Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hubungan membantu perawat-klien merupakan suatu proses kerja perawat

dalam memberikan nursing care terhadap klien. Hubungan membantu ini

memiliki dimensi atau karakteristik yang harus dimiliki seorang perawat dalam

menerapkan hubungan membantu tersebut. Selain itu, hubungan membantu

perawat-klien juga memiliki fase atau tahap yang harus dilalui oleh perawat dan

pasien untuk terciptanya proses dinamis dan usaha kolaborasi antara keduanya.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Helping Relationship (Hubungan Membantu Perawat-Klien)


Hubungan perawat-klien disebut sebagian orang sebagai hubungan

interpersonal, oleh sebagian lain disebut sebagai hubungan terapeutik, dan

sebagian lagi menyebutnya hubungan saling bantu. Membantu merupakan

proses yang memfasilitasi pertumbuhan untuk mencapai dua tujuan dasar

(Egan,1998):

1) Membantu klien mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi dalam

hidup dengan lebih efektif dan mengembangkan peluang yang tidak atau

kurang digunakan secara lebih utuh.

2) Membantu klien menjadi lebih baik dalam menolong diri sendiri pada

kehidupan mereka sehari-hari.

Helping relationship dapat terjalin setelah merawat klien selama beberapa

minggu, atau beberapa menit. Kunci untuk mencapai hubungan tersebut

adalah:

1) Tumbuhnya rasa percaya dan penerimaan antara perawat dan klien.

2) Keyakinan yang mendasari bahwa perawat peduli dan ingin membantu

klien.

Helping relationship dipengaruhi oleh karakteristik personal dan profesional


perawat dan klien. Usia, jenis kelamin, penampilan, diagnosis, pendidikan,

nilai-nilai, latar belakang etnik dan budaya, kepribadian, harapan, dan tempat

dapat mempengaruhi perkembangan helping relationship antara perawat-

klien. Dengan mempertimbangkan semua faktor diatas, disertai kemampuan

komunikasi yang baik serta minat yang tulus terhadap kesejahteraan klien,

perawat dapat menciptakan helping relationship.


Karakteristik helping relationship

1) Merupakan sebuah ikatan intelektual dan emosional antara perawat dan

klien serta berfokus pada klien.

2) Menghormati klien sebagai seorang individu meliputi:

a) Memaksimalkan kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan dan pengobatan

b) Mempertimbangkan aspek etnik dan budaya

c) Mempertimbangkan hubungan serta nilai-nilai keluarga

3) Menghormati kerahasiaan klien.

4) Berfokus pada kesejahteraan klien.

5) Berdasarkan sikap saling percaya, respek dan penerimaan.

2.2 Dimensi Hubungan membantu Perawat-klien


Bentuk umum dari hubungan membantu adalah rasa percaya, empati,

perhatian, autonomi dan mutualisme. Sifat-sifat tersebut esensial jika perawat

ingin menetapkan hubungan yang positif dan suportif dengan klien.

1) Rasa Percaya

Rasa Percaya dapat didefenisikan sebagai kepercayaan bahwa orang lain

akan memberi bantuan ketika membutuhkan dan tertekan. Hubungan yang

mempercayai ini tidak dapat berkembang kecuali jika klien

percaya bahwa perawat ingin merawat demi kebaikan klien itu sendiri.

Rasa percaya akan membentuk komunikasi terapeutik terbuka. Untuk

meningkatkan rasa percaya, perawat harus bertindak secara konsisten,

dapat dipercaya dan kompeten. Kejujuran dalam memberikan informasi

kepada klien juga membantu terciptanya rasa percaya. Tanpa rasa percaya,

hubungan antara klien dan perawat tidak akan memiliki kemajuan lebih

dari interaksi sosial dan hanya untuk memenuhi kebutuhan superfisial.


2) Empati dan Simpati

Empati telah diterima secara luas sebagai komponen klinis dalam

hubungan yang membantu. Defenisi empati merefleksikan pengaruh

psikoterapis Carl Rogers, yang yang terkenal karena hasil karyanya dalam

mengidentifikasi dan mendiskripsikan karakteristik hubungan membantu.

