Вы находитесь на странице: 1из 25

SISTEM NEUROLOGI

KONSEP DASAR CIDERA KEPALA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK II

1. Efendi Putra Hulu


2. Iin Evening
3. Ramaya Pinte
4. Wahyuni
5. Yesi Indrayanti Marbun

Dosen Pengajar : Elida Sinuraya M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi ............................................................................................................... 2
2.2 Etiologi ................................................................................................................ 3
2.3 Etiologii............................................................................................................... 4
2.4 Patofisiolog ......................................................................................................... 8
2.5 Manifestasi Klinis .............................................................................................. 10
2.6 Komplikasi ......................................................................................................... 14
2.7 Penatalaksanaan Medis..................................................................................... 16
2.8 Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................... 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 24
3.2 Saran ................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan pada penulis, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konsep Dasar Cidera Kepala ”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
Sistem Neurologi I. Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu
baik secara moral maupun material, terutama kepada :
1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
2. Taruli Yohana Sinaga, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Amila M.Kep, Sp.KMB Selaku Dosen pengajar Sistem Neurologi II
5. Ns. Elida Sinuraya, M.Kep Selaku Dosen pengajar Sistem Neurologi II
6. Seluruh Dosen Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia
7. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, dengan demikian
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 05 Oktober 2018

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cidera kepala merupakan trauma yang terjadi pada otak yang disebabkan kekuatan atau
tenaga dari luar yang menimbulkan berkurang atau berubahnya kesedaran, kemampuan
kognitf, kemampuan fisik, perilaku, ataupun kemampuan emosi (Ignatavicius, 2009).

Jadi kesimpulannya cidera kepala adalah trauma yang mengenai otak yang terjadi secara
langsung atau tidak langsung atau efek sekunder yang menyebabkan atau berpengaruh
berubahnya fungsi neurologis, kesadaran, kognitif, perilaku, dan emosi.

Pada pemeriksaan airway usahakan jalan nafas stabil, dengan cara kepala miring, buka
mulut, immobilisasi, cegah gerakan hiperekstensi, hiperfleksi ataupun rotasi. Semua
penderita cedera kepala yang tidak sadar harus dianggap disertai cedera vertebrae cervical
sampai terbukti tidak disertai cervical, maka perlu dipasang collar barce. Jika sudah stabil
tentukan saturasi oksigen, minimal saturasinya di atas 90%, jika tidak usahakan untuk
dilakukan intubasi dan support pernafasan.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui defenisi cedera kepala
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian riwayat keluhan, riwayat penyakit
3. Mahasiswa mampu pemeriksaan fisik system neurologi
4. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksaanaan pada fase emergency
5. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan diagnostic: masalah keperawatan
prioritas
6. Mahasiswa mampu mengetahui tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, terapy
farmakologis, health edukasi
BAB II
PEMBAHASAN

1. Defenisi cedera kepala


2. Pengkajian riwayat keluhan, riwayat penyakit
3. Mahasiswa mampu pemeriksaan fisik system neurologi
4. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksaanaan pada fase emergency
5. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan diagnostic: masalah keperawatan
prioritas
6. Mahasiswa mampu mengetahui tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, terapy
farmakologis, health edukasi

2.1 Defenisi
Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan kepala atau otak (Borley & Grace,
2006).

Cidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat adanya trauma pada
jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang
terjadi (pierce, 1995).

Cidera kepala merupakan trauma yang terjadi pada otak yang disebabkan kekuatan atau
tenaga dari luar yang menimbulkan berkurang atau berubahnya kesedaran, kemampuan
kognitf, kemampuan fisik, perilaku, ataupun kemampuan emosi (Ignatavicius, 2009).

Jadi kesimpulannya cidera kepala adalah trauma yang mengenai otak yang terjadi
secara langsung atau tidak langsung atau efek sekunder yang menyebabkan atau
berpengaruh berubahnya fungsi neurologis, kesadaran, kognitif, perilaku, dan emosi.

Menurut mansjoer (2000) cidera kepala tersebut dibedakan menjadi ringan, sedang,
berat. Adapun kriteria dari masing-masing tersebut adalah
1. Cidera kepala ringan (CKR)
Tanda-tandanya adalah:
a). Skor glasgow coma scale 15 (sadar penuh, atentif, dan orientatif);
b). Tidak ada kehilangan kesadaran(misalnya konkusi);
c). Tidak adanya intoksikasi alkohol atau obat terlarang;
d). Pasien dapat mengeluh sakit dan pusing;
e). Pasien dapat menderita laserasi, abrasi, atau hematoma kulit kepala.

2. Cidera kepala sedang (CKS)

Tanda-tandanya adalah

a). Skor glasgow coma scale 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor);

b). Konkusi;

c). Amnesia pasca trauma;

d). Muntah;

e). Kejang

3. Cidera kepala berat (CKB)

Tanda-tandanya adalah

a). Skor glasgow coma scale 3-8 (koma);

b). Penurunan derajat kesadaran secara progresif;

c). Tanda neurologis fokal;

d). Cidera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium.

