Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
12
13
dan patah tulang terbuka. Adakah port d’entrée lainnya seperti luka
gores yang ringan kenudian menjadi bernanah; gigi berlubang dikorek
dengan benda yang kotor
d. Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji adalah apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit yang sama karena faktor genetik atau keturunan
e. Riwayat psikologi
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan Pasien juga penting
untuk menilai respons emosi Pasien terhadap penyakit yang dideritanya
dan perubahan peran Pasien dalam keluarga dan masyarakat serta
respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul
pada Pasien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas,
rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Anak dengan tetanus sangat rentan terhadap tindakan invasif yang
sering dilakukan untuk mengurangi keluhan, hal ini memberi dampak
pada stres anak dan menyebabkan anak kurang kooperatif terhadap
tindakan keperawatan dan medis. Pengkajian psikososial yang terbaik
dilaksanakan saat observasi anak-anak bermain atau selama berinteraksi
dengan orang tua. Anak-anak sering kali tidak mampu untuk
mengekspresikan perasaan mereka dan cenderung untuk
memperlihatkan masalah mereka melalui tingkah laku.
f. Kebiasaan sehari-hari
1) Bernapas : Apakah Pasien batuk, produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan
yang sering didapatkan pada Pasien tetanus yang disertai adanya
ketidak efektifan bersihan jalan nafas.
2) Nutrisi : Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan makanan
yang dikonsumsi dan hal apa saja yang dirasakan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi seperti rasa haus, rasa lapar dan lemah.
Gangguan gastrointesstinal yang sering adalah mual, nyeri lambung
14
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : biasanya pasien dengan penyakit tetanus keadaan
umumnya sedang.
2. Kesadaran : Kesadaran Pasien biasanya kompos mentis. Pada keadaan
lanjut tingkat kesadaran Pasien tetanus mengalami penurunan pada
tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila Pasien sudah
mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai
tingkat kesadaran Pasien dan bahan evaluasi untuk monitoring pemberian
asuhan.
3. Tanda-tanda vital : Pada Pasien tetanus biasanya di dapatkan peningkatan
suhu tubuh lebih dari normal 38-40 0C. Keadaan ini biasanya
dihubungkan dengan proses implamasi dan toksin tetanus yang sudah
mengganggu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi terjadi
berhubungan penurunan perfusi jaringan otak. Apabila disertai
peninhkatan frekuensi pernafasan sering berhubungan dengan
peningkatan laju umum. TD biasanya normal.
4. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Kepala
1) Inspeksi : Biasanya tingkat kesadaran pasien tetanus
composmentis, pada keadaan lanjut kesadaran pasien tetanus
mengalami penurunan pada tingkat letargi, stupor, dan
medikamentosa.
2) Palpasi : Biasanya pada pasien tetanus tidak ada kelainan pada
kepala, seperti benjolan, dan massa.
16
b. Telinga
1) Inspeksi : Biasanya pada pasien tetanus tidak terdapat tuli
konduktif dan tuli persepsi.
2) Palpasi : Biasanya pada pasien tetanus tidak ada nyeri tekan
pada telinga.
c. Mata
1) Inspeksi : Biasanya pada pasien tetanus tes fungsi pengelihatan
pada kondisi normal.
2) Palpasi : Biasanya pada pasien tetanus konjungtiva pucat, tidak
ada nyeri tekan.
d. Hidung
1) Inspeksi : Biasanya pada pasien tetanus tidak ada gangguan,
tidak ada gangguan pada fungsi penciuman, sputum hidung
utuh.
2) Palpasi : Biasanya tidak ada gangguan dan tidak ada nyeri tekan.
e. Mulut
1) Inspeksi : Biasanya pada pasien tetanus refleks maseter
meningkat, mulut condong ke depan seperti mulut ikan (ini
adalah gejala khas dari tetanus), penurunan kemampuan
menelan kurang baik, kesulitan membuka mulut (trismus), lidah
simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan normal.
