Вы находитесь на странице: 1из 11

MAKALAH

PERKEMBANGAN MASA REMAJA YANG DIPERLUKAN DALAM


MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

OLEH :

Nama : Servulus Ade Putra


Nim : 2016.01.03.002
Fakultas : Pendidikan Mipa
Prodi : Kimia
Semester : III

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MUHAMMADIYAH MAUMERE
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan
penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan
makalah kimia organik perkembangan masa remaja dalam meningkatkan
mutu pendidikan tepat pada waktunya.
Tak lupa penulis mengucapakan banyak terimakasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Di dalam makalah ini penulis menyadari banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar
menjadikan makalah ini lebih baik lagi. Penulis semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Maumere,27 januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah .............................................................................. 1
1.3. Tujuan penulisan ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asam karboksilat ................................................................................ 2
2.2 Tatanama asam karboksilat ................................................................ 3
2.3 Sifat kimia dan fisika asam karboksilat ............................................ 6
2.4 Pembuatan asam karboksilat ............................................................. 9
2.5 Kegunaan asam karboksilat.............................................................. 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 12
3.2 Pesan Dan Kesan ............................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mutu pendidikan merupakan masalah pokok yang akan mendukung
keberhasilan masa remaja di masa yang akan datang. Pendidikan yang
bermutu diharapkan mampu memberikan kesibukan yang positif kepada para
remaja sehingga mereka sibuk dengan kegiatan positif dan terhindar dari
penyalahgunaan narkoba dan kenakalan yang lain. Pelajar adalah pelanggan
utama dan jika model pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan individu
masing-masing mereka, maka itu berarti institusi tersebut tidak dapat
mengklaim bahwa ia telah mencapai mutu terpadu dan menegaskan bahwa
institusi harus memberikan beberapa model pengajaran dan pembelajaran
terhadap para pelajar sehingga mereka memiliki kesempatan untuk meraih
sukses secara maksimal. Ukuran mutu menurut kriteria mutu Baldrige
berfokus pada 7 area topik yang secara integral dan dinamis saling
berhubungan, yaitu leadership, information and analysis, strategic quality
planning, human resource management, quality assurance product of product
and services, quality result and customer satisfaction.
Dengan penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, maka
tidak akan terjadi lulusan yang tidak diterima di masyarakat. Semua lulusan
dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang sesuai dengan
keinginannya, dapat menciptakan pekerjaan sendiri serta dapat memperoleh
penghasilan sesuai kebutuhan hidupnya. Jika semua lembaga pendidikan atau
sekolah telah mampu menyelenggaragan pendidikan seperti demikian
hasilnya, maka akan terjadi stabilitas nasional baik dalam bidang ideologi,
politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana rumus struktur umum asam karboksilat?
2. Bagaimana cara penulisan tata nama asam karboksilat?
3. Bagaimana sifat kimia dan fisika asam karboksilat?
4. Bagaimana reaksi reaksi pembuatan asam karboksilat?
5. Apa saja kegunaan asam karboksilat?
6. Bagaimana dampak kegunaan asam karboksilat
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui rumus struktur umum asam karboksilat
2. Untuk mengetahui cara penulisan tata nama asam karboksilat
3. Untuk mengetahui sifat kimia dan fisika asam karboksilat
4. Untuk mengetahui reaksi reaksi pembuatan asam karboksilat
5. Untuk mengetahui kegunaan asam karboksilat
BAB II
PEMBAHASAN
1. Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia,
apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan
pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian
di sekolah, tujuan pendidikan sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan
karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta
direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya,
pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan
pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan
tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini, pendidikan informal
terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam
mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik.
Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya
pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh
pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa
berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta
didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui
pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan
pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah.
Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar
peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan
karakter peserta didik. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
2. Membangun Karakter Siswa Dengan "Sepiring Nasi" ( Iwan
Gunawan,Guru SD Salman Al Farisi, Bandung )
Guru kreatif terkadang mengajar dalam bingkai eksplorasi dan
ketidakjelasan. Ia lebih mencari esensialitas daripada rutinitas atas apa yang
dipelajari bersama siswa. Ia akan tersenyum manakala siswa bertanya, ”Pak saya
menemukan hal berbeda, tidak seperti yang bapak katakan atau teman saya
temukan, mengapa?” Awalnya ada sedikit keraguan untuk menuliskan
pengalaman ini, karena banyak teman yang ‘agak sedikit’ mengerutkan dahi
dengan ‘metode yang agak sedikit nyleneh’ yang saya pakai ini. Tapi biarlah itu
berlalu, mungkin mereka belum tahu metode ‘sepiring nasi’ yang pernah saya
gunakan.
Ide awal menggunakan metode ini, didasari oleh sebuah kebingungan
mengunakan metode yang tepat untuk menjelaskan materi PKn tentang ‘Manusia
sebagai mahluk sosial’. Dalam hal ini saya dituntut untuk bisa menterjemahkan
hal-hal yang abstrak menjadi nyata buat siswa, sehingga bisa memudahkan siswa
untuk memahami materi yang rumit dengan cara yang sederhana.
Berbicara tentang sepiring nasi, kita mungkin selalu mengkaitkannya
dengan masalah makan, perut lapar, nikmat dan sebagainya. Tetapi tahukah kita
bahwa sepiring nasi menyimpan banyak rahasia yang bisa digunakan dalam
pembelajaran? Lalu apa kaitan antara sepiring nasi dengan pembelajaran? Secara
sepintas mungkin tidak ada. Tetapi apabila kita mau sedikit kreatif dengan
sepiring nasi, maka kita bisa menjadikannya sebagai sebuah metoda
pembelajaran.
Sepiring nasi yang biasa kita makan, sebenarnya memiliki makna yang
sangat dalam bagi tumbuhnya kepekaan, kepedulian dan penghargaan atas hasil
jerih payah orang lain. Mungkin selama ini, kita hanya memandang sesaat
sepiring nasi tanpa menganalisisnya lebih dalam. Bahkan kita tidak punya waktu
sama sekali untuk memperhatikan sepiring nasi ini disaat perut sudah sangat lapar.
Cobalah amati dengan seksama dan luangkan waktu sejenak, “Apa saja”
yang ada dalam sepiring nasi? nasi, ikan asin, ikan goreng, ayam goreng , tahu,
lalap, sambal, tempe, ketimun, garam, vetsin, piring, sendok atau mungkin ada hal
yang lainnya?
Dari analisis sederhana ini, cobalah uraikan kembali ‘siapa saja’ yang
berperan dalam menyediakan barang-barang tersebut. Sebagai contoh, petani
merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam menyediakan beras, Ibu yang
memasak nasi dan menggoreng, tahu dibuat oleh pengrajin tahu, garam disediakan
oleh petani garam, dan tentunya masih banyak pihak-pihak lain yang terlibat.
Pernahkan kita berpikir sejauh itu? Mungkin selama ini kita hanya siap untuk
menerima semua itu dalam keadaan sudah jadi…nasi rames!
Sekarang, apa kaitannya antara sepiring nasi dengan pembelajaran? Kini
saatnya guru untuk menjelaskan tentang keberadaan manusia sebagai mahluk
social. Sebagai mahluk sosial, manusia memiliki keterbatasan dan
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Ajaklah siswa untuk membayangkan suatu keadaan, dimana ketika dia
akan ‘makan’ harus mempersiapkan segala sesuatunya seorang diri mulai dari
menanam padi selama 6 bulan, mengeringkan air laut untuk membuat garam,
menanam kedelai untuk membuat tahu dan tempe, menangkap ikan di laut untuk
membuat ikan asin. Keadaan ‘imaginer’ seperti ini haruslah diterapkan, agar siswa
memiliki kepekaan terhadap hasil kerja dan jerih payah orang lain.
Untuk membangun rasa kepekaan dan kepedulian, ajaklah siswa untuk
membuat pengandaian-pengadaian seperti ini “Seandainya tidak ada petani, kita
tidak bisa makan nasi”, “seandainya tidak ada petani garam, tentunya makanan
kita tidak ada rasanya”. Dari pengandaian-pengandaian ini, guru bisa mengajak
siswa untuk menyimpulkan sendiri tentang ‘pentingnya ada orang lain di sekitar
kita’, tanpa adanya mereka maka kebutuhan-kebutuhan kita tidak akan bisa
terpenuhi.
Sepiring nasi! Kau telah memberi sebuah inspirasi. Lalu, apakah kita
sebagai guru masih bingung dalam mencari metode untuk mengajarkan suatu
materi? Ijinkan saya mengutip sebuah anekdot
“Suatu saat dua orang yang berasal dari sekolah yang sama bertemu.
Walaupun berbeda angkatan tetapi mereka cepat akrab dan pada saat mereka
membicarakan salah seorang gurunya, mereka kemudian tertawa bersama-
sama karena setelah obrolan yang panjang terungkap bahwa sang guru
tersebut masih melakukan praktek pengajaran yang persis sama, bahkan ketika
waktu kelulusan mereka terpaut lebih dari 7 tahun. Ini membuktikan bahwa
guru yang bersangkutan tidak mau berubah dan mensejajarkan diri dengan
kemajuan jaman. Sudah bukan jamannya lagi kita mengajar berdasarkan diktat
kuliah serta keterangan dari dosen-dosen yang mengajar kita saat di
universitas dahulu. Jaman berubah demikian cepat dan informasi bertambah
terus menerus membuat sebuah ilmu menjadi cepat usang dan ketinggalan.
Sebagaima dikatakan Arden N. Fardesen bahwa hal yang mendorong seorang
siswa untuk belajar adalah:

