Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definis 2.1.1
Pandanglah variable bebas (𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 ) dan variable terikat u (𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 ) adalah
fungsi yang tidak diketahui, maka bentuk umum persamaan diferensial parsial dapat
ditulis sebagai berikut
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕 2 𝑢
𝑓(𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 , 𝑢, , ,…, , , (2.1.1)
𝜕𝑥1 𝜕𝑥2 𝜕𝑥𝑛 𝜕𝑥12
𝜕 2𝑢 𝜕 2𝑢 𝜕 2𝑢 𝜕 2𝑢 𝜕𝑛𝑢
, , , , … , =0
𝜕𝑥22 𝜕𝑥1 𝑥2 𝜕𝑥2 𝑥1 𝜕𝑥3 𝜕𝑥𝑛
𝜓(𝑥), dimana 𝜙(𝑥) adalah posisi awal dan 𝜓(𝑥) adalah kecepatan awal.
mempunyai domain D. Sebagai contoh Sebagai contoh untuk masalah aliran panas, D
adalah daerah bidang dengan batas D adalah kurva tertutup, Untuk masalah peyebaran
zat, D adalah lubang wadah zat cair dengan batas D adalah permukaan wadah, jadi
batasnya adalah permukaan S yang disebut bdy D. Sedangkan untuk masalah getaran
senar, D adalah interval 0 < x < l dengan batas D adalah dua titik ujung yaitu x = 0 dan
x = l.
1. Syarat batas Dirichlet, yaitu jika u diketahui. Syarat batas Dirichlet dapat ditulis
sebagai
𝑢(𝑥, 𝑡) = 𝑔(𝑥, 𝑡)
dimana g(x, t) adalah fungsi yang diberikan yang biasanya disebut data batas.
𝜕𝑢
2. Syarat batas Neumann, yaitu jika turunan normal diketahui. Syarat batas
𝜕𝑛
menotasikan vektor normal satuan dalam bdy D di setiap titik pada batas C.
𝜕𝑢(𝑥,𝑦
Sedangkan = 𝑛. ∇𝑢(𝑥, 𝑦) menotasikan turunan berasal dari u(x,y) dalam arah
𝜕𝑛
𝜕𝑢
3. Syarat batas Robin, yaitu jika 𝜕𝑛 + 𝑎𝑢 diketahui, dimana a dalah fungsi dalam x,y,t
𝜕𝑢
(𝑥, 𝑡) + 𝑎𝑢(𝑥, 𝑡) = 𝑔(𝑥, 𝑡)
𝜕𝑛
Dimana g(x,t) adalah fungsi yang diberikan dan a adalah fungsi dalam x,y,t yang
diberikan.
Masing-masing berlaku dalam semua t dan x = (x,y) yang berada dalam bdy D.
Persamaan Diferensial Parsial Orde-Dua
Definis 2.1.4
Bentuk umum persamaan diferensial parsial linier orde-2 dengan dua variable bebas
adalah ;
𝐴𝑈𝑥𝑥 + 2𝐵𝑈𝑥𝑦 + 𝐶𝑈𝑦𝑦 + 𝐷𝑈𝑥 + 𝐸𝑈𝑦 + 𝐹𝑈 = 𝑆 (2.1.5)
Dengan x dan y adalah variable bebas, u adalah variable terikat dan A,B,C,D,E,F,S
adalah fungsi dalam x dan y. Turunan 𝑢𝑥 , 𝑢𝑦, 𝑢𝑥𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑢𝑦𝑥 kontinu pada domain,
sehingga 𝑢𝑥𝑦 = 𝑢𝑦𝑥 .
Berdasarkan nilai koefisien A, B, dan C dari persamaan (2.1.5), maka
persamaan diferensial parsial linier orde-2 dengan dua variable bebas dapat
diklasifikasi menjadi tiga bentuk berikut:
1. Jika 𝐵 2 − 4𝐴𝐶 < 0 dalam domain D, maka disebut PDP eliptik.
2. Jika 𝐵 2 − 4𝐴𝐶 =< 0 dalam domain D, maka disebut PDP parabola.
3. Jika 𝐵 2 − 4𝐴𝐶 > 0 dalam domain D, maka disebut PDP hiperbola
Contoh 2.2.2
Misalkan suatu pelat baja persegi panjang dengan panjang p, lebar l, dan tebal
𝛾, dipanaskan dan suhunya dijaga konstan pada bagian-bagian tepinya. Pada kedua
sisi permukaan pelat disekat sempurna, sehingga tidak ada aliran panas ke arah
ketebalan 𝛾.
