Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Pustaka

Bidang pelayanan kesehatantelah secara signifikan mengalami kemajuan dengan


penemuan-penemuan ilmiah modern. Namun, studi dari banyak negara menunjukkan bahwa
terdapat risiko yang signifikan atas keselamatan pasien. Kami telah belajar bahwa pasien rawat-
inap berisiko mengalami kejadian yang tidak diharapkan (KTD), dan pasien dalam proses
pengobatan memiliki risiko kesalahan penggunaan obat dan efek sampingnya yang berbahaya.
Konsekuensi utama dari pemahaman ini adalah perlunya pengembangan keselamatan pasien
sebagai disiplin khusus untuk membantu profesional kesehatan, manajer layanan medis,
organisasi kesehatan, pemerintah (seluruh dunia) dan konsumen untuk memahami prinsip-prinsip
dan konsep-konsep keselamatan pasien. Meskipun kurikulum profesi kesehatan terus-menerus
berubah untuk mengakomodasi penemuan-penemuan terbaru dan pengetahuan baru, namun
keselamatan pasien tidak demikian karena bidang ini berlaku untuk semua area praktik dan
semua profesi. Dalam WHO, program keselamatan pasien, dan proyek-proyek lainnya bertujuan
untuk memberikan keamanan Pelayanan kesehatandan mengajarkannya pada praktisi medis.
Keselamatan pasien adalah kepentingan semua orang. Keselamatan menjadi isu global dan
terangkum dalam lima isu penting yang terkait di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient
safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di
rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit.
Keselamatan pasien merupakan langkah kritis pertama untuk memperbaiki kualitas pelayanan.
Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang berkaitan dengan pemberi
pelayanan kesehatan. Stakeholder mempunyai tanggungjawab memastikan tidak ada tindakan
yang membahayakan pasien. Masyarakat, pasien, dokter, tenaga perawat, tenaga kesehatan,
peneliti, kalangan professional, lembaga akreditasi rumah sakit dan pemerintah memiliki
tanggung jawab bersama dalam upaya keselamatan pasien (Ballard, 2003). Pasien safety menjadi
prioritas utama dalam layanan kesehatan dan merupakan langkah kritis pertama untuk
memperbaiki kualitas pelayanan serta berkaitan dengan mutu dan citra rumah sakit (Depkes,
2008). Menanggapi hal ini Indonesia telah mendirikan KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit) oleh PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia) (Depkes, 2008). Manajemen
diperlukan dalam untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seluruh tingkatan manajer
dituntut untuk memiliki kemampuan kepemimpinan dan menjalankan fungsi manajerial.
Pemimpin bertugas membangun visi, misi, mengkomunikasikan ide perubahan, menyusun
strategi sehingga setiap komponen dalam organisasi akan bekerja dengan memperhatikan
keselamatan (Cahyono, 2008). Mutu pelayanan sebagai hasil dari sebuah sistem dalam organisasi
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen struktur dan proses. Organisasi (struktur dan
budaya), manajemen, sumber daya manusia, teknologi, peralatan, finansial adalah komponen dari
struktur. Proses pelayanan, prosedur tindakan, sistem informasi, sistem administrasi, sistem
pengendalian, pedoman merupakan komponen proses. Keselamatan pasien merupakan hasil
interaksi antara komponen struktur dan proses.

1.1.1 Langkah-Langkah Pasien Safety

1. Pelaksanaan “Patient safety” meliputi Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO


Collaborating Centre for Patient Safety, 2 May 2007), yaitu:

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names)

2. Pastikan identifikasi pasien

3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien

4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

5. Kendalikan cairan elektrolit pekat

6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan

7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang

8. Gunakan alat injeksi sekali pakai

9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.


2. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang
dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun
2002),yaitu:

1. Hak pasien

Standarnya adalah Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan). Kriterianya adalah :

a) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan

b) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

c) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan benar
kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD

2. Mendidik pasien dan keluarga

Standarnya adalah

a) RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.

Kriterianya adalah:

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien adalah
partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme mendidik
pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.Dengan
pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:

1) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur

2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab

3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti


4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS

6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar


tenaga dan antar unit pelayanan. Kriterianya adalah:

a) koordinasi pelayanan secara menyeluruh

b) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya

c) koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi

d) komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program


peningkatan keselamatan pasien

Standarnya adalah RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor
& mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP. Kriterianya adalah :

a) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

b) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja

c) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif

d) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standarnya adalah

a) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7 Langkah Menuju
KP RS ”.

b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP & program


mengurangi KTD.

c) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu berkaitan
dengan pengambilan keputusan tentang KP

d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &


meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.

e) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan kinerja RS


& KP.

Kriterianya adalah :

a) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

b) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program


meminimalkan insiden,

c) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi

d) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisis.

e) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,

f) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden


g) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan

h) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan

i) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif


untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standarnya adalah :

a) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.

b) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan &


memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien.

Kriterianya adalah

a) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien

b) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan
memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

c) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung


pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Standarnya adalah

a) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi


kebutuhan informasi internal & eksternal.

b) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.


Kriterianya adalah

a) disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk


memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.

b) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi


manajemen informasi yang ada

Selain itu, menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan budaya Patient safety ini

1. Put the focus back on safety

Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik dan teraman untuk
pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa dikembangkan dan semua staf merasa
mendapatkan dukungan, patient safety ini harus menjadi prioritas strategis dari rumah sakit atau
unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS yang terlibat dalam safer patient initiatives di
Inggris mengatakan bahwa tanggung jawab untuk keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan
dan mereka memegang peran kunci dalam membangun dan mempertahankan fokus patient safety
di dalam RS.

