Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
“Polip Nasi”
Disusun Oleh
M.Nurman Akhmad
Ida rusmina
Andriyani
Ratu Emas
Sukmawati
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Polip hidung adalah massa yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan yang
hidung
yang banyak berisi cairan interseluler dan kemudian terdorong kedalam rongga
hidung oleh gaya berat. Polip dapat timbul dari tiap bagian mucosa hidung atau
sinus paranasal atau sering kali bilateral. Polip hidung sering berasal dari sinus
keluar melalui ostium sinus maksila, masuk kerongga hidung dan membesar di
koana
Secara makroskopis polip terlihat sebagai massa yang lunak berwarna putih atau
ke abu-abuan secara mikroskopis tampak sub mukosa hipertropi dan sembab. Sel
tidak bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel eosinofil, limfosit, dan sel
plasma yang letaknya berjauhan di pisahkan oleh cairan intra seluler, pembuluh
darah, saraf, dan kelenjar sangat sedikit. Polip ini dilapisi oleh epitel thorax
berlapis semu.
Polip nasi merupakan salah satu penyakit yang cukup sering ditemukan di bagian
THT (telinga,hidung dan tenggorok). Keluhan pasien yang datang dapat berupa
sumbatan pada hidung yang makin lama semakin berat. Kemudian pasien juga
massa di rongga hidung merupakan polip atau bukan selain perlu dikuasai
anatomi hidung juga perlu dikuasai cara pemeriksaan yang dapat menyingkirkan
penatalaksanaan pada polip nasi serta akan dibahas pula penjelasan mengenai
2. Tujuan
benar tentang penyakit Polip Nasi dan bagaimana tindakan pengobatan yang
Tinjauan Teoritis
A. Definisi
Polip nasi adalah massa yang lunak,berwarna putih atau keabu-abuan yang
terdapat di dalam rongga hidung.Polip berasal dari pembengkakan mukosa
hidung yang berisi cairan interseluler dan kemudian terdorong ke dalam rongga
hidung oleh gaya berat.
Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung.
Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu–abuan, mengkilat, lunak
karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama
dapat berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram
dan lebih kenyal (polip fibrosa).
Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan dapat
bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah
belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip koanal (polip antrokoana).
Polip nasi atau biasa disebut Polip Hidung adalah kelainan mukosa hidung dan
sinus paranasal terutama pada kompleks osteomeatal (KOM) di meatus nasi
medius berupa massa lunak yang bertangkai (tonjolan pada jaringan permukaan
mukosa), bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan (bentuknya
mirip dengan buah anggur bening lonjong bertangkai). Permukaannya licin dan
agak bening karena banyak mengandung cairan.
B. Etiologi
Polip Hidung terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a.Polip hidung Tunggal. Jumlah polip hanya sebuah. Berasal dari sel-sel permukaan
dinding sinus tulang pipi (maxilla).
b.Polip Hidung Multiple. Jumlah polip lebih dari satu. Dapat timbul di kedua sisi
rongga hidung. Pada umumnya berasal dari permukaan dinding rongga tulang
hidung bagian atas (etmoid).
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi
alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung
belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam
hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya
polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau
sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya
berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan
eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya
ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada anak – anak,
polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.
2. Sinusitis kronik.
3. Iritasi.
4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi
konka.
C. Manifestasi Klinis
Pada anamnesis kasus polip biasanya timbul keluhan utama adalah hidung
tersumbat. sumbatan ini menetap dan tidak hilang timbul. Semakin lama keluhan
dirasakan semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam
hidung dan sukar membuang ingus. Gejala lain adalah hiposmia (gangguan
penciuman). Gejala lainnya dapat timbul jika teradapat kelainan di organ
sekitarnya seperti post nasal drip (cairan yang mengalir di bagian belakang
mulut), suara bindeng, nyeri muka, telinga terasa penuh, snoring (ngorok),
gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.
Polip menyebabkan penyumbatan hidung, karena itu penderita seringkali
mengeluhkan adanya penurunan fungsi indera penciuman.Karena indera perasa
berhubungan dengan indera penciuman, maka penderita juga bisa mengalami
penurunan fungsi indera perasa dan penciuman.Polip hidung juga bisa
menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke hidung.
Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang
terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi
sinusitis. Penderita anak-anak sering bersuara sengau dan bernafas melalui
mulutnya.
Secara pemeriksaan mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan selaput
permukaan hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan subselaput
permukaan yang sembab.
Jadi gejala polip ini sangat beragam. Mulai dari pilek yang berlangsung lama,
bersin-bersin, hidung tersumbat yang bersifat menetap, sering mimisan, keluhan
akan adanya massa di hidung, sukar buang ingus, gangguan penciuman, bentuk
hidung yang tak lagi simetris, bengek atau bindeng, telinga rasa penuh,
mendengkur/gangguan tidur, lendir dan rasa kering yang terkumpul di
tenggorokan, sakit kepala, dan lain-lain. Kesemua keluhan itu tentu saja amat
mengganggu dan sangat mempengaruhi produktivitas hidup si penderita.
Gejala Subjektif:
Hidung terasa tersumbat,Hiposmia atau Anosmia (gangguan penciuman), Nyeri
kepalav Rhinore, Bersin,Iritasi di hidung (terasa gatal),Post nasal drip,Nyeri
muka,Suara bindeng, Telinga terasa penuh,Mendengkur , Gangguan tidur,
Penurunan kualitas hidup
Gejala Objektif:
Oedema mukosa hidung,Submukosa hipertropi dan tampak sembab, Terlihat masa
lunak yang berwarna putih ataukebiruan.
D. Komplikasi
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau
dalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis
kronis, mengorok dan bahkan sleep apnea.kondisi serius nafas dimana akan
berhenti dan bernafas beberapa kali selama tidur. Dalam kondisi parah, akan
mengubah bentuk wajah dan penyebab penglihatan ganda atau berbayang.
E. Pemeriksaan Penunjang
Rinore, mulai dari jernih sampai purulen bila terdapat infeksi sekunder
Gejala ini ditandai dengan merasakan adanya suatu cairan yang jatuh secara terus
menerus ke belakang rongga mulut dikarenakan mukus yang berasal dari kavum
nasi.
Anosmia atau hiposmia
Pembesaran hidung dan muka apabila massa polip sudah bertambah besar
Terdapatnya gejala-gejala sinusitis apabila polip sudah mengganggu drainase
muara sinus ke rongga hidung
Polip yang besar kadang-kadang dapat mengganggu pernapasan saat tidur yang
menimbulkan obstructive sleep apnea.
Grade 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, tampak di rongga hidung tapi
belum menyebabkan obstruksi total
4.Naso-endoskopi
Naso-endoskopi memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip
berukuran kecil di meatus media. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak
terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksan
naso-endoskopi. Pada kasus polip koanal juga dapat dilihat tangkai polip yang
berasal dari ostium asesorius sinus maksila. Dengan naso-endoskopi dapat juga
dilakukan biopsi pada layanan rawat jalan tanpa harus ke meja operasi.
5.Pemeriksaan radiologi
Foto polos sinus paranasal (posisi water, AP, caldwell, dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di dalam
sinus, tetapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat pada pada kasus polip.
Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di
hidung dan sinus paranasal apakah ada kelainan anatomi, polip, atau sumbatan
pada komplek osteomeatal. CT scan terutama diindikasikan pada kasus polip yang
gagal diterapi dengan medikamentosa.
6.Biopsi.
Kita anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia lanjut,
menyerupai keganasan pada penampakan makroskopis dan ada gambaran erosi
tulang pada foto polos rontgen.
