Вы находитесь на странице: 1из 16

Pendekatan Praktis pada Disfungsi Pelvic Floor (PF) pasca

kelahiran: Prosedur Diagnostik dan Terapeutik

Apa saja hal yang harus dipertimbangkan pada Disfungsi PF pasca kelahiran?

Kehamilan dan persalinan merupakan faktor resiko terjadinya disfungsi pelvis.


Perlu perhatian khusus untuk mencegah terjadinya inkontinesia urin sebgaimana
beberapa laporan dari para ahli yang menyatakan bahwa sebagian wanita mengalami
distress pada saluran kemih dalam rentang setahun pasca persalinan. Banyak studi
telah dilakukan para ahli untuk menilai korelasi antara faktor maternal dan fetal
terhadap kejadian inkontinensia urin. Meskipun begitu, inkontinensia bukanlah satu
satunya komplikasi pasca persalinan yang dialami ibu. Disfungsi lainnya dapat pula
dialami namun jarang menjadi perhatian. Prevalensi kecil, atau adanya rasa malu
pasien yang lebih besar dibandingkan menyampaikan keluhannya, dan terlebih lagi
tidak ada pengetahuan tentang pengobatan yang tersedia dapat menjelaskan
pendekatan yang berbeda ini
Menurut sebuah penelitian di Italia, Inkontinensia urin (IU) dialami oleh
sebanyak 10-38% wanita setelah melahirkan dan menyerang sebanyak 21% wanita
postpartum bulan ke-3. Hasil ini biasanya berdasarkan data dari literatur dan dari
pengalaman klinis bahwa prevalensi IU menurun dalam tahun pertama setelah
melahirkan, tetapi beberapa studi longitudinal lainnya melaporkan dalam tahun
pertama postpartum hanya terdapat sedikit perubahan prevalensi dari waktu ke waktu.
Inkontinensia stres adalah keluhan yang paling sering dilaporkan. Di samping itu,
inkontinensia campuran atau urgensi juga umum terjadi.
Inkontinensia anal (IA) bukan merupakan keluhan yang jarang bagi ibu postpartum,
bahkan bisa saja lebih sering dialami daripada inkontinensia urin. Wanita kadang-
kadang menganggap IU hanyalah bagian dari “konsekuensi persalinan normal”
setidaknya pada sepanjang tahun pertama pasca melahirkan namun sebaliknya IA
tidak pernah dianggap “normal.” Prevalensi IA yang dilaporkan selama postpartum
bervariasi secara nyata bergantung pada definisi inkontinensia (anal atau feses),
fasilitas pemantauan, onset dari masa persalinan. IA dialami oleh 3-10% wanita pasca
persalinan dan lebih jarang terjadi pada 1 tahun dibandingkan 6 bulan post persalinan.
Inkontinensia flatus bahkan lebih sering dialami dan dilaporkan sebanyak 6-49%
wanita mengeluhkan gejala ini. Kemudian, banyak wanita mengeluhkan distress
urgensi fecal meskipun sebenarnya tidak mengalami inkontinensia.
Prolapsus organ pelvis (POP) dapat terjadi sebagai akibat dari perubahan
hormonal dan mekanik selama kehamilan serta adanya jaringan ikat dan otot dasar
panggul yang mengalami cedera pada saat persalinan. Sayangnya, banyak studi yang
menghubungkan kejadian IA atau IU dengan persalinan namun tidak terfokus pada
struktur pendukung dasar panggul. Tidak seperti IU, diagnosis POP terbilang
kompleks, seringkali terdapat perbedaan antara hasil pengukuran objektif mengenai
prolapsus dinding vagina dengan gejala yang dikeluhkan pasien. Namun terdapat
banyak data yang menyatakan bahwa prolaps organ tersebut dialami oleh sebanyak
83-100% wanita pada minggu ke-5 sampai minggu ke-22 post persalinan dengan
angka kejadian POP derajat II (berdasarkan POPQ) mencapai 35-52%. Setelah
melahirkan kemungkinan terjadinya prolaps derajat II POPQ selama postpartum tahun
