Вы находитесь на странице: 1из 27

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

HYPERTENSIVE CRISIS

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Danik Kuswati (P27220015141)


2. Derika Ikhsan Nur R (P27220015142)
3. Dian Hariani Chandra N (P27220015143)
4. Dwi Ananti (P27220015144)
5. Eldha Ike Wahyu S (P27220015145)
6. Endah Sudarsih (P27220015146)
7. Farida Hayyatun K (P27220015147)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA


JURUSAN D-IV KEPERAWATAN
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Keperawatan Kritis yang berjudul “Hypertensive Crisis”dengan baik.

Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini, tidak lain


adalah untuk memenuhi tugas yang telah diberikan.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Suyamto,S.Kep.,Ns selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Kritis
2. Orang tua yang telah memberi doa dan dukungan.
3. Teman-teman kelas 3B yang telah membantu kelancaran penyusunan
makalah.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami selaku penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan makalah ini. Namun penulis sadar, tidak ada satu makalah pun
yang sempurna. Sehingga saran dan kritik akan sangat bermanfaat untuk hasil
yang lebih baik.

Surakarta, 29 September 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 1
BAB II KONSEP TEORI....................................................................................... 2
A. Definisi..................................................................................................... 2
B.Etiologi ...................................................................................................... 2
C. Manifestasi Klinis..................................................................................... 3
D. Patofisiologi ............................................................................................. 3
E. Pathway .................................................................................................... 4
F. Penatalaksanaan ........................................................................................ 5
G. Komplikasi ............................................................................................... 5
H. Pencegahan ............................................................................................... 5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................. 6
A. Pengkajian ... ............................................................................................. 6
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 9
C. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 9
D. Implementasi Keperawatan.....................................................................13
E. Evaluasi...................................................................................................15
BABIII PENUTUP...............................................................................................16
3.1.Kesimpulan.............................................................................................16
3.2.Saran.......................................................................................................16

DAFTARPUSTAKA............................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu- waktu bisa jatuh


dalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% Penderita
hipertensi berlanjut menjadi “krisis hipertensi” dan banyak terjadi pada usia
sekitar 30-70 tahun.Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita
dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang
baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang
dari 1%. Krisis hipertansi merupakan keadaan yang sangat berbahaya,
karena terjadi kenaikan tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu
singkat. Biasanya tekanan diastolic lebih atau sama dengan 130 mmHg dan
menetap lebih dari 6 jam disertai dengan gangguan fungsi jantung, ginjal
dan otak serta retinopati tingkat 3 dan 4 (http://andimarlinasyam.wordpress)

B. Tujuan

1.Intruksional umum

Setelah dilaksanakan diskusi, pembuatan makalah dan dipresentasikannya


makalah krisis hipertensi, diharapkan mahasiswa / mahasiswi
memahamitentang krisis hipertensi.

2. Intruksional khusus
Diharapkan mahasiswa / mahasiswi memahami tentang:
a. Pengertian krisis hipertensi.
b. Mengetahui manifestasi klinis krisis hipertensi.
c. Apa penyebab krisis hipertensi.
d. Askep krisis hipertensi.

4
BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi

Krisis hipertensi adalah keadaan hipertensi yang memerlukan penurunan


tekanan darah segera karena akan mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya.
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya
tekanan darah. (Cermin dunia kedokteran no.67,th 1991)
Krisis hipertensi adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan
tekanan darah dengan segera ( tidak selalu diturunkan sampai batas normal)
untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ. (Kapita Selekta
Kedokteran,Mansjoer Arif edisi 3 hal 522)
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah
menjadi sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti
otak (stroke), ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat seringterjadi pada
pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat
antihipertensinya.

B. Etiologi

Krisis hipertensi dapat terjadi pada penderita dengan hipertensi esensial


maupun hipertensi yang terakselerasi. Juga dapat terjadi pada penderita dengan
tekanan darah normal (normotensif). Krisis hipertensi pada penderita yang
dulunya normotensif kemungkinan karena glomerulonefritis akut, reaksi
terhadap obat monoamin oksidase inhibitor (MAO), feokromositoma atau
toksemia gravidarum. Sedangkan pada penderita yang telah mengidap
hipertensi kronis, krisis hipertensi terjadi karena glomerulonefritis,
pielonefritis, atau penyakit vaskular kolagen, lebih sering pada hipertensi
renovaskuler dengan kadar renin tinggi. (Abdul Majid, 2004)

