Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan di mana kantung gestasi berada di
luar kavum uteri, merupakan keadaan gawat darurat yang paling sering mengancam
hidup pada kehamilan awal. Insidensnya di Amerika Serikat meningkat pesat dalam
lima dekade terakhir, dari 4,5 per 1000 kehamilan pada tahun 1970 menjadi sekitar
19,7 per 1000 kehamilan pada tahun 2002.
Angka kejadian kehamilan ektopik terganggu di Indonesia menurut WHO
diperkirakan tidak berbeda jauh dengan di Amerika Serikat, sekitar 60.000 kasus
setiap tahun atau 0,03% dari seluruh populasi masyarakat.
Kehamilan ektopik masih merupakan suatu penyebab utama dari kematian ibu,
yang meliputi sekitar 4% dari 20 kematian yang berkaitan dengan kehamilan setiap
tahunnya di Kanada. Meskipun terdapat frekuensi yang relatif tinggi dari kondisi
serius ini, deteksi dini masih menjadi tantangan. Hingga pada separuh dari semua
perempuan dengan kehamilan ektopik yang datang ke instalasi gawat darurat,
kondisinya tidak teridentifikasi pada penilaian awal. Meskipun insidens dari
kehamilan ektopik pada populasi umum sekitar 2%, pravelensinya di antara pasien-
pasien hamil yang datang ke instalasi gawat darurat dengan perdarahan atau nyeri
trimester pertama, atau keduanya, adalah 6% hingga 16%.
Dalam penanganan kehamilan ektopik, diagnosis yang tepat dan cepat
merupakan hal yang sangat penting karena dapat menurunkan angka kematian ibu dan
mempertahankan kualitas reproduksinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan epidemiologi?
2. Apa yang dimaksud dengan kehamilan ektopik terganggu (KET) ?
3. Bagaimana masalah yang ditinjau dengan segitiga epidemiologi ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan epidemiologi.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kehamilan ektopik terganggu (KET).
3. Untuk mengetahui pemecahan timbulnya penyakit dengan segitiga epidemiologi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Epidemiologi
1. Pengertian
Epidemiologi berasal dari kata Yunani, dan secara harfiah berarti :
Epi = di atas/ di antara/ yang ada diantara
Demos = populasi, orang, masyarakat
Logos = ilmu
Jadi epidemiologi secara bebas diartikan sebagai : Ilmu yang
mempelajari sesuatu (penyakit) yang ada di antara (yang melanda)
masyarakat/populasi. Atau :
Ilmu yang mempelajari epidemi/wabah dengan tujuan
mengendalikannya dan mencegah terulangnya kembali. (Slamet, 2005)
Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi serta
determinan peristiwa morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan
kebidanan.
2. Tujuan
Tujuan epidemiologi dalam kebidanan adalah mengenali faktor-faktor
resiko terhadap ibu selama periode kehamilan, persalinan dan masa nifas ( 42
hari setelah berakhirnya kehamilan) beserta hasil konsepsinya dan
mempelajari cara-cara pencegahannya.
3. Manfaat
1) Untuk mempelajari riwayat penyakit
a. Epidemiologi mempelajari tren penyakit untuk memprediksi tren
penyakit yang mungkin akan terjadi.
b. Hasil penelitian epidemiologi dapat digunakan dalam perencanaan
pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat.
2) Diagnosis masyarakat
a. Penyakit, kondisi, cedera, gangguan, ketidakmampuan, defek/cacat apa
sajakah yang menyebabkan kesakitan, masalah kesehatan, atau
kematian di dalam suatu komunitas atau wilayah
3) Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat
mempengaruhi kelompok maupun populasi
a. Faktor risiko, masalah, dan perilaku apa sajakah yang dapat
mempengaruhi kelompok atau populasi
b. Setiap kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian terhadap faktor
risiko dan menggunakan tekhnik pemeriksaan kesehatan, misalnya
risiko kesehatan, pemeriksaan , skrining kesehatan, tes kesehatan, dll.
4) Pengkajian, evaluasi, dan penelitian
a. Sebaik apa pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan
dalam mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan populasi atau
kelompok.
b. Untuk mengkaji keefektifan, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses,
ketersediaan layanan untuk mengobati, mengendalikan atau mencegah
penyakit, cedera, ketidakmampuan atau kematian.
5) Melengkapi gambaran klinis
a. Proses identifikasi dan diagnosis untuk menetapkan bahwa suatu
kondisi memang ada atau bahwa seseorang memang menderita penyakit
tertentu
b. Menentukan hubungan sebab akibat misalnya radang tenggorokan dapat
menyebabkan demam rematik.
6) Identifikasi sindrom
a. Membantu menyusun dan menetapkan kriteria untuk mendefinisikan
sindrom, misalnya sindrom down, fetal alcohol, kematian mendadak
pada bayi.
7) Menentukan penyebab dan sumber penyakit
Temuan epidemiologi memungkinkan dilakukannya pengendalian,
pencegahan, dan pemusnahan penyebab penyakit, kondisi, cedera,
ketidakmampuan atau kematian. (Timmreck, 2004)
4. Terjadinya Masalah Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan
7. Surveilans Epidemiologi
A. HOST (PENJAMU)
Host atau penjamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga menjadi
faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Dalam penyakit kehamilan ektopik
memiliki faktor resiko yaitu:
a. Kerusakan pada Tuba Fallopi
Kerusakan pada Tuba Fallopi dapat disebabkan oleh riwayat bedah pada Tuba
Fallopi seperti sterilisasi dan rekanalisasi tuba. Riwayat infeksi pada tuba juga
menjadi salah satu penyebab kerusakan ini, misalnya pada PID ( pelvic
inflammatory disease). Adanya peradangan pada tuba dapat menyebabkan
hipoplasia saluran tuba dan disfungsi silia tuba.
