Вы находитесь на странице: 1из 8

TUGAS KKH 1

CTENOPHALIDES FELIS
(Pinjal yang Menyerang Kucing)

Disusun oleh :

Nama : Resi Serbiana

NIM : 11008025

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2012
CTENOPHALIDES FELIS
(Pinjal yang Menyerang Kucing)

A. KLASIFIKASI

Klasifikasi Ctenocephalus felis adalah sebagai berikut :

Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordor : Shiponaptera
Family : Pulicidae
Genus : Ctenophalides
Species : C. Felis

B. BIOLOGI (STRUKTUR TUBUH DAN ANATOMI TUBUH)

Ctenocephalides felis adalah salah satu spesies yang paling banyak di Bumi.
Ctenocephalides felis ini masuk dalam genus Ctenophalides, anggota genus ini memiliki 2
ktenidia baik ktenidia genal maupun ktenidia pronotal. C.felis merupakan pinjal yang umum
pada kucing dan anjing, mereka juga menggigit hewan lain termasuk sapi dan manusia dan
sebagai induk semang cacing pita anjing Dipylidium caninum dan Filaria anjing Dipetalonema
reconditum. Cacing pita Dipylidium caninum dapat ditularkan ketika kutu dewasa ditelan
oleh hewan peliharaan atau manusia. Di negara bagian Midwest, C.felis terdapat lebih
umum pada anjing.

Menurut Sen & Fetcher (1962) pinjal yang masuk ke dalam sub spesies C. felis
formatipica memiliki dahi yang memanjang dan meruncing di ujung anterior. Pinjal betina
tidak memiliki rambut pendek di belakang lekuk antena. Kaki belakang dari sub spesies ini
terdiri dari enam ruas dorsal dan manubriumnya tidak melebar di apical, sedangkan pinjal
yang masuk ke dalam sun spesies C. felis formatipica memiliki dahi yang pendek dan
melebar serta membulat di anterior. Pinjal pada sub spesies ini memiliki jajaran rambut satu
sampai delapan yang pendek di belakang lekuk antena. Kaki belakang dari pinjal ini terdiri
atas tujuh ruas dorsal dan manubrium melebar di apical. Pinjal merupakan insekta yang
tidak memiliki sayap dengan tubuh berbentuk pipih bilateral dengan panjang 1,5-4,0 mm,
yang jantan biasanya lebih kecil dari yang betina. Kedua jenis kelamin yang dewasa
menghisap darah. Pinjal mempunyai kritin yang tebal. Tiga segmen thoraks dikenal sebagai
pronotum, mesonotum dan metanotum (metathoraks). Segmen yang terakhir tersebut
berkembang, baik untuk menunjang kaki belakang yang mendorong pinjal tersebut saat
meloncat. Di belakang pronotum pada beberapa jenis terdapat sebaris duri yang kuat
berbentuk sisir, yaitu ktenedium pronotal. Sedangkan tepat diatas alat mulut pada beberapa
jenis terdapat sebaris duri kuat berbentuk sisir lainnya, yaitu ktenedium genal. Duri-duri
tersebut sangat berguna untuk membedakan jenis pinjal.

Pinjal betina mempunyai sebuah spermateka seperti kantung dekat ujung posterior
abdomen sebagai tempat untuk menyimpan sperma, dan yang jantan mempunyai alat
seperti per melengkung , yaitu aedagus atau penis berkitin di lokasi yang sama. Kedua jenis
kelamin memiliki struktur seperti jarum kasur yang terletak di sebelah dorsal , yaitu pigidium
pada tergit yang kesembilan. Fungsinya tidak diketahui, tetapi barangkali sebagai alat
sensorik. Mulut pinjal bertipe penghisap dengan tiga silet penusuk (epifaring dan stilet
maksila). Pinjal memiliki antena yang pendek, terdiri atas tiga ruas yang tersembunyi ke
dalam lekuk kepala.
DAUR HIDUP

Pinjal termasuk serangga Holometabolaus atau metamorphosis sempurna karena


daur hidupnya melalui 4 stadium yaitu : telur-larva-pupa-dewasa. Pinjal betina bertelur
diantara rambut inang. Jumlah telur yang dikeluarkan pinjal betina berkisar antara 3-18
butir. Pinjal betina dapat bertelur 2-6 kali sebanyak 400-500 butir selama hidupnya.

Telur berukuran panjang 0,5 mm, oval dan berwarna keputih-putihan.


Perkembangan telur bervariasi tergantung suhu dan kelembaban. Telur menetas menjaga
larva dalam waktu 2 hari atau lebih. Larva yang muncul bentuknya memanjang, langsing
seperti ulat, terdiri atas 3 ruas toraks dan 10 ruas abdomen yang masing-masing dilengkapi
dengan beberapa bulu-bulu yang panjang. Ruas abdomen terakhir mempunyai dua tonjolan
kait yang disebut anal struts, berfungsi untuk memegang pada substrat atau untuk lokomosi.