Krisis hipertensi dapat mengenai usia manapun, dapat mengenai


neonatus dengan hipoplasi arteri ginjal kongenital, anak-anak dengan

5
glomerulonefritis akut, wanita hamil dengan eklampsia, atau orang yang lebih
tua dengan arterisklerotis stenosis pembuluh darah ginjal.( Idham Idris,2009)

Menurut Amy bales (2010) Etiologi terjadinya krisis hipertensi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Hipertensi Emergensi Hipertensi Urgensi

o Pengobatan yang tidak adekuat


o Peningkatan drastis dari tahanan
terhadap hipertensi primer pembuluh darah sistemik

o Hipertensi renovaskular o Peningkatan vasokontriksi sistemik

o Penyakit parenkim ginjal o Hormon (angiotensin II, vasopressin dan


norepinerin)
o Pheokromositoma

o Hiperaldosterone primer

Berikut ini beberapa penyakit yang dapat menyertai terjadinya krisis


hipertensi:

Hipertensi Emergensi Hipertensi Urgensi

o Perdarahan intrakranial o Hipertensi maligna

o Stroke o Gagal Jantung Kiri

o Miokard Infark Akut o Angina tak stabil

o Krisis adrenergik o Hipertensi perioperatif

o Aorta dissecting o Preeklampsia

o Aneurisma

o Eklampsia

6
C. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis hipertensi krisis berhubungan dengan kerusakan organ


target yang ada. Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda-beda setiap pasien.
Pada pasien dengan hipertensi krisis dengan perdarahan intrakranial akan
dijumpai keluhan sakit kepala, penurunan kesadaran dan tanda neurologi fokal
berupa hemiparesis atau paresis nervus cranialis. Pada hipertensi ensefalopati
didapatkan penurunan kesadaran dan atau defisit neurologi fokal.

Pada pemeriksaan fisik pasien bisa saja ditemukan retinopati dengan


perubahan arteriola, perdarahan dan eksudasi maupun papilaedema. Pada
bagian sebagian pasien yang lain manifestasi kardiovaskuler bisa saja muncul
lebih dominan seperti: angina, akut miokardial infark atau gagal jantung kiri
akut. Dan beberapa pasien yang lain gagal ginjal akut dengan oligouria dan
atau hematuria bisa saja terjadi.

Gambar 1. Papiledema. Perhatikan adanya pembengkakan dari optik disc


dengan margin kabur.

7
Hipertensi kritis dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi krisis
Hipertensi berat dengan tekanan darah >180/120 mmHg disertai dengan satu
atau lebih kondisi akut, berikut :
a. Perdarahan intrakranial atau perdarahan subaraknoid
b. Hipertensi ensefalopati
c. Diseksi aorta akut
d. Oedema paru akut
e. Eklamsi
f. Feokhromositoma
g. Funduskopi KW III atau IV
h. Insuifisiensi ginjal akut
i. Infark miokard akut
j. Sindrom kelebihan katekolamin yang lain : sindrom wwithdrawal obat
antihipertensi
2. Hipertensi urgensi
Hipertensi berat dengan tekanan darah >180/120 mmHg, tetapi dengan
minimal atau tanpa kerusakan organ sasaran.
a. Funduskopi KW I atau KW II
b. Hipertensi post operasi
c. Hipertensi tak terkontrol/ tanpa diobati pada perioperatif

D. Patofisiologi

Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke


seljugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah.
Danapabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada
rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal
tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanandarah. Dengan Peningkatan

8
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami
perubahan bila mean arterial pressure (MAP) 120mmHg- 160mmHg,
sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60-120mmHg.

Pada keadaan hiperkapnia autoregulasi menjadi lebih sempit gengan


batas tertinggi 125mmHg sehingga perubahan sedikit saja dari tekanan darah
menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya odema otak. Tekanan
darah yang sangat tinggi terutama yang meningkat dalam waktu singkat
menyebabkan gangguan atau kerusakan gawat pada target organ. (Cermin
Dunia Kedokteran no.67,th 1991)