Jadi diasumsikan bahwa didapatkan suatu bidang pelat (x, y) dengan aliran panas ke
Dari Gambar 2.2.1, tampak bahwa elemen segi empat ABCD berukuran ∆𝑥 𝑥∆𝑦 dan
laju aliran panas dalam arah x dan y secara berturut-turut adalah Q(x) dan Q(y)
melintasi tepi-tepi elemen dalam arah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.1.
Pada saat terjadi kesetimbangan, aliran panas yang masuk ke elemen pelat dalam
selang waktu ∆𝑡 harus sama dengan aliran panas yang keluar dari elemen pelat yaitu
(aliran panas yang masuk dalam arah horizontal) + (aliran panas yang masuk
dalam arah horizontal) = (aliran panas yang keluar dalam arah horizontal) + (aliran
panas yang keluar dalam arah horizontal), yang dapat ditulis
1
Dengan mengalikan persamaan (2.2.1) dengan (∆𝑥∆𝑦∆𝑡)dan menyusunnya kembali,
maka diperoleh
Dengan mengambil limitnya dan memandang turunan pertama fungsi dengan satu
variable, maka persamaan (2.2.2) dapat di tulis menjadi
𝜕𝑄(𝑥) 𝜕𝑄(𝑦)
− − =0 (2.2.3)
𝜕𝑥 𝜕𝑦
Berdasarkan hokum konduksi panas Foirier bahwa laju aliran panas Q(x) per-unit
elemen dalam arah x (kal/(𝑐𝑚2 𝑠)) adalah sebanding terhadap gradient temperature
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦, 𝑡)
𝜕𝑥
, maka diperoleh:
𝜕𝑢
𝑄(𝑥) = −𝑘𝜌𝐶 (2.2.4)
𝜕𝑥
Dimana k adalah koefisien difusi panas (𝑐𝑚2 𝑠), 𝜌 adalah kerapan massa (gr/ 𝑐𝑚3 ), dan C
adalah kapasitas panas dari massa (𝑘𝑎𝑙/(𝑔𝑟 0 𝐶)).
𝜕𝑢
𝑄(𝑦) = −𝑘𝜌𝐶 (2.2.5)
𝜕𝑦
Dengan mensubtitusikan persamaan (2.2.4) dan (2.2.5) ke dalam persamaan (2.2.3), maka di
hasilkan
Dimana u = u(x,y), karena dalam keadaan setimbang u tidak dipengaruhi oleh waktu.
Persamaan (2.2.6) disebut persamaan Laplace dalam bentuk dua dimensi.
Jika ada sumber panas yang timbul dalam pelat (seperti: pertukaran panas), yang
dimana k adalah koefisien difusi panas, adalah kerapatan massa, dan C adalah kapasitas
panas dari massa. Analog dengan cara diperolehnya persamaan Laplace, maka akan
𝜕 2 𝑢(𝑥, 𝑦) 𝜕 2 𝑢(𝑥, 𝑦)
+ = 𝑓(𝑥, 𝑦) (2.2.7)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
∇2 𝑢 = 0 𝑑𝑎𝑛 ∇2 𝑢 = 𝑓(𝑥, 𝑦)
Dimana ∇2 𝑢 = 𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑦𝑦
kesetimbangan yaitu dalam keadaan fisis tidak dipengaruhi oleh waktu t. Dalam kasus
ini, penyelesaian di titik dalam u(x,y) dalam domain pada bidang-xy bergantung pada
penyelesaian di semua titik yang lain dalam domain itu, yang disebut domain
mempengaharui titik yang lain dalam domain itu, yang di sebut range pengaruh.