2.2 Anatomi Fisiologi

Otak merupakan salah satu organ yang teksturnya lembut dan berada dalam kepala.
Otak dilindungi oleh rambut, kulit, dan tulang. Adapun pelindung otak yang lain adalah
lapisan meningen, lapisan ini yang membungkus semua bagian otak. , Lapisan ini
terdiri dari duramater, araknoid, piamater.

1. Tengkorak
Tengkorak merupakan kerangka kepala yang disusun menjadi dua bagian kranium
yang terdiri dari tulang oksipital, parietal, frontal, temporal, etmoid dan kerangka
wajah terdiri dari tulang hidung, palatum, lakrimal, zigotikum, vomer, turbinatum,
maksila, mandibula. Rongga tengkorak mempunyai permukaan atas yang dikenal
sebagai kubah tengkorak, yang licin pada permukaan luar dan pada permukaan
dalam ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat sesuai dengan otak dan
pembuluh darah.
Permukaan bawah rongga dikenal dengan dasar tengkorak permukaan ini dilalui
banyak lubang supaya dapat dilalui serabut saraf dan pembuluh darah (Pearce,
2009).
a. Meningen

Gambar 2. Lapisan otak (Sumber: Lutjen drecoll, 2001). Pelindung lain yang
melapisi otak adalah meningen, ada tiga lapisan meningen yaitu duramater,
araknoid, dan piamater, masing-masing memiliki struktur dan fungsi yang
berbeda
b.
a) Duramater
Duramater adalah membran luar yang liat semi elastis. Duramater melekat
erat dengan pemukaan dalam tengkorak. Duramater memiliki suplai darah
yang kaya. Bagian tengah dan posterior disuplai oleh arteria meningea media
yang bercabang dari arteria karotis dan menyuplai fosa anterior. Duramater
berfungsi untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena dan membentuk
poriosteum tabula interna. Diantara duramater dan araknoid terdapat ruang
yang disebut subdural yang merupakan ruang potensial terjadi perdarahan,
pada perdarahan diruang subdural dapat menyebar bebas , dan hanya terbatas
oleh sawar falks serebri dan tentorium. Vena yang melewati otak yang
melewati ruang ini hanya mempunyai sedikit jaringan penyokong oleh karena
mudah terjadi cidera dan robek yang menendakan adanya trauma kepala.
b) Araknoid
Araknoid terletak tepat dibawah duramater, lapisan ini merupakan lapisan
avaskuler, mendapat nutrisi dari cairan cerbrospinal, diantara araknoid dan
piamater terdapat ruang subaraknoid. Ruangan ini melebar dan mendalam
pada tempat tertentu, dan memungkinkan sirkulasi cairan serebrospinal.
Araknoid membentuk tonjolan vilus.
c) Piamater
Piamater adalah suatu membran halus yang sangat kaya akan pembuluh darah
halus, piamater merupakan satu-satunya lapisan meningen yang masuk ke
dalam suklus dan membungkus semua girus(kedua lapisan yang hanya
menjembatani suklus).
d) Pada beberapa fisura dan suklus di sisi hemisfer, piamater membentuk sawar
antara ventrikel dan suklus atau fisura. Sawar ini merupakan struktur
penyokong dari pleksus koroideus pada setiap ventrikel (price, 1995).

2. Otak
Menurut Pearce (2009) Otak merupakan organ tubuh yang paling penting karena
merupakan pusat dari semua organ tubuh, otak terletak didalam rongga tengkorak
(kranium) dan dibungkus oleh selaput otak (meningen) yang kuat.

a) Cerebrum
Cerebrum atau otak besar merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari
otak, berbentuk telur terbagi menjadi dua hemisperium yaitu kanan dan kiri
dan tiap hemisperium dibagi menajdi empat lobus yaitu lobus frontalis,
parietalis, temporalis dan oksipitalis. Dan bagian tersebut mengisi penuh
bagian depan atas rongga tengkorak.

1) Lobus frontalis
Lobus frontalis pada bagian korteks cerebri dari bagian depan suklus
sentralis dan di dasar suklus lateralis. Pada bagian ini memiliki area
motorik dan pramotorik. Lobus frontalis bertanggung jawab untuk
perilaku bertujuan, penentuan keputusan moral, dan pemikiran yang
kompleks. Lobus frontalis memodifikasi dorongan emosional yang
dihasilkan oleh sistem limbik dan reflek vegetatif dari batang otak.

2) Lobus parietalis
Lobus Parietalis adalah bagian korteks yang gterletak di belakang suklus
sentralis, diatas fisura lateralis dan meluas belakang ke fisura parieto-
oksipitalis. Lobus ini merupakan area sensorik primer otak untuk sensasi
raba dan pendengaran.

3) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis teletak disebelah posterior dari lobus parietalis dan
diatas fisura parieto-oksipitalis, yang memisahkan dari serebelum. Lobus
ini merupakan pusat asosiasi visual utama yang diterima dari retina mata

4) Lobus Temporalis
Lobus Temporalis mencakup bagian korteks serebrum. Lobus temporalis
merupakan asosiasi primer untuk audiotorik dan bau.

b) Cerebelum
Cerebelum atau otak kecil merupakan bagian terbesar dari otak belakang.
Cerebelum menempati fosa kranialis posterior dan diatapi tentorium cerebri
yang merupakan lipatan duramater yang memisahkan dari lobus oksipitalis
serebri.
Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian
yang melebar pada bagian lateral disebut hemisfer. Cerebelum berhubungan
dengan batang otak melalui pedunkulus cerebri inferior (corpus retiform).
Permukaan luar cerebelum berlipat-lipat seperti cerebrum tetapi lebih
lipatanya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan cerebelum ini mengandung
zat kelabu.
Korteks cerebelum dibentuk oleh substansia grisea, terdiri dari tiga lapisan
yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf
yang masuk dan yang keluar dari cerbrum harus melewati cerebelum.

c) Batang otak
Batang otak terdiri dari otak tengah (diensfalon)pons varoli dan medula
oblongata. Otak tengah merupakan merupakan bagian atas batang otak
akuaduktus cerebriyang menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat
melintasi melalui otak tengah ini. Otak tengah mengandung pusat-pusat yang
mengendalikan keseimbangan dan gerakan-gerakan bola mata.
3. Saraf kranial
Cedera kepala dapat menyebabkan gangguan pada saraf kranial jika mengenai
batang otak karena edema otak atau perdarahan pada otak. Macam saraf kranial
antara lain

a) Nervus Olfaktorius (Nervus Kranialis I)


Berfunsi sebagai saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi,
membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak

b) Nervus Optikus (Nervus Kranialis II)


Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke otak;

c) Nervus Okulomotorius (Nervus Kranialis III)


Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak bola mata)
menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk melayani otot siliaris
dan otot iris;

d) Nervus Trokhlearis (Nervus Kranialis IV)


Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital. Saraf ini berfunsi sebagai
pemutar mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata;

e) Nervus Trigeminus (Nervus Kranialis V)


Sifatnya majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga buah cabang.
Fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf otak besar,
sarafnya yaitu
1) Nervus oftalmikus sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala
bagian depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata
dan bola mata;
2) Nervus maksilaris sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir
atas, palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus
maksilaris;
3) Nervus mandibula sifatnya majemuk (sensori dan motoris)
mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.
f) Nervus Abducens (Nervus Kranialis VI)
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai saraf
penggoyang sisi mata;
g) Nervus Fasialis (Nervus Kranialis VII)
Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut motorisnya mensarafi
otot-otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam saraf ini terdapat
serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala
fungsinya sebagai mimik wajah untuk menghantarkan rasa pengecap;
h) Nervus Akustikus (Nervus Kranialis VIII)
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan dari
pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf pendengar;
i) Nervus Glosofaringeus (Nervus Kranialis IX)
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil dan lidah,
saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
j) Nervus Vagus (Nervus Kranialis X)
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung saraf-saraf motorik,
sensorik dan parasimpatis faring, laring, paru-paru, esofagus, gaster intestinum
minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam abdomen. Fungsinya sebagai saraf
perasa;
k) Nervus Aksesorius (Nervus Kranialis XI),
Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan muskulus trapezium,
fungsinya sebagai saraf tambahan;
l) Nervus Hipoglosus (Nervus Kranialis XII)
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf ini
terdapat di dalam sumsum penyambung (Smeltzer, 2001).

2.3 Etiologi
Menurut Borley & Grace (2006) cidera kepala dapat disebabkan karena beberapa hal
diantaranya adalah
1. Pukulan langsung
Dapat menyebabkan kerusakan otak pada sisi pukulan (coup injury) atau pada sisi
yang berlawanan dari pukulan ketika otak bergerak dalam tengkorak dan mengenai
dinding yang berlawanan (contrecoup injury) (hudak & gallo, 1996);
2. Rotasi / deselerasi
Fleksi, ekstensi, atau rotasi leher menghasilkan serangan pada otak yang
menyerang titik-titik tulang dalam tengkorak (misalnya pada sayap dari tulang
sfenoid). Rotasi yang hebat juga menyebabkan trauma robekan di dalam substansi
putih otak dan batang otak, menyebabkan cedera aksonal dan bintik-bintik
perdarahan intraserebral;

3. Tabrakan
Otak seringkali terhindar dari trauma langsung kecuali jika berat (terutama pada
anak-anak yang elastis)

4. Peluru

Cenderung menimbulkan hilangnya jaringan seiring dengan trauma.