1. Adanya sifat ingin tahu dan menyelidiki dunia yang amat luas.
2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
selalu maju.
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan
teman.
4. Adanya uasaha untuk memperbaiki kegagalaan yang lalu dengan usaha
yang baru, baik dengan koprasi maupun dengan kompetisi.
5. Adanya usaha untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai konsekwensi dari belajar.

Guru harus memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap peserta
didik di dalam menjalani masa-masa belajarnya. Hal ini senada dengan pendapat
Moh. Surya (1997) tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat di
pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru harus berperan
sebagai :

1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan


pelayanan kepada masyarakat.
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara
terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya.
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap
peserta didik di sekolah.
4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus
dicontoh oleh para peserta didik.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Mutu pendidikan merupakan masalah pokok yang akan mendukung
keberhasilan masa remaja di masa yang akan datang. Pendidikan yang
bermutu diharapkan mampu memberikan kesibukan yang positif kepada para
remaja sehingga mereka sibuk dengan kegiatan positif dan terhindar dari
penyalahgunaan narkoba dan kenakalan yang lain. Pelajar adalah pelanggan
utama dan jika model pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan individu
masing-masing mereka, maka itu berarti institusi tersebut tidak dapat
mengklaim bahwa ia telah mencapai mutu terpadu dan menegaskan bahwa
institusi harus memberikan beberapa model pengajaran dan pembelajaran
terhadap para pelajar sehingga mereka memiliki kesempatan untuk meraih
sukses secara maksimal
2. SARAN
Makalah ini masih memiliki kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.

Вам также может понравиться