Domain ketergantungan dan range pengaruh di titik P dalam domain persegi panjang
fungsi ini harus memenuhi syarat batas yang ditentukan. Dua tipe syarat batas yang
Dimana g(x,y) adalah suhu yang ditentukan . Pada tipe syarat batas ini, suhu
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦)
∇2 𝑢 = 0 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑜𝑚𝑎𝑖𝑛 𝐷 𝑑𝑎𝑛 = 𝑔(𝑥, 𝑦)𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐶, 𝑑𝑎𝑛
𝜕𝑛
𝜕𝑢(𝑥, 𝑦)
∇2 𝑢 = 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑜𝑚𝑎𝑖𝑛 𝐷 𝑑𝑎𝑛 = 𝑔(𝑥, 𝑦) 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐶
𝜕𝑛
Pada tipe syarat batas ini, ada suhu di titik pada batas yang tidak diketahui.
Jika dalam pelat terdapat sumber panas yang diketahui, maka persamaan
masalah tadi.
Contoh 2.4.1
(2.3.1) dengan syarat batas (2.3.2) dan (2.3.3), sehingga penyelesaiannya adalah
∞
𝑛𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
𝑈𝑙 (𝑥, 𝑦) = ∑ 𝐴𝑛 sin ( ) 𝑠𝑖𝑛ℎ ( )
𝑎 𝑎
𝑛=1
Dengan
𝑎
2 𝑛𝜋𝑥
𝐴𝑛 = ∫ 𝑔(𝑥) sin ( ) 𝑑𝑥
𝑛𝜋𝑏 𝑎
a sinh ( 𝑎 ) 0
Selanjutnya akan di cari penyelesaian masalah (2.4.4)
Persamaan (2.4.8) dicari turunan parsial tingkat dua terhadap x dan y, kemudia
disubtitusikan ke persamaan (2.4.7) dan menyusunnya kembali, maka di peroleh
𝑋"(𝑥) 𝑌′′(𝑦)
=− −𝜆
𝑋(𝑥) 𝑌(𝑦)
Misalkan nilai perbandingannya adalah miu , maka
𝑋"(𝑥) 𝑌 ′′ (𝑦)
=− − 𝜆 = −𝜇
𝑋(𝑥) 𝑌(𝑦)
Selanjutnya akan diperoleh dua persamaan diferensial biasa
Persamaan (2.3.9) serupa dengan persamaan (2.3.5) yaitu dengan 𝜆 = 𝜇, sehingga akan
𝑚𝜋 2
diperoleh 𝜇𝑚 = ( ) , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚 = 1,2,3, …
𝑎
Persamaan (2.3.10) juga serupa dengan persamaan (2.3.5) yaitu dengan 𝜆 = (𝜆 − 𝜇),
sehingga akan diperoleh
𝑛𝜋 2
𝜆𝑛 − 𝜇𝑚 = ( ) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑛 = 1,2,3, …
𝑏
𝑛𝜋𝑦
𝑌𝑛 (𝑥) = 𝐴𝑛 𝑠𝑖𝑛 ( ), 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑛 = 1,2,3, … (2.4.12)