Empati adalah kemampuan untuk mencoba memahami dan memasuki

kerangka referensi klien (Haber et al, 1994). Empati adalah merasakan,

memahami dan membagi kerangka referensi klien dimulai dengan masalah

yang dihadapi klien. Sangat adil, sensitif dan objektif untuk melihat

pengalaman yang dimiliki orang lain. Kebalikan dari empati adalah

simpati. Simpati adalah ekspresi perasaan seseorang mengenai keadaan

sulit yang lain. Simpati merupakan perasaan perhatian, kesedihan atau rasa

kesedihan yang ditunjukkan oleh perawat kepada klien dimana kebutuhan

klien dilihat sebagai kebutuhan perawat. Hal ini dapat menyebabkan

kesulitan karena mencegah berkembangnya hubungan membantu yang

efektif. Misalnya, perawat menggunakan kemempuan komunikasi ketika

menunjukkan rasa belasungkawa kepada keluarga yang kehilangan

kerabatnya “ Saya turut berduka cita karena ayah anda meninggal

sedemikian cepat. Ayah saya juga meninggal seperti itu. Jika ada sesuatu

yang dapat saya lakukan, jangan ragu untuk mencari saya”. Dengan pesan

seperti itu, perawat menggunakan baik konsep simpati maupun empati

dengan menawarkan pertolongan dan berbagi kerangka referensi klien.

3) Perhatian

Perhatian adalah memiliki penghargaan positif terhadap orang lain,

merupakan dasar untuk hubungan yang membantu. Sebagian besar klien

klien secara secara lansung ataupun tidak langsung menunjukkan


keinginan untuk diperhatikan pada waktu tertentu. Perawat menunjukkan

perhatian dengan menerima klien sebagaimana mereka adanya dan

menghargai mereka secara individu. Ketika klien merasa diperhatikan,

mereka merasa aman dari ancaman atau situasi yang menyebabkan

kecemasan. Perhatian juga meningkatkan rasa percaya dan mengurangi

kecemasan. Penghilangan kecemasan dan stress akan meningkatkan daya

tahan tubuh dan membantu penyembuhan.

4) Autonomi dan Mutualitas

Autonomi adalah kemampuan untuk mengontrol diri. Mutualitas meliputi

perasan untuk berbagi dengan sesama. Keduanya sangat penting dalam

hubungan yang saling membantu. Perawat dan klien bekerja sebagai tim

yang ikut serta dalam perawatan. Perawat menawarkan kesempatan untuk

mengambil keputusan, sekalipun untuk hal-hal yang sepele seperti

menentukan waktu untuk mandi. Ketika klien menjadi lebih mandiri,

perawat menawarkan lebih banyak kesempatan untuk mengambil

keputusan. Perawat juga bertindak sebagai penasehat untuk memberitahu

klien tentang alternatif perawatan kesehatan dan untuk memberikan

dukungan dalam pengambilan keputusan.

2.3 Fase-fase Hubungan Membantu Perawat-Klien (Helping Relationship)


Proses pembinaan helping relationship dapat dijelaskan dalam empat fase

berurutan, yang masing-masing dikarakteristikkan dengan tugas-tugas dan

keterampilan yang dapat diidentifikasi. Hubungan tersebut harus melewati

tahap dengan sukses, karena masing-masing tahap merupakan landasan untuk

tahap berikutnya. Perawat dapat mengidentifikasi perkembangan hubungan

dengan memahami fase berikut: fase pra-interaksi, fase perkenalan, fase kerja

(pemeliharaan) dan fase terminasi.


1) Fase Pra-Interaksi

Fase pra-interaksi mirip dengan tahap perencanaan sebelum melakukan

wawancara. Biasanya, perawat memiliki informasi tentang klien sebelum

bertatap muka untuk yang pertama kali. Informasi tersebut dapat meliputi

nama klien, alamat, usia, riwayat medis, dan/atau riwayat sosial klien.

Perencanaan untuk kecemasan pertama dapat menimbulkan perasaan

cemas pada diri perawat. Jika perawat menyadari perasaan tersebut dan

mengidentifikasi informasi yang spesifik untuk dibahas, akan diperoleh

hasil yang positif.Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum

berhubungan dan berkomunikasi dengan klien. Seorang perawat perlu

mengevaluasi dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya. Jika merasa

ada ketidaksiapan maka perlu membaca kembali, diskusi dengan teman.

Jika sudah siap perlu membuat rencana interaksi dengan klien.