Renin Angiotensin Aldosteron System atau disebut juga RAAS adalah


suatu sistem/mekanisme hormon yang mengatur keseimbangan tekanan darah
dan cairan dalam tubuh.Dalam mekanisme ini ada beberapa hormon yang
mempunyai peran penting, diantaranya adalah :
1. Renin : suatu enzim protein yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri
turun.
2. Angiotensin : merupakan enzim yang dibagi menjadi; angiotensin 1( enzim
yang mempunyai sifat vasokonstriktor ringan tapi dapat bertahan lama
dalam darah); angiotensin II (enzim yang mempunyai sifat vasokonstriktor
kuat tapi hanya 1-2menit dalam darah karena diinaktivasi angiotensinase)
3. Angiotensinogen : pengubah renin menjadi angiotensin 1
4. angiotensin converting enzim(ACE): enzim pengubah angiotensin 1 menjadi
2
5. Aldosteron : hormon steroid golongan mineralkortikoid yang dihasilkan oleh
korteks adrenal yang mempunyai fungsi untuk meningkatkan absorpsi
natrium dan meningkatkan sekresi kalium oleh sel epitel ginjal terutama sel
prinsipal di sel tubulus kolektivus .
Mekanisme kerja dari RAAS dapat dimulai dari 3 proses:
1. Penurunan volume darah yang menyebabkan terjadi penurunan tekanan
darah di glomerulus.(hipotensi/renal artery stenosis)

9
2. Stimulasi sel juxtaglomerular oleh saraf simpatis
3. penurunan konsentrasi osmotic cairan tubular di macula densa.(penurunan
kadar sodium)
3 proses diatas dapat merangsang sel-sel jukstaglomerular di ginjal untuk
melepaskan enzim renin, kemudian renin ini akan bersirkulasi ke seluruh
tubuh yang kemudian akan bertemu dengan angiotensinogen yang
diproduksi di hati untuk melepaskan enzim angiotensin I. Angiotensin I
akan berubah menjadi Angiotensin II setelah diubah oleh Angiotensin
Converting Enzim (ACE) yang dihasilkan oleh endotelium pembuluh paru.
Angiotensin II akan menyebabkan beberapa efek, yaitu :
a. vasokontriksi di seluruh tubuh terutama di arteriol yang akan
meningkatkan tahanan perifer total sehingga terjadi peningkatan tekanan
arteri.
b. menurunkan eksresi garam dan air sehingga meningkatkan volume ekstra
sel yang menyebabkan peningkatan tekanan arteri juga.
c. merangsang sekresi aldosteron di kalenjar adrenal yang kemudian
meningkatkan reabsorpsi garam dan air oleh tubulus ginjal.
d. merangsang central nervous system untuk menjadi haus sehingga
kelenjar pituitary posterior mengeluarkan hormon vasopresin (ADH)
yang akan menstimulasi reabsorpsi air di ductus collectivus dan
peningkatan tonus simpatis, meningkatkan cardiac output.
sistem ini juga dapat diaktifkan oleh mekanisme lain yaitu melalui enzim
natriuretic peptides (BNP dan ANP) yang dihasilkan oleh jantung. Untuk
penjelasan mengenai hal ini dan juga hubungannya RAAS dengan penyakit
hipertensi akan dijelaskan dikemudian waktu

10
E. Pathway

11
F. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan non farmokologis


a. Diet
Diet rendah garam di berikan 200-400 mg Na, Garam dapur sama sekali
tidak boleh ditambahkan ke dalam makanan yang disajikan
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan kebatasan medis dan sesuai kemampuan seperti berjalan,
jogging,bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan farmokologis
Secara garis besar terdapat babarapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a. Mempunyai efektifitas yang tinggi.
b. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
c. Tidak menimbulkan intoleransi.
d. Tes diagnostic
e. BUN/ kreatinin : memberikan informasi tenntang fungsi ginjal.
f. Glucose : DM adalah pencetus hipertensi.
g. CT Scan : mengkaji adanya tumor serebral encelopati.
h. IUP :mendekteksikan penyebab hipertensi seperti batu
ginjal, perbaikan ginjal.