2) Palpasi : Biasanya pada pasien tetanus bibirnya teraba kaku
karena ada ketegangan otot rahang.
f. Leher
1. Inspeksi : Biasanya pada pasien tetanus didapatkan kaku kuduk,
ketegangan otot rahang dan leher mendadak.
g. Dada/thoraks
1) Inspeksi : Biasanya pada pasien tetanus adanya batuk, adanya
produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan
peningkatan frekuensi napas, yang sering didapatkan pada
17
C. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Obstruksi jalan Bersihan jalan
a. Pasien biasanya napas napas tidak
akan mengeluh efektif
sesak. Spasme jalan napas
b. Biasanaya pasien
akan mengeluh Adanya jalan napas
Batuk, adanya buatan
penumpukan sekret
DO : Mokus dalam
a. Sekresi pada mulut jumlah berlebihan
b. Sputum dalam
jumlah yang Eksudat dalam jalan
berebihan alveoli
c. Pernafasan spontan
dan ngorok Jalan nafas tidak
d. Pemeriksaan paru efektif (aspiksia)
RR : 24-35 x/ menit
2 DS: - Trauma Ketidakefektifan
DO: termoregulasi
a. frekuensi suhu Penyakit
tubuh dia atas
normal 38-400C Kuman berkembang
b. Kulit kemerahan biak dan
c. Akaral hangat memperbanyak diri
d. Menggigil dan
kejang Menghasilkan
toksin tetanus yang
menyebar ke
seluruh tubuh
19
Ketidak efektifan
termoregulasi
3 DS:- Menghambat Gangguan
DO: penghantaran ventilasi
a. penurunan neurotransmiter spontan
kerjasama
b. Penurunan PO2 Spasme otot
c. Penurunan SaO2
d. Penurunan volume Timbul gejala
tidal kejang
e. Dispnea
f. Peningkatan Kehilanagan
frekuensi jantung koordinasi otot
g. Peningkatan besar dan kecil paru
gangguan otot
aksesorius Keletihan otot
pernapasan
Gangguan ventilasi
spontan
4 DS: Spasme otot Nyeri akut
a. pasien melaporkan
rasa nyeri secara Timbul gejala kejag
verbal
b. Pasien mengatakan Kekakuan
sulit tidur karena
nyeri Nyeri akut
DO:
a. pasien tampak
meringis kesakitan
b. b. Pasien tampak
sulit tidur karena
20
nyeri
5 DS: Spasme otot Intoleransi
a. pasien mengatakan aktivitas
merasa lemah Timbul gejala
b. Pasien mengatakan kejang
merasa letih
c. Pasien mengatakan Otot
tidak nyaman saat gerak/ekstremitas
beraktivitas
DO: Kekakuan
a. respon tekanan
darah abnormal Immobilisasi
terhadap aktivitas
b. Ketidak nyamanan Intoleransi aktivitas
saat beraktivitas.
c. Tampak letih dan
lemah
D. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
napas,spasme jalan napas.
2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan efek toksin.
3. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan Menghambat
penghantaran neurotransmiter, Spasme otot.
4. Nyeri akut berhubungan dengan Spasme otot, Timbul gejala kejag,
Kekakuan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Otot gerak/ekstremitas,
Kekakuan, Immobilisasi.
21
Intervensi :
Bantu untuk memilih Mencegah terjadi nya kekakuan otot
aktivitas konsisten yang berlanjut.
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
Bantu untuk mendapatkan Mencegah terjadinya resiko cidera.
alat bantuan aktivitas
Bantu pasien untuk Membantu pasien agar mampu
membuat jadwal latihan bergerak akibat kekauan otot.
diwaktu luang
F. Evaluasi
1. Bersihan jalan nafas klien efektif, tidak adanya secret, tidak mengeluh
sesak.
2. Klien tidak mengalami kejang
3. Suhu tubuh klien dalam batas normal (336,5-370C)
4. Klien tidak mengeuh nyeri akibat bakteri dari tetanus.