pertama mungkin mengalami penurunan menjadi 31% pada 6-12 bulan setelah
melahirkan.
Dyspareunia post partum mungkin berkaitan dengan faktor mekanis,
hormonal, dan psikoseksual namun para ahli mengakui bahwa pengetahuan tentang
hal itu masih terbatas. Menurut beberapa penelitian yang fokus pada dispareunia
postpartum, dilaporkan bahwa gejala tersebut dialami oleh sebanyak 17-44% wanita
pada 6 bulan pasca persalinan dan menurun menjadi sebanyak 8-33% wanita pada 12
bulan pascapersalinan, sepertiga dari mereka mengalami dispareunia derajat berat.
Tidak ada hubungan yang ditemukan antara dispareunia dengan fungsi dasar panggul
(tonus dan kekuatan otot) tetapi kami tidak memiliki data tentang kaitan dispareunia
dengan temuan lainnya (seperti bekas luka, titik pemicu, vaginismus, dan nyeri
perineum peregangan) yang dapat menjelaskan pendekatan terapi fisik.
Terdapat berbagai perubahan yang terjadi pada otot dasar panggul setelah
melahirkan. Dengan menggunakan MRI dapat dinilai perubahan dalam intensitas
sinyal otot, ketebalan, daerah hiatus urogenital dan levator, dan posisi perineum, dan
data menunjukkan bahwa pemulihan kontraktilitas jaringan ikat dan otot dasar
panggul dapat memakan waktu hingga 6 bulan post partum. Kekuatan otot dasar
panggul berkurang setelah kelahiran vagina tetapi pada sebagian besar wanita
tampaknya kembali pulih seperti semula pada saat 6–10 minggu pascapartum.
Apakah efektif jika dilakukan Penatalaksanaan Disfungsi PF pasca melahirkan?
Terapi konservatif seperti modifikasi gaya hidup serta rehabilitasi merupakan
pendekatan yang baik dalam manajemen masala disfungsi PF.
Saat ini, banyak studi fokus pada masalah inkontinensia urin dan
menghasilkan suatu rekomnedasi grade A dengan level evidence derajat I yang
menyatakan bahwa latihan otot dasar panggul (Pelvic Floor Muscle Training/PFMT)
efektif dalam penatalaksanaan masalah inkontinensi urin pada wanita. Di samping itu,
pendekatan rehabilitatif tersebut juga dapat bermanfaat dalam penatalaksanaan kasus
POP, inkontinensia anal, nyeri panggul serta dispareunia.
Jika dibandingkan dengan studi mengenai inkontinensia urin, studi yang
membahas tentang pendekatan rehabilitatif berupa PFMT cenderung lebih jarang
dilakukan oleh para peneliti. Meskipun begitu, ada beberapa hasil studi RCT
(randomized control trial) yang menyatakan bahwa PFMT efektif pada kasus POP
yang dialami wanita usia dewasa muda. Suatu studi sistematic review menyatakan
bahwa PFMT merupakan suatu pendekatan yang direkomendasikan pada kasus POP
(rekomendasi grade A, evidence level I). Salah satu studi RCT menyatakan bahwa
PFMT secara signifikan meningkatkan kekuatan dan ketebalan otot dasar panggul
(Pelvic Floor Muscle/PFM) serta mengencangkan area hiatus urogenital pada wanita
yang mengalami POP.
Berdasarkan studi review sebelumnya, pendekatan rehabilitatif juga dapat
efektif sebagai penanganan kasus inkontinensia fekal namun dikarenakan terbatasnya
studi mengenai bahkan beberapa studi dengan desain studi uncontrolled trials dan
RCT dengan kualitas rendah. Kemudian, telah diketahui saat ini biofeedback secara
umum digunakan dalam terapi inkontiinensia anal sehingga terdapat banyak studi
yang membahas tentang efikasi rehabilitasi ketika menggunakan fasilitas manometric
biofeedback. Hasil dari review tersebut menyatakan bahwa PFMT direkomendasikan
