Вы находитесь на странице: 1из 31

Pedoman Tugas dan Wewenang Perawat Dalam Praktik Keperawatan

Wewenang Perawat

Dalam pelaksanaan tugas, seorang perawat memerlukan wewenang agar dapat melaksanakan tugas
dengan aman dan klien menerima asuhan yang aman.

Pengertian

Wewenang adalah hak untuk melakukan atau memerintahkan kegiatan kepada orang lain, terdapat pada
pekerjaan dan diperlukan perawat untuk melaksanakan praktik. Tanpa wewenang perawat tidak dapat
berfungsi memenuhi kebutuhan klien. Wewenang memiliki tingkatan – tingkatan dan diperlukan dalam
pelaksanaan tugas.

Wewenang adalah otoritas yang datang bersama dengan pekerjaan yang dilakukan oleh perawat dalam
melakukan kegiatan praktiknya di area keperawatan. Kewenangan menggambarkan kewenangan klinik
(clinical privilege) yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan tempat perawat tersebut bekerja
dan diakui oleh klien, teman sejawat perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain serta memperoleh izin
secara hukum. Kewenangan berbeda untuk setiap perawat sesuai kualifikasi dan area praktiknya.

Deskripsi wewenang

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat yang bekerja memiliki kewenangan antara lain :

a. Wewenang sebagai pemberi asuhan keperawatan

Tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan untuk pencapaian derajat kesehatan
klien yang optimal.
Dalam melaksanakan tugas pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan perorangan,
perawat berwenang:

1) Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik

2) Menetapkan diagnosis keperawatan

3) Merencanakan tindakan keperawatan

4) Melaksanakan tindakan keperawatan

5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan

6) Melakukan rujukan

7) Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat

8) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling

9) Penatalaksanaan pemberian obat kepada klien (sesuai resep tenaga/ obat bebas/ obat bebas terbatas)

Dalam melaksanakan tugas pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan masyarakat,
perawat berwenang:

1) Melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga dan kelompok


masyarakat;
2) Menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;

3) Membantu penemuan kasus penyakit;

4) Merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;

5) Melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;

6) Melakukan rujukan kasus;

7) Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;

8) Melakukan pemberdayaan masyarakat;

9) Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;

10) Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;

11) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;

12) Mengelola kasus; dan

13) Melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan alternatif

b. Wewenang sebagai penyuluh dan konselor


Tugas perawat dalam membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien, menanamkan kebiasaan perilaku hidup sehat,
membantu mengatasi masalah psikososial klien, serta memberikan dukungan emosional dan intelektual
sesuai kondisi klien.

Dalam melaksanakan tugas penyuluh dan konselor, perawat berwenang:

1) Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik pada individu dan keluarga serta di tingkat
kelompok masyarakat;

2) Melakukan pemberdayaan masyarakat;

3) Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;

4) Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dan

5) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.

c. Wewenang sebagai pengelola pelayanan keperawatan

Tugas perawat dalam pengelolaan pelayanan keperawatan terdiri dari pengelolaan langsung klien
individu dan atau kelompok, unit ruang rawat dan pengelolaan di tingkat institusi pelayanan kesehatan.
Adapun perawat sebagai pengelola pelayanan keperawatan berwenang (rincian daftar wewenang
terlampir):

1) Melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan pengelolaan pelayanan keperawatan


2) Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan keperawatan

3) Mengelola kasus

d. Wewenang sebagai peneliti keperawatan

Tugas Perawat dalam penelitian keperawatan bertujuan mencari fakta/ bukti baru secara empiris,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan untuk diaplikasikan dalam
praktik keperawatan sehingga pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara efektif – efisien sesuai
pengetahuan dan teknologi terkini.