Pembengkakan otak merupakan masalah akibat disrupsi. Terngkorak yang
secara otomatis akan menekan otak
5. Oleh benda / serpihan tulang yang menembus jaringan otak misalny
kecelakaan, dipukul dan terjatuh;
6. Trauma saat lahir misalnya sewaktu lahir dibantu dengan forcep atau
vacum;
7. Efek dari kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak;
8. Efek percepatan dan perlambatan (akselerasi-deselerasi) pada otak.

2.4 Patofisiologi
Cidera kepala terjadi karena trauma tajam atau tumpul seperti terjatuh, dipukul,
kecelakaan dan trauma saat lahir yang dapat mengenai kepala dan otak sehingga
mengakibatkan terjadinya gangguan pada funsi otak dan seluruh sistem dalam
tubuh. Bila trauma mengenai ekstra kranial akan dapat menyebabkan adanya
leserasi pada kulit kepala dan pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan.
Apabila perdarahan yang terjadi terus– menerus dapat menyebabkan terganggunya
aliran darah sehingga terjadi hipoksia. Akibat hipoksia ini otak mengalami edema
serebri dan peningkatan volume darah di otak sehingga tekanan intra kranial akan
meningkat. Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkan fraktur
yang dapat menyebabkan desakan pada otak dan perdarahan pada otak, kondisi ini
dapat menyebabkan cidera intra kranial sehingga dapat meningkatkan tekanan
intra kranial, dampak peningkatan tekanan intra kranial antaralain terjadi
kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial
terutama motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas
(Borley & Grace, 2006)

2.5 Manifestasi klinis


Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera
otak.
1. Cedera kepala ringan menurut Sylvia A (2005)
a) Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelacedera.
b) Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
c) Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku
Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu atau
lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.

2. Cedera kepala sedang, Diane C (2002)


a) Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebinggungan atau hahkan
koma.
b) Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit neurologik,
perubahan TTV, gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensorik,
kejang otot, sakit kepala, vertigo dan gangguan pergerakan.

3. Cedera kepala berat, Diane C (2002)


a) Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya
penurunan kesehatan.
b) Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya cedera terbuka,
fraktur tengkorak dan penurunan neurologik.
c) Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur.
d) Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area tersebut.
2.6 Komplikasi
Cidera kepala yang tidak teratasi dengan segera atau tidak optimal dalam terapi maka
dapat menyebabkan beberapa komplikasi yaitu
1. Edema paru
Edema paru terjadi akibat refleks chusing yang disebabkan peningaktan tekanan intra
kranial yang berakibat terjadinya peningkatan respon simpatis. Peningkatan
vasokonstriksi tubuh secara umum akan lebih banyak darah yang dialirkan ke paru.
Perubahan permeabilitas pembuluh darah paru berperan dalam berpindahnya cairan ke
aleolus. Kerusakan difusi oksigen dan karbondioksida dari darah akan menimbulkan
peningkatan tekanan intra kranial lebih lanjut;

2. Kebocoran cairan serebrospinal


Hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen yang terjadi pada 2-6 pasien
dengan cedera kepala tertutup. Kebocoran ini berhenti spontan dengan elevasi kepala
setelah beberapa hari. Drainase lumbal dapat mempercepat proses ini. Walaupun
pasien memiliki resiko meningitis yang meningkat (biasanya pneumokok). Otorea
atau rinorea cairan serebrospinal yang menetap atau meningitis yang berulang
merupakan indikasi operasi reparatif (Rosjidi & Nurhidayat, 2007).
3. Fistel karotis-kavernosus
Ditandai oleh trias gejala yaitu eksolftamos, kemosis, dan bruit orbita, dapat timbul
segera atau beberapa hari setelah cidera.
4. Diabetes insipidus
Disebabkan oleh kerusakan traumatik pada tangkai hipofisis, menyebabkan
penghentian sekresi hormon anti diuretik. Pasien mensekresikan sejumlah volume
urine yang encer, menimbulkan hipernatremia dan depresi volume (Mansjoer, 2000).

2.7 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer (2001) penatalaksanaan pada klien dengan cidera kepal
a. Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.
b. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
c. Pemberian analgetik
d. Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin)
e. Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam
pertama dari terjadinya kecelakaan) 2-3 hari kemudian diberikan makanan
lunak.
f. Pembedahan.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan untuk cidera kepala menurut Rosjidi & Nurhidayat (2007) yaitu

