Вы находитесь на странице: 1из 19

Asuhan Keperawatan

“Polip Nasi”

Disusun Oleh

M.Nurman Akhmad
Ida rusmina
Andriyani
Ratu Emas
Sukmawati

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Polip hidung adalah massa yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan yang

terdapat didalam rongga hidung. Polip berasal dari pembengkakan mukosa

hidung

yang banyak berisi cairan interseluler dan kemudian terdorong kedalam rongga

hidung oleh gaya berat. Polip dapat timbul dari tiap bagian mucosa hidung atau
sinus paranasal atau sering kali bilateral. Polip hidung sering berasal dari sinus

maksila ( antrum ) dapat

keluar melalui ostium sinus maksila, masuk kerongga hidung dan membesar di

koana

dan nasoparing. Polip ini disebut polip koana ( Antro Koana ).

Secara makroskopis polip terlihat sebagai massa yang lunak berwarna putih atau

ke abu-abuan secara mikroskopis tampak sub mukosa hipertropi dan sembab. Sel

tidak bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel eosinofil, limfosit, dan sel

plasma yang letaknya berjauhan di pisahkan oleh cairan intra seluler, pembuluh

darah, saraf, dan kelenjar sangat sedikit. Polip ini dilapisi oleh epitel thorax

berlapis semu.

Polip nasi merupakan salah satu penyakit yang cukup sering ditemukan di bagian

THT (telinga,hidung dan tenggorok). Keluhan pasien yang datang dapat berupa

sumbatan pada hidung yang makin lama semakin berat. Kemudian pasien juga

mengeluhkan adanya gangguan penciuman dan sakit kepala. Untuk mengetahui

massa di rongga hidung merupakan polip atau bukan selain perlu dikuasai

anatomi hidung juga perlu dikuasai cara pemeriksaan yang dapat menyingkirkan

kemungkinan diagnosa lain. Di dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai

definisi,etiologi dan patofisiologipolip nasi, gejala klinis, pemeriksaan dan

penatalaksanaan pada polip nasi serta akan dibahas pula penjelasan mengenai

polip secara terperinci dalam hal asuhan keperawatan.

2. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :


1.Untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang konsep dari asuhan

keperawatan pada Polip Nasi sehingga mahasiswa mampu memahami secara

benar tentang penyakit Polip Nasi dan bagaimana tindakan pengobatan yang

dapat dilakukan pada penderita Polip Nasi.

2.Untuk mendorong mahasiswa agar mampu dalam menegakkan diagnose

keperawatan pada Polip Nasi sehingga mampu membuat asuhan keperawatan

dengan benar dan tidak keliru.

Tinjauan Teoritis

A. Definisi

 Polip nasi adalah massa yang lunak,berwarna putih atau keabu-abuan yang
terdapat di dalam rongga hidung.Polip berasal dari pembengkakan mukosa
hidung yang berisi cairan interseluler dan kemudian terdorong ke dalam rongga
hidung oleh gaya berat.
 Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung.
Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu–abuan, mengkilat, lunak
karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama
dapat berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram
dan lebih kenyal (polip fibrosa).
 Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan dapat
bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah
belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip koanal (polip antrokoana).
 Polip nasi atau biasa disebut Polip Hidung adalah kelainan mukosa hidung dan
sinus paranasal terutama pada kompleks osteomeatal (KOM) di meatus nasi
medius berupa massa lunak yang bertangkai (tonjolan pada jaringan permukaan
mukosa), bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan (bentuknya
mirip dengan buah anggur bening lonjong bertangkai). Permukaannya licin dan
agak bening karena banyak mengandung cairan.

B. Etiologi
Polip Hidung terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a.Polip hidung Tunggal. Jumlah polip hanya sebuah. Berasal dari sel-sel permukaan
dinding sinus tulang pipi (maxilla).
b.Polip Hidung Multiple. Jumlah polip lebih dari satu. Dapat timbul di kedua sisi
rongga hidung. Pada umumnya berasal dari permukaan dinding rongga tulang
hidung bagian atas (etmoid).
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi
alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung
belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam
hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya
polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau
sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya
berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan
eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya
ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada anak – anak,
polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.

Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :

1. Alergi terutama rinitis alergi.

2. Sinusitis kronik.

3. Iritasi.
4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi
konka.

C. Manifestasi Klinis
Pada anamnesis kasus polip biasanya timbul keluhan utama adalah hidung
tersumbat. sumbatan ini menetap dan tidak hilang timbul. Semakin lama keluhan
dirasakan semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam
hidung dan sukar membuang ingus. Gejala lain adalah hiposmia (gangguan
penciuman). Gejala lainnya dapat timbul jika teradapat kelainan di organ
sekitarnya seperti post nasal drip (cairan yang mengalir di bagian belakang
mulut), suara bindeng, nyeri muka, telinga terasa penuh, snoring (ngorok),
gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.
Polip menyebabkan penyumbatan hidung, karena itu penderita seringkali
mengeluhkan adanya penurunan fungsi indera penciuman.Karena indera perasa
berhubungan dengan indera penciuman, maka penderita juga bisa mengalami
penurunan fungsi indera perasa dan penciuman.Polip hidung juga bisa
menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke hidung.
Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang
terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi
sinusitis. Penderita anak-anak sering bersuara sengau dan bernafas melalui
mulutnya.
Secara pemeriksaan mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan selaput
permukaan hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan subselaput
permukaan yang sembab.
Jadi gejala polip ini sangat beragam. Mulai dari pilek yang berlangsung lama,
bersin-bersin, hidung tersumbat yang bersifat menetap, sering mimisan, keluhan
akan adanya massa di hidung, sukar buang ingus, gangguan penciuman, bentuk
hidung yang tak lagi simetris, bengek atau bindeng, telinga rasa penuh,
mendengkur/gangguan tidur, lendir dan rasa kering yang terkumpul di
tenggorokan, sakit kepala, dan lain-lain. Kesemua keluhan itu tentu saja amat
mengganggu dan sangat mempengaruhi produktivitas hidup si penderita.
 Gejala Subjektif:
Hidung terasa tersumbat,Hiposmia atau Anosmia (gangguan penciuman), Nyeri
kepalav Rhinore, Bersin,Iritasi di hidung (terasa gatal),Post nasal drip,Nyeri
muka,Suara bindeng, Telinga terasa penuh,Mendengkur , Gangguan tidur,
Penurunan kualitas hidup
 Gejala Objektif:
Oedema mukosa hidung,Submukosa hipertropi dan tampak sembab, Terlihat masa
lunak yang berwarna putih ataukebiruan.

D. Komplikasi
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau
dalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis
kronis, mengorok dan bahkan sleep apnea.kondisi serius nafas dimana akan
berhenti dan bernafas beberapa kali selama tidur. Dalam kondisi parah, akan
mengubah bentuk wajah dan penyebab penglihatan ganda atau berbayang.

E. Pemeriksaan Penunjang

Cara menegakkan diagnosa polip hidung, yaitu dengan :


1.Anamnesis
Melalui anamnesis dapat ditanyakan keluhan-keluhan yang berkaitan dengan
gangguan yang ditimbulkan oleh polip nasi, diantaranya:
 Hidung tersumbat

 Rinore, mulai dari jernih sampai purulen bila terdapat infeksi sekunder

 Post nasal drip

Gejala ini ditandai dengan merasakan adanya suatu cairan yang jatuh secara terus
menerus ke belakang rongga mulut dikarenakan mukus yang berasal dari kavum
nasi.
 Anosmia atau hiposmia

 Suara sengau karena sumbatan pada hidung

 Sakit kepala dan snoring bila polipnya berukuran besar

 Pembesaran hidung dan muka apabila massa polip sudah bertambah besar
 Terdapatnya gejala-gejala sinusitis apabila polip sudah mengganggu drainase
muara sinus ke rongga hidung

 Polip yang besar kadang-kadang dapat mengganggu pernapasan saat tidur yang
menimbulkan obstructive sleep apnea.