sebagai terapi dini dalam penatalaksanaan inkontinensia fekal karena harga nya yang
terjangkau serta angka morbiditasnya yang rendah, walaupun bukti efikasi terhadapa
pendekatan PFMT terbilang rendah, dan terapi yang disertai dengan penggunaan
biofeedback memeberikan outcome yang baik bagi pasien berdasarkan studi
uncontrolled trials sehingga direkomendasikan pada kasus dengan gejala yang tak
kunjung membaik (rekomendasi grade B). Suatu review Cochrane yang dilakukan
oleh Cody dan Norton (2012) menyimpulkan bahwa biofeedback dan latihan otot
sfingter hanya merupakan terapi pendukung.
Bukti bukti mengenai efektifitas rehabilitasi pada kasus dispareunia terbilang
rendah. Banyak studi yang menganalisis peran terapi fisik dalam mengurangi gejala
hipertonia dasar panggul serta vaginismus pada sindroma nyeri vulva. Hasilnya, terapi
fisik dapat mengurangi gejala nyeri pada sebanyak 50-70% wanita. Namun masih
perlu dilakukan studi untuk menentukan jenis terapi fisik apa yang efektif dalam
mengurangi gejala dispareunia.
Sejauh ini telah banyak studi yan melaporkan tentang efektifitas pendekatan
rehabilitatif pada terapi disfungsi PF. Saat ini, sejumlah studi dilakukan untuk menilai
efektifitas PFMT baik pada kelompok pasien yang hamil maupun pasien post partum
namun sebagian besar studi mencari hubungan nya terhadap kejadian inkontinensia
urin. PFMT dapat digunakan sebagai upaya prefentif dan atau terapeutik pada pasien
(post partum maupun gravida) yang mengalami inkontinensia.
Suatu studi review analysis pada pasien hamil dan post partum yang
mengalami gangguan PF ditemui beberapa bukti yang menyatakan bahwa PFMT
yang dilakukan oleh wanita primigravida pada masa kehamilan efektif dalam
mencegah terjadinya inkontinensia post partum namun hanya hingga bulan ke-6 post
partum dan tidak bertahan hingga 1 tahun post partum. Menariknya, PFMT
merupakan terapi pilihan pada wanita post partum dengan inkontinensia urin
persisten. Berkaitan dengan efek pencegahan campuran atau pendekatan terapi,
manfaat PFMT bagi semua kelompok wanita masih belum jelas.
PFMT bisa saja memberikan manfaat jangka panjang, seperti yang dilaporkan
oleh Dumoulin dkk, hasil studi mereka menunjukkan manfaat fisioterapi terhadap
kasus inkontinensia urin post partum bertahan hingga 7 tahun lamanya setelah
pengobatan, tetapi hasil ini tidak pasti karena penelitian lain tidak dapat menunjukkan
efek persisten PFMT pada 12 tahun post training.
Sebaliknya, saat ini bukti efektivitas mengenai PFMT selama postpartum
sebagai penanganan terahadap kasus inkontinensia fecal masih belum cukup,
meskipun Glazener dkk menunjukkan prevalensi inkontinensia fekal lebih rendah
pada wanita yang telah menjalani sebanyak tiga kali sesi pelatihan PFMT post partum
namun manfaat terapi tersebut tidak bertahan selama 12 tahun. Dan juga, tidak ada
data yang menunjukkan bahwa PFMT efektif sebagai pengobatan prolaps organ
panggul (POP), karena beberapa studi (yang tidak dapat menunjukkan manfaat
PFMT) menggunakan pendekatan campuran pada semua pasien wanita postpartum.
Poin penting lainnya mengenai terapi PFMT adalah kualitas intervensi seperti jenis
latihan, frekuensi, intensitas dan durasi pelatihan yang berpengaruh terhadap
outcome. Protokol pelatihan dapat bervariasi. Pelatihan di rumah saat ini berkaitan
dengan pemantauan oleh para profesional pada jumlah kontraksi / hari.