Dalam menyelenggarakan tugasnya sebagai peneliti keperawatan, perawat berwenang (rincian daftar
wewenang terlampir):

1) Melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika

2) Menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atas izin pimpinan

3) Menggunakan klien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi dan ketentuan peraturan
perundang-undangan

e. Wewenang sebagai pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang

Tugas berdasarkan pelimpahan wewenang hanya dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis
kepada perawat dengan cara :

1) Tenaga medis menulis tugas pelimpahan wewenang pada setiap saat diperlukan (situasional)
2) Tenaga medis (komite medik) bersama perawat (komite keperawatan) menyusun daftar tugas
pelimpahan wewenang disetujui oleh pimpinan institusi pelayanan kesehatan.

Terdapat 2 (dua) cara pelimpahan wewenang yaitu delegatif dan mandat.

1) Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan medis diberikan oleh
tenaga medis kepada perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab. Pelimpahan wewenang
secara delegatif hanya diberikan kepada perawat profesi atau vokasi terlatih yang memiliki kompetensi
yang diperlukan sesuai dengan tugas limpah.

2) Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis kepada perawat untuk melakukan
sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan.

Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, perawat berwenang (rincian daftar
wewenang terlampir) :

1) Melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas pelimpahan wewenang delegatif
tenaga medis

2) Melakukan tindakan medis di bawah pengawasan atas pelimpahan wewenang mandat

3) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program Pemerintah

f. Wewenang sebagai Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu merupakan penugasan Pemerintah yang
dilaksanakan pada keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu wilayah
tempat Perawat bertugas.
Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu, Perawat berwenang:

1) Melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga medis;

2) Merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan

3) Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga kefarmasian.

Pasca Pengesahan UU no 38 tahun 2014 tentang Keperawatan

29 April 2015 17:00 Diperbarui: 29 April 2015 17:00 34649 0 0

Undang-undang Keperawatan (UUK) merupakan dasar hukum praktek keperawatan. Isi UUK harus
diketahui oleh profesi dan calon profesi perawat (mahasiswa). Hal ini dikarenakan, tidak hanya profesi
perawat yang membutuhkan UU ini tetapi calon profesi perawat juga harus mengetahui isi dari UUK agar
dimasa mendatang bisa menjadi perawat yang taat akan aturan serta menjalankan hak dan
kewajibannya sebagai seorang perawat.

Undang-undang Keperawatan diatur oleh UU nomor 38 tahun 2014. UUK ini disahkan di Jakarta pada
tanggal 17 Oktober 2014 oleh presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam UUK terdiri dari 13 bab
dan 66 pasal. Dibawah ini akan dijelaskan isi dari Bab 1-6 Undang-undang keperawatan.
BAB I

KETENTUAN UMUM

1.Berdasarkan UUK No 38 2014 Pengertian keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

2.Pengertian perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

3.Pengertian Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.

4.Pengertian Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk
Asuhan Keperawatan.
5.Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk
mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya.

6.Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku peserta didik pada
perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi Keperawatan.

7.Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi Perawat yang telah lulus Uji
Kompetensi untuk melakukan Praktik Keperawatan.

8.Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik Keperawatan yang diperoleh
lulusan pendidikan profesi.

9.Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi atau
Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta telah diakui secara hukum untuk
menjalankan Praktik Keperawatan.
10.STR yaitu Surat Tanda Registrasi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada
Perawat yang telah diregistrasi.

11.Surat Izin Praktik Perawat yaitu SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota kepada Perawat sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan Praktik
Keperawatan.

12.Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

13.Pengertian Perawat Warga Negara Asing adalah Perawat yang bukan berstatus Warga Negara
Indonesia.

14.Pengertian Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang menggunakan jasa
Pelayanan Keperawatan.

15.Pengertian Organisasi Profesi Perawat adalah wadah yang menghimpun Perawat secara nasional dan
berbadan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
16.Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi Perawat untuk setiap
cabang disiplin ilmu Keperawatan yang bertugas mengampu dan meningkatkan mutu pendidikan cabang
disiplin ilmu tersebut.

17.Konsil Lembaga adalah lembaga yang melakukan tugas secara independen

18.Institusi Pendidikan adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Keperawatan.