G. Komplikasi
1. Ensefalopati hipertensif.
2. Gagal ginjal.
3. Gagfal jantung.
4. Retinopati hipertensif yang dapat mengakibatkan kebutan

H. Pencegahan
1. Disiplin minum obat anti hipertensi sebelum terjadi krisis hipertensi.
2. Berperan aktif dalam menjaga gaya hidup (berhenti merokok, berolahraga)

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Pasien Penanggung Jawab
Nama : Nama :
:
Umur : Umur
Jenis Kelamin : Jenis Kelamin :
Pendidikan : Pendidikan :
Alamat : Alamat :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Agama : Agama :
Bangsa : Bangsa :
Hub. dg Pasien:

2. Keluhan utama :
apa yang paling dirasa pasien.
3. Riwayat penyakit sekarang:
perawat menentukan kapan gejala mulai timbul gejala mulai timbul secara
mendadak atau bertahap.
4. Riwayat penyakit masalalu :
apakah pasien pernah menderita penyakit selain hipertensi.
5. Riwayat penyakit keluarga :
apakah keluarga pasien ada yang menderita krisis hipertensi.
6. Pengkajian dengan pendekatan ABCDE
a.Airway
1) yakinkan kepatenan jalan napas
2) berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
3) jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
bawa segera mungkin ke ICU
b.Breathing
1) kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
2) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.

13
3) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-
valve-mask ventilation
4) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
5) Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
6) Lakukan pemeriksan system pernapasan
7) Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti
paru
c. Circulation
1. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
2. Kaji peningkatan JVP
3. Monitoring tekanan darah
4. PemeriksaanEKG mungkin menunjukan:
a.Sinus tachikardi
b.Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
c.right bundle branch block (RBBB)
d.right axis deviation (RAD)
5. Lakukan IV akses dekstrose 5%
6. Pasang Kateter
7. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
8. ada kemungkinan Koch Pulmonum (KP) berikan Nifedipin Sublingual
9. Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid 50mg dosis
awal dapat diulang dengan 25-75mg setiap 5menit dengan tekanan darah
yang diinginkan,Nitroprusid 1-6ug/kg/menit 9
d.Disability
1. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
2.penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim
dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di
ICU.
e.Exposure
1.jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik lainnya.

14
2. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, Iskemia miokard, hipertrofi atau
rigiditas (kekakuan) ventrikuler.
b. Nyeri (akut atau kronis) sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler.
c. Resiko injuri berhubungan dengan sensori atau perubahan penglihatan.
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan O2.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan
berhubungan dengan kurang pengetahuan.

C. INTERVENSI
Hari Dx. Rasional
Tgl/jam Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Rasional
Resiko tinggi Setelah Monitoring Membandingkan
terhadap dilakukan vital sign dari tekanan
penurunan tindakan memberikan
curah jantung keperawatan gambaran yang
berhubungan selama 2x24 lebih lengkap
dengan jam diharapkan tentang
peningkatan tidak terjadi keterlibatan
afterload, penurunan bidang masalah
vasokontriksi, curah jantung vaskuler
iskemia KH: Mandiri:
miokard, Irama dan Pertahankan Menurunkan
hipertrofi atau frekuensi pembatasan stress dan
rigiditas jantung stabil aktivitas ketegangan yang

15
(kekakuan) seperti mempengaruhi
ventrikuler. istirahat tekanan darah dan
ditempat tidur perjalanan
atau kursi penyakit
hipertensi.

Anjurkan Dapat
teknik menurunkan
relaksasi(nafas rangsangan yang
dalam) dan menimbulkan
teknik stress, membuat
distraksi(meng efek tenang,
obro) sehingga akan
menurunkan TD.

Reaksi dari obat-


Kolaborasi:
obat anti
Pemberian
hipertensi
obat-obat anti
menurunkan TD
hipertensi.

Nyeri (akut Setelah Mandiri:


atau kronis) dilakukan Anjurkan atau Meminimalkan
sakit kepala tindakan pertahankan situasi atau
berhubungan keperawatan pasien untuk meningkatkan
dengan selama 2x24 tirah baring relaksasi.
peningkatan jam diharapkan
tekanan sakit kapala Berikan Tindakan yang

16
vaskuler berkurang. tindakan menurunkan
serebral KH : nonfamokolog tekanan vaskuler
Melaporkan i untuk serebral dan yang
nyeri/ketidak menghilangka memperlambat
nyamanan n sakit kepala atau memblok
hilang/terkontr misal pijat respon simpatis
ol. punggung dan efektif dalam
leher menghilangkan
sakit kepala dan
komplikasinya.

Berikan Meningkatkan
cairan, kenyamanan
makanan umum.
lunak,
perawatan
mulut yang
teratur, bila
terjadi
perdarahan
kompres
hidung.

