Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat rahmat dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan “Panduan
Pelayanan Geriatri.”
Panduan Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Umum dr.G.L Tobing ini disusun dalam rangka
memberikan acuan bagi semua jajaran di RSU dr.G.L Tobing dalam memberikan pelayanan
yang bermutu kepada setiap pasien.
Ucapan terima kasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan dan penerbitan panduan ini. Semoga keinginan untuk dapat lebih
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dapat tercapai.
Panduan ini tentu saja masih belum dapat memuat semua prosedur pelayanan geriatri
karena keterbatasan ilmu dan referensi yang ada pada kami. Oleh karena itu permohonan maaf
kami haturkan apabila dalam penyusunan panduan ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan.
TIM PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I DEFINISI................................................................................................ 1
BAB IV DOKUMENTASI..................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia menempatkan para lanjut usia (lansia) pada posisi yang dihormati, bukan saja
karena nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat, tetapi juga karena lansia
tergolong dalam kelompok yang rentan. Penghormatan tersebut dapat berupa pemberian fasilitas
dan pelayanan khusus dalam rangka perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka sebagaimana
diatur dalam Pasal8 UU Nomor 39 Tahun 1999.Salah satu wujudnya adalah tersedianya fasilitas
dan pelayanan khusus di rumah sakit berupa kursi roda, toilet, jalan/akses bagi lansia yang
bertongkat, tangga, fasilitas lain, dan layanan khusus berupa “Pelayanan Geriatri”.
Data menunjukkan, jumlah lansia di Indonesia, baik itu di pedesaan maupun di perkotaan
terus meningkat.Berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah lansia perempuan ± 9,5 juta lebih banyak
dibanding lansia laki-laki ± 8,2 juta.Penyebabnya adalah angka harapan hidup perempuan lebih
tinggi jika dibanding dengan angka harapan hidup laki-laki.
Keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan, dan program-
program terkait, berdampak pada menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya usia harapan
hidup. Peningkatan usia lanjut sering disertai dengan meningkatnya berbagai penyakit dan
ketidakmampuan (disability), sehingga diperlukan perawatan dan pengobatan dengan waktu
yang cukup lama, sedangkan fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi lansia di rumah sakit masih
sangat kurang.
B. TUJUAN
Panduan Pelayanan Geriatri disusun agar ada standar pelayanan kesehatan bagi lansia yang
populasinya sudah semakin meningkat, yaitu :
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-tingginya,
sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan;
2. Memelihara kesehatan melalui aktivitas fisik dan mental;
3. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila dijumpai suatu kelainan;
4. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lansia yang menderita penyakit atau
gangguan kesehatan, dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu
suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal);
5. Bila para lansia sudah sampai stadium terminal/penyakit atau gangguan kesehatan sudah
tidak dapat disembuhkan, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberikan bantuan yang
simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian, (dalam akhir hidupnya memberikan
bantuan moril dan perhatian yang maksimal, sehingga kematiannya berlangsung dengan
tenang)
1
6. Memberdayakan kemandirian penderita dalam waktu lama dan mencegah disabilitas-
handicap di waktu mendatang. Sifat dari asesmen ini tidak sekedar multi-disiplin tetapi
juga interdisiplin dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan
C. PENGERTIAN
1. Gerontologi : cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses
penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
2. Pasien Geriatri: orang tua berusia diatas 60 tahun yang memiliki penyakit lebih dari 2
(dua)/ majemuk/ multipatologi akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani, dan atau
kondisi sosial yang bermasalah.
3. Konsep/ pengertian secara bertingkat dari mundurnya kemandirian lansia yaitu :
a. Hambatan (impairment) adalah setiap kehilangan atau kelainan, baik psikologik,
fisiologik, maupun struktur atau fungsi anatomik.
b. Disabilitas adalah semua restriksi atau kekurangan dalam kemampuan untuk
melakukan kegiatan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang normal.
c. Handicap adalah ketidakmampuan seseorang sebagai akibat impairment/disabilitas
sehingga membatasinya untuk melaksanakan peranan hidup secara normal
(berhubungan erat dengan usia,jenis kelamin, dan faktor-faktor sosial budaya);
4. Asesmen Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai aspek
medik, fungsional, psikososial, dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka
menyusun program pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional.