Apa Saja Pendekatan Terapi pada Disfungsi PF post Partum?


Suatu model perawatan disfungsi panggul baik pada masa kehamilan maupun
pada saat postpartum harus mempertimbangkan bukti pada efektivitas PFMT terhadap
populasi spesifik ini.
Strategi penerapan PFMT pada wanita selama kehamilan dan postpartum
dapat bervariasi mulai dari menyediakan PFMT untuk semua wanita, baik simtomatik
ataupun tidak, sebagai pendekatan pencegahan hingga hanya menyediakan PFMT
bagi wanita dengan disfungsi PF simptomatik sebagai tindakan pengobatan tertentu.
Pendekatan yang pertama mungkin tidaklah optimal jika mempertimbangkan
harga dan terapi berkelanjutan PFMT. Suatu hasil review menyimpulkan bahwa
terdapat bukti pada wanita primigravida, PFMT dapat mencegah terjadinya
inkontinensia urin hingga 6 bulan post partum namun mengingat biaya yang harus
dikeluarkan terhadap terapi intervensi tersebut pada semua wanita primipara serta
manfaat nya yang hanya terbatas selama 6 bulan membuat para ahli untuk tidak
melakukan pendekatan jenis ini.
Faktanya, pada pertemuan ke-5 International consultation on Incontinence,
menghasilkan suatu rekomendasi yang berbunyi “Aspek cost benefit harus
dipertimbangkan pada pendekatan berbasis populasi dalam melakukan PFMT
terhadap semua wanita postpartum tanpa memandang status mereka”.
Sebaliknya, hasil dari review menyimpulkan bahwa ada dukungan terhadap
rekomendasi yang telah tersebar luas bahwa PFMT adalah pengobatan yang tepat
untuk wanita postpartum dengan inkontinensia urin persisten dan mungkin pengaruh
PFMT bisa saja lebih terasa manfaatnya jika pendekatan terapi yang ditargetkan
hanya pada sekelompok wanita tertentu.
Identifikasi kriteria seleksi untuk menerima terapi PFMT selama masa
kehamilan dan postpartum merupakan suatu poin penting dalam penerapan model
terapi PFMT.
Oleh karenanya, Italian Society of Urodynamics, continency, neurology, and
pelvic floor telah menyusun suatu instrument untuk mengevaluasi kriteria seleksi
wanita yang berhak mendapatkan terapi PFMT yang dinamakan dengan kartu SIUD
PPD (Italian Society of Urodynamics Postpartum Pelvic Dysfunctions).
Kartu SIUD PPD merupakan kombinasi dari dua pendekatan dalam
penseleksian pasien wanita yang dianjurkan untuk terapi PFMT post partum, yaitu:
 Pendekatan Faktor resiko: memilih pasien wanita yang dianggap memiliki
resiko untuk mengalami disfungsi PF pada saat kunjungan awal.
 Pendekatan tanda kerusakan: memilih pasien wanita yang masih mengalami
gejala atau tanda disfungsi PF pada masa post partum
Pendekatan faktor resiko digunakan oleh lebih dari satu pusat perawatan
obstetri dan ginekologi namun masih belum jelas apa faktor resiko yang semestinya
dipertimbangkan sehingga kriteria seleksi masih tidak homoogen. Suatu upaya dalam
mencapai keseragaman maka dikembangkanlah suatu instrumen terstandardisasi di
Italia (dinamakan “Kartu Perineal”) berisikan daftar faktor resiko yang kemudian di
checklist hingga akhirnya menghasilkan skor resiko akhir. Berdasarkan skor tersebut,
pasien akan diarahkan untuk menjalani PFMT.
Pendekatan faktor risiko memudahkan pusat perawatan obsgyn memilih
wanita yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Pendekatan analog diusulkan
dalam penelitian sebelumnya oleh Chiarelli dkk, bahkan pendekatan jenis ini hanya
mempertimbangkan dua faktor risiko yaitu persalinan forceps dan persalinan
pervaginam bayi besar> 4,000 g.
Sayangnya, meskipun beberapa faktor risiko telah diidentifikasi secara
signifikan berkaitan dengan kasus trauma PF, saat ini belum ada kesepakatan di antara
para ahli mengenai kombinasi dan seberapa berat faktor yang dapat mempengaruhi
hasil menjadi inkontinensia urin, prolaps organ panggul, inkontinensia anal, nyeri
panggul dan dispareunia. Pendekatan faktor risiko dapat memungkinkan terjadinya
overterapi pada wanita yang dianggap berisiko padahal tidak mengalami disfungi
pelvis dan sebalinya terlewatnya sejumlah wanita dari perencanaan terapi PFMT
karena awalnya dianggap berisiko rendah. Jadi, pendekatan ini bukan merupakan cara
terbaik untuk memilih kelompok wanita yang membutuhkan terapi PFMT.
Sebaliknya, "tanda-tanda pendekatan kerusakan," diadopsi dari pengalaman
lain seperti pada proyek "Ibu tanpa inkontinensia" yang disponsori oleh otoritas
kesehatan Piedmont pada tahun 2003, proyek ini fokus pada kelompok wanita yang
benar-benar telah mengalami satu atau lebih dysfungsi diantaranya adalah
inkontinensia urin atau anal, prolaps, nyeri dan dispareunia. Dalam hal ini kriteria
seleksi didasarkan pada adanya salah satu dari lima gejala atau tanda disfungsi pelvis
yang dikeluhkan pada konsultasi bulan kedua postpartum, yaitu: inkontinensia urin
(jika masih persisten setelah 30 hari post partum), inkontinensia anal (jika masih
persisten setelah 1 minggu post partum); nyeri panggul sedang-berat atau dispareunia
yang masih dilaporkan pada saat konsultasi; POP ≥2nd dan pengujian perineum pada
palpasi digital <2 dalam skala 0–4 (tes AIPDA)
Pendekatan tanda-tanda kerusakan membantu dalam proses pemilihan wanita
yang benar-benar mengalami disfungsi dasar panggul, sehingga meminimalisir jumlah
pasien untuk mencapai keseimbangan sumber daya pengobatan yang lebih baik.
Selain itu, seringkali wanita berkonsultasi mengenai postpartum pertama mereka
dengan ahli ginekolog yang tidak berkait dengan pusat perawatan obgyn kami. Dalam
kasus ini, karena kurangnya informasi mengenai kehamilan dan faktor risiko
persalinan maka penilaian "tanda-tanda pendekatan kerusakan" dapat mewakili
kriteria seleksi yang akurat.