Selain itu, endometriosis tuba atau divertikel saluran tuba yang bersifat
kongenital serta tumor (miomi uteri atau tumor ovarium) di sekitar saluran tuba
juga dapat menyebabkan hambatan proses implantasi intrauterine.
c. Abnormalitas Zigot
Apabila zigot tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, zigot akan
tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh
di saluran tuba.
Kehamilan yang merupakan hasil konsepsi yang dibantu seperti pada IVF (in
vitro fertilisation ) dan ICSI ( intracytoplasmic sperm injection ) dapat
meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
f. Merokok
Merokok diduga dapat mengganggu motilitas silia tuba yang pada akhirnya
meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
B. Agent
Agent dapat berasal dari berbagai unsur seperti unsur biologis yang disebabkan oleh
mikro organisme, unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak memenuhi standar
gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karena bahan dari luar tubuh
maupun dari dalam tubuh sendiri, unsur fisika, serta unsur psikis atau genetik yang
terkait dengan heriditer atau keturunan.
a. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka akan memiliki risiko 10 kali
lipat untuk mengalami kehamilan ektopik kembali.
b. Riwayat operasi tuba atau operasi dalam rongga panggul. Jika ligasi tuba
falopii bilateral yang diikuti dengan kehamilan yang tidak diharapkan akibat
kegagalan ligasi atau adanya rekontruksi kembali pada tuba
khususnya apabila dilakukan pada wanita usia di bawah 30 tahun, maka dapat
meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik. Begitu pula, jika ada
riwayat operasi dalam rongga panggul, seperti miomektomi.
c. Riwayat infeksi pelvis. Pelvic Inflammatory Disease (PID) dapat merusak tuba
falopii. Chlamydia dan Gonorrhea adalah kuman yang mampu tumbuh dalam
tuba falopii dan mengakibatkan kerusakan berat pada endosalping, aglutinasi
lipatan mukosa tuba dan adhesi perituba akibat pembentukan jaringan parut.
d. Riwayat menggunakan AKDR. Penggunaan AKDR adalah salah satu faktor
risiko untuk terjadinya kehamilan ektopik. Sebenarnya, semua AKDR, kecuali
AKDR yang mengandung progesteron, cukup protektif mencegah kehamilan
ektopik, selama AKDR terpasang dengan benar. AKDR progestasert
melepaskan sekitar 65 ng progesteron tiap hari. Penggunaan AKDR jenis ini
dapat meningkatkan risiko 2 kali lipat untuk terjadinya kehamilan ektopik.
Pergerakan otot-otot pada tuba falopii di pengaruhi oleh aktivitas mioelektrik,
aktivitas mioelektrik ini menyebabkan gerakan zigot menuju cavum uterus.
Keseimbangan estrogen dan progeteron adalah faktor utama yang
mempengaruhi aktivitas mioelektrik. Estrogen dapat meningkatkan aktivitas
tonus sebaliknya progesteron menurunkan aktivitas tonus otot-otot pada tuba
falopii. Sehingga AKDR yang mengandung progesteron dapat meningkatkan
implantasi pada tuba karena hasil konsepsi tidak dapat mencapai cavum
uterus. Selain itu, penggunaan AKDR juga dapat dikaitkan dengan kejadian
infeksi dalam kavum uteri dan tuba falopi.
e. Riwayat uterus terpapar DES (diethylstilbestrol) misalnya pada pengobatan
endometriosis dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik, mekanisme
ini belum jelas. Namun suatu studi kasus melaporkan bahwa lebih dari 327
wanita yang terpapar DES lebih dari 2 kali akan mengalami abnormalitas pada
cavum abnormal. Hal ini menyebabkan wanita wanita tersebut 13% lebih
rentan mengalami kehamilan ektopik dibandingkan wanita dengan uterus
normal. Kerusakan kavum uterus akan membatasi kemampuan hasil konsepsi
untuk berimplantasi.
C. Environment
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit,
hal ini karena faktor ini datangnya dari luar atau bisa disebut dengan faktor ekstrinsik.
.
A. Kesimpulan
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-
40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi
pada wanita 20-30 tahun dengan sosial ekonomi rendah dan tinggi di daerah
prevalensi gonore dan prevalensi tuberkalusa yang tinggi. Di antara kehamilan
ektopik terganggu, yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (90%). (Wiknjosastro,
2005)
Insiden kehamilan ektopik terganggu lebih tinggi daripada jumlah kasus yang
dilaporkan karena pada stadium sangat dini biasanya pasien tidak mengalami
perdarahan yang serius dan rasa nyeri yang sangat minimal.
DAFTAR PUSTAKA
https:// academia.edu.documents/35729375/
EPIDEMIOLOGI_KEHAMILAN_EKTOPIK.docx?AWSAccessKeyId= 3D&response-
contentdisposition=attachment%3B%20filename%3DMAKALAH_EPIDEMIOLOGI_KEH
AMILAN_EKTOPIK_T.docx diakses pada tanggal 20 agustus 2018
agustus 2018