Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kinetika Reaksi
Oleh :
Kelas C
Kelompok 1
Anggota Kelompok:
2018
2
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Kinetika kimia mempelajari laju berlangsungnya reaksi kimia dan energi
yang berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya
reaksi. Mekanisme reaksi adalah serangkaian reaksi tahap demi tahap yang terjadi
berturutturut se1ama proses perubahan reaktan menjadi produk, atau urutan
langkah-Iangkah reaksi menuju tersusunnya reaksi total (Siregar, 2008).
Bidang kimia yang mengkaji kecepatan atau laju dari terjadinya suatu reaksi
kimia dinamakan kinetika kimia (Chemical Kinetis). Kata kinetik menyiratkan
gerakan atau perubahan, disini kinetika merujuk pada laju reaksi (reaction rate),
yaitu perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu (M/s) (Chang,
2005).
Laju reaksi merupakan salah satu pokok bahasan yang memaparkan tentang
seberapa cepat atau lambat suatu reaktan habis atau suatu produk terbentuk
(Manitoba, 2013).
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
LANDASAN TEORI
A B ............................................................................................. (2.2)
Secara umum, akan lebih mudah apabila menyatakn laju dalam perubahan
konsentrasi terhadap waktu. Jadi, untuk reaksi di atas dapat dinyatakan laju
sebagai (Chang, 2005):
∆[𝐴]
Laju = - ..................................................................................................... (2.3)
∆𝑡
atau,
∆[𝐵]
Laju = ....................................................................................................... (2.4)
∆𝑡
dengan ∆[𝐴] dan ∆[𝐵] adalah perubahan konsentrasi (dalam molaritas) selama
waktu ∆𝑡 . Karena konsentrasi A menurun selama selang waktu tersebut, ∆[𝐴]
merupakan kuantitas negatif. Laju reaksi adalah kuantitas postif, sehingga tanda
minus diperlukan dalam rumus laju agar lajunya positif. Sebaliknya, laju
4
pembentukan produk tidak memerlukan tanda minus sebab ∆[𝐵] adalah kuantitas
positif (konsentrasi B meningkat seiring waktu) (Chang, 2005).
Untuk reaksi yang lebih rumit, penulisan rumus lajunya adalah sebagai
berikut:
2A B ............................................................................................... (2.5)
dua mol A menghilang untuk setiap mol B yang terbentuk-dengan kata lain, laju
hilangnya A adalah dua kali lebih cepat dibandingkan laju terbentuknya B.
Penulisan lajunya,
1 ∆[𝐴]
laju = - 2 ..................................................................................................... (2.6)
∆𝑡
atau,
∆[𝐵]
laju = .......................................................................................................... (2.7)
∆𝑡
2. Temperatur
Menaikkan suhu berarti menambahkan energi, sehingga energi
kinetik molekulmolekul akan meningkat. Akibatnya molekul-molekul yang
bereaksi menjadi lebih aktif mengadakan turnbukan. Dengan kata lain,
kenaikan suhu menyebabkan gerakan molekul makin cepat sehingga
kemungkinan tumbukan yang efektif makin banyak terjadi.
3. Intensitas Radiasi.
Sinar matahari atau sinar lampu juga dapat mempengaruhi laju reaksi.
Umumnya pengaruh ini sedikit diperhatikan hanya untuk mempelajari
pengaruh fotokimia. Kekuatan sinar di dalam spektrofotometri yang
menggunakan sinar monokromatik tidak diharapkan. Tetapi jika berkas
sinar putih jatuh lurus ke atas sampel seperti didalam dioda
spektrofotometer perlu diperhatikan.
4. Sifat-Sifat Pelarut.
Laju reaksi tergantung dari kepolaran pelarut, viskositas, jumlah donor
elektron, dan sebagainya. Penambahan suatu elektrolit dapat memperkecil
atau menaikkan suatu laju reaksi (pengaruh garam), dan demikian pula
adanya buffer.
Setiap dari variabel-variabel ini akan dibahas dalam buku ini. Dimulai
dengan konsentrasi, karena penentuan bentuk hukum laju reaksi dalam
besaran konsentrasi dan variabel yang lain dijaga konstan. Kemungkinan
ketergantungan konsentrasi dalam langkah suatu reaksi berhubungan dengan
perjalanan langkah reaksi elementer menuju senyawa antara. Beberapa
pengarang, terutama ahli biokimia, menyatakan kinetika mekanisma reaksi
sebagai mekanisma kimia. Selanjutnya, mekanisma reaksi dapat pula
menggambarkan stereokimia beserta aliran elektronnya.
5. Konsentrasi
Makin besar konsentrasi zat reaktan berarti besar kemungkinan
terjadinya tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksinya akan semakin
cepat. Tumbukan yang efektif adalah tumbukan antar molekul yang
menghasilkan reaksi, dan hanya dapat terjadi bila molekul yang
bertumbukan tersebut memiliki energi aktivasi yang cukup. Energi aktivasi
7
d[BrO ]3
r=- = k [BrO3-] [Br-] [H+]2 ................................................................. (2.9)
𝑑𝑡
Keseluruhannya, orde reaksi adalah empat yaitu orde satu terhadap [BrO3-]
dan [Br-], kemudian orde dua terhadap [H+] (Siregar, 2008).
Reaksi antara iodin dan benzilkromium kompleks, ArCH2CrLn2+ (L = suatu
ligan) diberikan dalam pers, (1.12) dengan hukum laju reaksi diberikan oleh pers.
(1.13) (Siregar, 2008).
Menurut definisi diatas, maka orde reaksi ini adalah orde dua (3/2 + 1/2).
Jelasnya, reaksi ini bukan reaksi bimolekuler, ilustrasi diatas menyatakan bahwa
ada perbedaan antara orde reaksi dan molekularitas. Pernyataan sebelumnya
menerangkan eksponen dalam persamaan kecepatan reaksi, sedangkan berikutnya
menyatakan jumlah spesi terlarut dalam reaksi elementer. Orde reaksi ditentukan
dari percobaan kinetik, yang akan dijelaskan dalam bab berikutnya. Term
molekularitas berhubungan dengan langkah reaksi kimia dan tidak diikuti
penyederhanaan dan tidak meragukan orde reaksi (Siregar, 2008).
Definisi formal dari orde reaksi mematuhi konsentrasi substansi i. Ci adalah:
∂log r
Orde spesi i = (∂logCi)Cj ................................................................................. (2.12)
8
dimana Cj adalah konsentrasi reagensia lainnya dan persamaan ini berlaku untuk
kasus reaksi yang kompleks dan tidak berlaku untuk kasus reaksi sederhana
seperti persamaan (2.8) dan (2.9) (Siregar, 2008).
d [A]
v=- ........................................................................................................ (2.13)
𝑑𝑡
atau
d [B]
v=+ ....................................................................................................... (2.14)
𝑑𝑡
In k = In A - Ea RT ........................................................................................ (2.16)
Dimana:
k = konstanta laju reaksi
A = konstanta Arrhenius (tergantung frekuensi tumbukan)
Ea = Energi Aktivasi
R = tetapan gas umum
T = temperatur rnutlak (oK)
Persamaan tersebut digambarkan dalam grafik sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond.2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti edisi ketiga jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Oxtoby, dkk.2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern edisi keempat jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Syukri S, 1999. Kimia Dasar jilid 2. ITB, Bandung.