Kartu SIUD PPD


Tujuan pembuatan kartu SIUD PPD (Italian Society of Urodynamics
Postpartum Pelvic Dysfunctions) adalah untuk memudahkan tenaga professional
dalam mengumpulkan data berstandar melalui pendekatan factor resiko dan tanda
kerusakan. Pendekatan yang pertama hanya perlu mengumpulkan data mengenai
kehamilan dan persalinan sedangkan pendekatan kedua sedikit lebih rumit berkaitan
dengan kompartemen dan fungsi anatomi yang berbeda. Prinsip-prinsip yang
mendasari terciptanya instrumen ini adalah kepraktisan, lengkap, valid dan mudah
digunakan.

Hasil akhir dari kartu ini terdiri dari 2 bagian instrument yang berbeda, yaitu;
Kartu Persalinan yang membantu petugas mengumpulkan data obstetric serta factor
resiko potensial, dan Kartu Skrining Postpartum yang membantu petugas dalam
mengumpulkan tanda tanda kerusakan pada pasien.

Kartu Persalinan
Kartu Persalinan memuat data obstetris paling signifikan dan faktor risiko
paling potensial serta data demografis maternal. Disamping itu, kartu ini juga
berisikan penilaian terhadap adanya retensi urin (jika persisten 24 jam setelah
persalinan) dan riwayat gangguan fungsional pelvis baik sebelum maupun saat
kehamilan.
Kartu ini diharapkan dapat dilengkapi oleh petugas pada saat pasien tiba di
pusat perawatan obstetri dan ginekologi. Oleh karenanya, kartu ini sebaiknya diisi
pada saat awal konsultasi di masa nifas.