19.wahana pendidikan keperawatan adalah fasilitas, selain perguruan tinggi, yang digunakan sebagai
tempat penyelenggaraan pendidikan Keperawatan.

20.Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
21.Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan Wali Kota serta perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan.

22.Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Didalam pasal 2 berisi tentang asas praktik keperawatan yang menjadi landasan para perawat dalam
melakukan praktik keperawatan. Asas yang harus diterapkan dalam praktik keperawatan yaitu,
perikemanusiaan; nilai ilmiah; etika dan profesionalitas; manfaat; keadilan; pelindungan; dan kesehatan
dan keselamatan Klien.

Selain itu, didalam pasal 3 dijelaskan tujuan perawat yaitu meningkatkan mutu Perawat;meningkatkan
mutu Pelayanan Keperawatan; memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan
Klien; dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB II
JENIS PERAWAT

Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap klien. Perawat adalah
tenaga kesehatan yang paling sering berada di dekat klien. Karena peran perawat yang begitu penting,
maka dibutuhkan tenaga-tenaga Perawat yang memang memiliki kompetensi yang memadai. Perawat
yang memiliki kompetensi salah satunya ditentukan dengan ilmu dan pembelajaran yang diterimanya.
Oleh sebab itu, dalam UUK pasal 4 poin 1-2 membagi perawat dalam beberapa jenis, yaitu

1)Jenis Perawat terdiri atas:

Perawat profesi; dan

Perawat vokasi.
2)Perawat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

ners; dan

ners spesialis.

Dengan telah adanya pertaruan yang menyebutkan tentang jenis-jenis perawat yang telah diakui oleh
negara, maka perawat-perawat yang masih berada dibawah tingkat tersebut seperti SMA Keperawatan,
tidak diperbolehkan untuk menjalankan profesi sebagai Perawat. Semua ini demi peningkatan mutu
keperawatan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

BAB III

PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN


Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk dijalani. Pendidikan bagi semua bidang profesi
khususnya keperawatan menjadi hal yang benar-benar harus menjadi fokus, karena dengan
pendidikanlah para calon perawat akan dididik dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bidangnya demi
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat dan tentunya tidak justru
membahayakan nyawa masyarakat atau pasien. Dalam UUK, tedapat standar-standar tentang pendidikan
tinggi keperawatan. Seperti yang disebutkan pada pasal 5:

“Pendidikan tinggi Keperawatan terdiri atas:

Pendidikan Vokasi

Pendidikan akadememik

Pendidikan profesi”
Dalam pasa 5 sudah jelas tertulis standar pendidikan tinggi keperawatan atau dengan kata lain dalam
pasal 5 tersebut disebutkan standar tingkat pendidikan agar dapat menjadi perawat. Penndidikan
minimal yaitu pendidikan vokasi, yang berada pada diploma tiga keperawatan. Dengan begitu,
pendidikan dibawah diploma tiga keperawatan tidak di izinkan untuk bekerja pada bidang keperawatan.
Sebelum disahkannya UUK ini, masih banyak pendidikan keperawatan yang berada di bawah batas
minimum, misalnya seperti sekolah keperawatan sederajat dengan SMA. Sudah ada peraturan yang
mengatur agar tenaga-tenaga keperawatan yang masih kurang pengetahuannya tidak diturunkan ke
lapangan.

Pendidikan tinggi yang dimaksud pada pasal 5 tersebut dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang memiliki izin penyelenggaraan serta fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia pada perguruan
tinggi tersebut sesuai standar seperti yang tertulis pada bab III pasal 9

1)“Pendidikan Tinggi Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diselenggarakan oleh


perguruan tinggi yang memiliki izin penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

2)Perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk universitas, institut, sekolah
tinggi, politeknik, atau akademi.
3)Perguruan tinggi dalam menyelenggarakan Pendidikan Tinggi Keperawatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus menyediakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana Pendidikan serta
berkoordinasi dengan Organisasi Profesi Perawat.”