1. MRI dan CT Scan untuk mengidentifikasi adanya hematoma epidural,


menentukan ukuran intra ventrikuler, kontusio danperdarahan jaringan otak,
edema serebri, pergeseran jaringan otak, fraktur cranium;
2. Angiografi serebral untuk menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
sepertipergesran jaringanotak, perdarahan;
3. EEG untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang
patologis;
4. Sinar x untuk mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur),
pergeseran struktur dari garis tengah, adnya fragmen tulang;
5. BAER (Brain Auditory Evoked Respons) untuk menentukan fungsi korteks
dan batang otak;
6. PET ( Positron Emision Tomography) menunjukkan perubahan aktivitas
metabolisme pada otak;
7. Pungsi Lumbal, Cairan Serebrospinal dapat menduga kemungkinan adanya
perdarahan subaraknoid;
8. GDA (Gas Darah Arteri ) mengetahui adanya masalah ventilasi atau
oksigenasi yang akan menigkatnya tekanan intrakranial;
9. Kimia / elektrolit darah untuk mengetahui ketidakseimbangan yang berperan
yang berperan dalam peningkatan tekanan intrakranial;
10. Pemeriksaan toksikologi untuk mendeteksi obat yang mungkin bertanggung
jawab terhadap penurunan kesadaran;
11. Kadar antikonvulsan darah untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup untuk
mengatasi;

2.9 Pengkajian Dan Pemeriksaan Penunjang

1. Pengakajian
a. Dasar data pengkajian pasien
Pengkajian data dasar meliputi tipe, lokasi, keparahan cedera dan mungkin
dipersulit oleh cedera tambahan pada organ vital

b. Aktivitas / istirahat
Gejala: merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan
Tanda: perubahan kesadaran, letargi, hemiparesis, ataksia cara berjalan tak tegap,
masalah dalam kesimbangan, cedera (trauma) ortopedi, kehilangan tonus otot, otot
spastik

c. Sirkulasi
Gejala: perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi). Perubahan frekuensi
jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi bradikardi, disritmia)

d. Integritas Ego
Gejala: perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)
Tanda: cemas, mudah tersinggung, derilium, agitasi, bingung, depresi, impulsif

e. Eliminasi
Gejala: inkontinensia kandung kemih/ usus atau mengalami gangguan fungsi
makanan/ cairan
f. Nutrisi
Gejala: mual, muntah, dan mengalami perubahan selera Tanda: muntah (mungkin
proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)

g. Neurosensori
Gejala: kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope, tinitius, kehilangan pendengaran, diplopia, kehilangan sebagian
lapang pandang, Fotopobia.

Tanda: perubahan kesadaran dari biasa sampai koma, perubahan status


mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah,
pengaruh emosi/tingkah laku, memori). Perubahan pupil(respon terhadap
cahaya, simetri). Deviasi pada mata, ketidakmampuan mengikuti.
Kehilangan penginderaan seperti penciuman, pengcapan dan pendengaran,
wajah tidak simetris, genggaman lemah, apraksia, sangat sensitif terhadap
sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian anggota tubuh, kesulitan
dalam menentukan posisi
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: sakit kepala dengan intensitas, lokasi yang berbeda, biasanya lama

Tanda: wajah menyeringai, respon menarik pada rangsang nyeri yang hebat,
gelisah tidak bisa beristirahat, merintih
i. Pernapasan
Gejala: perubahan pola napas(apnea yang diselingi hiperventilasi), napas
berbunyi, stridor, tersedak, ronchi, mengi positif (kemungkinan karena
aspirasi)

j. Keamanan
Gejala: trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
Tanda: fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, kulit laserasi, perubahan
warna seperti racoon eye, tanda bale disekitar telinga, demam , gangguan
regulasi suhu tubuh.