Kartu Skrining Postpartum


"Kartu skrining pascapartum" dimaksudkan untuk mencatat adanya disfungsi
panggul setelah melahirkan. Kartu ini terdiri dari lima bagian: inkontinensia urin,
inkontinensia anal, prolaps organ panggul, nyeri dan dispareunia dan disfungsi otot
dasar panggul. Berdasarkan instrumen divalidasi pada setiap bagian termasuk sistem
kuantifikasi untuk memberikan parameter outcome pada pendekatan observasional
atau intervensi. Untuk setiap disfungsi yang dipertimbangkan, instrumen penilaian
yang disertakan dalam kartu adalah sebagai berikut:
 Inkontinensia urin: ICI-q SF
 Inkontinensia Anal: Skor Wexner
 POP: POP-Q simplified staging system
 Nyeri panggul dan dispareunia: VAS
 Disfungsi PFM: Oxford modified grading system
Kartu ini dapat digunakan sebagai instrumen pencatatan data yang sederhana,
tetapi Penulis juga secara sementara telah menetapkan batasan untuk setiap bagian
(lihat Lampiran A.2) yang dapat digunakan sebagai parameter seleksi terhadap
manajemen kasus (konseling, intervensi gaya hidup, atau rehabilitasi ulang sesuai
dengan kondisi). Dengan kata lain, ketika paling tidak dalam satu bagian saja nilai-
nilai tersebut melebihi cut-off maka wanita tersebut dianggap memerlukan perhatian
lebih dalam penanganan kasus disfungsi PF. Melalui cara tersebut populasi yang
memerlukan intervensi dapat diseleksi dan kemudian mendapatkan perawatan medis
terhadap disfungsi panggul yang diialaminya.
Lampiran A.1
Kartu SIUD PPD
Kartu Persalinan

Nama : …..
Tanggal Persalinan : ….

Usia (ibu)
Riwayat persalinan pervaginam
(jumlah)
IMT (pada saat persalinan)
Persalinan Distosia (jenis) ya tidak
Distosia bahu ya tidak
Persalinan kala 2
Partus Presipitatus (menit) ya tidak
Induksi Persalinan ya tidak
(oksitosin?prostalglandin?amniotomi?
dll)
Indikasi Induksi Persalinan
(hipertensi?diabetes gestasional?post
term gestasional?KPD?dll)
C-section cito ya tidak
C-section elektif ya tidak
Episiotomi (midline atau ya tidak
mediolateral?)
Ruptur perineum (derajat?) ya tidak
Komplikasi Episiotomi (infeksi,
hematom, ruptur, dll)
Ekstraksi Vakum ya tidak
Partus via Forcep ya tidak
Manuever Kristeller ya tidak
Analgesik epidural ya tidak
Lingkar kepala neonatus (cm)
BBL (gram)
Gemelli (jumlah) ya Tidak
Posisi pada saat Partus

Retensi urin post partum (>24 jam) ya tidak

Disfungsi sebelum partus Sebelum kehamilan Selama kehamilan


Inkontinensia urin stres ya tidak ya tidak
Inkontinensia urin urgensi ya tidak ya tidak
Inkontinensi flatus ya tidak ya tidak
Inkontinensia Feses ya tidak ya tidak
Dispareunia ya tidak ya tidak

Grading Ruptur Perineum


0-intak Tidak ada diskontinuitas jaringan
1-derajat satu Cedera hanya pada jaringan kulit (fourset, kulit perineal
dan mukosa membran vagina)
2-derajat dua Cedera pada perineum mencapai jaringan otot tanpa
disertai sfingter ani
3-derajat tiga Cedera pada perineum  3a: kurang dari
mencapai hingga sfingter 50% sfingter anii
anii externa
 3b: lebih dari 50%
sfingter anii
externa
 mencapai hingga
sifngter ani interna
4-derajat empat Cedera pada perineum (sfingter ani interna dan externa)
serta epitel anal dengan atau tanpa keterlibatan mukosa
rektum
Lampiran A.2

Kartu Skrining Post Partum


1. Inkontinensia Urin
a)Ya b) tidak

Jenis: a) stress b) urgensi c)campuran d) dan lain lain

ICIQ-SF
International Consultation On Incontinence Questionnaire Short Form

Pikirkan yang pernah dialami dalam rentang waktu 4 minggu terakhir


I. Seberapa sering Anda mengeluarkan urin tanpa disadari (ngompol)?
0; tidak pernah
1; sekali seminggu atau kurang
2; 2-3 kali per minggu
3; sekali per hari
4; beberapa kali dalam satu hari
5; setiap saat

II. Seberapa banyak urin yang keluar pada saat ngompol?


0; tidak ada
1; sedikit
2; sedang
3; banyak

III. Seberapa besar dampak buruk ngompol dalam mempengaruhi keseharian


anda? Beri nilai 1-10 dengan 1 (tidak sama sekali mengganggu) dan 10
(sangat mengganggu)

