bertujuan untuk membicarakan
langkah-langkah perbaikan atau pencarian solusi yang mengarah kepada kebaikan
bersama. Apabila bupati selaku atasan tidak mengambil bagian dalam rapat kerja,
maka persoalan ini tidak akan diselesaikan secara baik.
Ketiga hal ini menjadi kunci untuk mengatasi kisruh masalah pasar saat
ini. Jika ini dijalankan secara baik, maka pemimpin tidak diledek oleh rakyatnya.
Tidak ada umpatan, hujatan, teriakan, bahkan makian yang keluar dari mulut
rakyat yang ditujukan kepada pemimpin.