5. Tim Geriatri adalah suatu tim multidisipliner yang bekerja secara multidisipliner,
interdisiplin untuk menangani masalah kesehatan usia lanjut.Tim ini minimal terdiri
atas dokter geriatris atau internis/dokter umum yang dilatih juga dokter spesialis
psikologis, perawat yang telah mendapatkan pelatihan geriatri, fisioterapi,nutrisionis
dan farmasi.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
BAB III
TATA LAKSANA
A. PELAYANAN GERIATRI
1. Batasan Pelayanan
Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
interdisiplin yang mencakup aspek medik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta aspek sosial dan psikologik pada pasien usia lanjut.
a. Pelayanan Geriatri Sederhana adalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang
mempunyai kegiatan hanya berupa pelayanan poliklinik. Pelayanan tersebut
diberikan oleh Tim Geriatri yang minimal terdiri dari :
- Dokter Umum yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Perawat yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Tim Rehabilitasi Medik, minimal fisioterapis.
b. Pelayanan Geriatri Sedang adalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang
mempunyai kegiatan poliklinik, day hospital sesuai dengan kemampuan rumah
sakit. Pelayanan tersebut diberikan oleh Tim Geriatri yang minimal terdiri dari :
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Tim Rehabilitasi Medik yang ada.
c. Pelayanan Geriatri Lengkap adalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang
mempunyai kegiatan pelayanan poliklinik, day hospital, ruang geriatri akut dan
pelatihan-pelatihan. Pelayanan tersebut diberikan oleh :
- Konsultan geriatri/dokter spesialis kesehatan usia lanjut;
- Tim Rehabilitasi Medik, yaitu dokter spesialis rehabilitasi medik/dokter
umum yang dilatih rehabilitasi medik, fisoterapis,
- okupasi terapis, ortotisprostetis, terapi wicara, psikologi dan pekerja sosial;
- Perawat yang telah mendapat pelatihan geriatri;
- Nutrisionis;
- Asisten farmasi;
- Disyaratkan pula harus memiliki akses ke Instalasi Rehabilitasi Medik yang
lengkap di rumah sakit yang sama;
d. Pelayanan Geriatri Sangat Lengkap atau Paripurna adalah suatu bentuk
pelayanan geriatri yang memberikan pelayanan poliklinik, day hospital, ruang
geriatri akut dan kronis, pendidikan, serta penelitian dan pengembangan;
Tenaga Tim Geriatri Paripurna sama dengan Tim Geriatri Lengkap, akan tetapi
ditambah tenaga untuk penelitan, pengembangan, dan konsultasi hukum.
Seperti pada Pelayanan Geriatri Lengkap, pada Pelayanan Geriatri Paripurna
disyaratkan pula untuk mempunyai akses ke Instalasi Rehabilitasi Medik yang
lengkap.
4
Yang diwajibkan untuk melakukan penelitian adalah tingkat pelayanan sangat
lengkap saja, sedangkan tujuan penelitian adalah untuik pengembangan ilmu
geriatri. Tingkat pelayanan dibawahnya boleh dilaksanakan penelitian yang lebih
sederhana.
Pasien Datang
R.Pendaftaran
tidak
Laboratorium POLI GERIATRI Rujuk Instalasi Farmasi
Radiologi
ya
R.Rawat Inap Rumah Sakit Pulang
IGD Lain
5
mendapat kursus geriatris, perawat1 (satu) TT minimal 1 (satu) perawat, tenaga
rehabilitasi (FT,OT,TW,PSM). Bisa ditambahkan ke dalam tim tersebut psikolog,
nutrision,tenaga farmasi, dan tenaga lain sesuai kebutuhan rumah sakit.
Tenaga di bangsal akut ini melayani konsultasi dari bangsal lain yang
membutuhkan.
c. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi medik adalah pelayanan terpadu dengan pendekatan medik,
psikososial, edukasional, dan vokasional untuk mencapai kemampun fungsional
semaksimal mungkin.
Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi kecacatan,sehingga oleh
WHO selalu diharapkan penegakan diagnosis pasien usia lanjut dalam aspek
impairment, disabilitas dan handikap,sehingga rehabilitasi medik merupakan aspek
penting dalam pelayanan lansia dan harus dilaksanakan secepat mugkin sejak pasien
masuk sampai pulang sesuai kebutuhannya.
Untuk memulai program rehabilitasi medik pada lansia, tenaga profesional harus
mengetahui kondisi lansia saat itu juga,baik penyakit yang menyertai maupun
kemampuan fungsional yang mampu dilakukan.Banyak instrumen untuk menilai
kemampuan seorang lansia,salah satu diantaranya adalah Index Katz yang cukup
sederhana dan mudah diterapkan untuk menilai kemampuan fungsional AKS
(Aktivitas Kehidupan Sehari-hari) dan juga untuk meramalkan prognosis dari
berbagai macam penyakit pada golongan lansia.
Adapun aktivitas yang dinilai adalah :
1) Bathing
- Mandiri : memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau dapat
melakukan sendiri secara menyeluruh.
- Tergantung : memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh atau
tidak dapat mandi sendiri.
2) Dressing
- Mandiri:menaruh,mengambil,memakai dan menanggalkan pakaian sendiri
serta menalikan sepatu sendiri.
- Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian.
3) Toiletting
- Mandiri : pergi ke toilet,duduk sendiri di kloset,memakai pakaian
dalam,membersihkan kotoran.
- Tergantung : mendapat bantuan orang lain.
4) Transfering
- Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur,dari dan ke tempat duduk
(memakai/tidak memakai alat bantu).
6
- Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri/dengan bantuan.
5) Continence
- Mandiri : dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
- Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan
bantuan manual atau kateter.
6) Feeding
- Mandiri : mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan
memasukkan ke dalam mulut (tidak termasuk kemampuan memotong
daging daging dan menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega pada
roti).
- Tergantung : memerlukan bantuan untuk makan atau tidak dapat makan
sendiri secara parenteral.
Dari kemampuan melaksanakan 6 (enam) aktivitas dasar tersebut di atas, kemudian
diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) tahapan yang disebut sesuai dengan aktivitas yang
dikerjakan sendiri,atau disebut juga Index Katz yang secara berurutan adalah sebagai
berikut :
1) Index Katz A: mandiri untuk 6 (enam) aktivitas;
2) Index Katz B: mandiri untuk 5 (lima) aktivitas;
3) Index Katz C: mandiri, kecuali “bathing” dan 1 (satu) fungsi lain;
4) Index Katz D : mandiri, kecuali “bathing,dressing” dan 1 (satu) fungsi lain;
5) Index Katz E : mandiri, kecuali “bathing,dressing,toileting” dan 1 (satu) fungsi
lain;
6) Index Katz F : mandiri, kecuali “bathing, dressing, toileting, transfering”, dan 1
(satu) fungsi lain;
7) Index Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 enam) aktivitas.
7
5. Assesment Geriatri;
Assesment Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai aspek
medik, fungsional, psikososial dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka
menyusun program pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional. Asesmen
ini bersifat tidak sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin dengan koordinasi
serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan.
8
- Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan;
- Membuat perencanaan;
- Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.
I. Identitas Pasien
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Riwayat Pekerjaan :
Jumlah cucu :
A. Riwayat Medik
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Pembedahan :
9
4. Riwayat Kesehatan Lain
5. Riwayat Alergi :
6. Kebiasaan
Merokok :
Minum Alkohol :
Olah Raga :
Minum Kopi :
Obat – obat yang dikonsumsi saat ini :
7. Penapisan Depresi
10
8. Status Fungsional
b. Keterbatasan Fungsional
Sudah berapa lamakah ( apabila ada ) kesehatan anda membatasi kegiatan anda
berikut ini :
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital
TD : HR :
RR : Temp :
2. Berat Badan :
3. Keadaan Kulit
Bercak Kemerahan :
Lesi Kulit lain :
Dekubitus :
4. Pendengaran
Dengar suara normal : ya / tidak
Pakai alat bantu dengar : ya / tidak
Serumen impaksi : ya / tidak
5. Penglihatan
Dapat membaca surat kabar :
11
- Tanpa kacamata :
- Dengan kacamata :
Terdapat katarak :
6. Mulut
Hygiene mulut : Baik / Buruk
Gigi palsu : Ada / Tidak
Terpasang : Baik / Tidak
Lecet di bawah gigi palsu : Ada / Tidak
Lesi lain (jika ada jelaskan) :
7. Leher
Derajat gerak :
Keluhan tiroid :
Bekas luka tiroid :
Massa lain :
Pembesaran kelenjar limfa :
8. Dada
Teraba massa :
9. Paru – Paru
kiri kanan
Perkusi
Auskultasi
Suara dasar
Suara Tambahan
10. Kardiovaskuler
- Jantung :
- Bising :
- Denyut nadi perifer :
- Oedema :
11. Abdomen
- Inspeksi :
- Palpasi :
- Perkusi :
- Auskultasi :
13. Genital
a. Wanita
- Vaginistis : ya / tidak
- Atrofi Vaginal : ya / tidak
- Prolaps : ya / tidak
- Lain – lain :
12
b. Pria
- Hernia : ya / tidak
- Lain – lain :
B. GERIATRIC GIANTS
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan usia muda. Harus dapat
dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenaan dengan bertambahnya usia atau memang ada
suatu proses patologi sebagai penyebabnya. Beberapa problema klinik dari penyakit pada lansia
yang sering dijumpai disebut “GERIATRIC GIANTS”, yang terdiri dari :
1. Sindroma Serebral;
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut, dapat
dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap perubahan -
perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun faktor lain, misalnya yang berkaitan
dengan tekanan darah seperti fungsi jantung, bahkan fungsi otak yang berkaitan dengan
pengaturan tekanan darah (sistem otonom).