Perawat yang telah luluspun diwajibkan untuk mengikuti ujian pula. Ujian ini adalah ujian uji kompetensi
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang bekerja sama dengan organisasi profesi perawat. Setiap
calon perawat harus lulus ujian ini terlebih dahullu agar dapat bekerja sebagai perawat. Dengan
mengikuti ujian ini, dapat diperkirakan apakah kemamapuan dan pemahaman para calon perawat telah
mencapai standar kompetensi atau belum. Seperti yang diatur pada pasal 16 poin 1-4, yaitu:

1)“Mahasiswa Keperawatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi harus mengikuti Uji
Kompetensi secara nasional.

2)Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerja
sama dengan Organisasi Profesi Perawat, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi.
3)Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja.

4)Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh Organisasi Profesi
Perawat dan Konsil Keperawatan dan ditetapkan oleh Menteri.”

BAB IV

REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN REGISTRASI ULANG

Sebagai salah satu tenaga kesehatan, tentu perawat memiliki tanggung jawab dalam keselamatan dan
keamanan klien. Seperti yang tertulis dalam pasal 17 dalam Undang-Undang Keperawatan, Untuk
melindungi seluruh masyarakat dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, Manteri dan Konsil
Keperawatan memiliki tugas untuk melakukan pembinaan dan pengawasan mutu Perawat sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
Perawat yang hendak menjalankan profesinya sebagai perawat atau dengan kata lain akan menjalankan
Praktik Keperawatan, diwajibkan untuk memilki STR (Surat Tanda Registrasi). STR tersebut diberikan oleh
Konsil Keperawatan. Pun begitu, untuk mendapatkan STR, Perawat harus memenuhi beberapa
persyaratan. Persyaratan-persyaratan tersebut tertulis dalam pasal 18 poin 3, yaitu

Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan;

memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;

memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;

memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan

membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

Dengan sudah adanya landasan hukum berupa Undang-Undang Keperawatan seperti ini, maka perawat-
perawat yang terjun ke dalam masyarakat harus benar-benar perawat yang berkompetensi dan diakui
oleh Negara karena telah mendapatkan izin dalam bentuk STR. Perawat yang tidak memiliki STR tidak
boleh menjalankan praktik keperawatan. Tidak ada lagi perawat yang memiliki izin yang turun ke
masyarakat seperti yang terjadi pada beberapa daerah beberapa saat yang lalu. Dengan sudah
tertulisnya dalam UUK, maka perawat yang tidak memiliki STR namun tetap menjalankan Pratik
Keperawatan maka akan diatur dalam hukum. STR yang diterima oleh Perawat berlaku selama 5 tahun
dan dapat diregistrasi kembali setiap 5 tahun.

Bagi Perawat yang hendak membuka Praktik Keperawatan Mandiri, wajib bagi mereka untuk meiliki izin
berupa SIPP (Surat Izin Praktik Perawat). SIPP diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota, sesuai
dengan pasal 19 poin 3 dan 4, yaitu

3)SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Perawat menjalankan
praktiknya.

4)Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), Perawat harus melampirkan:

salinan STR yang masih berlaku;

rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat; dan


surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.

SIPP tersebut hanya berlaku untuk satu tempat praktik. Jika perawat ingin membuka tempat praktik
lainnya maka wajib memiliki SIPP lainnya. Namun, SIPP yang diberikan hanya diperuntukkan maksimal
dua tempat praktik. Dengan adanya UUK yang mengatur tentang kewajiban memiliki SIPP ini, maka
perawat-perawat yang sesuka hati membuka praktik tanpa izin resmi dapat diberhentikan atau ditutup
tempat praktiknya.

Perawat dari Negara luar atau yang sering disebut Perawat Negara Asing dan Perawat Indonesia lulusan
Luar Negeri, jika ingin melakukan praktik keperawatan di Indonesia, wajib pula baginya untuk memiliki
STR. Namun, sebelum mendapatkan STR, mereka wajib untuk mengikuti evaluasi kompetensi, sesuai
dengan pasal 24 poin 1-3, yaitu

1)Perawat Warga Negara Asing yang akan menjalankan praktik di Indonesia harus mengikuti evaluasi
kompetensi.