Skor cut off >= 1


2. Inkontinensia Anal
Inkontinensia Fekal; ya tidak
Inkontinensia Flatus; ya tidak
Mencemari; ya tidak
Jenis inkontinensia; pasif urgensi campuran

Skor Wexner

Inkontinensia Tidak Jarang Sesekali Sering Selalu


pernah (<1x/bulan) (>1x/bulan) (>1x/minggu (>=1x/1)
dan
<1x/hari)
Solid 0 1 2 3 4
Cairan 0 1 2 3 4
Gas 0 1 2 3 4
Menngunakan 0 1 2 3 4
popok
Modifikasi 0 1 2 3 4
Gaya hidup

Cut off minimal salah satu dibawah ini:


 Skor > 0 (hampir 1) jika inkontinensia cairan atau solid
 Skor > 1 (hampir 2) jika inkontinensia flatus
3. POP
Klasifikasi derajat POP-Q
Derajat 0 Tidak terdapat adanya prolapsus
Derajat 1 Bagian paling distal mengalami prolapsus hingga 1 cm dari
himen
Derajat 2 Bagian paling distal mengalami prolapsus kurang dari 1 cm
hingga sejajar dengan himen
Derajat 3 Bagian paling distal mengalami prolapsus lebih dari 1 cm
dibawah himen
Derajat 4 Eversi komplit

Bagian paling distal; a) anterior b) sentral c) posterior

Skor cut off: POP derajat 2 atau lebih


4. Nyeri Perineum dan Dispareunia

Ya tidak
1) Nyeri Perineum
2) jika ya, apakah nyeri tersebut mengganggu?
3) Dispareunia
4) jika ya, apakah gejala tersebut mengganggu?
5) kembali memulai hubungan seksual
5) jika ya, berapa minggu post partum dimulai hub seksualnya ?

Nyeri Perineum

Visual Analog Scale (0-10): …

Dispareunia

Visual Analog Scale (0-10): …

MARINOFF Dyspareunia Scale …

0- tidak mengalami dispareunia


1- Nyeri saat berhubungan namun masih memungkinkan terjadinya penetrasi
2- Nyeri mengganggu saat hubungan seksual
3- Nyeri berakibat pada apareunia total

Penurunan sensitivitas vagina pada saat berhubungan


(dibandingkan dnegan sensitivitas pre masa kehamilan)

Visual Analog Scale (0-10): …

Skor cut off: jika nyeri perineum atau dispareunia menjadi masalah bagi
pasien (jika ditemui jawaban “ya” sebanyak 2 pada perineum dan 4 pada
dispareunia)
5. Disfungsi Otot PFD
Modified Oxford Grading
O= nol (tidak adanya pergerakan otot)
1= Gemetar (adanya pulsasi otot pada jari pemeriksa)
2= lemah (peningkatan teganagan otot tanpa disertai adanya pengangkatan
otot)
3= menengah (tegangan otot lebih nyata dan ditandai adanya pengangkatan
otot abdomen serta elevasi dinding vagina posterior)
4= baik (peningkatan tegangan otot dan kontraksi yang baik sehingga
memungkinkan terjadinya elevasi dinding vagina posterior meskipun
diberikan tahanan)
5= kuat (ada nya elevasi pada dinding vagina posterior setelah diberikan
tahanan kuat pada vagina berupa genggaman oleh pemeriksa)

grade: …

Jika asimetris; kiri, grade: …


Kanan, grade: …

Skor cut off grade 2 kebawah (meskipun hanya pada satu sisi)
Kesimpulan; Seleksi Kriteria untuk Tatalaksana

Disfungsi Alat evaluasi Cut off


Inkontinensia Urin ICI q SF >1
Inkontinensia Anal Wexner Score >1 (solid,cairan)
>2 (gas)
POP POP-Q staging >` atau =2
Nyeri VAS Jika mengganggu
perineum/dispareunia
Disfungsi PF Oxford score < atau =2