3. Gangguan Otonom
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya gangguan syaraf otonom pada
usia lanjut adalah :
13
Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan pada neurotransmisi pada
ganglion otonom, berupa penurunan asetil kolin terutama disebabkan oleh penurunan
enzim utama, yaitu kolin asetilase.Hal ini cenderung menurunkan fungsi otonom.
4. Inkontinensia
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada penderita
lansia.Inkontinensia adalah pengeluaran urine (atau feses) tanpa disadari, dalam jumlah
dan frekwensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau
sosial.
Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”.
D = Delirium;
R = Retriksi mobilitas, retensi;
I = Infeksi, inflamasi, impaks feses;
P = Pharmasi (obat-obatan), poliuri
14
a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua,tidak stabil, atau tergeletak
di bawah;
b. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok;
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang;
- Lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun;
- Karpet yang tidak dilem dengan baik,keset yang tebal/menekuk pinggirnya,dan
benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser;
- Lantai yang licin atau basah;
- Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan);
Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran,berat,maupun cara penggunaannya
Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara lain :
a. Aktivitas
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti
berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti posisi.
b. Lingkungan
Sekitar 70% lansia jatuh di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat
turun tangga lebih banyak dibandingkan saat naik tangga.
c. Penyakit Akut.
Pencegahan Jatuh :
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini,antara lain :
a. Identifikasi Faktor Risiko;
Perlu dilakukan asesmen keadaan sensorik,neurologik,muskuloskeletal dan
penyakit sistemik yang sering mendasari/menyebabkan jatuh, juga keadaan
lingkungan,obat-obatan dan alat bantu jalan.
b. Penilaian keseimbangan gaya berjalan;
Setiap lansia harus dievaluasi keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan
pindah tempat,pindah posisi,juga gaya berjalan dan kekuatan otot ekremitas bawah
lansia.
c. Mengatur/mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut dapat dicegah dengan pemeriksaan
rutin kesehatan lansia,bahaya lingkungan dapat dicegah dengan perbaikan
lingkungan. Aaktivitas fisik dapat dibatasi sesuai kondisi kesehatan lansia.
15
7. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulangakibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus menerus, sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang dan tidak
dilindungi cukup dengan lemak subkutan, misalnya : daerah sakrum, daerah trokanter
mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut:
Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis,kemerahan/eritema
indurasi atau lecet;
Derajat II : Reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemak
subkutan.Tampak sebagai ulkus yang dangkal,dengan tepi yang jelas dan perubahan
warna pigmen kulit;
Derajat III : Ulkus menjadi lebih dalam,meliputi jaringan lemak subkutan dan
menggaung,berbatasan dengan fascia dari otot - otot.Sudah mulai didapat infeksi
dengan jaringan nekrotik yang berbau.
Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot,sehingga tampak tulang di daerah ulkus
yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.
Faktor-faktor penyebab dekubitus :
a. Faktor Intrinsik (dari tubuh sendiri);
- Status gizi
- Anemia
- Hipoalbuminemia
- Penyakit-penyakit neurologik
- Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b. Faktor Ekstrinsik.
- Kebersihan tempat tidur
- Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
- Peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap
tertentu.
Pengelolaan Dekubitus :
a. Dekubitus Derajat I
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis : kulit yang kemerahan
dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian
dimassage 2-3 kali/hari.
b. Dekubitus Derajat II
Terjadi ulkus yang dangkal : perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat
aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus
dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep
16
topikal, mungkin juga merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Pergantian
balut dan salep ini jangan terlalu sering karena malah dapat merusakkan
pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
c. Dekubitus Derajat III
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, diusahakan dapat mengalir keluar. Balut
jangan terlalu tebal dan sebaiknya transparan sehingga permeabel untuk masuknya
udara/oksigen dan penguapan.
d. Dekubitus Derajat IV.
Semua langkah-langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada
harus dibersihkan, sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi.
Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuan
mengurangi perdarahan. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih,
penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan oksigenasi pada
daerah luka,tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan
pembuluh darah dan sampai transplantasi kulit setempat.
17
BAB IV
DOKUMENTASI
18
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes, RI. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Situasi dan
Analisis Lanjut Usia. http://www.depkes.go.id
Kemenkes, RI.2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Depkes RI . http://www.hukor.depkes.go.id
Kemenkes,RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit.
http://www.hukor.depkes.go.id
Martono, Hadi. 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) Edisi
4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. http://lib.ui.ic.id
Pranarka, Kris. 2006. Penerapan Geriatrik Kedokteran Menuju Usia Lanjut yang Sehat. Jawa
Tengah : Universa Medicina. http://univmed.org
Safitri, Adelia Marista. Mewaspadai 6 Gejala Sindrom Geriatri Pada Lansia.
http://hellosehat.com
19