2)Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:


penilaian kelengkapan administratif; dan

penilaian kemampuan untuk melakukan praktik.

3)Kelengkapan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling sedikit terdiri atas:

penilaian keabsahan ijasah oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan;

surat keterangan sehat fisik dan mental; dan

surat pernyataan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

Hal ini menunjukkan bahwa Perawat yang berasal dari Negara lain tidak begitu saja dengan mudah untuk
melakukan praktik keperawatan di Indonesia, mereka harus melakukan beberapa tahap evaluasi terlebih
dahulu dan harus memiliki STR. Semua hal yang di atur dalam UUK memiliki tujuan untuk
mensejahterakan para Perawat dan tentu untuk meningkatkan pelayana yang baik kepada masyarakat.
BAB V

PRAKTIK KEPERAWATAN

Dalam Undang-Undang Keperawatan, menjadi seorang perawat tentunya harus memahami dan
melakukan praktik keperawatan dengan baik dan benar. Hal tersebut untuk menjadikan praktik
profesionalisme perawat. Praktik keperawatan ini dapat dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan
dan tempat lainnya sesuai dengan kondisi kliennya. Pada akhirnya praktik keperawatan harus fleksibel,
karena dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal. Praktik keperawatan ini terdiri
dari praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesahatan. Praktik
keperawatan ini harus menjunjung tinggi kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan standar
prosedur operasional, serta harus berdasarkan prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan oleh masyarakat,
sesuai dengan pasal 28 ayat 1-3 UU Keperawatan, yaitu

1.Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat lainnya sesuai dengan
Klien sasarannya.
2.Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a.Praktik Keperawatan mandiri; dan

b.Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

3.Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada kode etik, standar
pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional.

Untuk menyelenggarakan praktik keperawatan dengan baik dan benar, ada beberapa tugas dan
wewenang menjadi seorang perawat. Tugas perawat selain memberikan asuhan keperawatan, juga
sebagai penyuluh dan konselor bagi klien, sebagai pengelola pelayanan keperawatan, peneliti
keperawatan, juga sebagai pelimpah kewenangan dan keadaan keterbatasan tertentu. Perawat harus
kritis dalam menentukan asuhan keperawatan, dalam melakukan pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi, serta dokumentasi keperawatan dengan benar dan tepat sesuai dengan apa
yang dibutuhkan klien. Hal yang terpenting menjadi seorang perawat harus memberikan advokasi dalam
perawatan kesehatan masyarakat. Sebagai peneliti keperawatan ini untuk merumuskan permasalahan-
permasalahan yang baru serta mencari solusi terhadap permasalahan tersebut.
Hal yang perlu menjadi perhatian didalam UU Keperawatan ini salah satunya adalah perawat sebagai
pelimpahan wewenang. Pelimpahan wewenang yang dimaksud dilakukan secara delegatif disertai
dengan pelimpahan tanggung jawab. Pelimpahan wewenang yang diberikan hanya dapat diberikan
kepada perawat profesi dan/atau perawat vokasi yang sudah terlatih dan telah terlatih untuk melakukan
tindakan medis dibawah pengawasan, sehingga tak sembarang perawat dapat diberikan pelimpaham
wewenang demi menjamin keselamatan klien. Hal ini sesuai dengan pasal 32 ayat 3-6, yaitu

Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan medis diberikan oleh tenaga
medis kepada Perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.

Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat diberikan
kepada Perawat profesi atau Perawat vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan.

Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis kepada Perawat untuk melakukan
sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan.

Tanggung jawab atas tindakan medis pada pelimpahan wewenang mandat sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) berada pada pemberi pelimpahan wewenang.