Selain keluhan-keluhan di atas, harus juga ditanyakan riwayat rinitis, asma,


intoleransi terhadap aspirin, alergi obat lainnya, dan alergi makanan.
2.Pemeriksaan fisik
Terlihat deformitas hidung luar
3.Rinoskopi anterior
Dengan pemeriksaan rhinoskopi anterior biasanya polip sudah dapat dilihat, polip
yang masif seringkali menciptakan kelainan pada hidung bagian luar.
Pemeriksaan Rontgen dan CT scan dapat dilakukan untukPolip biasanya tumbuh
di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan, seperti
daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung. Ketika baru terbentuk, sebuah
polip tampak seperti air mata dan jika telah matang, bentuknya menyerupai buah
anggur yang berwarna keabu-abuan.
Polip nasi yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung
tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi
anterior dapat terlihat adanya massa yang berwarna pucat yang berasal dari
meatus medius dan mudah digerakkan.1
Pembagian polip nasi
 Grade 0 : Tidak ada polip

 Grade 1 : Polip terbatas pada meatus media

 Grade 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, tampak di rongga hidung tapi
belum menyebabkan obstruksi total

 Grade 3 : Polip sudah menyebabkan obstruksi total

4.Naso-endoskopi
Naso-endoskopi memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip
berukuran kecil di meatus media. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak
terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksan
naso-endoskopi. Pada kasus polip koanal juga dapat dilihat tangkai polip yang
berasal dari ostium asesorius sinus maksila. Dengan naso-endoskopi dapat juga
dilakukan biopsi pada layanan rawat jalan tanpa harus ke meja operasi.
5.Pemeriksaan radiologi
Foto polos sinus paranasal (posisi water, AP, caldwell, dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di dalam
sinus, tetapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat pada pada kasus polip.
Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di
hidung dan sinus paranasal apakah ada kelainan anatomi, polip, atau sumbatan
pada komplek osteomeatal. CT scan terutama diindikasikan pada kasus polip yang
gagal diterapi dengan medikamentosa.
6.Biopsi.
Kita anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia lanjut,
menyerupai keganasan pada penampakan makroskopis dan ada gambaran erosi
tulang pada foto polos rontgen.

F. Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan untuk polip, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid :


1.Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, kemudian
dosis diturunkan perlahan – lahan (tappering off).
2.Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5
– 7 hari sekali, sampai polipnya hilang.
3.Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk
rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatn
kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.
Untuk polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi polip (polipektomi)
dengan menggunakan senar polip. Selain itu bila terdapat sinusitis, perlu
dilakukan drenase sinus. Oleh karena itu sebelum operasi polipektomi perlu dibuat
foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis yang menyertai polip ini atau
tidak. Selain itu, pada pasien polip dengan keluhan sakit kepala, nyeri di daerah
sinus dan adanya perdarahan pembuatan foto sinus paranasal tidak boleh
dilupakan. Prosedur polipektomi dapat mudah dilakukan dengan senar polip
setelah pemberian dekongestan dan anestesi lokal.
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang
sangat masif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Terapi bedah yang dipilih
tergantung dari luasnya penyakit (besarnya polip dan adanya sinusitis yang
menyertainya), fasilitas alat yang tersedia dan kemampuan dokter yang
menangani. Macamnya operasi mulai dari polipektomi intranasal menggunakan
jerat (snare) kawat dan atau polipektomi intranasal dengan cunam (forseps) yang
dapat dilakukan di ruang tindakan unit rawat jalan dengan analgesi lokal. Alat
mutakhir untuk membantu operasi polipektomi endoskopik ialah microdebrider
(powered instrument) yaitu alat yang dapat menghancurkan dan mengisap
jaringan polip sehingga operasi dapat berlangsung cepat dengan trauma yang
minimal.
 Polipektomi merupakan tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip
dengan bantuan anestesi lokal. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang
besar namun belum memadati rongga hidung.
 Etmoidektomi atau bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan
tindakan pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat
adalah polip yang sangat besar, berulang, dan jelas terdapat kelainan di kompleks
osteomeatal.
 Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita berikan sebelum
dan sesudah operasi. Berikan antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk langkah
profilaksis pasca operasi.