Kolaborasi: Menurunkan atau


Pemberian mengontrol nyeri
Analgetik dan menurunkan
sesuai indikasi rangsangan sistem

17
saraf simpatis.
Resiko injuri Setelah Mandiri:
berhubungan dilakukan Kurangi atau Menghindari
dengan sensori tindakan kehilangan resiko jatuh.
atau perubahan keperawatan faktor-faktor
penglihatan. selama 2x24 penyebab atau
jam diharapkan pendukung
tidak terjadi
gangguan
sensori Gunakan Memberikan
KH: penerangan penerangan
Penglihatan pada malam disepanjang jalan
normal hari dan mencegah
terjadinya
kecelakaan pada
saat pandangan
kabur (diplopia)

Atur tempat Mencegah


tidur lebih terjadinya jatuh
rendah pada pada tempat tidur.
malam hari
Intoleran Setelah Mandiri:
aktivitas dilakukan Kaji Menyebutkan
berhubungan tindakan rasionalnya parameter
dengan keperawatan pasien ( Kaji membantu dalam
kelemahan selama 2x24 respon pasien mengkaji respons
umum, jam diharapkan terhadap fisiologi terhadap
ketidakseimba menunjukkan aktivitas) stress aktivitas
ngan antara penurunan dan bila ada

18
suplay dan tanda merupakan
kebutuhan O2. intoleransi indikator dari
KH: suplay dan kelebihan kerja
kebutuhan O2 yang berkaitan
terpenuhi dengan tingkat
aktifitas.

Anjurkan Kemajuan
untuk aktivitas bertahap
beraktifitas mencegah
secara peningkatan kerja
bertahap jantung tiba-tiba

Teknik
Instruksikan
menghemat
pada pasien
energi
tentang teknik
mengurangi
penghematan
penggunaan
energi
energi, juga
membantu
keseimbangan
antara suplay dan
kebutuhan
oksigen.

Kurang Setelah Mandiri:


pengetahuan dilakukan Kaji kesiapan Kesalahan
mengenai tindakan dan hambatan konseps dan
kondisi dan keperawatan dalam belajar menyangkal
rencana selama 2x24 diagnosa karena
pengobatan jam diharapkan perasaan sejahtera
berhubungan terjadinya yang sudah lama

19
dengan kurang peningkatan mempengaruhi
pengetahuan pengetahuan minat pasien /
atau daya Kriteria hasil: orang terdeka
ingat, mis Menyatakan
interprestasi pemahaman Edukasi:
informasi, tentang proses Jelaskan Memberikan
keterbatasan penyakit & tentang dasar untuk
kognitif, regimen Hipertensi pemahaman dan
menyangkal pengobatan (Pendidikan mengklarikfikasi
diagnosa. Kesehatan) istilah medis

E. IMPLEMENTASI
Tgl/ jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Ttd
Resiko tinggi terhadap - Memantau vital sign
penurunan curah jantung -Mengmati warna kulit kelembaban
berhubungan dengan suhu
peningkatan afterload, -Mempertahankan pembatasan
vasokontriksi, iskemia aktivitas seperti istirahat ditempat
miokard, hipertrofi atau tidur atau kursi
rigiditas (kekakuan)
ventrikuler.

-Menganjurkan teknik
Nyeri (akut atau kronis)
relaksasi(nafas dalam) dan teknik
sakit kepala berhubungan
distraksi(mengobro)
dengan peningkatan
-Kolaborasi
tekanan vaskuler serebral
memberiakn obat-obat anti
hipertensi.

-Menganjurkan atau
Resiko injuri berhubungan

20
dengan sensori atau mempertahankan pasien untuk tirah
perubahan penglihatan. baring
- Memberikan tindakan
nonfamokologi untuk
menghilangkan sakit kepala misal
pijat punggung dan leher.

Intoleran aktivitas -Menghilangkan atau

berhubungan dengan meminimalkan aktivitas yang dapat

kelemahan umum, meningkatkan sakit kepala misal

ketidakseimbangan antara mengejan saat BAB, batuk panjang,

suplay dan kebutuhan O2 membungkuk.