Salah satu hal yang saat ini banyak diperbicarakan yaitu tentang pelaksanaan tugas dalam keterbatasan
tertentu khususnya dalam keadaan tidak ada tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian. Hal ini telah
diatur pada UU keperawatan pasal 33. Dengan adanya aturan tentang hal ini, maka perawat mendapat
perlindungan khusunya dalam pemberian tindakan disaat tidak ada tenaga medis dan/atau tenaga
kefarmasian ditempat sedangkan klien membutuhkan suatu tindakan yang cepat. Jika keadaan tersebut
terjadi, perawat dapat memberikan tindakan kepada klien, pun begitu tetap harus memperhatikan
kompetensi perawat untuk menjaga keselamatan klien. Hal ini sesuai dengan pasal 33 ayat 2-4, yaitu

Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu wilayah tempat Perawat
bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan setempat.

Pelaksanaan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan memperhatikan kompetensi Perawat.

Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Perawat berwenang:

a.melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga medis;

b.merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan


c.melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga kefarmasian.

Dengan adanya peraturan-peraturan yang tentunya mengatur tindakan perawat dan sekaligus dapat
menjadi payung hukum untuk para perawat, diharapkan para perawat terus meningkatkan kompetensi
diri mereka dan menjadi perawat yang semakin baik hari demi hari untuk masyarakat.

BAB VI

HAK DAN KEWAJIBAN

Sebagai perawat tentunya mempunyai hak dan kewajiban yang harus terpenuhi guna menjadi perawat
yang profesional. Hak ini diberikan perawat jika mereka ingin mendapatkan perlindungan terhadap
praktik keperawatan yang mereka lakukan, sedangkan kewajiban merupakan tanggung jawab dan
tanggung gugat apa yang harus dilakukan menjadi seorang perawat. Penjelasan dalam Undang-Undang
Keperawatan mengenai hak dan kewajiban perawat sudah jelas cukup jelas. Tentang hak perawat telah
diatur pada pasal 36, yaitu
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:

memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan,
standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau keluarganya.

menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan;

menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan, standar
profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan

memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.

Untuk kewajiban perawat, diatur pada pasal 37, yaitu

Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:


melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar Pelayanan
Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan Keperawatan, standar
profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat
sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya;

mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;

memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti mengenai tindakan
Keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;

melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan
kompetensi Perawat; dan

melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Sebagai perawat juga tentunya klien merupakan hal yang menjadi prioritas. Bukan hanya perawat,
namun seluruh tenaga kesehatan harus memposisikan klien sebagai prioritas utamanya ketika sedang
bertugas. Klien mempunyai hak dan tanggung jawab yang berhar untuk mereka dapatkan dan lakukan
demi menunjang keakuratan tindakan kesehatan yang diberikan kepadanya. Perawat sebagai tenaga
kesehatan yang paling dekat dengan klien harus dapat menenuhi semaksimal mungkin hak-hak klien dan
mengingatkan klien tentang jawab mereka sebagai pasien. Hal yang menjadi hak klien telah diatur pada
pasal 38, yaitu

Dalam Praktik Keperawatan, Klien berhak:


mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur tentang tindakan Keperawatan yang akan
dilakukan;

meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya;

mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan Keperawatan, standar
profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuam Peraturan Perundang-undangan;

memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan yang akan diterimanya; dan

memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.

Sedangkan untuk kewajiaban klien, sesuai pada pasal 40,yaitu

Dalam Praktik Keperawatan, Klien berkewajiban:

a. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang masalah kesehatannya;
b. mematuhi nasihat dan petunjuk Perawat;

c. mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan

d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Dengan adanya peraturan tentang hak dan keperawatan, diharapkan agar pada Perawat bisa
mendapatkan hal-hal yang memang sudah menjadi haknya serta melakukan hal-hal yang sudah menjadi
tanggung jawabnya. Setelah hak dan kewajibannya terpenuhi, perawat sangat perlu untuk memenuhi
hak dan tanggung jawab klien, agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat maksimal sehingga
keselamatan klien tetap terjaga

Вам также может понравиться