2) Fase Perkenalan

Fase perkenalan, yang disebut juga fase orientasi atau fase prabantuan,

sangat penting karena mengatur sifat keseluruhan hubungan. Selama

pertemuan awal ini, klien dan perawat mengamati dengan cermat dan

membuat penilaian tentang perilaku mereka satu sama lain. Menurut

Brammer (1998) dalam kozier (2004), tiga tahap yang terdapat dalam fase

perkenalan adalah membuka hubungan, mengklarifikasi masalah, dan

membuat serta memformulasi kontrak. Tugas penting lain dalam fase

perkenalan ini meliputi mengenal satu sama lain dan membina rasa

percaya.Setelah perkenalan, perawat dapat mulai melakukan beberapa

interaksi sosial untuk menenangkan klien. Sebagai contoh, perawat dan

klien dapat berbicara tentang indahnya hari ini dan apa yang akan mereka

lakukan seandainya mereka ada di rumah sekarang.Selama sesi awal fase


perkenalan, klien mungkin akan menunjukkan beberapa perilaku

resistif. Perilaku resistif merupakan bentuk perilaku yang dapat

menghambat keterlibatan, kerja sama, atau perubahan perilaku tersebut

dapat disebabkan oleh adanya kesulitan dalam mengenali kebutuhan untuk

meminta bantuan dan peran ketergantungan, rasa takut untuk

mengungkapkan dan menghadapi perasaan yang ada, ansietas tentang

ketidaknyamanan yang dirasakan dalam mengubah pola perilaku yang

menyebabkan masalah, serta rasa takut atau ansietas dalam merespon

pendekatan yang dilakukan perawat, yang menurut klien mungkin tidak

tepat.Perilaku resistif dapat diatasi dengan menunjukkan sifat caring,

minat yang tulus terhadap klien, serta kompetensi. Perilaku perawat ini

juga membantu menumbuhkan rasa percaya dalam hubungan tersebut.

Rasa percaya dapat digambarkan sebagai keyakinan terhadap seseorang

tanpa diliputi keraguan atau pertanyaan, atau keyakinan bahwa orang lain

mampu mendampingi disaat-saat distres dan di segala keadaan.

Pada akhir fase perkenalan, klien harus mulai untuk:

a) Menumbuhkan kepercayaan terhadap perawat.

b) Memandang perawat sebagai tenaga professional yang kompeten

untuk memberikan bantuan.

c) Memandang perawat sebagai pribadi yang jujur, terbuka dan peduli

dengan kesejahteraan mereka.

d) Percaya bahwa perawat akan mencoba memahami dan menghormati

keyakinan dan nilai budaya mereka.

e) Merasa nyaman berbicara dengan perawat mengenai perasaan dan

berbagai persoalan sensitif lainnya.

f) Memahami tujuan hubungan tersebut dan juga peran yang dijalani.


g) Merasa mereka adalah partisipan yang aktif dalam menyusun sebuah

rencana perawatan yang disepakati bersama.

3) Fase Kerja

Selama fase kerja, perawat dan klien mulai memandang satu sama lain

sebagai individu yang unik. Mereka mulai menghargai keunikan tersebut

dan saling peduli. Sikap caring menunjukkan kepedulian yang dalam dan

tulus terhadap kesejahteraan orang lain.saat sikap caring tumbuh,

kemungkinan munculnya sikap empati juga sangat besar. Fase kerja

memiliki dua tujuan utama, yaitu: menggali dan memahami pikiran dan

perasaan serta memfasilitasi dan mengambil tindakan. Perawat membantu

klien untuk menggali berbagai pikiran, perasaan, dan tindakan serta

membantu klien merencanakan program tindakan guna mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

a) Menggali serta Memahami Pikiran dan Perasaan

Perawat memerlukan berbagai keterampilan berikut untuk menjalani

fase kerja pada hubungan terapeutik:

b) Mendengar dan berespons dengan empati.