- memberikan cairan, makanan
lunak, perawatan mulut yang
teratur, bila terjadi perdarahan
kompres hidung.
- KolaborasiMemberikan
Analgetik sesuai indikasi
- Mengurangi atau Menghilangkan
faktor-faktor penyebab atau
pendukung
- menggunakan penerangan pada
malam hari
- Mengatur tempat tidur lebih
rendah pada malam hari

- Mengkaji rasionalnya pasien (


Kurang pengetahuan
Kaji respon pasien terhadap
mengenai kondisi dan
aktivitas)
rencana pengobatan
- Menganjurkan untuk beraktifitas

21
berhubungan dengan secara bertahap
kurang pengetahuan. - mengnstruksikan pada pasien
tentang teknik penghematan energi
- Menjelaskan tentang Hipertensi
(Pendidikan Kesehatan)
- Mengkaji kesiapan dan hambatan
dalam belajar

F. EVALUASI
Tanggal No . Evaluasi Ttd
DX
2 Okt 2017 1 S: pasien mengatakan sudah lebih baik.
O: irama dan frekuensi jantung membaik.
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
2 Okt 2017 2 S: pasien mengatakan rasa sakit kepala
berkurang
O: pasien tampak lebih nyaman
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
3 Okt 2017 3 S: pasien mengatakan penglihatan sudah
lebih jelas
O: dapat melihat orintasi orang, tempay
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
3 Okt 2017 4 S: pasien mengatakan sudah tidak sesak
nafas

22
O: pasien tampak tenang
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
3 Okt 2017 5 S:pasien mengatakan paham tentang
kondisi penyakitnya
O: pasien mulai menerapkan penkes
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Krisis hipertensi adalah keadaan yang sangat berbahaya karena terjadi
kenaikan tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu yang singkat.
Biasanya tekanan diastolic lebih dari 130mmHg.
Krisis hipertensi suatu keadaan darurat yang menhgancam jiwa penderita yang
memerlukan penangan intensif di rumah sakit dengan pengawasan yang ketat.
Oleh karena itu penyakit krisis hipertensi tidak boleh dianggap remeh.

B. Saran
1. Bagi penderita disiplinlah dalam meminum obat anti hipertensi dalam
meminum obat anti hipertensi anda akan mencegah terjadinya krisis
hipertensi.
2. Kontrol secara teratur tekanan darah tinggi anda untuk memantau kesehatan
anda.
3. Ubah gaya hidup banyak pasien hipertensi dengan pola hidup yang sehat
seperti makan dengan pola makan yang sehat, berhenti merokok,
berolahraga, kurangi garam dan vetsin.

24
DAFTAR PUSTAKA

Askep hipertensi kumpulan download KTI kebidanan


keperawatanhttp://terselubung.cz.cc@google.com

Cermin dunia kedokteran no.67,th 1991

Doungoes, marylin E.2000.rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.Ed 3: Jakarta . EGC

Potter dan perry, 2005.fundamental keperawatan , Ed 4 vol 1 : Jakarta EGC

Purnawan junadi ,1982.kapita selekta kedokteran edisi kedua, penerbit media


Aesculavius, jakarta

25
TANYA JAWAB

KELOMPOK 2 KRISIS HIPERTENSI

3B D4 KEPERAWATAN

1. DANIK KUSWATI (P27220015141)


2. DERIKA IKHSAN N.R (P27220015142)
3. DIAN HARIANI C.N (P27220015143)
4. DWI ANANTI (P27220015144)
5. ELDHA IKE W.S (P27220015145)
6. ENDAH SUDARSIH (P27220015146)
7. FARIDA HAYYATUN K (P27220015147)

PERTANYAAN
1. Bagaimana prinsip dan penanganan darihipertensi kritis ?
2. Bagaimana jika itu KAD (ketoasidosis diabetikum) kenapa tensi
bisa tinggi ?

JAWAB
1. Pertama lihat dulu jenis hipertensinya apakah urgency atau
emergency. Jika itu emergency (karena kerusakan organ)
sedangkan urgency (tidak ada kerusakan organ). Penanganannya
yaitu diturunkan tekanan darahnya dengan diastol tidak kurang dari
100 mmhg dan systole tidak kurang dari 140 mmhg. Biasanya
ditambah dengan obat yang berbeda tergantung jenis hipertensinya.
2. Pada KAD maka darah didalam pembuluh darah akan banyak
terdapat glukosa, pada kasus demikian maka glukosa tersebut akan
menyebabkan pengentakan darah yanga nantinya akan
menyebabkan jantung akan memompa lebih keras lagi guna

26
mengalirkan darah keseluruh tubuh, maka dari itu pada kasus KAD
kita akan banyak menemukan kasus tekanan darah yang meninggi.

27

Вам также может понравиться