𝑏
𝑚𝜋 2 𝑛𝜋 2
𝜆 = 𝜆𝑚𝑛 =( ) +( ) , 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑚 = 𝑛 = 1,2,3, … (2.4.13)
𝑎 𝑏
Dengan mensubtitusikan penyelesaian (2.4.11) dan (2.4.12) ke dalam persamaan (2.4.8)
maka diperoleh penyelesaian persamaan Helmholtz (2.4.7)
∞ ∞
𝑚𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑥
𝜙𝑚𝑛 (𝑥, 𝑦) = ∑ ∑ 𝐴𝑚𝑛 sin ( ) sin ( ) (2.4.14)
𝑎 𝑏
𝑚=1 𝑛=1
Dari persamaan Helmholzt (2.4.8) diperoleh relasi ∇2 𝜙𝑚𝑛 (𝑥, 𝑦) = −𝜆𝑚𝑛 𝜙𝑚𝑛 (𝑥, 𝑦) maka
persamaan di atas dapat ditulis menjadi
∞ ∞
Misalkan
∞
𝑛𝜋𝑥
𝐸𝑚 (𝑦) = ∑ 𝐵𝑚𝑛 sin ( ) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑚𝑛 = −𝐴𝑚𝑛 𝜆𝑚𝑛 (2.4.17)
𝑏
𝑛=1
Persamaan (2.4.18) merupakan deret sinus Fourier yang serupa dengan persamaan (2.3.13)
yaitu dengan n = m, 𝑏𝑛 = 𝐸𝑚 (𝑦) 𝑑𝑎𝑛 𝑔(𝑥) = 𝑓(𝑥, 𝑦), sehingga di peroleh
𝑎
2 𝑚𝜋𝑥
𝐸𝑚 (𝑦) = ∫ 𝑓(𝑥, 𝑦) sin ( ) 𝑑𝑥 𝑚 = 1,2,3, … (2.4.19)
𝑎 𝑎
0
Persamaan (2.4.19) juga merupakan deret fourier yang serupa dengan persamaan (2.3.13)
yaitu dengan a = b, x = y, 𝑏𝑛 = 𝐵𝑛𝑚 da 𝑔(𝑥) = 𝐸𝑚 (𝑦), sehingga diperoleh
𝑏
2 𝑛𝜋𝑦
𝐵𝑚𝑛 = ∫ 𝐸𝑚 (𝑦) sin ( ) 𝑑𝑦, 𝑛 = 1,2,3, …
𝑏 𝑏
0
Karena 𝐵𝑛𝑚 = −𝐴𝑚𝑛 𝜆𝑚𝑛 , maka dihasilkan
𝑏
𝐵𝑚𝑛 2 𝑛𝜋𝑦
𝐴𝑚𝑛 =− =− ∫ 𝐸𝑚 (𝑦) sin ( ) 𝑑𝑦, (2.4.20)
𝜆𝑚𝑛 𝑏𝜆𝑚𝑛 𝑏
0
Dengan mensubtitusikan nilai 𝜆 (2.4.13) dan persamaan (2.4.19) ke dalam persamaan
(2.4.20), maka di peroleh
𝑏 𝑎
4 𝑚𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
𝐴𝑚𝑛 = − ∫ ∫ 𝑓(𝑥, 𝑦) sin ( ) sin ( ) 𝑑𝑥𝑑𝑦, (2.4.21)
𝑚2 𝜋 2 𝑛2 𝜋 2 𝑎 𝑏
𝑎𝑏 ( + 2 )0 0
𝑎2 𝑏
Dengan mensubtitusikan persamaan (2.4.21) ke dalam persamaan (2.4.15) akan di peroleh
penyelesaian untuk masalah (2.4.4) berikut
Dimana
𝑏 𝑎
4 𝑚𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
𝐴𝑚𝑛 = − ∫ ∫ 𝑓(𝑥, 𝑦) sin ( ) sin ( ) 𝑑𝑥𝑑𝑦,
𝑚2 𝜋 2 𝑛2 𝜋 2 𝑎 𝑏
𝑎𝑏 ( + 2 )0 0
𝑎2 𝑏
Sehingga dari penyelesaian (2.4.6) dan (2.4.22) akan di peroleh penyelesaian lengkap