Perawat harus mendengarkan dengan penuh perhatian dan

berkomunikasi (berespons) dengan cara yang menunjukkan bahwa

mereka mendengarkan apa yang telah disampaikan dan memahami

bagaimana perasaan klien. Perawat berespons terhadap isi percakapan

atau perasaan atau keduanya, sesuai keperluan. Perilaku nonverbal

klien juga penting. Perilaku nonverbal yang menunjukkan empati

meliputi anggukan kepala yang wajar, tatapan yang stabil, gestur yang

wajar dan sedikit aktivitas atau pergerakan tubuh. Hasi akhir empati

berupa sikap menghibur dan caring terhadap klien serta sebuah

hubungan saling bantu yang menyembuhkan.


c) Respect.

Perawat harus menunjukkan penghargaan atas kesediaan klien,

keinginan untuk bekerja sama dengan klien dan sikap yang

menunjukkan bahwa perawat memandang serius pendapat klien.

d) Ketulusan.

Pernyataan pribadi dapat bermanfaat untuk memperkuat antara

perawat dan klien. Egan (1998) mengulas lima perilaku yang

merupakan komponen ketulusan meliputi:

1. Orang yang tulus tidak berlindung dibalik peran konselor ataupun

terlalu mengagungkan peran tersebut.

2. Orang yang tulus bersikap spontan.

3. Orang yang tulus bersikap nondefensif

4. Orang yang tulus memperlihatkan sedikit ketidaksesuaian—yaitu,

individu bersikap konsisten dan tidak “lain di mulut, lain di hati

dan pikiran”.

5. Orang yang tulus mampu membuka dirinya dalam-dalam (self-

sharing) apabila dibutuhkan.

e) Kekonkretan.

Perawat harus membantu klien dengan bersikap konkret dan spesifik,

bukan berbicara secara garis besar. Saat klien berkata, “saya bodoh

dan ceroboh,” perawat mempersempit pembicaraan ke area spesifik

yang menegaskan, “Anda tersandung keset.”

f) Konfrontasi.

Perawat memaparkan ketidaksesuaian antara pikiran, perasaan dan

tindakan yang menghambat kesadaran diri klien atau eksplorasi area


tertentu. hal ini dilakukan dengan empati, bukan dengan sikap

menghakimi.Selama tahap pertama fase kerja, intensitas interaksi

meningkat dan perasaan seperti rasa marah, malu atau kesadaran-diri

dapat terekspresikan. Jika perawat terampil dalam tahap ini dan klien

bersedia untuk melakukan eksplorasi-diri, hasilnya berupa

pemahaman klien tentang perilaku dan perasaan.

g) Memfasilitasi Pengambilan Tindakan

Pada akhirnya, klien harus membuat keputusan dan mengambil

tindakan untuk menjadi lebih efektif. Tanggung jawab untuk

bertindak ada di tangan klien. Meski demikian, perawat berkolaborasi

terhadap keputusan tersebut, memberi dukungan dan menawarkan

pilihan atau informasi.

4) Fase Terminasi

Fase terminasi dalam hubungan ini biasanya berjalan sulit dan diliputi

kebimbangan. Akan tetapi, jika fase sebelumnya berjalan dengan efektif,

klien umumnya memiliki pandangan yang positif serta mampu untuk

mengatasi masalah secara mandiri. Di sisi lain, karena

perasaan caring telah tumbuh, sangat wajar jika muncul perasaan

kehilangan dan setiap individu perlu mengembangkan cara untuk

mengucapkan selamat tinggal.

Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan.

Proses terminasi yang sehat akan memberikan pengalaman positif dalam

membantu klien mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien

dalam menhadapi terminasi dapat bermacam cara. Klien mungkin

mengingkari manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan

marah dan permusuhannya dengan tidak menghadiri pertemuan atau bicara

dangkal.Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin


dipersepsikan klien sebagai penolakan. Atau perilaku klien kembali pada

perilaku sebelumnya, dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri

hubungan karena klien masih memerlukan bantuan.

1) Terminasi sementara

Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien.

Sehingga perawat masih akan bertemu lagi dengan klien.

2) Terminasi akhir

Terminasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa yang

selesai praktek dirumah sakit.

2.4 Penerapan Fase Helping Relationship


Tabel 1.1 Tugas dan Keterampilan untuk Tiap fase Helping Relationship

Fase Tugas Keterampilan

Fase Pra-Interaksi Perawat meninjau data Mengumpulkan data

pengkajian dan pengetahuan yang terorganisir;

terkait, memikirkan area menyadari

masalah potensial, dan keterbatasan yang ada

menyusun rencana interaksi. dan mencari bantuan

sesuai kebutuhan.