F. Penatalaksanaan
G. Patofisiologi
Pada teori kerusakan epitel menjelaskan bahwa rusaknya epitel pada mukosa
hidung disebabkan karena dalam keadaansakit (alergi,infeksi) terjadi
peningkatan turgor jaringan. Kerusakan tersebut menyebabkan prolaps lamina
propia mukosasehingga terjadi pembentukan polip yang dapat bertambah
ukurannya karena efek gravitasi atau obstruksi vena yangdisebabkan polip.Dari
penelitian ditemukan 37% pasien fibrosis kistik menderita polip hidung. Fibrosis
kistik adalah penyakit herediter autosomal resesif yang disebabkan karena
adanya kerusakan pada gen cystic fibrosis transmembrane regulator (CFTR)
dikromosom 7. Gen ini mengatur chloride channel pada sel epitel pada berbagai
organ, termasuk saluran nafas. Kerusakanpada gen ini menyebabkan
terganggunya pembersihan sekret dan dihasilkannya sekret kental yang dapat
menyebabkanobstruksi dan merupakan predisposisi infeksi pada paru-paru dan
sinus paranasal
Patways
Edema
mukosa nasal
(Pembengkakan mukosa hidung)
Proses Inflamasi adanya
sumbatan
Di hidung
Aktivasi respon respon Persisten
Tidak hilang
timbul
Hiperaktivitas dari persarafan
Pertukaran gas
Resiko Terjadi
Gangguan Persepsi Sensori Gangguan Pola nafas
Tinjauan kasus
1. Pengkajian Keperawatan
a.AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Tanda : Penurunan kekuatan, menunjukkan kelelahan
b.SIRKULASI
Gejala Lelah, pucat atau tidak ada tanda sama sekali
Tanda Takikardia, disritmia.
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
c.INTEGRITAS EGO
Gejala Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan .
Tanda Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
d.MAKANAN/CAIRAN
Gejala Anoreksia/kehilangan nafsu makan
Adanya penurunan berat badan sebanyak 10% atau lebih dari berat badan dalam
6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
e.NYERI/KENYAMANAN
Gejala Nyeri tekan/nyeri pada daerah hidung
Tanda Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
f.PERNAPASAN
Gejala Dispnea
Tanda Dispnea, takikardia
Pernafasan mulut
Tanda distres pernapasan, sianosis.(bila obstruksi total)
Terdapat pembesaran polip
PEMERIKSAAN FISIK.
Inspeksi :
Inspeksi lubang hidung, perhatikan adanya cairan atau bau,
pembengkakan atau ada obstruksi kavum nasi. Apakah terdapat peradangan,
tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat Rinoskopi.
Palpasi :
Lakukan penekanan ringan pada cuping hidung, bila konsistensinya
lunak, tidak nyeri bila ditekan, tak mudah berdarah; maka dapat dipastikan
klien menderita polip pada hidung.
Klasifikasi Data
Data Subyektif :
Klien mengeluh adanya massa yang menyumbat hidung.
Klien mengeluh adanya iritasi hidung disertai bersin-bersin.
Klien mengeluh tidak bisa atau mengalami gangguan penciuman.
Data Objektif :
Adanya pembengkakan mukosa, iritasi mukosa, kemerahan.
Adanya massa berupa berwarna putih seperti agar-agar.
Klien tampak sulit untuk inspirasi – ekspirasi.
Pemeriksaan penunjung
Kultur organisme hidung dan tenggorokan
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
- Klien tidak menyeringai kesakitan
No Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri klien Mengetahui tingkat nyeri klien
dalam menentukan tindakan
selanjutnya
a. obat Acetaminopen.
b. Aspirin.
c.dekongestan hidung
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya Obstruksi Pada
Hidung (Polip)
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif
Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak
menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis
No. Intervensi Rasional
2. Mandiri
Kaji bunyi atau kedalaman Penurunan bunyi nafas dapat
pernapasan dan gerakan menyebabkan atelektasis, ronchi
dada. dan wheezing menunjukkan
akumulasi sekret
Catat kemampuan Sputum berdarah kental atau
mengeluarkan mukosa/batuk cerah dapat diakibatkan oleh
efektif kerusakan paru atau luka
bronchial
No Intervensi Rasional
3. Pastikan pola diet biasa pasien, Membantu dalam
yang disukai atau tidak disukai mengidentifikasi
kebutuhan/kekuatan khusus.
Awasi masukan dan Berguna dalam mengukur
pengeluaran dan berat badan keefektifan nutrisi dan
secara periodik. dukungan cairan
4. Resiko infeksi
4. Evaluasi
1. nyeri berkurang atau hilang