2. Think small and make the right thing easy to do

Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin membutuhkan


langkah-langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan memecah kompleksitas ini dan membuat
langkah-langkah yang lebih mudah mungkin akan memberikan peningkatan yang lebih nyata.

3. Encourage open reporting

Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah pengalaman yang
berharga. Koordinator patient safety dan manajer RS harus membuat budaya yang mendorong
pelaporan. Mencatat tindakan-tindakan yang membahayakan pasien sama pentingnya dengan
mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien. Diskusi terbuka mengenai insiden-
insiden yang terjadi bisa menjadi pembelajaran bagi semua staf.
4. Make data capture a priority

Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari dan mengikuti
perkembangan kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya saja data mortalitas. Dengan perubahan
data mortalitas dari tahun ke tahun, klinisi dan manajer bisa melihat bagaimana manfaat dari
penerapan patient safety.

5. Use systems-wide approaches

Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual. Pengembangan hanya
bisa terjadi jika ada sistem pendukung yang adekuat. Staf juga harus dilatih dan didorong untuk
melakukan peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap pasien. Tetapi jika
pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara utuh kedalam sistem yang berlaku di RS,
maka peningkatan yang terjadi hanya akan bersifat sementara.

6. Build implementation knowledge

Staf juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk mengembangkan metodologi,


sistem berfikir, dan implementasi program. Pemimpin sebagai pengarah jalannya program disini
memegang peranan kunci. Di Inggris, pengembangan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan
pasien sudah dimasukkan ke dalam kurikulum kedokteran dan keperawatan, sehingga diharapkan
sesudah lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian dalam budaya kerja.

7. Involve patients in safety efforts

Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti dapat memberikan


pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin masih kecil, tetapi akan terus berkembang.
Dimasukkannya perwakilan masyarakat umum dalam komite keselamatan pasien adalah salah
satu bentuk kontribusi aktif dari masyarakat (pasien). Secara sederhana pasien bisa diarahkan
untuk menjawab ketiga pertanyaan berikut: apa masalahnya? Apa yang bisa kubantu? Apa yang
tidak boleh kukerjakan?

8. Develop top-class patient safety leaders

Prioritisasi keselamatan pasien, pembangunan sistem untuk pengumpulan data-data


berkualitas tinggi, mendorong budaya tidak saling menyalahkan, memotivasi staf, dan melibatkan
pasien dalam lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa tercapai dalam semalam.
Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang kompak, serta dedikasi dan komitmen yang tinggi
untuk tercapainya tujuan pengembangan budaya patient safety. Seringkali RS harus bekerja
dengan konsultan leadership untuk mengembangkan kerjasama tim dan keterampilan komunikasi
staf. Dengan kepemimpinan yang baik, masing-masing anggota tim dengan berbagai peran yang
berbeda bisa saling melengkapi dengan anggota tim lainnya melalui kolaborasi yang erat.

1.1.2 ASPEK HUKUM TERHADAP PATIENT SAFETY

Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut
UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit

1. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum

a. Pasal 53 (3) UU No.36/2009

“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien.”

b. Pasal 32n UU No.44/2009

“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di Rumah Sakit.

c. Pasal 58 UU No.36/2009

1) “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian
dalam Pelkes yang diterimanya.”

2)“…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.”

2. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit

a. Pasal 29b UU No.44/2009

”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.”
b. Pasal 46 UU No.44/2009

“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.”

c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009

“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.”

3. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit

Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit

“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang kompresehensif. “

4. Hak Pasien

a. Pasal 32d UU No.44/2009

“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”

b. Pasal 32e UU No.44/2009

“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”

c. Pasal 32j UU No.44/2009

“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan”

d. Pasal 32q UU No.44/2009


“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana”

5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien

Pasal 43 UU No.44/2009

1) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien

2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan


menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.

3) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi


keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri

4) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pasien safety merupakan bagian penting dalam pelayanan lesehatan untuk membantu
meningkatkan mutu layanan. Pasien safey juga merupakan hak bagi pasien dan kewajiban bagi
pemberi layanan. Pasien safety juga merupakan tindakan pencegahan resiko adanya infeksi
nosokomial ataupun resiko lainnya yang mengancam. Dengan adanya pasien safety layanan
kesehatan akan menjadi lebih baik.

3.2 Saran

Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk mengembangkan tulisaN
tentang “Bidang Pelayanan Keperawatan”.
DAFTAR PUSTAKA

Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan.

Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3

Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit.
Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st of Andalas University, Indonesia

Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). 2005

Cahyono, B. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik Kedokteran.


Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Depkes RI. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2008. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. (konsep dasar dan prinsip).
Jakarta: Depkes RI

Powell, S. 2004. Patient Safety: It’s Not Just Carefulness. It’s a


Culture.http://www.nursingcentre.com/. Diunduh 28 September 2018.
World Health Organitation Collaborating Centre for Patient Safety Solutions. 2007. Patient
Safety Solutions Preamble. www.who.int/entity/patientsafety/solutions/
patientsafety/preamble.pdf. Diunduh 28 September 2018.

Вам также может понравиться