Larva berwarna kuning krem dan sangat aktif, dan menghindari cahaya. Larva
mempunyai mulut untuk menggigit dan mengunyah makanan yang bisa berupa darah kering,
feses dan bahan organic lain yang jumlahnya cukup sedikit. Larva dapat ditemukan di celah
dan retakkan lantai, dibawah karpet dan tempat-tempat serupa lainnya. Larva ini mengalami
tiga kali pergantian kulit sebelum menjadi pupa. Periode larva berlangsung selama 7-10 hari
atau lebih tergantung suhu dan kelembaban.
Larva dewasa panjangnya sekitar 6 mm. Larva ini akan menggulung hingga
berukuran sekitar 4x2 mm dan berubah menjadi pupa. Stadium pupa berlangsung dalam
waktu 10-17 hari pada suhu yang sesuai, tetapi bisa berbulan-bulan pada suhu yang kurang
optimal, dan pada suhu yang rendah bisa menyebabkan pinjal tetap terbungkus di dalam
kokon.
Stadium pupa mempunyai tahapan yang tidak aktif atau makan, dan berada dalam
kokon yang tertutupi debris dan debu sekeliling. Stadium ini sensitive terhadap adanya
perubahan konsentrasi CO2 di lingkungan sekitarnya juga terhadap getaran. Adanya
perubahan yang signifikan terhadap kedua factor ini, menyebabkan keluarnya pinjal dewasa
dari kepompong. Hudson dan Prince (1984) melaporkan pada suhu 26,6 °C, pinjal betina
akan muncul dari kokon setelah 5-8 hari, sedangkan yang jantan setelah 7-10 hari.

Perilaku pinjal secara umum merupakan parasit temporal, berada dalam tubuh saat
membutuhkan makanan dan tidak permanen. Jangka hidup pinjal bervariasi pada spesies
pinjal, tergantung dari makan atau tidaknya pinjal dan tergantung pada derajat kelembaban
lingkungan sekitarnya. Pinjal tidak makan dan tidak dapat hidup lama di lingkungan kering
tetapi di lingkungan lembab, bila terdapat reruntuhan yang bisa menjadi tempat
persembunyian maka pinjal bisa hidup selama 1-4 bulan.

Pinjal tidak spesifik dalam memilih inangnya dan dapat makan pada inang lain. Pada
saat tidak menemukan kehadiran inang yang sesungguhnya dan pinjal mau makan inang lain
serta dapat bertahan hidup dalam periode lama.

PERBEDAAN JANTAN DAN BETINA:

1. Jantan : tubuh punya ujung posterior seperti tombak yang mengarah ke atas, antena
lebih panjang dari betina.
2. Betina : tubuh berakhir bulat, antena lebih pendek dari jantan.
LATIHAN SOAL

A. Soal Pilihan Ganda


Pilihah jawaban yang menurut anda benar dan beri tanda (x) pada jawaban anda.

1. Ctenocephalides felis adalah jenis pinjal yang menyerang, kecuali.....


a. Kucing c. Anjing
b. Sapi d. Tikus

2. Pada daur hidupnya pinjal termasuk serangga Holometabolaus. Yang di maksud dengan
Holometabolaus adalah.....
a. Tidak mengalami fase kepompong c. Metamorfosis sempurna
b. Tidak mengalami metamorfosis d. Ametabola

3. Pinjal C.felis merupakan kelas insecta yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut,
kecuali.....
a. Tidak bersayap c. Tubuh berbentuk pipih bilateral
b. Hewan penghisap darah d. Bersayap sempurna

4. Pada saat larva C.felis ini mengalami pergantian kulit sebelum menjadi pupa sebanyak.....
a. Tiga kali c. Empat kali
b. Lima kali d. Tidak ganti kulit

5. C.felis jantan dan betina sangat berbeda, berikut yang termasuk ciri-ciri C.felis betina
adalah....
a. Antena lebih panjang dari jantan c. Antena lebih pendek dari jantan
b. Memiliki sayap d. Tubuhnya lebih kecil dari jantan
C.Soal Pernyataan Benar Salah

Jawablah pernyataan dibawah ini dan beri tanda (x) pada pilihan benar salah dibawah ini.

1. Pinjal Ctenocephalides felis memiliki 2 ktinidia baik genal maupun pronatal.

● Benar ● Salah

2. Sub spesies C.felis formatipica memiliki dahi yang memanjang dan meruncing di ujung
anterior.

● Benar ● Salah

3. Ctenocephalides felis dan Ctenocephalides canis BUKAN merupakan genus Ctenophalides.

● Benar ● Salah

4. Pinjal memiliki tiga segmen thoraks dikenal sebagai pronotum, mesonotum dan metanotum
(metathoraks).

● Benar ● Salah

5. Jumlah telur yang dikeluarkan pinjal betina berkisar antara 20-50 butir.

● Benar ● Salah
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011.http://budidayaukm.blogspot.com/2011/06/pinjal-dan-metode
pengendaliannya.html. di akses pada tanggal 21 Desmber 2012

Evynurhidayah.2012.http://evynurhidayah.wordpress.com/2012/03/28/pengendalian-pinjal-
dalam-hubungan-dengan-kesehatan-lingkungan/. di akses tanggal 21 Desember 2012.

Norman D. Levine. 1994. Parasitologi Veteriner. Yogyakarta : UGM Press

Вам также может понравиться