2. Prinsip Penatalaksanaan
Pertolongan pertama dari penderita dengan cedera kepala meliputi, anamnese sampai
pemeriksaan fisik secara seksama dan stimultan. Pemeriksaan fisik meliputi Airway,
Breating, Circulatin, Disability, Expoure.
1) Pada pemeriksaan airway usahakan jalan nafas stabil, dengan cara kepala miring,
buka mulut, immobilisasi, cegah gerakan hiperekstensi, hiperfleksi ataupun rotasi.
Semua penderita cedera kepala yang tidak sadar harus dianggap disertai cedera
vertebrae cervical sampai terbukti tidak disertai cervical, maka perlu dipasang
collar barce. Jika sudah stabil tentukan saturasi oksigen, minimal saturasinya di
atas 90%, jika tidak usahakan untuk dilakukan intubasi dan support pernafasan.
2) Setelah jalan nafas bebas, sedapat mungkin pernafasannya (breating) di
perhatikan frekuensinya normalnya antara 16-18 x /menit, dengarkan suara nafas
bersih, jika tidak ada nafas lakukan nafas buatan, kalau bisa dilakukan monitorv
terhadap gas darah dan pertahanan PCO2 antara 28-35 mmHg karena jika lebih
dari 35 mmHg akan terjadi vasodilatasi yang berakibat terjadinya edema serebri.
Sedangkan jika kurang dari 20 mmHg akan menyebabkan vasokontroksi yang
berakibat terjadinya iskemia. Periksa tekanan oksigen 100 mmHg, jika kurang
beri oksigen masker 8 liter/menit
3) Pada pemeriksaan sistem sirkulasi, periksa denyut nadi/janting, jika tisak ada
lakukan resusitasi jantung. Bila shok atau tensi <90 mmHg nadi >100 x per menit
dengan infus cairan RL, cari sumber perdarahan ditempat lain, karena cedera
kepala single pada orang dewasa hampir tidak pernah menimbulkan shock.
Terjadinya shock pada cidera kepala meningkatkan angka kematian 2 x
4) Pada pemeriksaan disabiliti/kelainan kesadaran, pemeriksaan kesadaran memakai
gaslow coma skale, periksa kedua pupil dan besarnya serta catat reaksi terhadap
cahaya langsung maupun tidak langsung. Periksa adanya hemiperase/plegi,
periksa juga adanya reflek patologi kanan kiri, jika penderita sadar baik, tentukan
adanya gangguan sensori maupun fungsi misalnya adanya aphasia
5) Pada pemeriksan exposure perhatikan bagian tubuh yang terluka, apakah ada jejas
atau lebab pada tubuh akibat trauma
6) Setelah fungsi vital stabil (ABC stabil barudilakukan survey yang lain dengan
cara melakukan sekunder survey/pemeriksaan tambahan seperti skull foto, foto
thorak, foto pelvis, CT Scan dan pemeriksaan ini sebenarnya dikerjakan secara
stimultan dan seksama
3. Pemeriksaan Fisik Cedera Kepala
Pemeriksaan Fisik Neurologi
1. GCS
2. Tanda Rangsang Meningeal
3. Pemeriksaan Nervus Kranial
4. Pemeriksaan Sensorik
5. Pemeriksaan Motorik
6. Pemeriksaan Otonom
7. Pemeriksaan Keseimbangan

 GCS
Mata (E):
 4 : bisa membuka mata spontan
 3 : buka mata kalo diajak ngomong/disuruh
 2 : buka mata dg rangsang nyeri
 1 : tdk bisa buka mata

 Motorik (M):
 6 : bergerak mengikuti perintah
 5 : gerakan menepis
 4 : gerakan menghindar
 3 : dekortikasi (fleksi, aduksi bahu)
 2 : deserebrasi (ekstensi)
 1 : tidak bergerak

 Verbal (V):
 5 : bicara nyambung
 4 : bicara ga nyambung (meracau)
 3 : mengeluarkan kata dengan rangsang nyeri
 2 : hanya mengerang dengan rangsang nyeri
 1 : tidak ada suara

 Tanda Rangsang Meningeal


 Tidur tanpa bantal
 Cek dulu ada kuduk kaku ato ngga (geleng-gelengkan kepala)
 Periksa kaku kuduk (tangan kiri pemeriksa di belakang kepala pasien, tangan
kanan di dada pasien)
 Brudzinsky I amati ada/tidaknya fleksi pada lutut saat melakukan pemeriksaan
kaku kuduk
 Laseque fleksi pada sendi panggul dengan tungkai lurus (normalnya: Laseque >
60°)
 Kernig lanjutannya laseque, lutut ditekuk, paha 90°, lalu lutut diluruskan
(normalnya: Kernig > 135°)
 Brudzinsky II sambil melakukan laseque dan kernig, lakukan fleksi maksimal
dari sendi panggul utk liat apakah ada fleksi di lutut sebelahnya
Contoh pelaporan yang normal: kaku kuduk (-), Brudzinsky I (-), Laseque > 60°,
Kernig > 135°, Brudzinsky II (-)
 Pemeriksaan Nervus
Komponen sensorik, harus dipastiin kalo pasiennya GCS 15.
Nervus I (olfaktorius):
 Dengan rangsang kopi, the, atau tembakau. JANGAN pake alkohol atau bahan lain
yang menimbulkan iritasi mukosa (nanti jadi rangsang n.V)
 Nilai 1 per 1 (1 hidung ditutup, mata ditutup), bandingkan kiri dan kanan “ Ada
bau ga pak? Bau apa?”
 Laporan: normosmia, hiposmia, anosmia

 Nervus II (optikus):
 Visus Snellen chart,, atau bisa jg pemeriksaan visus bedside dg hitung jari
(hasilnya nanti …/60; pelaporannya misalnya visus 2/60 bedside harus ditulis
bedside karena artinya bukan visusnya bener2 2/60)
 Refleks cahaya (jalur aferen)
 Lapang pandang (kampimetri)
 Warna : tes ishihara, atau tanya warna dasar aja (bedside) misalnya pake pulpen
yang warna merah trs tanya ini warna apa pak
 Nilai satu per satu, mata yang tidak diperiksa ditutup dg telapak tangan tanpa
ditekan
 Nervus III (okulomotor), IV (trochlear), VI (abducens)
 Fiksasi kepala pasien
 Liat kelopak (ada ptosis/tidak)
 Liat ukuran pupil dan refleks cahaya
 Lihat kedudukan bola mata
 Suru mata pasien ikutin gerakan tangan pasien (bentuk H)