Вам также может понравиться

  • Penelitian Neurologi
    Penelitian Neurologi
    Документ18 страниц
    Penelitian Neurologi
    vikaavik
    Оценок пока нет
  • SF 36 Bahasa Indonesia
    SF 36 Bahasa Indonesia
    Документ4 страницы
    SF 36 Bahasa Indonesia
    rizky
    100% (2)
  • Instalasi Gawat Darurat
    Instalasi Gawat Darurat
    Документ2 страницы
    Instalasi Gawat Darurat
    rizky
    Оценок пока нет
  • Jantung PDF
    Jantung PDF
    Документ8 страниц
    Jantung PDF
    CathyCarlton
    Оценок пока нет
  • DESRI
    DESRI
    Документ1 страница
    DESRI
    rizky
    Оценок пока нет
  • Central Dogma
    Central Dogma
    Документ20 страниц
    Central Dogma
    Noventri Andika
    Оценок пока нет
  • Shock Neonatal
    Shock Neonatal
    Документ26 страниц
    Shock Neonatal
    rizky
    Оценок пока нет
  • Studi Pencitraan Pada Kanker
    Studi Pencitraan Pada Kanker
    Документ16 страниц
    Studi Pencitraan Pada Kanker
    rizky
    Оценок пока нет
  • Lapkas RZTB
    Lapkas RZTB
    Документ3 страницы
    Lapkas RZTB
    rizky
    Оценок пока нет
  • PAKTA
    PAKTA
    Документ1 страница
    PAKTA
    rizky
    Оценок пока нет
  • Karak Teri Stik
    Karak Teri Stik
    Документ2 страницы
    Karak Teri Stik
    rizky
    Оценок пока нет
  • Makalah Death Case Myelitis
    Makalah Death Case Myelitis
    Документ22 страницы
    Makalah Death Case Myelitis
    rizky
    Оценок пока нет
  • Daftar Absen
    Daftar Absen
    Документ4 страницы
    Daftar Absen
    rizky
    Оценок пока нет
  • Latar Belakang Rev
    Latar Belakang Rev
    Документ1 страница
    Latar Belakang Rev
    rizky
    Оценок пока нет
  • Absen MR F4
    Absen MR F4
    Документ3 страницы
    Absen MR F4
    rizky
    Оценок пока нет
  • Contoh Periodisasi
    Contoh Periodisasi
    Документ7 страниц
    Contoh Periodisasi
    rizky
    Оценок пока нет
  • Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
    Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
    Документ54 страницы
    Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
    rizky
    Оценок пока нет
  • Kiki
    Kiki
    Документ1 страница
    Kiki
    rizky
    Оценок пока нет
  • Vignatte Amel DR - Imran
    Vignatte Amel DR - Imran
    Документ6 страниц
    Vignatte Amel DR - Imran
    rizky
    Оценок пока нет
  • Abstrak Upsi - Suwardi Jamal
    Abstrak Upsi - Suwardi Jamal
    Документ1 страница
    Abstrak Upsi - Suwardi Jamal
    rizky
    Оценок пока нет
  • Biodata
    Biodata
    Документ1 страница
    Biodata
    rizky
    Оценок пока нет
  • Watercolor Painted Background PowerPoint Templates Widescreen
    Watercolor Painted Background PowerPoint Templates Widescreen
    Документ24 страницы
    Watercolor Painted Background PowerPoint Templates Widescreen
    rizky
    Оценок пока нет
  • Biodata Radiologi Desri
    Biodata Radiologi Desri
    Документ1 страница
    Biodata Radiologi Desri
    rizky
    Оценок пока нет
  • Job Rika
    Job Rika
    Документ7 страниц
    Job Rika
    rizky
    Оценок пока нет
  • Angina Pectoris
    Angina Pectoris
    Документ8 страниц
    Angina Pectoris
    rizky
    Оценок пока нет
  • Leaflet Difteri A4 Anak
    Leaflet Difteri A4 Anak
    Документ2 страницы
    Leaflet Difteri A4 Anak
    rizky
    Оценок пока нет
  • Vignette Achmad Yudi AP
    Vignette Achmad Yudi AP
    Документ1 страница
    Vignette Achmad Yudi AP
    rizky
    Оценок пока нет
  • Lembaran Pengesahan Yudi
    Lembaran Pengesahan Yudi
    Документ1 страница
    Lembaran Pengesahan Yudi
    rizky
    Оценок пока нет
  • HAPE Sherwood
    HAPE Sherwood
    Документ1 страница
    HAPE Sherwood
    rizky
    Оценок пока нет