Fase Perkenalan/

Orientasi
1.Membuka hubungan Baik klien maupun perawat Sikap perhatian, tetapi

mengidentifikasi diri satu tetap santai untuk

sama lain dengan membantu

menggunakan nama. Saat menenangkan klien.

hendak mengawali interaksi, Tidak mudah bagi

penting bagi perawat semua klien untuk

menjelaskan perannya menerima bantuan.


2. kepada klien agar klien

memperoleh gambaran

tentang proses interaksi

tersebut.

2.Mengklarifikasi Karena pada awalnya klien Teknik menyimak,

masalah mungkin tidak melihat menyatakan kembali

masalah dengan jelas, tugas pernyataan klien,

utama perawat adalah mengklarifikasi, dan

mengklarifikasi masalah teknik komunikasi

tersebut. efektif lainnya

didiskusikan dalam

bab ini. Kesalahan

yang umum terjadi

pada tahap ini adalah

mengajukan terlalu

banyak pertanyaan

kepada klien.

Sebaliknya, fokuslah

pada prioritas.

3. 3. Membuat dan Perawat dan klien Berbagai

memformulasikan membangun tingkat keterampilan

kontrak (kewajiban yang kepercayaan dan komunikasi diatas,

harus dipenuhi oleh klien kesepakatan yang berikut kemampuan

maupun perawat) diungkapkan secara verbal untuk mengatasi

tentang (a) lokasi, (b) perilaku resistif jika


keseluruhan tujuan dari muncul.

hubungan tersebut (c)

bagaimana hal-hal yang

sifatnya rahasia akan

ditangani (d) tugas-tugas

yang akan dituntaskan, dan

(e) durasi dan indikasi untuk

mengakhiri pertemuan

tersebut.

Fase Kerja Perawat dan klien

menyelesaikan tugas-tugas

yang telah diuraikan pada

tahap perkenalan,

meningkatkan kepercayaan

dan hubungan yang dekat

serta menumbuhkan

1. sifat caring.

1.Menggali dan Perawat membantu klien Keterampilan

memahami pikiran dan menggali pikiran dan mendengar dan


perasaan yang ada perasaannya serta memper menyimak, empati,

oleh pemahaman akan klien. respek, ketulusan,

Klien menggali pikiran dan kekonkretan, sikap

perasaan yang berkaitan membuka diri dan

dengan masalah, konfrontasi.

mengembangkan Keterampilan yang


keterampilan mendengar, dicapai klien adalah
dan menambahkan wawasan mendengar non

ke dalam perilaku personal. defensif dan

2. pemahaman diri.

Keterampilan

2. Memfasilitasi Dan Perawat merencanakan mengambil keputusan

Mengambil Tindakan program sesuai kemampuan dan menetapkan

klien dan tujuan. Juga bagi

mempertimbangkan tujuan perawat: keterampilan

jangka-panjang serta tujuan memberikan

jangka-pendek. penguatan; bagi klien:

Klien perlu belajar mengambil risiko.

mengambil risiko (misalnya

menerima bahwa hasil dapat

berupa kegagalan atau

keberhasilan). Perawat perlu

mendukung kesuksesan

yang dicapai dengan

membantu klien menyadari

kegagalan secara realistis.

Fase Terminasi Perawat dan klien menerima Bagi perawat:


perasaan kehilangan. Klien keterampilan

menerima akhir hubungan membuat kesimpulan;

tersebut tanpa perasaan bagi klien:

cemas atau ketergantungan. keterampilan

menghadapi masalah

tersebut secara
mandiri.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Hubungan membantu perawat-klien adalah proses yang dinamis antara
perawat dan klien untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan
serta kemampuan adaptasi.
2. Hubungan membantu perawat-klien memiliki dimensi yang terdiri dari
rasa percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualisme.
3. Hubungan membantu perawat klien juga memiliki fase-fase, yang mana
setiap fase merujuk apa yang harus dilakukan perawat dalam menerapkan
hubungan membantu tersebut.
4. Gangguan dalam proses komunikasi akan mempengaruhi keefektifan
seseorang untuk berkomunikasi yang nantinya akan mengganggu
pemahaman seseorang tentang informasi yang disampaikan oleh
komunikator.

3.2 Saran

Вам также может понравиться