untuk masalah (2.4.2) berikut
Dimana
𝑎
2 𝑛𝜋𝑎
𝐴𝑛 = ∫ 𝑔(𝑥)𝑠𝑖𝑛 ( ) 𝑑𝑥 𝑑𝑎𝑛
𝑛𝜋𝑏 𝑎
𝑎 sinh ( 𝑎 ) 0
𝑏 𝑎
4 𝑚𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
𝐴𝑚𝑛 = − ∫ ∫ 𝑓(𝑥, 𝑦) sin ( ) sin ( ) 𝑑𝑥𝑑𝑦,
𝑚2 𝜋 2 𝑛2 𝜋 2 𝑎 𝑏
𝑎𝑏 ( + )0 0
𝑎2 𝑏2
Contoh 2.4.1
Carilah penyelesaian persamaan Poisson ∇2 𝑢(𝑥, 𝑦) = 𝑓(𝑥, 𝑦) dalam 0 < x < a dan 0 < y <
b, dengan syarat batas sebagai berikut (2.4.24)
Penyelesaian:
1. Persamaan ∇2 𝑢(𝑥, 𝑦) = 0 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 0 < 𝑥 < 𝑎 𝑑𝑎𝑛 0 < 𝑦 < 𝑏, dengan syarat batas
Masalah (2.4.25) serupa dengan persamaan (2.3.15) dengan syarat batas (2.3.16) dan
(2.3.17) sehingga penyelesaiannya adalah
Dengan
2 𝑏 𝑛𝜋𝑦
𝐴0 adalah konstanta sisa dan 𝐴𝑛 = 𝑛𝜋𝑎 ∫0 𝑔(𝑦)𝑐𝑜𝑠 ( ) 𝑑𝑦
𝑛𝜋 sinh( ) 𝑏
𝑏
Analog dengan persamaan Helmholtz (2.4.8) maka diperoleh dua persamaan diferensial
biasa
Persamaan (2.4.29) juga serupa dengan persamaan (2.3.19) yaitu dengan 𝜆 = (𝜆 − 𝜇),
sehingga diperoleh
𝑛𝜋 2
𝜆𝑛 − 𝜇𝑚 = ( ) , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑛 = 0,1,2, …
𝑏
Dan penyelesaian persamaan (2.4.33) dengan mengambil 𝑑1 = 𝐴𝑚 berikut
𝑛𝜋𝑦
𝑌𝑛 (𝑦) = 𝐴𝑛 cos ( ) (2.4.31)
𝑏
Sehingga diperolwh nilai 𝜆 pada persamaan Helmholtz berikut
𝑚𝜋 2 𝑛𝜋 2
𝜆 = 𝜆𝑚𝑛 = ( ) +( ) 𝑚 = 𝑛 = 0,1,2, .. (2.4.32)
𝑎 𝑏
Sehingga akan diperoleh penyelesaian persamaan Helmholtz berikut
𝑚𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
𝜙𝑚𝑛 (𝑥, 𝑦) = 𝐴𝑚𝑛 cos ( ) 𝑐𝑜𝑠 ( )
𝑎 𝑏
Menurut prinsip superpiosisi, maka
∞ ∞
𝑚𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
𝜙𝑚𝑛 (𝑥, 𝑦) = 𝐴00 + ∑ ∑ 𝐴𝑚𝑛 cos ( ) 𝑐𝑜𝑠 ( ) (2.4.33)
𝑎 𝑏
𝑚=1 𝑛=1
Dari persamaan Helmholzt diperoleh relasi ∇2 𝜙𝑚𝑛 (𝑥, 𝑦) = −𝜆𝑚𝑛 𝜙𝑚𝑛 (𝑥, 𝑦), maka
persamaan diatas dapat ditulis menjadi
∞ ∞
Dengan 𝐵𝑚𝑛 = −𝐴𝑚𝑛 𝜆𝑚𝑛 , maka persamaan di atas dapat ditulis menjadi
∞ ∞
𝑚𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
𝐴00 + ∑ ∑ 𝐵𝑚𝑛 cos ( ) 𝑐𝑜𝑠 ( ) = 𝑓(𝑥, 𝑦) (2.4.35)