 Nervus V (trigerminus)
 Komponen sensorik: frontalis, zigomatik, mandibularis utk tiap area dilakukan
pemeriksaan sensorik raba halus (tissue dipilin), nyeri (jarum), suhu (tabung
reaksi), getar; bandingkan dengan kontralateral
 Komponen motorik: m.masseter dan m.temporalis (pelipis) pasien suru gigit
yang kuat, amati kontraksi pelipis

 Nervus VII (fasialis)


 Motorik kasar : otot wajah suru kerutin dahi (m.frontalis), tutup mata
(m.orbicularis oculi), gembungin pipi (m.bucinator), senyum (m.orbicularis oris??),
tegangkan leher dan katupkan gigi (m.platisma)
 Sensorik khusus 2/3 anterior lidah
 Otonom kelenjar air mata, liut]

 Nervus VIII (vestibulokoklear)


 Auditorik tes berbisik, garputala
 Vestibularis

 Nervus IX (glosofaringeal) dan X (vagus)


 Inspeksi arkus faring normalnya uvula di tengah, kalau ada parese maka uvula
ketarik ke sisi yang sehat
 Suara sengau bila parese

 Nervus XI (aksesorius)
 M.trapezius angkat bahu
 M.sternocleidomastoideus kalo cek yang sebelah kiri: pasien suru nengok ke kiri
sementara kita tahan dagunye; kalo cek yang kanan ya sebaliknya

 Nervus XII (hipoglosus)


 Lidah : amati ada atrofi (kerut-kerut di pinggir lidah), lalu apakah letak lidah di
tengah (kalo ada parese di dalam mulut, lidah mencong ke arah yang sehat; waktu
dijulurkan mencong ke arah yang sakit)
 Pemeriksaan Motorik
Pemeriksaan motorik terbagi atas pemeriksaan: Tonus, Trofi, kekuatan otot
 Pemeriksaan tonus
 Palpasi tonus otot pasien
 Gerak-gerakin tangan dan kaki pasien dgn cepat dan lambat (fleksi dan ekstensi)
o Eutoni : normal
o Hipotoni : ngeplek
o Hipertoni : rigid (lagpipe atau cogwheel phenomenon), atao spastis (clasp
knife phenomenon)
 Pemeriksaan trofi: diliat aja terutama di otot dorsum manus dan pretibial
hipertrofi, eutrofi, hipotrofi
 Kekuatan otot :
o Yang diperiksa : Tangan dan bahu, siku, pergelangan, jari; Kaki dan
gelang panggul, lutut, gelang kaki, jari kaki.
o Berikan tahanan sedistal mungkin dari segmen yang diperiksa.
o Penilaian:
o 5 : melawan tahanan normal
o 4 : melawan tahanan ringan
o 3 : melawan gravitasi
o 2 : gerakan horizontal
o 1 : tidak bergerak tapi bisa kontraksi
o 0 : tidak ada kontraksi
 Refleks :
 Refleks fisiologis: patella, achilles, biseps, triseps
o + 1 : menurun
o + 2 : normal
o + 3 : hiperrefleks
o + 4 : klonus
 Refleks patologis:
Babinsky-group (positif kalo ekstensi jempol kaki dan fleksi 4 jari lainnya)
o Babinsky
o Chaddock sama seperti babinsky tetapi di dorsum pedis
o Schaeffer dipencet di achilles
o Openheim diteken sepanjang medial tibia
o Gordon pencet di m.gastrocnemius

 Pemeriksaan Keseimbangan
 Romberg : berdiri kaki rapat, buka mata 30 detik tutup mata 30 detik
(Romberg + kalau jatuh) interpret: kalau tutup mata terus jatuh, kelainan
pada proprioseptif atau vestibular; kalau buka mata jatuh, kelainan pada
cerebellum
 Romberg dipertajam: berdiri dengan 1 kaki tepat pada ujung kaki yang lain,
buka mata 30 detik tutup mata 30 detik
 Fukuda : jalan 30 langkah sambil tutup mata Fukuda + kalau orangnya muter
> 30⁰ atau geser > 1 meter
 Tandem gait
 Past pointing

3. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pola nafas b/d obstruksi trakeobronkial, neurovaskuler, kerusakan
medula oblongata (Doenges, 1999).
2) Gangguan perfusi jaringan cerebral b/d edema cerebri, meningkatnya aliran darah
ke otak (Doenges, 1999).
3) Nyeri kepala b/d cedera fisik, peningkatan tekanan intrakranial, dan alat traksi
(Doenges, 1999).
4) Perubahan persepsi sensori b/d penurunan kesadaran, peningkatan tekanan intra
kranial (Doenges, 1999).
5) Gangguan mobilitas fisik b/ d spastisitas kontraktur, kerusakan saraf motorik
(Doenges, 1999).
6) Resiko infeksi b/d jaringan trauma, kerusakan kulit kepala (Carpenito, 2006).
7) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d haluaran urine dan elektrolit
meningkat (Carpenito, 2006).
8) Gangguan kebutuhan nutrisi b/d kelemahan otot untuk menguyah dan menelan
(Carpenito, 2006)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulannya cidera kepala adalah trauma yang mengenai otak yang terjadi secara
langsung atau tidak langsung atau efek sekunder yang menyebabkan atau berpengaruh
berubahnya fungsi neurologis, kesadaran, kognitif, perilaku, dan emosi.

3.2 Saran
Sebagai perawat agar lebih memperhatikan keselamatan pasien cidera kepala karena
perawat berperan penting untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Perawat
juga dapat teliti dalam melakukan tindakan pelayanan yang dapat menjaga kesehatan diri
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Ani Haryani, S.Kep., Ners. Irma Halimatussaidah, S.Kep., Ners & Santy Sanusi, S.Kep.,
Ners, 2009, Anatomi Fisiologi Manusia, Cakra, Bandung.
Tarwono, Ns.S.Kep,M.Kep,dkk, perawatan medikal bedah, sistem endokrin, jakarta:tim
2012
Nurarif,Amin H.dkk.2013. Panduan Penyusunan Askep Profesional : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta:
Mediaction
Price, Sylvia A.dkk.2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed. 8. Vol. 2. Jakarta : EGC
Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, ECG, Jakarta.

Вам также может понравиться

  • Prin Lux
    Prin Lux
    Документ73 страницы
    Prin Lux
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Sop Relaksasi Nafas Dalam
    Sop Relaksasi Nafas Dalam
    Документ2 страницы
    Sop Relaksasi Nafas Dalam
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Документ37 страниц
    Hipertensi
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Документ37 страниц
    Hipertensi
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • SAP Hipertensi
    SAP Hipertensi
    Документ7 страниц
    SAP Hipertensi
    Eka Nifa Situmeang
    Оценок пока нет
  • Sop Relaksasi Nafas Dalam
    Sop Relaksasi Nafas Dalam
    Документ2 страницы
    Sop Relaksasi Nafas Dalam
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Alfin Pratama
    Alfin Pratama
    Документ2 страницы
    Alfin Pratama
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Revisi
    Revisi
    Документ16 страниц
    Revisi
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Jawaban Nomor 6
    Jawaban Nomor 6
    Документ2 страницы
    Jawaban Nomor 6
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ2 страницы
    Daftar Isi
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • BAB I Etika
    BAB I Etika
    Документ9 страниц
    BAB I Etika
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Judul
    Judul
    Документ13 страниц
    Judul
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Jawaban 1
    Jawaban 1
    Документ1 страница
    Jawaban 1
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • BAB I Etika
    BAB I Etika
    Документ9 страниц
    BAB I Etika
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • SK Pemb 4.2
    SK Pemb 4.2
    Документ590 страниц
    SK Pemb 4.2
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • SK Pembimbing 4.3 Psik
    SK Pembimbing 4.3 Psik
    Документ43 страницы
    SK Pembimbing 4.3 Psik
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Terjemahan
    Terjemahan
    Документ5 страниц
    Terjemahan
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Perawatan Kuku Yang Baik
    Perawatan Kuku Yang Baik
    Документ1 страница
    Perawatan Kuku Yang Baik
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • SKRIPSI
    SKRIPSI
    Документ83 страницы
    SKRIPSI
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Hipersensitifitas
    Hipersensitifitas
    Документ25 страниц
    Hipersensitifitas
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Analisa Proses Interaksi HDR
    Analisa Proses Interaksi HDR
    Документ32 страницы
    Analisa Proses Interaksi HDR
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Agnes Marbun Situmeang
    Agnes Marbun Situmeang
    Документ3 страницы
    Agnes Marbun Situmeang
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • SK Pemb 4.2
    SK Pemb 4.2
    Документ590 страниц
    SK Pemb 4.2
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Agnes Marbun Situmeang
    Agnes Marbun Situmeang
    Документ3 страницы
    Agnes Marbun Situmeang
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Asus DPD
    Asus DPD
    Документ1 страница
    Asus DPD
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • BAB I Etika
    BAB I Etika
    Документ9 страниц
    BAB I Etika
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Asus DPD
    Asus DPD
    Документ6 страниц
    Asus DPD
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • BAB I Etika
    BAB I Etika
    Документ9 страниц
    BAB I Etika
    novekristentinus
    Оценок пока нет
  • Asus DPD
    Asus DPD
    Документ1 страница
    Asus DPD
    novekristentinus
    Оценок пока нет