G. Patofisiologi

Pembentukan polip sering dihubungkan dengan proses inflamasi kronik, disfungsi


sistem saraf otonom dan predisposisigenetik. Beberapa teori telah dikemukakan,
tetapi tidak ada satupun yang dapat menjelaskan patofisiologi polip hidung secara
lengkap. Menurut teori Bernstein, inflamasi pertama terjadi di mukosa dinding
lateral hidung atau mukosa sinus sebagai akibat dari peradangan oleh alergan,
polutan, atau agen infeksius (virus / bakteri) atau karena adanya aliran
udarayang berturbulensi. Pada sebagian besar kasus, polip berasal dari area
sempit di kompleks ostiomeatal (KOM) di meatusmedia. Terjadi kerusakan atau
prolaps mukosa yang diikuti dengan reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru.
Selama proses tersebut polip dapat terbentuk dari mukosa karena proses inflamasi
dari sel epitel, sel endotel pembuluh darah, danfibroblast berpengaruh pada
integritas bioelektik natrium channel pada mukosa hidung. Hal ini menyebabkan
meningkatnyaabsorpsi natrium sehingga terjadi retensi air dan pembentukan
polip.

Pada teori kerusakan epitel menjelaskan bahwa rusaknya epitel pada mukosa
hidung disebabkan karena dalam keadaansakit (alergi,infeksi) terjadi
peningkatan turgor jaringan. Kerusakan tersebut menyebabkan prolaps lamina
propia mukosasehingga terjadi pembentukan polip yang dapat bertambah
ukurannya karena efek gravitasi atau obstruksi vena yangdisebabkan polip.Dari
penelitian ditemukan 37% pasien fibrosis kistik menderita polip hidung. Fibrosis
kistik adalah penyakit herediter autosomal resesif yang disebabkan karena
adanya kerusakan pada gen cystic fibrosis transmembrane regulator (CFTR)
dikromosom 7. Gen ini mengatur chloride channel pada sel epitel pada berbagai
organ, termasuk saluran nafas. Kerusakanpada gen ini menyebabkan
terganggunya pembersihan sekret dan dihasilkannya sekret kental yang dapat
menyebabkanobstruksi dan merupakan predisposisi infeksi pada paru-paru dan
sinus paranasal

 Patways

Reaksi Alergi atau Hipersensitivitas

Edema
mukosa nasal
(Pembengkakan mukosa hidung)
Proses Inflamasi adanya
sumbatan

Di hidung
Aktivasi respon respon Persisten

Imun lokal (Terjadi secara menyeluruh) Bersifat


menetap dan

Tidak hilang
timbul
Hiperaktivitas dari persarafan

Parasimpatis Polip Hidung Resiko tinggi


kerusakan

Pertukaran gas
Resiko Terjadi
Gangguan Persepsi Sensori Gangguan Pola nafas

Tinjauan kasus
1. Pengkajian Keperawatan
a.AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Tanda : Penurunan kekuatan, menunjukkan kelelahan

b.SIRKULASI
Gejala Lelah, pucat atau tidak ada tanda sama sekali
Tanda Takikardia, disritmia.
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

c.INTEGRITAS EGO
Gejala Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan .
Tanda Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif

d.MAKANAN/CAIRAN
Gejala Anoreksia/kehilangan nafsu makan
Adanya penurunan berat badan sebanyak 10% atau lebih dari berat badan dalam
6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.

e.NYERI/KENYAMANAN
Gejala Nyeri tekan/nyeri pada daerah hidung
Tanda Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.

f.PERNAPASAN
Gejala Dispnea
Tanda Dispnea, takikardia
Pernafasan mulut
Tanda distres pernapasan, sianosis.(bila obstruksi total)
Terdapat pembesaran polip

PEMERIKSAAN FISIK.
 Inspeksi :
Inspeksi lubang hidung, perhatikan adanya cairan atau bau,
pembengkakan atau ada obstruksi kavum nasi. Apakah terdapat peradangan,
tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat Rinoskopi.

 Palpasi :
Lakukan penekanan ringan pada cuping hidung, bila konsistensinya
lunak, tidak nyeri bila ditekan, tak mudah berdarah; maka dapat dipastikan
klien menderita polip pada hidung.

Klasifikasi Data

Data Subyektif :
 Klien mengeluh adanya massa yang menyumbat hidung.
 Klien mengeluh adanya iritasi hidung disertai bersin-bersin.
 Klien mengeluh tidak bisa atau mengalami gangguan penciuman.