𝑎 𝑏
𝑚=1 𝑛=1
Dengan mengintegralkan rangkap ruas kiri dan kanan persamaan (2.4.35) dengan batas
bawah 0 dan batas a dan b
𝑏 𝑎 ∞ ∞ 𝑏 𝑎
𝑚𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
𝐴00 ∫ ∫ 𝑑𝑥𝑑𝑦 + ∑ ∑ ∫ ∫ 𝐵𝑚𝑛 cos ( ) 𝑐𝑜𝑠 ( ) 𝑑𝑥𝑑𝑦
𝑎 𝑏
0 0 𝑚=1 𝑛=1 0 0
𝑏 𝑎
= ∫ ∫ 𝑓(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥𝑑𝑦
0 0
Yang menghasilkan
∞ ∞ 𝑏 𝑎
𝑎𝑏
𝐴00 [𝑎𝑏] + ∑ ∑ 𝐵𝑚𝑛 [ sin(𝑚𝜋) sin(𝑛𝜋)] = ∫ ∫ 𝑓(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥𝑑𝑦
𝑚𝑛𝜋 2
𝑚=1 𝑛=1 0 0
mengintegralkan rangkap ruas kiri dan kanan dengan batas bawah 0 dan batas atas a
dan b maka
𝑏 𝑎
𝑚𝜋𝑥 𝑚𝜋𝑦
∫ ∫ 𝑓( 𝑥, 𝑦) 𝑐𝑜𝑠 ( ) 𝑐𝑜𝑠 ( ) 𝑑𝑥𝑑𝑦
𝑎 𝑏
0 0
𝑏 𝑎
𝑚𝜋𝑥 𝑚𝜋𝑦
= 𝐴00 ∫ ∫ 𝑐𝑜𝑠 ( ) 𝑐𝑜𝑠 ( ) 𝑑𝑥𝑑𝑦
𝑎 𝑏
0 0
∞ ∞ 𝑏 𝑎
𝑚𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
+ ∑ ∑ ∫ ∫ 𝐵𝑚𝑛 𝑐𝑜𝑠 2 ( ) 𝑐𝑜𝑠 2 ( ) 𝑑𝑥𝑑𝑦
𝑎 𝑏
𝑚=1 𝑛=1 0 0
Yang menghasilkan
𝑏 𝑎
𝑚𝜋𝑥 𝑚𝜋𝑦
∫ ∫ 𝑓( 𝑥, 𝑦) 𝑐𝑜𝑠 ( ) 𝑐𝑜𝑠 ( ) 𝑑𝑥𝑑𝑦
𝑎 𝑏
0 0
∞ ∞
𝑎𝑏 𝑎𝑏
= 𝐴00 [ 2
sin(𝑚𝜋) sin(𝑛𝜋)] + 𝐵𝑚𝑛 ∑ ∑ [ ]
𝑚𝑛𝜋 4
𝑚=1 𝑛=1
Dimana
𝑏 𝑎
1
𝐴00 = ∫ ∫ 𝑓 (𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦,
𝑎𝑏
0 0
𝑏 𝑎
4 𝑚𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
𝐴𝑚𝑛= − ∫ ∫ 𝑓(𝑥, 𝑦) cos ( ) cos ( ) 𝑑𝑥𝑑𝑦
𝑚2 𝜋 2 𝑛2 𝜋 2 𝑎 𝑏
𝑎𝑏 ( + )0 0
𝑎2 𝑏2
Sehingga dari penyelesaian (2.4.27) dan (2.4.39) akan di peroleh penyelesaian lengkap untuk
masalah (2.4.24) berikut
∞ ∞ ∞
𝑛𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦 𝑚𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
𝑈(𝑥, 𝑦) = 𝐴0 + ∑ 𝐴𝑛 cosh ( ) cos ( ) + 𝐴00 + ∑ ∑ 𝐴𝑚𝑛 cos ( ) cos ( )
𝑏 𝑏 𝑎 𝑏
𝑛=1 𝑚=1 𝑛=1
Dimana
𝐴0 adalah konstanta sisa,
𝑏
2 𝑛𝜋𝑦
𝐴𝑛 = 𝑛𝜋𝑎 ∫ 𝑔 ( 𝑦 ) cos ( ) 𝑑𝑦
𝑛𝜋𝑠𝑖𝑛ℎ ( ) 𝑏
𝑏 0
𝑏 𝑎
1
𝐴00 = ∫ ∫ 𝑓 (𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦,
𝑎𝑏
0 0
𝑏 𝑎
4 𝑚𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
𝐴𝑚𝑛= − ∫ ∫ 𝑓 (𝑥, 𝑦) cos ( ) cos ( ) 𝑑𝑥𝑑𝑦.
𝑚2 𝜋 2 𝑛2 𝜋 2 𝑎 𝑏
𝑎𝑏 ( 2 + 2 ) 0 0
𝑎 𝑏
DAFTAR PUSTAKA