Data Objektif :
 Adanya pembengkakan mukosa, iritasi mukosa, kemerahan.
 Adanya massa berupa berwarna putih seperti agar-agar.
 Klien tampak sulit untuk inspirasi – ekspirasi.
Pemeriksaan penunjung
Kultur organisme hidung dan tenggorokan

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Resiko infeksi

3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :
- Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
- Klien tidak menyeringai kesakitan

No Intervensi Rasional
1.  Kaji tingkat nyeri klien  Mengetahui tingkat nyeri klien
dalam menentukan tindakan
selanjutnya

 Jelaskan sebab dan akibat


 Dengan sebab dan akibat nyeri
nyeri pada klien serta
diharapkan klien berpartisipasi
keluarganya
dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri

 Ajarkan tehnik relaksasi dan Klien mengetahui tehnik distraksi


distraksi dan relaksasi sehinggga dapat
mempraktekkannya bila
mengalami nyeri
 Observasi tanda tanda vital Mengetahui keadaan umum dan
dan keluhan klien perkembangan kondisi klien

 Kolaborasi dngan tim medis  Menghilangkan atau mengurangi

- Terapi konservatif : keluhan nyeri klien

a. obat Acetaminopen.

b. Aspirin.

c.dekongestan hidung

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya Obstruksi Pada
Hidung (Polip)
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif
Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak
menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis
No. Intervensi Rasional
2. Mandiri
 Kaji bunyi atau kedalaman Penurunan bunyi nafas dapat
pernapasan dan gerakan menyebabkan atelektasis, ronchi
dada. dan wheezing menunjukkan
akumulasi sekret
 Catat kemampuan  Sputum berdarah kental atau
mengeluarkan mukosa/batuk cerah dapat diakibatkan oleh
efektif kerusakan paru atau luka
bronchial

 Berikan posisi fowler atau semi Posisi membantu memaksimalkan


fowler tinggi ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernafasan

 Bersihkan sekret dari mulut Mencegah obstruksi/aspirasi


dan trakea
 Pertahankan masuknya cairan  Membantu pengenceran secret
sedikitnya sebanyak 250
ml/hari kecuali kontraindikasi
Kolaborasi  Mukolitik untuk menurunkan
 Berikan obat sesuai dengan batuk, ekspektoran untuk
indikasi mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator membantu memobilisasi sekret,
bronkodilator menurunkan
spasme bronkus dan analgetik
diberikan untuk menurunkan
ketidaknyamanan

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan.


Kriteria : Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan berat badan lebih
lanjut

No Intervensi Rasional
3.  Pastikan pola diet biasa pasien,  Membantu dalam
yang disukai atau tidak disukai mengidentifikasi
kebutuhan/kekuatan khusus.
 Awasi masukan dan  Berguna dalam mengukur
pengeluaran dan berat badan keefektifan nutrisi dan
secara periodik. dukungan cairan

 Dorong makan sedikit dan sering Memaksimalkan masukan


dengan makanan tinggi kalori nutrisi tanpa kelemahan yang
dan tinggi karbohidrat tak perlu/kebutuhan energi
dari makanan banyak dan
menurunkan iritasi gaster
 Auskultasi bising usus
palpasi/observasi abdomen

4. Resiko infeksi

Tujuan : infeksi tidak ada


Kriteria : Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan risiko infeksi.
Meningkatkan penyembuhan luka, bebas eritema, dan demam.
No Intervensi Rasional
4. Mandiri
 Tingkatkan cuci tangan yang Mencegah kontaminasi silang
kolonisasi bakterial.
baik oleh pemberi perawatan
dan pasien.
 Menurunkan risiko kolonisasi
atau infeksi bakteri.
 Pertahankan teknik aseptik
ketat pada prosedur atau
perawatan luka.  Menurunkan risiko kerusakan
 Berikan perawatan kulit, kulit / jaringan dan infeksi.
perianal, dan oral dengan
Meningkatkan sirkulasi darah
cermat. dan mencegah decubitus
pencetus infeksi.
 Dorong perubahan posisi atau Adanya proses inflamasi atau
ambulasi yang sering. infeksi membutuhkan evaluasi
pengobatan
 Pantau suhu, catat adanya
menggigil dan takikardi dengan Membatasi pemajanan pada
atau tanpa demam. bakteri atau infeksi.

 Pantau atau batasi pegunjung.

 Mungkin digunakan secara


Kolaborasi propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk
 Berikan antiseptik topikal ;
pengobatan proses infeksi lokal
antibiotik sistemik.

4. Evaluasi
1. nyeri berkurang atau hilang

2. Bersihan jalan nafas menjadi efektif


3. Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
4. infeksi tidak ada

Вам также может понравиться